Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam, yang di dalamnya

terdapat hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia, baik yang

berhubungan dengan Allah SWT, maupun yang berhubungan dengan sesama

manusia dan alam sekitarnya. Setiap muslim percaya, bahwa Al-Qur’an adalah

sumber nilai yang paling utama. Kepercayaan akan kebenaran Al-Qur’an sebagai

kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan salah satu

rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada kitab-kitab Allah.

Dengan demikian, setiap umat Islam diwajibkan untuk menjaga kesucian

Al-Qur’an agar selalu terpelihara kemurniaannya yaitu dengan cara membacanya

dengan benar, dan dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-

Qur'an serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu komponen dasar agama Islam, diwajibkan bagi setiap

pemeluknya agar mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar. Akhir-

akhir ini membaca Al-Qur’an tidak lagi dianggap sebagai kemampuan yang wajib

dimiliki setiap muslim, keadaan ini dapat kita lihat di kalangan generasi muda,

mereka yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik semakin kurang

jumlahnya.

1
2

Di samping itu Al-Qur’an juga merupakan salah satu kitab yang paling

sering dibaca dan didengar oleh orang muslim seluruh dunia, setidak-tidaknya

lima kali dalam sehari semalam, umat Islam baik sebagai pribadi maupun sebagai

jamaah, selalu membaca ayat Al-Qur’an di dalam shalat. Tingkat kemampuan

membaca Al-Qur’an di kalangan muslimin beraneka ragam, ada yang dapat

membacanya dengan fasih dan sempurna, tetapi ada yang masih sederhana,

bahkan ada yang tidak mampu sama sekali.

Hal ini menunjukkan bahwa, betapa pentingnya Al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari, seperti dituliskan dalam buku “Metode Membaca dan

Menulis Al-Qur’an” sebagai berikut :

Umat Islam seluruh dunia menyongsong kebangkitan Islam pada abad ke-
15, sebab tidak masuk akal Islam akan bangkit kembali, kalau umatnya
sendiri tidak tahu membaca dan menulis serta memahami kitab sucinya
sendiri. Islam tidak akan bangkit, kalau tidak dibangkitkan oleh umatnya.
Umat Islam tidak akan bangkit, kalau jiwanya tidak disirami oleh kitab
sucinya. Kitab suci tidak akan menyinari, kalau tidak dibaca dan dihayati.1

Ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW. berisi perintah membaca, dengan kepandaian tulis baca itu terbuka pintu

pengetahuan, mengetahui apa yang tadinya belum diketahui. Qur’an artinya yang

dibaca atau bacaan ini mengandung perintah supaya segenap kaum muslimin

pandai dan gemar membaca Al-Qur’an serta memahami ilmu dan hikmah yang

terkandung di dalamnya.

Dengan kepandaian tulis baca, ilmu pengetahuan dapat berkembang

dengan luas. Sebab itu pengetahuan tulis baca dan kegemaran membaca

Tombak Alam, Metode Membaca dan Menulis Al-Qur’an 8 Kali Pandai, (Jakarta:
Rineka Cipta,1992), hal. 5.
3

hendaklah dipupuk dan dibina sejak kecil. Maka jelaslah bahwa membaca dan

memahami Al-Qur’an adalah suatu cara yang penting untuk kebangkitan umat

Islam dewasa ini.

Lain halnya yang terjadi di Kemukiman Kuta Reuntang, dimana para

remaja kurang mampu membaca Al-Qur’an, bahkan ada diantara mereka yang

tidak mampu sama sekali. Ini merupakan persoalan yang sangat serius yang perlu

dicarikan solusi agar keberadaan umat Islam di daerah ini tidak tertinggal dalam

bidang Al-Qur’an.

Berdasarkan persoalan di atas, penulis tergugah untuk melakukan suatu

penelitian yang berjudul “KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DI

KALANGAN REMAJA KUTA REUNTANG KEC. MEURAH DUA PIDIE”.

Sedangkan yang menjadi fokus permasalahan di sini yaitu :

1. Bagaimana kemampuan para remaja Kemukiman Kuta Reuntang dalam

membaca Al-Qur’an.

2. Faktor apa sajakah yang menyebabkan para remaja kurang mampu membaca

Al-Qur’an.

3. Bagaimana perhatian para remaja dan orang tua terhadap Al-Qur’an.

B. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami

pembahasan Karya Ilmiah ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah

yang terdapat dalam judul Karya Ilmiah ini. Adapun istilah-istilah yang perlu

diberikan penjelasannya adalah sebagai berikut :


4

1. Kemampuan

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata kemampuan diartikan :

”Kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan”.2

Jadi yang dimaksud dengan kemampuan dalam pembahasan ini adalah

kesanggupan para remaja terhadap membaca Al-qur’an dengan cakap dan benar.

