NUPTK : 5853762663300062
A.Ringkasan materi
Siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan individu yang aktif dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik antara guru
dengan siswa maupun sebaliknya. Oleh karena itu, salah satu kompetensi pedagogik yang harus
dikuasai guru adalah memahami karakteristik peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran, materi
yang disampaikan, metode yang dirancang sesuai dengan karakteristik siswa. Pendidikan karakter
merupakan sebuah proses (step by step), untuk itu pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara
teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari – hari . yang nantinya akan
menjadi kebiasaan.
Ada dua metode yang sering dipakai dalam meneliti perkembangan manusia yaitu longitudinal dan
cross sectional. Longitudinal dilakukan pada anak yang sama usianya dan dalam waktu yang lama
sedangkan cross secsional dilakukan pada banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang
sama.
Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rohani sehingga disebut individu yang komplek
yang terdiri dari banyak aspek seperti : jasmani, intelektual, emosi, moral, dan social. 9 Nana sodih
sukmadinata. 2009) menganalisis seluruh segi perkembangan disebut pendekatan menyeluruh.
3. Teori perkembangan
Ada berbagai teori perkembangan yang sering menjadi acuan bidang pendidikan diantaranya:
B. Teori belajar
Psikologi belajar atau yang disebut juga teori belajar, adalah teori yang mempelajari
perkembangan intelektual (mental) siswa. Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus
menguasai kelas. Ada dua aliran dalam psikologi belajar, yaitu psikologi tingkah laku dan psikologi
kognitif. Beberapa teori belajar yang melandasi guru-guru dalam merancang, melaksanakan dan
menilai pembelajaran.
Teori belajar behavioristik. Teori belajar yang mempelajari perkembangan intelektual yang
di dalamnya terdapat dua hal yaitu: urain tentang apa yang terjadi dan di harapkan terjadi oleh
intelektual dan uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada
usia tertentu.
Teori belajar menurut Vygotsky, belajar dapat membangkitkan berbagai proses mental
tersimpan yang hanya bisa dioperasikan manakala seseorang berinteraksi dengan
orang dewasa atau berkolaborasi dengan sesama teman. Proses belajar terjadi pada dua tahap:
tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan
secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksiterjadi
baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan berikut ini perlu dikembangkan: saling
menghargai, menguji kebenaran pernyataan fihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi
pendapat yang berkembang.
Teori pembelajaran Van Heile. Dalam pembelajaran geometri terdapat teori pembelajaran
yang mengemukakan tahap – tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Van hiele
mengemukakan ada 5 tahap pemahaman geometri yaitu : pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi
dan akurasi.
Tahap pengenalan pada tahap inisiswa memandang sesuatubangun geometri sebagai suatu
secara keseluruhan belum memperhatikan komponen dari masing-masing bangun.
Tahap analisis pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal bangun – bangun
geometriberdasarkan cirri dari masing – masing bangun.
Tahap pengurutan pada tahap inisiswa sudah bias memahami hubungan antar cirri yang satu
dengan cirri bangun yang lain,
Tahap deduksi pada tahap ini siswa mampu menarik kesimpulan.
Tahap akurasi pada tahap ini siswa sudah memahami betapa pentingnya prinsip-prinsip
dasar yang melandasisuatu pembuktian
Bruner (dalam Reys dkk., 1998, h. 19) berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses sosial yang di dalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri sendiri
maupun orang lain termasuk guru sehingga mereka berkembang secara intelektual.
Prinsip ini pada dasarnya menyarankan bahwa anak sebaiknya tidak hanya terlibat dalam
manipulasi material, pencarian pola, penemuan algoritma, dan menghasilkan solusi yang
berbeda, akan tetapi juga dalam mengkomunikasikan hasil observasi mereka, membicarakan
adanya keterkaitan, menjelaskan prosedur yang mereka gunakan, serta memberikan
argumentasi atas hasil yang mereka peroleh.
