Anda di halaman 1dari 21

RESUME

“PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA”


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan
Dosen pengampu :

Nanda Istiqomah, M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SAYYID ALI RAMATULLAH
TULUNGAGUNG

Disusun oleh kelompok 4 :

1. Dina Sa’iedah Farhana (1860208221028)

2. Eka Mufidatul Lailiya (1860208221029)

3. Atalia Anjumi (1860208221028)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
A. Pentingnya perkembangan anak
Perkembangan sangat berpengaruh pada anak hingga dewasa, apabila metode
yang di terapkan tidak sesuai atau salah, maka dapat mempengaruhi kecerdasan dan
mental anak serta mampu membuat anak sulit berkembang. Maka bagi orang tua atau
pengajar haruslah memahami perkembangan emosiobal, sosial dan fisik masing-
masing anak.

Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis, kognitif dan


sosioemosional dari lahir hingga terus berlanjut sepanjang hayat. 1 Seorang
Pengajar atau Orang tua harus mengetahui setiap karakter dari setiap anak pasti
berbeda beda, sehingga bisa mengetahui bakat dari masing-masing anak dan tahu
cara mengembangkannya. Setiap anak mempunyai kesukaan yang berbeda, maka
semakin mengetahui apa yang di sukai anak maka semakin tahu metode pengajaran
dan pendekatan yang tepat untuk di terapkan pada anak.

Mempelajari perkembangan kognitif, bahasa dan emosional anak merupakan


hal yang penting dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran. Semakin
memahami perkembang anak, maka semakin tepat dalam menangani dan mengajari
siswa. Pengajaran yang diberikankepadasiswaharusberdasarkantingkat yang
tidakterlalusulit dan tidakterlalumenegangkan, atautidakterlalumudah dan
menjemukan.

Ada 3 proses perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga proses
tersebut terjadi saling berinteraksi. Pertama, proses biologis, yaitu perubahan
dalam tubuh anak dan merupakan warisan genetik terkait dengan
perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan kemampuan bergerak,
dan perubahan hormon di masa puber. Kedua, proses kognitif, yaitu perubahan
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini memampukan anak dalam
mengingat puisi, memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif dan
menghubungkan kalimat. Ketiga, proses sosioemosional, yaitu perubahan
dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan emosi, dan

1
Naldi, H. (2018). Perkembangan kognitif, bahasa dan perkembangan sosioemosional
serta implikasinyadalam pembelajaran. Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and
Education, 5(2), 102-114, hlm. 104

ii
perubahankepribadian. Misalnya pengasuhan anak, perkelahian anak,
perkembangan ketegasan anak perempuan dan perasaan gembira remaja.2

Demikian jika orang tua, guru atau pengasuh dapat memahami


pentingnya perkembangan anak, dan dapat mengetahui karakteristik khas dari
anak, maka orang tua dapat dengan mudah menentukan metode pendekatan
atau pengajaran yang sesuai dengan anak sehingga orang tua dapat
memberikan fasilitas yang bisa mendukung perkembangan seorang anak.

B. Proses Biologis, Kognitif, dan Sosioemosional


Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional dari lahir hingga terus berlanjut sepanjang hayat. Dalam
dunia pendidikan perkembangan anak penting untuk diperhatikan karena
setiap anak memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan pendidikan harus
disesuaikan dengan perkembangan anak supaya anak tidak merasa kesulitan
dan membosankan.

Ada 3 proses perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga proses
tersebut terjadi saling berinteraksi (Santrock, 2008). Pertama, proses biologis
yaitu perubahan dalam tubuh anak dan merupakan warisan genetik dengan
perkembangan otak, berat badan, tinggi badan, perubahan kemampuan
bergerak, dan perubahan hormon di masa puber. Kedua, proses kognitif yaitu
perubahan pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini berhubungan
dengan kemampuan akademik anak contohnya memecahkan soal matematika,
mengingat puisi, menyusun strategi kreatif, dan menghubungkan kalimat.
Ketiga, proses sosioemosional yaitu perubahan dalam hubungan anak dengan
orang lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Misalnya,
pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak
perempuan dan perasaan gembira remaja.

