Penulis: Mashudi
Desain sampul dan Tata letak: M. Wafi
ISBN: 978-623-7885-28-3
Penerbit:
KALIMEDIA
Perum POLRI Gowok Blok D 3 No. 200
Depok Sleman Yogyakarta
e-Mail: kalimediaok@yahoo.com
Telp. 082 220 149 510
Distributor oleh:
KALIMEDIA
Telp. 0274 486 598
E-mail: marketingkalimedia@yahoo.com
Cetakan, 1 2021
ii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
v
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
vi
Daftar Isi
vii
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 12.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 39.
1
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
3
Djamarah, Guru dan Anak Didik, hal. 12.
4
Ibid.
2
Pendahuluan
5
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar “Michro Teaching”
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 48.
3
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
6
Luluk Atirotu Zahroh, “Diagnosis Kesulitan Belajar: Diagnosis
Sebagai Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar” dalam Ta’allum Jurnal
Pendidikan Islam, Vol.18.No.1. Juni, 2008, hal. 75.
4
BAB II
ARTI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1
H. Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar Matematika (Jakarta:
DepDikbud, 1988), hal. 1.
5
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
2
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 1.
3
Lihat WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo,
1986), hal. 36.
6
Arti Belajar dan Pembelajaran
4
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru, 1987), hal. 28.
5
Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), hal. 98.
6
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Karya, 1986), hal. 85.
7
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
7
Ibid., hal. 86.
8
Harini Wijayanti, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pengukuran Pada
Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Jombok, Pule, Trenggalek, (Skripsi tidak
diterbitkan. Tulungagung: Program Strata I STKIP PGRI Tulungagung,
2007), hal. 8.
82
Arti Belajar dan Pembelajaran
B. Tujuan Belajar
Segala sesuatu harus memiliki tujuan, karena dengan
adanya tujuan maka hal yang kita inginkan akan bisa
tercapai meskipun kadang sulit untuk mencapainya. Dalam
tujuan pembelajaran peserta didik diharapkan bisa merubah
dirinya dengan acuan pelajaran yang baru saja di dapatkan.
belajar disini mempunyai maksud agar sesuatu yang belum
diketahui akan didapat didalamnya. Tujuan pengajaran,
sebagaimana yang diungkapkan Oemar Hamalik adalah
“suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
9
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
10
Arti Belajar dan Pembelajaran
C. Ciri-ciri Belajar
Dari pendapat beberapa ahli tentang definisi belajar,
Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni menyimpulkan ada
beberapa ciri belajar, yaitu:
11
Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran:
Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru Dosen (Bandung:
Humaniora, 2008), hal. 108.
12
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 35.
11
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
13
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 15-16.
12
Arti Belajar dan Pembelajaran
13
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
14
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 85.
15
Noehi Nasution, Materi Pokok Psikologi Pendidikan (Jakarta:
Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama,
1991), hal. 3.
14
Arti Belajar dan Pembelajaran
D. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus
diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru
akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila
ia dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-
prinsip belajar.16 Menurut Soekamto dan Winataputra ada
beberapa prinsip dalam belajar, yaitu:
16
Sofa, “Prinsip-prinsip Belajar”, dalam http://massofa.
wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajar/, diakses
tanggal 12 Februari 2009.
15
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
17
Baharuddin dan Wahyuni, Teori Belajar, hal. 16.
18
Anita E. Woolfolk & Lorrance McCune-Nicolich, Mengembangkan
Kepribadian & Kecerdasan:Psikologi Pembelajaran I (Jakarta: Inisiasi Press,
2004), hal. 309.
19
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, Wahana
Pendidikan Dasar (Blitar: PGSD FIP IKIP Malang, edisi 2 Juli 1993), hal.
71.
16
Arti Belajar dan Pembelajaran
20
Prasetya Irawan, dkk., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan
Mengajar (Jakarta: PAU-PPAI, 1996), hal. 9.
17
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
21
Baharuddin dan Wahyuni, Teori Belajar, hal. 32-34.
18
Arti Belajar dan Pembelajaran
19
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
20
Arti Belajar dan Pembelajaran
22
Dick Walter, Lou Carey, James O.Carey, The Sistematic Design
of Instruction (New Jersey: Pearson, 2001), hal. 3-4.
21
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
23
Charles M. Regeluth, Instructional Design Theories and Models,
An Overview of Their Current Status (New York: Routledge, 1999), hal.