Teori belajar Ausubel Ausubel (dalam dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988:134), belajar dapat
diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi, yaitu: penerimaan dan penemuan. Sedangkan
berdasarkan cara siswa menerima pelajaran, yaitu belajar bermakna dan belajar hafalan. Berarti,
suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila melalui prasyarat belajar, yaitu:
a. Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial
b. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai
kesiapan dan niat dalam belajar bermakna
Ciri-ciri belajar bermakna:
a. Menjelaskan hubungan bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama
b. Diberikan ide dari yang paling umum kemudian ke hal-hal yang lebih terperinci
c. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan
d. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide baru disajikan
Ausubel (Dahar, 1989:141) menyebutkan ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu:
informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat, informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan proses belajar beerikutnya untuk materi yang mirip, informasi yang
dipelajari secara bermakna memudahkan belajar hal-hal yang mirip walaupun telah lupa. Untuk
menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip dan konsep yang perlu
diperhatikan:
a. Pengatur awal. Mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong
mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk
membantu menanamkan pengetahuan baru
b. Diferensiasi progresif. Perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep selama belajar
bermakna berlangsung. Unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dahulu,
kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut
c. Belajar superordinat, terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal
sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
C. Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar
Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut ini.
1. Pembelajaran memfasilitasi peserta didik untuk mencari tahu;
2. belajar berbasis aneka sumber belajar;
3. pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;
5. pembelajaran terpadu;
6. pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. pembelajaran menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental
(softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik,
dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Desain pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran menggunakan kurikulum 2013:
Dalam Permendikbud No.22 tahun 2016 dikatakan pembelajaran inquiry disebut bersama dengan
discovery. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang”
atau “mencari informasi”. Discovery disebut sebagai “tindakan menemukan”. Jadi, pembelajaran ini
memiliki dua proses utama. Pertama, melibatkan siswa dalam mengajukan atau merumuskan
pertanyaan-pertanyaan (to inquire), dan kedua, siswa menyingkap, menemukan (to discover)
jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan penyelidikan dan kegiatan-kegiatan
sejenis (Sutman, et.al., 2008:x).
1) Penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian autentik dan non
autentik. Penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh
pendidik. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan
sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
melakukan tugas pada situasi sesungguhnya. Bentuk penilaian autentik mencakup: penilaian
berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium,
unjuk kerja, serta penilaian diri. Penilaian diri merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. Bentuk penilaian non
autentik mencakup:
1) tes, ulangan, ujian.
2) semester, akhir semester, akhir tahun
3) kenaikan kelas
Prinsip-Prinsip umum penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi: sahih, objektif, adil, terpadu,
terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan edukatif. Prinsip khusus untuk
penilaian autentik meliputi:
a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran
c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik
d. Berbasis kinerja peserta didik
e. Memotivasi belajar peserta didik
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik
Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar oleh pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. Lebih khusus, penilaian
hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk:
a. Memantau kemajuan belajar
b. Memantau hasil belajar
c. Mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
Pendidikan menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian yang dilengkapi rubrik.
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan.
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik
Teknik penilaian
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, penilaian diri, dan
penilaian antar teman. Teknik observasi merupakan teknik utama, sedangkan penilaian diri
dan penilaian antar teman diperlukan sebagai teknik penunjang untuk konfirmasi hasil
penilaian observasi oleh guru.
Penilaian pengetahuan menggunakan teknik penilaian tes tertulis, penugasan dan portofolio.
Penilaian keterampilan menggunakan teknik penilaian kinerja, projek, dan portofolio.
Pembelajaran remedial pada dasarnya mengubah strategi atau metode pembelajaran untuk
KD yang sama. Bentuknya dapat berupa pembelajaran ulang, bimbingan perorangan,
pemanfaatan tutor sebaya, dan lain-lain.
Pembelajaran pengayaan berupa perluasan atau pendalaman materi atau kompetensi.
Proses Pembelajaran Dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta
tindak lanjut secara berkelanjutan.
Materi yang sulit dipahami adalah materi teori belajar pada Kompetensi Inti: Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam sumber belajar, dijelaskan ada 4 teori
belajar. Yaitu teori belajar Bruner, Vygotsky, Van heile dan teori belajar Ausubel. Dari keempat
teori belajar yang dijelaskan, bagian yang sulit dipahami yaitu cara penerapannya untuk
pembelajaran mata pelajaran menggunakan teori-teori belajar tersebut.
3. Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam Sumber Belajar
Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar yaitu pada Kompetensi Inti:
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
2. Memfasilitasi pengembangan Potensi peserta didik untuk mengtualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.
3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
4. Memanfaatkan hasil penilaian dan Evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
4. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam Sumber Belajar
Teori belajar Van heile karena dalam teori ini Van Heile mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
geometri terdapat teori pembelajaran yang mengemukakan tahap – tahap perkembangan mental anak
dalam geometri menurut saya teori ini lebih sesuai jika diterapkan dalam bidang pembelajaran
matematika.