Ada 4 teori perkembangan kognitif anak yang dikemukakan oleh Pieget


dan keempat perkembangan tersebut saling berhubungan. Keempata tahapan

2
Ibid..., dalam Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

iii
tersebut antara lain tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap
operasional konkret, dan tahap operasional formal.

1. Perkembangan Kognitif
A. Teori perkembangan kognitif Piaget
Menurut Pieget ada dua proses yang dilakukan oleh anak
dalam menggunakan dan mengadaptasikan dua skema yaitu
Asimilasi dan dan Akomodasi. Asimilasi yaitu suatu proses yang
terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru
kedalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi yaitu suatu
proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan
informasi baru.

Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran Implikasi teori


Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pandangan bahwa pendidikan hanya
memperbaiki keahlian kognitif anak yang sudah
muncul.
2. Menggunakan pendekatan konstruktivis yang
menekankan bahwa anak-anak akan belajar lebih baik
jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Semua
siswa sebaiknya diajarkan membuat penemuan,
memikirkannya, dan mendiskusikannya bukan
menyalin apa-apa yang dikatakan guru. Dierking
(2015) menjelaskan bahwa pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivis ini dapat
menganalisis masalah yang terkait dengan proses
pembelajaran kolaboratif.
3. Guru sebagai fasilitator dalam belajar. Guru
mendengar, mengamati dan mengajukan pertanyaan
kepada siswa agar mereka mendapatkan pemahaman
yang lebih baik. Mengajukan pertanyaan yang relevan

iv
merangsang siswa untuk berpikir dan menjelaskan
jawaban mereka.
4. Guru mempertimbangkan pengetahuan dan tingkat
pemikiran anak karena tidak datang dengan kepala
kosong, tetapi telah memiliki banyak ide dan guru
menginterpretasikan apa yang dikatakan siswa lalu
memberikan respon yang sesuai dengan tingkat
pemikiran siswa.
5. Melakukan penilaian terus menerus yaitu individu
tidak dapat diukur dengan tes standar. Penilaian
dilakukan secara individual dari diskusi yang
merupakan hasil pemikiran mereka, penjelasan lisan
dan tertulis sebagai alat evaluasi kemajuan.
6. Meningkatkan kemampuan intelektual siswa dengan
melaksanakan pembelajaran secara alamiah. Anak
tidak boleh didesak dan ditekan untuk menguasai
banyak hal.
7. Menjadikan ruang kelas sebagai ruang eksplorasi dan
penemuan. Guru menekankan bahwa siswa
melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan
sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat siswa
dan partisipasi alamiah dalam aktifitas belajar.
Menurut Ramdhani (2016) bahwa ruang kelas bila
dijadikan sebagai ruang untuk melakukan eksplorasi
dan penemuan ini, guru harus memberi kesempatan,
kemudahan dan mengembangkan ide-ide siswanya
sendiri. Siswa diajarkan secara sadar dengan
menggunakan strategi sendiri untuk belajar.

B. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Menurut Vygotsky (Slavin, 2006 : 60) pembelajaran
melibatkan perolehan tanda-tanda yang didapatkan dari pengajaran