18–20.
22
Arti Belajar dan Pembelajaran
24
Ibid., hal. 22.
23
B A B III
INTERAKSI PEMBELAJARAN
25
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1
Suwarna, et, al, Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis dalam
Menyiapkan Pendidik Profesional (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), hal.
93.
2
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 7.
26
Interaksi Pembelajaran
3
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya:
Usaha Nasional, 1993), hal. 9.
4
Sardiman, Interaksi, hal. 8.
27
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 11.
6
Sardiman, Interaksi, hal. 14.
28
Interaksi Pembelajaran
7
Soetomo, Dasar-Dasar, hal. 10.
8
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi :Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 101.
29
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
9
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 4.
10
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hal. 93.
11
Soetomo, Dasar-Dasar, hal. 32.
30
Interaksi Pembelajaran
12
Ibid., hal. 33.
31
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
13
Ibid., hal. 34.
32
Interaksi Pembelajaran
14
Sardiman, Interaksi, hal. 15-18.
33
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
34
Interaksi Pembelajaran
35
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
36
Interaksi Pembelajaran
16
Suwarna, dkk, Pengajaran Mikro, hal. 95.
37
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
e. Pola melingkar
- Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan
berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat
giliran.18
17
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal. 119-120.
18
Djamarah, Guru dan Anak Didik, hal. 14.
38
Interaksi Pembelajaran
19
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 31.
20
Ibid., hal. 32.
39
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
21
Ibid., hal. 33.
40
Interaksi Pembelajaran
41
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 42.
25
Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar Pragmatik (Bandung:
Angkasa, 1990), hal. 41.
26
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 109.
42
Interaksi Pembelajaran
27
Djamarah dan Zain, Strategi, hal. 42.
28
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), hal. 65.
29
Hamalik, Perencanaan, hal. 125.
30
Ibid, hal. 126.
43
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
31
Sardiman, Interaksi, hal. 66.
32
Hamalik, Perencanaan, hal. 126.
33
Rohani, Pengelolaan, hal. 106.
34
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching (Ciputat:
Quantum Teaching, 2005), hal. 35.
44
Interaksi Pembelajaran
35
Rohani, Pengelolaan, hal. 106.
36
Djamarah, Guru dan Anak Didik, hal. 17.
45
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
37
Fathurrohman dan Sutikno, Strategi Belajar, hal. 14.
38
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2004), hal. 67.
46
Interaksi Pembelajaran
39
Tarigan, Proses Belajar, hal. 41.
47
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
40
Sudjana, Dasar-Dasar, hal. 71.
48
Interaksi Pembelajaran
41
Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran:
Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru Dosen (Bandung:
Humaniora, 2008), hal. 154.
42
Djamarah, Guru dan Anak Didik, hal. 18.
49
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
43
Sudjana, Dasar-Dasar, hal. 72.
50
Interaksi Pembelajaran
51
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
44
Ibid., hal. 73.
45
Fathurrohman dan Sutikno, Strategi Belajar, hal. 15.
52
Interaksi Pembelajaran
َ ِِ َل ُ َن ر أُ َْ ُ اَ ِب َرَ أِ أْ َ
ُ َ َل َ اِ ِ ُْ ََ ِ ِْمِ ْ أَ َ َوِ َْ ُ ا
َُُْ ُ َ بٌ َأر َ َ َوِ َْ ُ اَ ِ َل اَ وُ َ
ة اَُِْة و اُ َُِ وًَْ ِ ِ كُْ َوَ ا
46
َ
ِ اُ ََِو
Artinya: Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW:
berilah khabar kepadaku tentang amal yang dapat
memasukkanku ke surga, dia berkata, apa kebutuhanku-
apa kebutuhanku, Nabi bersabda: kebutuhan itu adalah
kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya
dengan apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan memupuk silaturahmi.
َ َ َوِ َْ ُ اَ ِ ُل اُ َرِ َل َل َذرِ أْ َ
ََُْ ََ َ ا َ اْ ِْ َوأ
َ ْ ََُْ ِ ا ا
.
47
ُ ِ َس ا ََِو
Artinya: Dari Abu Dzar, Nabi bersabda kepadaku:
bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan
ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya
46
Abu Abdillah Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih Bukhari,
juz 5 (Mauqi’ul Islam: dalam Software Maktabah Samilah, 2005)
hal. 202.