2. Al-Qur’an

Kata Al-Qur’an berasal dari kata :

‫ يقرا – قرا نا‬-‫قرا‬


Artinya : “Membaca”.3
Menurut Huston Smith dalam bukunya menafsirkan kata Al-Qur'an sebagai

berikut :

Al-Qur’an (bacaan). Kitab Suci Islam, yakni Al-Qur’an secara umum


dapat juga disebut Al-Mushaf (kumpulan berbagai halaman, atau naskah),
Al-Furqan (pembeda antara kebenaran dan kebatilan), Al-Kitab (buku /
kitab suci), Al-Zikr (peringatan), dan beberapa nama lainnya. Dalam
istilah yang resmi ia disebut sebagai Al-Qur’an Al-Qarim (bacaan yang
mulia) atau Al-Qur’an Al-Majid (bacaan yang agung). 4

Menurut sebagian ahli tafsir definisi Al-Qur-an yaitu :

Poerwadarminta,W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1976),


hal. 628
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta,1993), hal. 335.
4
Huston Smith, Ensiklopedi islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 23.
5

‫القرأن هواللفظ العربئ النمزل عل سيدنا ممحد صلى ال عليييه وسييلم‬


‫النمقول الينما تواتر التمعبيد بتملوتيه التمحييدى بييأ قصير سييورة منميه البييدؤ‬
‫بسورة فاتةح الخمتمم بسورةالنماس‬
Artinya : Al-Qur’an adalah lafadh berbahasa Arab yang diturunkan kepada
pemimpin kita Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan secara
mutawatir yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang
menantang setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan
(membuat) surat yang terpendek dari padanya, yang dimulai dari surat
Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.5

Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa Al-Qur’an adalah

kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan

malaikat Jibril untuk di sampaikan kepada umatnya dan yang membacanya itu

adalah ibadah.

3. Remaja

Menurut Zakiah Daradjat masa remaja adalah : “Masa yang penuh

kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan antara kanak-kanak dengan

penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri”.6

Masa remaja yang dimaksud di sini yaitu anak-anak yang berusia antara

12–18 tahun, pada masa ini mereka banyak melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang dari kebiasaan yang membuat resah para orang tua, kalau orang tua

dan masyarakat kurang mengontrol, maka tidak jarang diantara para remaja yang

kurang mengetahui masalah keagamaan.

4. Kuta Reuntang
5

Departemen Agama RI, Mukaddimah Al-Qur’an dan Tafsirnya ,(Jakarta: 1990), hal. 4
6

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 89.
6

Kuta Reuntang adalah salah satu dari 3 kemukiman yang terdapat di

Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie, yang memiliki 7 Desa, letaknya

berbatasan antara Kecamatan Meureudu dengan Kecamatan Ulim, tepatnya di

kilometer 165 dari arah Banda Aceh.

C. Tujuan Penelitian

Setiap masalah yang akan dibahas sudah barang tentu mempunyai

tujuannya masing-masing. Demikian pula halnya dengan penyusunan skripsi ini,

dimana penulis mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk :

1. Mengetahui kemampuan para remaja di Kemukiman Kuta Reuntang dalam

membaca Al-Qur’an.

2. Mengetahui faktor penyebab para remaja kurang mampu membaca Al-Qur’an.

3. Mengetahui bagaimana perhatian para remaja dan orang tua terhadap Al-

Qur’an.

D. Postulat dan Hipotesis

Postulat dan hipotesis merupakan dua istilah yang sering terdapat dalam

penulisan karya ilmiah. Menurut Winarno Surachmad, “postulat atau anggapan

dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh

si penyelidik”.7 Sedangkan hipotesis adalah “Sebuah kesimpulan tetapi belum

final, masih harus dibuktikan kebenarannya atau jawabannya yang dianggap besar
7

Winarno Surachmad, Dasar-dasar Tehnik Research, (Bandung: Tarsito, 1972), hal. 5.


7

kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar”.8 Untuk memudahkan

pembahasan skripsi ini, maka perlu dirumuskan postulat dan hipotesis, yaitu :

1. Postulat

Adapun yang menjadi postulat dalam penelitian ini adalah setiap muslim

diwajibkan mampu membaca Al-Qur’an.

2. Hipotesis

Berdasarkan postulat di atas dapat dirumuskan beberapa hipotesis yaitu :

a. Para remaja Kemukiman Kuta Reuntang kurang mampu membaca Al-

Qur’an.

b. Kepedulian para remaja dan orang tua terhadap Al-Qur’an masih kurang.

E. Populasi dan Sampel

Setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber

yang dapat dipercaya, agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk

menjawab masalah-masalah dalam penelitian atau untuk meguji hipotesis.