v
dan informasi dari oramg lain. Perkembangan terkait dengan
pengaturan diri (self-regulation) yaitu kemampuan berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Simbol-simbol yang telah diciptakan oleh budayalah yang akan
membantu orang untuk berpikir, berkomunikasi dan memecahkan
masalah tersebut (simbol/tanda yang telah diinternalisasi).
Sedangkan menurut Piaget menjelaskan bahwa perkembangan anak
mendahului pembelajaran. Artinya struktur kognisi tertentu perlu
berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat
terjadi.
Ada 3 asumsi yang menjadi inti pandangan Vygotsky
(Santrock, 2008 : 60) yaitu:
1) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis
dan diinterpretasikan secara developmental dengan
memeriksa asal usulnya dan transformasi dari bentuk awal
ke bentuk selanjutnya
2) Kemampuan kognisi dimediasi dengan kata, bahasa yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentransformasi aktivitas mental. Jadi, bahasa adalah alat
penting karena membantu anak pada masa kanak-kanak
awal (early childhood) untuk merancang aktivitas dan
memecahkan masalah
3) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan
dipengaruhi latar belakang sosiokultural. Misalnya dalam
suatu kultur dalam pembelajaran berhitung dengan
menggunakan komputer dan kultur lain pembelajaran
berhitung menggunakan batu atau jari.

Konsep-konsep teori Vygotsky dalam menjelaskan


perkembangan kognitif adalah sebagai berikut:

vi
1. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah sesuatu yang
masih belum dapat dikerjakan (sulit) seorang anak sendirian
tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan orang dewasa yang
memiliki kompeten. Zona perkembangan proximal ini
menggambarkan tugas yang masih belum dipelajari seorang
anak namun sanggup dipelajari pada waktu tertentu.
(Santrock, 2008 : 62).
2. Scafolding. Pembelajaran sosial adalah perancahan yang
berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
menghilangkan dukungan dan meminta anak memikul
tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup
(Slavin, 2008 : 60-61).
3. Bahasa dan Pemikiran. Bahasa bukan hanya untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan,
memonitor perilaku dengan cara sendiri. Penggunaan bahasa
untuk mengatur diri sendiri dinamakan dengan
“pembicaraan batin” (Inner Speech) atau “pembicaraan
privat” (private speech). Anak-anak harus menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum
mereka bisa fokus ke dalam pemikirannya sendiri. Anak-
anak juga harus berkomunikasi ke luar dan menggunakan
bahasa selama periode yang agak lama sebelum transisi dari
pembicaraan eksternal ke pembicaraan batin (internal)
terjadi. Anak yang banyak menggunakan private speech
akan lebih kompeten secara sosial (Santrock, 2008 : 63).
4. Pembelajaran kerjasama. Teori Vygotsky mendukung
penggunaan strategi pembelajaran kerja sama. Anak-anak
yang bekerjasama saling membantu dalam belajar. Teman-
teman yang bekerja dalam zona perkembangan proksimal
mereka

vii
5. Saling memberi contoh dan memungkinkan terjadinya
pembicaraan batin sehingga dapat saling memahami dalam
proses penalaran (Slavin, 2006 : 61).

C. Implikasi Teori Vygotsky Dalam Pembelajaran


Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran
yaitu :

1. Keinginan menyusun pembelajaran kerjasama


(cooperative learning) di antara kelompok-kelompok
siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Pengajaran pribadi oleh teman yang lebih
kompeten dapat berjalan efektif meningkatkan
pertumbuhan dalam zona perkembangan proksimal.
Pembelajaran kerjasama lebih memudahkan siswa
menemukan dan memahami konsep yang sulit karena
mereka dapat saling berbicara membicarakan soal yang
sulit dan mereka dapat belajar dari teman sebayanya
tentang cara berpikir yang tepat.

2. Pendekatan pembelajaran yang menekankan perancahan


(scaffolding) akan mengambil banyak tanggung jawab
untuk pembelajaran siswa sendiri. Misalnya guru yang
yang semula memimpin kelompok-kelompok kecil siswa
untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
dipelajari secara bertahap mengalihkan tanggung jawab
diskusi tersebut kepada siswa.

2. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan ini dapat diartikan sebagai perubahan atau
perkembangan yang terjadi pada setiap individu dan berkaitan dengan
pengembangan diri serta moral. Ada dua aspek penting tentang diri yaitu

viii
harga diri dan (self-esteem) dan identitas diri. Santrock (2008)
menjelaskan bahwa penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan
keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri
disebut juga dengan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self-
image). Seseorang yang rendah diri karena tidak diberinya dukungan
emosional dan penerimaan sosial yang memadai. Rendah diri yang terus
bertahan menjadi suatu problem yang serius dan bisa mengakibatkan
prestasi yang buruk, depresi, gangguan makan dan tindakan kejahatan.