47
Al-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, juz 7, (Mauqi’ul Islam: dalam
Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 262.
53
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
َ ِِ َل ُ َن ر أَْ ُ اَ ِة َر َْ َُ ِ أْ َ
َل َارًاِ َدَد َْْ َ َل ِِأ ْو َ َ َوِ َْ ُ ا
.َْْ َ
49
48
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Juz 30
(Mauqi’ul Islam: dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 438.
49
Al Bukhari, Shahih Bukhari, juz 19, hal. 74.
54
Interaksi Pembelajaran
50
Yusuf Qardawi, Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadharah,
(Kairo: Dar al Syuruq, 1997), hal. 136.
51
Fathurrohman dan Sutikno, Strategi Belajar, hal. 15.
52
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hal. 118.
55
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
53
Sudjana, Dasar-Dasar, hal. 76.
54
Tarigan, Proses Belajar, hal. 41.
55
Sabri, Strategi Belajar, hal. 52.
56
Gintings, Esensi Praktis, hal. 42.
56
Interaksi Pembelajaran
57
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hal. 92.
57
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
58
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hal. 119.
58
Interaksi Pembelajaran
59
Sabri, Strategi Belajar, hal. 52-53.
60
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hal. 120.
59
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
60
Interaksi Pembelajaran
b) Metode simposium
c) Metode forum
d) Metode panel.62
62
Suwarna, dkk., Pengajaran Mikro, hal. 106.
63
Sabri, Strategi Belajar, hal. 53-65.
61
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
62
Interaksi Pembelajaran
66
Gintings, Esensi Praktis, hal. 43-81.
67
Ibrahim dan Sukamadinata., Perencanaan Pengajaran, hal. 43-48.
63
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1) Metode Ceramah
2) Metode Simulasi
3) Metode Demonstrasi
4) Metode Inquiry dan Discovery
5) Metode Latihan dan Praktek.68
64
Interaksi Pembelajaran
َََ ٍَْ ْ ََِاْ إ ْ َبَْ َْ ْ ُ ٍَْ ُ ُْ
َِمَْ َل أ ٍبَِ ْْ اَ َنَْ ْ َِ ْ َ ِأ
َُهَْص أ َ اَ ْ ََِ ن ص أ َ اْ َِِ ُ ْ ََْ
َذَنََْ ا ا َ َن أ ُه أََ َِ َ َن َوَْ ُ ن أ
ِِْ َ َ َ َ َوِ َْ ُ اَ ِ ل ا ُ َرَ
69
.ي
ْ اْ َ ْ ُ
ِ َِ
Artinya: Sesungguhnya Abu Bakar meminta izin kepada
Rasulullah ketika dia sedang tidur miring di tempat tidurnya
kemudian Nabi memberinya izin sedangkan beliau dalam
keadaan begini dan AbuBakar menyampaikan kebutuhan-
nya dan pergi, kemudian Umar minta izin dan Nabi
memberinya izin sedangkan beliau dalam keadaan begini
dan Umar menyampaikan kebutuhannya dan pergi,
kemudian Utsman berkata: saya minta izin kepada Nabi
maka Nabi duduk, kemudian berkata kepada Aisyah,
sempurnakanlah bajumu, kemudian aku menyampaikan
kebutuhanku lalu pergi, Aisyah berkata kepada Nabi: Apa
yang terjadi? Aku tidak melihatmu kaget ketika Abu
Bakar dan Umar datang seperti ketika datangnya Utsman.
Nabi bersabda: sesungguhnya Utsman itu laki-laki yang
pemalu dan aku takut kalau aku memberinya izin ketika
dalam keadaan begini, ia tidak mau menyampaikan
kebutuhannya kepadaku.
69
Muslim, Shahih Muslim, juz 12 (Mauqi’ul Islam: dalam
Software Maktabah Samilah, 2005) hal. 123.
65
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
5. Alat Pembelajaran
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan,
alat tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.70
Alat pembelajaran adalah segala alat yang dapat
menunjang efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Termasuk di dalamnya adalah sarana belajar atau sarana
pembelajaran. Alat pembelajaran termasuk bagian dari
sumber pembelajaran karena dapat mempengaruhi
tingkah laku siswa.71
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat
verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa
suruhan, perintah, dan larangan. Sedangkan alat bantu
non verbal berupa globe, papan tulis, batu tulis, kapur
tulis, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya.72
Untuk alat verbal bisa juga disebut sebagai alat non
material sedangkan alat bantu non verbal disebut juga
sebagai alat material atau alat bantu pengajaran. Alat
material termasuk alat bantu audiovisual. Melalui alat
70
Djamarah, Guru dan Anak, hal. 19.
