Anda di halaman 1dari 10

Proses Dan Tahapan Belajar

BAB I

A. PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan suatu negara terutama yang menyangkut


Sumber Daya Manusia akan sangat ditentukan oleh bagaimana strategi yang
diterapkan untuk mencetak SDM-SDM unggul. Tentu hal ini terkait erat dengan
model pendidikan yang digunakan. Di Indonesia, hingga kini kita masih melihat
kelemahan-kelemahan dalam pola pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah. Pola pendidikan teacher/lecturer based learning masih sangat kental
dalam berbagai proses pendidikan.

Pola pendidikan semacam ini berdampak pada sikap mental anak didik
yang tidak mandiri, sulit berkembang dan kurang berani menyatakan pendapatnya.
Pola pendidikan semacam ini juga membiasakan kita untuk menajdi konsumen
ilmu pengetahuan, bukan produsen ilmu pengetahuan.

Kembali ke masalah pendidikan , bagaimanakah proses belajar mengajar


yang efektif dan produktif? Solusi yang ditawarkan sebenarnya bukanlah suatu
yang baru. Bahkan mungkin hal ini sudah dibahas di berbagai forum diskusi,
seminar, lokakarya, symposium dan lain-lain. Tapi yang ingin ditekankan oleh
penulis di sini adalah bagaimana mengaplikasikannya, khususnya dengan
memanfaatkan teknologi internet.

Kita harus mengubah paradigma proses belajar mengajar menuju


pembelajaran yang student based learning. Artinya di sini pihak yang belajar lah
yang menjadi pusat pembelajaran, bukan dosen, guru atau pembimbing
akademisnya.

Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri,
dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak

1
sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa
mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of
learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” …….
( H.A.malik,2002:58).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses


kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru
sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar
merupakan aspek dari proses pendidikan.

Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan


sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang
mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam
kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana
sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling
berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah
ditetapkan (output)

2
BAB II

B. PEMBAHASAN

1. Proses dan Tahapan Belajar

a. Proses Belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses
vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or
psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang
menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi
belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber,
1988).

Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam
definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners
or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita
pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keasaan sebelumnya.

Sampai sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut


pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah
dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP,
SMA, SMK bermerk KTSP.

Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai


motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar

3
terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang
(maturasionisme).Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku
sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan
yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP
menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi
pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan
pengetahuan dan mental siswa.

Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri


(selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan
pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan (konstruktivisme).

Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut


pendapat ini. Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian
yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika
siswa tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak
akan berkembang pengetahuannya.

Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk


menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang dihadapi siswa.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah
ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu
keaktivan siswa sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Oleh karena itu pembelajaran siswa di kelas atau di sekolah menggunakan


strategi pembelajaran siswa aktif. Peran guru di sini sebagai media dan fasilitator
bahkan menciptakan media pembelajaran dan menciptakan fasilitator
pembelajaran supaya siswa belajar aktif dan aktif belajar.
Siswa dibimbing dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif.

4
Sama halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa.

Siswa dan kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala


baru, dan persoalan baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan
secaca kognitif (mental) Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan
skema pikiran lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal
untuk menjawab tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-
pengalamannya.

Proses belajar siswa untuk membentuk kemampuannya atau


kompetensinya dimulai:

1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya siswa beradaptasi dan


terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan
rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan


konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah
tidak cocok lagi.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga


seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya
(skemata).

Proses perkembangan intelek siswa berjalan dari disequilibrium menuju


equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. Proses belajar bermakna berarti
informasi baru diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar
menghafal hanya perlu bila siswa mendapatkan fenomena atau informasi yang
sama sekali baru dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya.