A. Teori Perkembangan Sosioemosional


Teori ini terdiri dari lima sistem lingkungan yang terdiri dari
Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, Makrosistem, Kronosistem.

Mikrosistem merupakan setting dimana individu lebih banyak


menghabiskan waktu seperti di keluarga, teman sebaya, sekolah
dan tetangga. Dalam hal ini, seseorang bukan sebagai penerima
pasif dalam setting, tetapi orang yang berinteraksi secara timbal
balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi setting.

Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Misalnya


hubungan pengalaman siswa dalam keluarga dengan pengalaman di
sekolah dan antara keluarga dengan teman sebaya.

Ekosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain


mempengaruhi pengalaman siswa dan guru dalam konteks mereka
sendiri. Contohnya adalah dewan komite sekolah dan pengawas
sekolah berperan kuat dalam menentukan kualitas pembelajaran
dan sarana prasarana di sekolah.

Makrosistem merupakan kultur yang lebih luas yang mencakup


peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam perkembangan anak.
Misalnya kultur di Minangkabau yang memiliki falsafah Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah mengharuskan siswa di

ix
sekolah menggunakan pakaian muslim dalam belajar. Sementara
sekolah di Jawa tidak mengharuskan berpakaian muslim di sekolah
dalam belajar. Sementara itu keadaan sosial ekonomi seperti
kondisi kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan siswa dan
merusak kemampuan belajar anak meskipun mereka tekun dan ulet
dalam belajar.

Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan


anak. Misalnya siswa saat ini tumbuh dalam kemajuan sistem
teknologi informasi yang penuh dengan berbagai media.
Bronfenbrenner memperhatikan dua hal penting terkait sistem
lingkungan ini, yaitu anak yang hidup dalam kemiskinan terutama
anak yang tumbuh dengan orang tua yang tunggal (single parent)
dan terjadinya penurunan nilai-nilai. Selanjutnya, teori
perkembangan rentan.

B. Implikasi Teori Perkembangan Sosioemosional dalam Pembelajaran


Implikasi teori Brofenbrenner dalam mendidik anak adalah
sebagai berikut:
1. Pandanglah anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai
sistem lingkungan seperti sekolah, guru, orang tua, saudara
kandung, tetangga, teman sebaya, media, agama, kultur dan
anak akan dipengaruhi sistem-sistem tersebut

2. Memperhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga, baik


secara formal maupun informal. 3. Menyadari pentingnya arti
komunitas, status sosial ekonomi dan kultur dalam
perkembangan anak.

Implikasi perkembangan sosioemosional terkait dengan


perkembangan moral adalah menggunakan pendidikan moral
melalui kurikulum tersembunyi. Kurikulum tersembunyi dengan

x
adanya suasana moral yang diciptakan melalui aturan sekolah,
aturan kelas, orientasi moral dari guru dan administrasi sekolah dan
teks materi pembelajaran. Selain kurikulum tersembunyi
pendekatan langsung yang dilakukan dalam pendidikan moral ini
adalah melakukan pendidikan karakter. Pendidikan karakter
mengajarkan siswa tentang pengetahuan moral dasar untuk
mencegah agar siswa tidak melakukan tindakan tidak bermoral,
membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.