71
Suwarna, Pembelajaran Mikro, hal. 119.
72
Fathurrohman dan Sutikno, Strategi Belajar, hal. 15.
66
Interaksi Pembelajaran
a. Tujuan Pemilihan
Memilih media (alat bantu) yang akan digunakan harus
berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas.
b. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media (alat bantu) pengajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhan-
nya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
c. Alternatif Pilihan
Bisa menentukan pilihan media mana yang akan
digunakan apabila terdapat beberapa media yang diper-
73
Djamarah dan Zain, Strategi Belajar, hal. 47.
67
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
68
Interaksi Pembelajaran
6. Sumber Pelajaran
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan,
tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada
sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik.
Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi
diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses
interaksi edukatif.77
Sumber belajar adalah bahan-bahan apa saja yang
dapat dimanfaatkan untuk membantu guru maupun
siswa dalam upaya mencapai tujuan. Dengan kata lain,
sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan
dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku
teks, media cetak, media pembelajaran elektronik, nara
sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.78
Sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk
menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-
hal baru bagi si pelajar.79 Sumber pelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di
mana bahan pengajaran bisa didapatkan.80 Sumber
76
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hal. 48.
77
Djamarah, Guru dan Anak, hal. 20.
78
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hal. 149.
79
Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar, hal. 48.
80
Fathurrohman dan Sutikno, Strategi Belajar, hal. 16.
69
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
70
Interaksi Pembelajaran
81
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran :Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 170.
82
Slameto, Proses Belajar, hal. 151-152.
83
Ibid.
71
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
72
Interaksi Pembelajaran
7. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan
anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam
mengajar.85 Evaluasi pengajaran adalah penilaian/
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta
didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
hukum.86 Evaluasi belajar dan pembelajaran adalah
proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran
yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian
atau pengukuran belajar dan pembelajaran.87
84
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hal. 151-153.
85
Djamarah, Guru dan Anak Didik, hal. 20.
86
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hal. 277.
87
Sabri, Strategi Belajar, hal. 138.
73
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
88
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi
Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 5.
89
Harjanto, Perencanaan, hal. 277.
90
Ibid.
91
Ibid., hal. 278.
92
Purwanto, Prinsip-Prinsip, hal. 6.
74
Interaksi Pembelajaran
2) Untuk seleksi.
3) Untuk kenaikan kelas.
4) Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang
sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang
mereka miliki.93
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan
memakai seperangkat instrumen penggali data seperti
tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam
mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan
adalah:
1) Kesahihan (validitas).
2) Keterandalan.
3) Kepraktisan.94
75
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
3) Evaluasi Diagnostik
Yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana di-
agnosis. Evaluasi ini bermanfaat untuk meneliti atau
mencari sebab kegagalan pembelajaran atau di mana
letak kelemahan siswa dalam mempelajari suatu atau
sejumlah unit pelajaran tertentu.
4) Evaluasi Penempatan
Yaitu evaluasi yang dilaksanakan untuk menempat-
kan siswa dalam suatu program pendidikan atau
jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik
potensial maupun lokal) dan minatnya. Evaluasi ini
bermanfaat dalam rangka proses penentuan jurusan
sekolah.95
95
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, hal. 201.
76
Interaksi Pembelajaran
77
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
78
B A B IV
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
(KONTEKSTUAL LEARNING)
1. Pendekatan individual
Perbedaan individual anak didik memberikan wawasan
bahwa guru harus memperhatikan perbedaan individual
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan
79
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
2. Pendekatan kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang guru juga
menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan
kelompok. Pendekatan kelompok diperlukan untuk
membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik.
Sebagaimana diungkapkan oleh Djamarah dan Zain,
“dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat
ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri
anak didik.”2 Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois mereka, sehingga terbina sikap kesetiakawanan
sosial di dalam kelas. Dan pada akhirnya mereka sadar
bahwa tidak ada makhluk yang hidup sendiri, karena
semua makhluk hidup dengan saling ketergantungan.
