BAB I
A. PENDAHULUAN
Pola pendidikan semacam ini berdampak pada sikap mental anak didik
yang tidak mandiri, sulit berkembang dan kurang berani menyatakan pendapatnya.
Pola pendidikan semacam ini juga membiasakan kita untuk menajdi konsumen
ilmu pengetahuan, bukan produsen ilmu pengetahuan.
Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri,
dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak
1
sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa
mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of
learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” …….
( H.A.malik,2002:58).
2
BAB II
B. PEMBAHASAN
a. Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses
vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or
psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang
menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi
belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber,
1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam
definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners
or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita
pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keasaan sebelumnya.
3
terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang
(maturasionisme).Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku
sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan
yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP
menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi
pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan
pengetahuan dan mental siswa.
4
Sama halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah
tidak cocok lagi.
5
Pengetahuan siswa selalu diperbarui diupdate dikonstruksikan terus-
menerus. Jelaslah bahwa teori belajar bermakna bersifat konstruktif karena
menekankan proses asimilasi dan akomodasi fenomena, pengalaman, dan fakta
baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
6
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci
mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk
merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
7
BAB III
A. PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Tertarik
2. Melihat
Tahap selanjutnya dari belajar melihat, pada awal proses belajar seseorang
akan cendrung melihat apa yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Hal ini
penting untuk merangsang otak untuk berpikir dan menerima hal yang akan
dicoba.
3. Mencoba
8
4. Mempelajari dan Mengatasi Masalah
5. Improvisasi
9
BAB V
PENUTUP
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung, sehingga makalah ini dapat tersusun dan dapat dipaparkan.
Harapannya dapat bermanfaat bagi kita semua
10