C. Periode Perkembangan Anak


Piaget mengemukakan tentang adanya tahapan atau periodesasi dalam
perkembangan kognitif individu. Adapun tahap – tahap atau periode tersebut
adalah :

1. Peride sensori- motor (0-2 tahun)


Merupakan periode atau tahap perkembangan Pieaget, pada periode ini
anak membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan
mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan
mendengar)dengan tindakan fisik dari motorik. Pada tahap ini, salah
satu kemampuan penting yang dicapai anak adalah object
permanentatau permanensi objek, yaitu suatu pemahaman bahwa objek
atau benda atau manusia tetap ada meskipun tidak tampak.
2. Periode Pra-Operasional(2-7 tahun)
Pada periode ini anak mulai dapat menjelaskan dunia dengan kata kata,
gambar dan lukisan. Meskipun demikian menurut Pieget anak masih
belum mampu melakukan “operasi”(istilah Piaget untuk
menggambarkan tindakan mental yang terinternalisasi, yang
memungkingkan anak melakukan secara mental apa yang memusatkan
perhatian pada ciri ciri yang paling menarik dari suatu stimulus, anak
belum dapat merenungkan, selain itu, anak juga belum mampu
melakukan penalaran secara rasional
3. Periode Operasional Konkret (7-11tahun)

xi
Pada periode ini, seorang anak sudah dapat melakukan “ operasi” dan
penalaran logis, selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus
dan jelas. Pada tahap ini prinsip konservasi atau suatu pikiran bahwa
suatu benda meskipun ditransformasikan dengan cara yang berbeda,
benda benda tersebut tetaplah sama. Merupakan ciri penting dalam
pemikiran anak anak, pada masa ini, anak dapat menghadapi orang lain
secara rasional. Mereka mulai mengerti dan bahkan memutuskan aturan
aturan logis. Komunikasi anak anak dengan orang lain menjadi lebih
bersifat sosial dan tidak egoentris.
4. Periode Operasional Formal (11-dst)
Pada periode ini individu telah melampaui berbagai pengalaman
konkret dan mampu berpikir abstrak dan logis. Pada tahap ini kadang
remaja menciptakan bayangan situasi ideal yang diinginkan, seperti
orang tua yang ideal, lingkungan yang ideal, masyarakat yang ideal,
kemudian bayangan keidealan tersebut dibandingkan dengan apa yang
ditemuinya di kehidupan nyata. Mereka juga mulai mempertimbangkan
kemungkinan kemungkiana masa depan yang akan dihadapinya,dalam
hal pemecahan masalah mereka sudah bisa menyelesaikan secara
sistematis.

D. Perkembangan kognitif

1. Teori piaget
Pengertian kognitif menurut salah satu ahli yaitu Pieget
menjelaskan bahwa epada siswa agarkognitif merupakan bagaimana
anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian kejadian
di sekitarnya3. Dalam pendidikan, perkembangan anak sangat penting
diperhatikan, karena setiap anak memiliki karakteristik dan keunikan
yang berbeda beda. dengan demikian, pendidikan harus sesuai dengan

3
Naldi, H. (2018).” Perkembangan kognitif,Bahasa dan Perkembangan
sosioemosional Serta Implikasinya dalam Pembelajaran”. Jurnal Socius: Journal of
Sociology Research and Education, 5(2), 102-114

xii
perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit dan tidak
memberatkan peserta dididik.

Teori Piaget menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak


secara aktif, anak anak mengguk nakan skema (kerangka kognitif atau
kerangka referensi) yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterpresentasikan informasi dan pengalaman mulai dari hal yang
paling sederhana hingga kompeks. Menurut Pieget, ada dua proses yang
dilakukan oleh anak dalam menggunakan dan mengadaptasikan skema
yaitu : 1) Asimilasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika
seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan
yang sudah ada; dan 2) Akomodasi yairu suatu proses mental yang
terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan informasi baru4.