Dalam hal ini penulis perlu menentukan terlebih dahulu populasinya, guna

untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam menjawab

permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Menurut Suharsimi Arikunto :

“Populasi adalah keseluruhan jumlah yang dijadikan sebagai objek peneliti”.9


8

Ibid., hal. 58
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 102.
8

Sedangkan sampel adalah “Sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili

keseluruhannya”.10

Dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa populasi adalah keseluruhan

dari objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Sedangkan sampel adalah

cuplikan dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut sesuai

dengan topik yang diteliti.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para

remaja yang ada di Kemukiman Kuta Reuntang (  700 remaja). Mengingat

keterbatasan waktu dan dana, maka penulis tidak mungkin meneliti seluruh

populasi yang dimaksud di atas, tetapi penulis akan memilih sejumlah sampel. Hal

ini sesuai dengan ungkapan Amudi Pasaribu yang menyatakan bahwa : “Kita

melakukan pengambilan sampel adalah karena tidak mungkin mengamati seluruh

anggota populasi itu atau karena pengamatan seluruh populasi tidak praktis dan

efisien”.11

Dalam hal ini penulis juga menggunakan teknik menghitung besarnya

sampel secara random atau secara acak. Teknik menghitung besarnya anggota

sample secara random yaitu dengan mencari persen dari jumlah populasi, hal ini

sudah dianggap memadai. Sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto :

“Untuk sekedar acar-acar, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau

lebih”. 12

_____________
10
Ibid., hal. 104.
10
11
Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hal. 219
12
9

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, penulis mengambil jumlah

sample sebesar 15 % dari seluruh populasi yang diteliti. Sedangkan jumlah

populasi dari keseluruhan remaja di Kemukiman Kuta Reuntang adalah sebesar

 700 remaja. Karena populasi yang diambil sebesar 15 %, maka remaja yang
akan diteliti sebanyak 105 remaja dari keseluruhan populasi. Dalam hal ini,

dikarenakan pada Kemukiman Kuta Reuntang tersebut mempunyai 7 (tujuh)

Desa, maka disetiap Desa akan diambil sebanyak 15 remaja untuk dijadikan

sampel dalam penelitian yang dimaksud.

Disamping itu untuk lebih akurat data, penulis juga mengambil responden

pelengkap lainnya, antara lain yaitu : para orang tua responden sebanyak 10

orang, para Ustad yang pernah mengajarkan Al-Qur’an di Kemukiman Kuta

Reuntang sebanyak 3 orang, Imam Mesjid Jami’ Kuta Reuntang sebanyak 1

orang, Imam Mukim Kemukiman Kuta Reuntang sebanyak 1 orang, dan tokoh-

tokoh masyarakat di Kemukiman Kuta Reuntang sebanyak 5 orang.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan informasi tentang data yang diperlukan dalam

penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis metode penelitian, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara menelaah buku-buku dan pendapat para ahli yang ada kaitannya

dengan judul penelitian ini membentuk landasan teoritis.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 62.
10

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk mendapatkan

data dan informasi yang objektif dan dapat dipercaya, maka diadakan

pengamatan langsung ke lokasi penelitian di Kemukiman Kuta Reuntang,

yaitu dengan cara survey.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

lapangan di atas, maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu mengadakan komunikasi dengan beberapa orang yang

dipilih sebagai sampel untuk diwawancarai, yaitu para orang tua

responden, para Ustad yang pernah mengajarkan Al-Qur’an, Imam Mesjid

Jami’ Kemukiman Kuta Reuntang, Imam Mukim Kemukiman Kuta

Reuntang, dan tokoh-tokoh masyarakat.

b. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap sasaran penelitian

terutama terhadap fakta-fakta yang ada, dimana para remaja kurang

mampu membaca Al-Qur’an merupakan sebuah fenomena yang perlu

diluruskan secara menyeluruh.

c. Tes, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan sampel,

kemudian diuji kemampuan membaca Al-Qur'an. Adapun materi tesnya

adalah Surat Al-Baqarah ayat 1-5 dan Surat Yasin ayat 1-5, dengan

pertimbangan bahwa Surat Al-Baqarah dan Surat Yasin adalah surat yang

telah sering dipelajarinya. Hasil dari tes tersebut diprediksikan dapat

menggambarkan kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur'an secara

keseluruhan. Disamping itu, Surat Ibrahim ayat 1-5 dianggap perlu untuk
11

dijadikan materi dalam tes, dengan pertimbangan bahwa Surat Ibrahim

adalah surat yang jarang di baca oleh para remaja.

Setelah data terkumpul penulis menempuh teknik pengolahan data yaitu

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana sebagai berikut :

f
P x 100%13
n

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah frekuensi

100 % = Bilangan tetap

Adapun dalam penyusunan format dari penulisan skripsi ini, penulis

berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Tarbiyah

IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Tahun 2004”, serta dalam

menterjemahkan ayat penulis berpedoman pada Al-Qur’an dan terjemahannya

Departemen Agama RI.

13

Sudjana, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Tarsito, 1988), hal. 79.

Anda mungkin juga menyukai