5
Pengetahuan siswa selalu diperbarui diupdate dikonstruksikan terus-
menerus. Jelaslah bahwa teori belajar bermakna bersifat konstruktif karena
menekankan proses asimilasi dan akomodasi fenomena, pengalaman, dan fakta
baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

b. Tahapan-tahapan Dalam Belajar

Menurut Jerome S. Bruner, Karena belajar itu merupakan aktivitas yang


berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.
Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan
lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang
penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu:

1) tahap informasi (tahap penerimaan materi);

2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi);

3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri)

Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh


sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang
berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang
sebelumnya telah dimiliki.

Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,


diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual
supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan
bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer
strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu.

6
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci
mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk
merespons lngkungan yang sedang dihadapi.

Menurut Arno F Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning,


setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:

1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi);

2) storage (tahap penyimpanan informasi);

3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi


sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses
acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam
tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami


proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika
menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short
term dan long term memori.

Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-


fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan
dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu
sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.

7
BAB III

A. PENUTUP

a. Kesimpulan

Belajar adalah proses alamiah manusia dalam usaha pengembangan


dirinya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Proses belajar sendiri dapat
dilakukan secara sengaja atau tidak, bahkan dilakukan tanpa disadari. akan tetapi
terkadang kebanyakan orang akan mengalami suatu masalah dalam belajar ketika
ada tahapan yang tidak ia lakukan secara benar. Dalam posting kali ini saya
mencoba menguraikan sedikit tentang proses balajar secara umum itu :

1. Tertarik

Ketertarikan terhadap sesuatu akan mendorong atau memotivasi rasa ingin


tahu seseorang dalam belajar. Tanpa rasa tertarik, orang akan belajar tanpa tujuan
dan tidak ikhlas dalam belajar. Rasa tertarik akan membuat seseorang "niat"
dalam belajar sehingga belajar itu adalah kemauan sendiri tanpa paksaan dari
orang lain.

2. Melihat

Tahap selanjutnya dari belajar melihat, pada awal proses belajar seseorang
akan cendrung melihat apa yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Hal ini
penting untuk merangsang otak untuk berpikir dan menerima hal yang akan
dicoba.

3. Mencoba

Setelah melihat, tentunya seseorang yang belajar akan mencoba


melakukan sendiri apa yang dilihatnya. Tahapan ini perlu dalam belajar karena
tanpa mencoba sendiri dan hanya melihat, maka seseorang cenderung pasif dan
tidak ada sikap aktif oleg orang tersebut.

8
4. Mempelajari dan Mengatasi Masalah

Terkadang dalam proses mencoba, ada masalah-masalah yang akan


dihadapi. Masalah yang dialami dalam proses belajar sangat mendukung proses
belajar itu sendiri, karena dengan masalah itulah proses belajar menjadi lebih
"mendalam". 2 hal yang perlu yaitu mempelajari kenapa ada suatu masalah dan
mengatasi masalah itu sendiri.

5. Improvisasi

Pengembangan dalam belajar atau improvisasi adalah melakaunan apa


yang dipelajari dengan gaya dan cara sendiri. Ini adalah tahapan seseoarang untuk
menjadi "Ahli" dan mengerti jauah lebih dalam tentang apa yang dipelajari.
Dengan improvisasi, seseorang bisa membuat cara baru sesuai dengan dirinya
sendiri (customisasi), bahkan bisa menciptakan "Ilmu atau cabang ilmu baru".

9
BAB V

PENUTUP

Demikian pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang “


Proses dan Tahapan Belajar “. Dimana menjelaskan tentang proses dan tahapan –
tahapan dalam belajar.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam


menyusun makalah ini. Tetapi kami yakin suatu kesalahan itu merupakan bagian
dari suatu proses pembelajaran, seperti pepatah asing mengatakan ‘experience is
the best teacher’ artinya pengalaman adalah guru yang berharga. Untuk itu demi
proses pembelajaran yang baik kami sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, supaya dalam penyusunan makalah selanjutnya
dapat tersusun lebih baik lagi.

Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung, sehingga makalah ini dapat tersusun dan dapat dipaparkan.
Harapannya dapat bermanfaat bagi kita semua

10

Anda mungkin juga menyukai