Implikasi teori Pieget dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut :

1. Memberikan pandangan bahwa pendidikan hanya memperbaiki


keahlian kognitif anak yang sudah muncul
2. Menggunakan pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa
anak anak akan belajar lebik baik jika mereka aktif dan mencari
solusi sendiri. Semua siswa sebaiknya diajarkan membuat
penemuan, memikirkannya dan mendiskusikannya bukan
menyalin apa apa yang dikatakan guru
3. Guru sebagai fasilitator dalam belajar. Guru mendengar,
mengamati dan mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk
merangsang siswa berpikir lalu diakhiri dengan memberikan
pemahaman yang lebih baik
4. Meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik dengan
melaksanakan pembelajaran secara alamiah sehingga anak tidak
ditekan untuk menguasai banyak hal

4
Ibid hal 105

xiii
2. Teori Vygotsky
Konsep –konsep teori Vygotsky dalam menjelaskan perkembangan
kognitif adalah sebagai berikut :

1. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah sesuatu yang


belum bisa dikerjakan sendiri tetapi dapat dikerjakan dengan
bantuan orang o]dewasa yang sudah berkompeten.
2. Scafolding, pembelajaran sosial berarti menyediakan banyak
dukungan kepada seorang peserta didik selama tahap tahap awal
pembelajaran dan lambat laun menghilangkan dukungan dan
meminta anak memikul tanggung jawabnya ketika sanggup
3. Bahasa dan pemikiran. Bahasa bukan hanya untuk kominikasi
sosial, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku
dengan cara sendiri, anak anak harus menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka bisa
fokus kedalam pemikirannya sendiri.
4. Pembelajaran Kerjasama . Teori Vygotsky mendukung
penggunaan strategi pembelajaran kerja sama. Anak anak yang
bekerja sama saling membantu dalam belajar.
5. Saling Memberi Contoh. Sangat memungkinkan bagi guru
untuk melakukan pendekatan pembelajaran secara konstektual
yaitu sutu konsep belajar yang akan membantu guru
menghubungkan materi belajar dengan situasi dunia nyata siswa
dan akhirnya mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
ppengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari hari

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran yaitu :

1. Keinginan menyusun pembelajaran kerja sama atau


coorperative learning diantara kelompok kelompok siswa yang
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda. Pengajaran
pribadi oleh teman yang lebih kompeten dibidangnya dapat
meningkatkan perkembangan peserta didik, pembelajaran kerja

xiv
sama lebih memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan
suatu permasalahan yang rumit karena mereka dapat saling
membicarakan dan bertukar pikiran sehingga solusi dari sebuah
masalah dapat segera ditemukan
2. Pendekatan pembelajaran yang menekankan perancahan atau
pembelajaran scaffolding dapat diartikan sebagai suatu teknik
pemberian dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan
pada tahap awal untuk mendorong peserta didik agar dapat
belajar secara mandirisehingga ,teknik ini menuntut peserta
didik untuk dapat bertanggung jawab atas apa yang dibbankan
pada mereka.

E. Perkembangan bahasa
1. Pengertian bahasa

Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi secara lisan atau


suatu cara untuk menyampaikan sesuatu. Santrock (2008)
mengemukakan bahwa bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi
secara lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol.
Semua bahasa mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik dan pragmatis. Bahasa yang diucapkan terdiri dari suara atau
fonem.

Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran


yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan melalui kode-kode tertentu baik secara verbal maupun
nonverbal. Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar
gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara
yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu, bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan musik. Bahasa juga
dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi,
gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan

xv
lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara
komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang
mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan
setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.5

Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan


berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik
yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa
gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara
adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan6.

2. Pengaruh bahasa dan lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi


perkembangan bahasa pada anak, karena pada hakekatnya proses
pemerolehan kosa kata bahasa anak di awali dengan kemampuan
mendengan lalu meniru suara yang di dengar dari tempat ia berada.

Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi anak terutama


bagi pendidikan, seorang anak yang kurang dalam kosa kata akan
kesulitan belajar dan memahami, maka lingkungan dan orang tua sangat
berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak, maka sebagai orang tua
harus memperkenalkan anak bahasa-bahasa sederhana sejak kecil
dengan menyuruh menirukan suara.

. Menurut Noam Chomsky, bahasa itu terlalu rumit untuk


dipelajari jika hanya mengandalkan metode peniruan. Tujuan dari teori
ini adalah menemukan bakat terpendam yang dimiliki, mengasah
kompetensi diri, dan memotivasi individu untuk menentukan pilihan.
Dalam diri manusia sudah ada nnatemechanismnn yaitu bahasa
seseorang ditentukan oleh genetika. Sejak lahir manusia memiliki alat

5
Kurniati, E. (2017). Perkembangan bahasa pada anak dalam psikologi serta
implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
17(3), 47-56, hlm. 48
6
Ibid... hlm. 47

xvi
penguasaan atau pemerolehan bahasa LAD (Language Acquisation
Device). LAD memperoleh input dari lingkungan dan dianggap bagian
fisiologis dari otak untuk mengolah masukan dan menentukan mana
yang dikuasai lebih dulu (Crain, 2007).7

3. Cara bahasa berkembang

Perkembangan bahasa seorang anak di mulai sejak ia bisa


mendengar suara di lingkungan nya dan kemudian perlahan mulai bisa
menirukan lalu memahami sebuah bahasa.

Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa


Seorang anak :

a. Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan


yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia
memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia
sadari.

b. Babling Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar
atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda
dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat
dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.

c. Lalling Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-


suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia
2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan
suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

d. Echolalia Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia


mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya,
serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat
tangan ketika ingin meminta sesuatu. True Speech Bayi mulai

7
Naldi, H. (2018). Perkembangan kognitif, bahasa dan perkembangan
sosioemosional serta implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Socius: Journal of
Sociology Research and Education, 5(2), 102-114, hlm. 108 dalam Crain, William.
(2007). TeoriPerkembangan/KonsepdariAplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

xvii
dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan
atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum
sempurna seperti orang dewasa.

Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut Beberapa Ahli


Lundsteen, membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:

a. Tahap pralinguistik Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan


berasal dari tenggorok.

b. Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit,


misalnya ma, da, ba.

c. Tahap protolinguitik Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah


mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara.
beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).

d. Tahap linguistic Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia
mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya
mencapai 3000 buah. Bzoch membagi tahapan perkembangan
bahasa anak dari lahir. 8

Perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif


tertentu, pengolahan informasi dan motivasi. Teori ini sebenarnya
berupaya menggabungkan peran lingkungan dan faktor bawaan, tetapi
tetap menekankan pada aspek berpikir logis (the power of logical
thinking). Implikasi Teori Perkembangan Bahasa dalam Pembelajaran
Implikasi teori perkembangan bahasa dapat dilihat implikasinya dalam
pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a. Guru harus mampu memunculkan dan memotivasi semua


bakat yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Ini bertujuan untuk
mengoptimalkan bakat yang dimiliki siswa dan setelah ia

8
Kurniati, E. (2017). Perkembangan bahasa pada anak dalam psikologi serta
implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
17(3), 47-56 hlm. 48-49

xviii
mengetahui bakatnya, maka siswa bisa mengembangkan dan
berdampak terhadap kemajuan diri siswa .

b. Guru mendorong siswa untuk berkompetisi. Kompetisi dapat


membuat siswa lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan bakatnya. Siswa yang berkompeten dapat
bersaing dengan siswa lain dalam menghadapi tantangan
zaman yang semakin kompetitif saat ini.

c. Guru mendorong siswa untuk menentukan pilihan. Diharapkan


dari pilihan siswa, ia menjadi seorang yang lebih bijaksana,
berkomitmen dan berpegang teguh dengan pilihan serta
berkeyakinan dengan pilihannya itu adalah yang terbaik untuk
dirinya.

xix
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, E. (2017). Perkembangan bahasa pada anak dalam psikologi serta
implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
17(3), 47-56.

Naldi, H. (2018). Perkembangan kognitif, bahasa dan perkembangan


sosioemosional serta implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Socius: Journal of
Sociology Research and Education, 5(2), 102-114.

Prasetyaningrum, J. (2009). Psikologi Perkembangan Anak

xx
xxi

Anda mungkin juga menyukai