Demikian juga dalam setiap pembelajaran bidang
studi apapun, anak didik juga diajari bagaimana bersikap
sosial dengan temannya, yang itu merupakan salah satu
akhlak karimah. Pendekatan ini cocok diterapkan guru
1
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 54.
2
Ibid., hal. 55.
80
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
3. Pendekatan bervariasi
Dalam pembelajaran, biasanya juga diwarnai berbagai
masalah yang ditimbulkan oleh anak didik. Maka hal
ini menuntut kreativitas guru untuk mengelola kelas dan
menggunakan pendekatan yang tidak hanya satu. Guru
yang menggunakan pendekatan bervariasi ini cenderung
mampu untuk membuat kelas menjadi kondusif dan
pembelajaran menjadi efektif. Pendekatan bervariasi ini
sebagaimana diungkapkan Djamarah dan Zain,
“bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-
macam.”3 Maka guru juga harus mampu menggunakan
pendekatan dengan berbagai macam masalah yang
dihadapinya.
Namun dalam dekade akhir-akhir ini, yang marak
dipakai oleh guru dalam melakukan kegiatan pem-
belajaran adalah pendekatan kontekstual. Hal itu
dikarenakan pendekatan kontekstual adalah pendekatan
yang sesuai dengan teori psikologi modern yang berpijak
pada filsafat kontrukstivisme. Maka dari itu, penulis
membahasnya dalam pembahasan tersendiri, agar
pendidik atau guru lebih mengenal mengenai pendekatan
pembelajaran kontekstual.
3
Ibid., hal. 58.
81
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
4
Nurhadi Burhan Yasin, Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), hal. 13.
5
Mohammad Nur, Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual Di
Sajikan Pada Pelatihan Calon Pelatih SLTP Pada Tanggal 21 Juni 2001 S.D
6 Juli 2001 Di Surabaya Dirjen Pendidikan Desain Dan Menengah
DEPDIKNAS.
6
Yasin, Pembelajaran Kontekstual, hal. 12.
82
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
B. Pendekatan Kontekstual
Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah
berkembang di negara-negara maju, misalkan saja Amerika.
Di Amerika berkembang apa yang disebut dengan Contex-
tual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu
guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan
nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan
pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan
mereka. Artinya, Pendekatan kontekstual merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata
kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Proses belajar berlangsung alamiah dalam
bentuk pengetahuan dan guru kesiswa. Strategi pem-
belajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Dengan
konsep itu diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa.
Pendekatan kontekstual yang merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya
lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar
kelas lebih ‘hidup’ dan lebih ‘bermakna’ karena siswa
83
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
84
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
85
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
86
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
a. Kontruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong.
Siswa harus membiasakan diri untuk memecahkan
masalah dan dapat menemukan ide-idenya yang ber-
guna bagi dirinya sendiri. Sedangkan esensi dari teori
kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemu-
kan dan mentransformasikan suatu informasi ke situasi
yang lain.
Landasan berpikir kontruktivisme agak berbeda
dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih mene-
kankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
kontruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan.
Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan cara:8
87
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
Pandangan Kontruktivis
Kontruktivis digagas oleh Glanbatita Vico Searan,
seorang epistemolog dari Italia pada tahun 1710. Vica
dalam De Antuquissima Italorium Saplentia mengung-
kapkan filsafatnya dengan kata “Tuhan adalah pencipta
alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”.
Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui
bagaimana membuat sesuatu, ini berarti bahwa sese-
orang itu baru mengetahui sesuatu jika ia mampu men-
jelaskan unsure-unsur apa yang membangun sesuatu itu9.
Model kontruktivis memiliki masa depan yang
menjanjikan dalam pendidikan sains dan pendidikan
ilmu sosial, metode ini merupakan perkembangan dari
teori kognitif peaget, fokus pendekatan kontruktivis
adalah pemahaman10.
Menurut paham kontruktivis manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba
memberi arti pada pengetahuan sesuai pengalaman-
nya.11 Dalam pandangan kontruktivis pengetahuan
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman,
9
Paul Suparno, Filsafat kontruktivisme Dalam Pendidikan
Karakteristik dalam Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hal. 24.
10
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik
Dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 237.
11
Nurhadi, Pembelajaran, hal. 33.
88
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
b. Menemukan (Inkuiri)
Inkuiri merupakan inti dari pembelajaran kontekstual,
seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang
merupakan hasil dari penememuannya sendiri. Guru
harus mendesain kegiatan yang akan dilakukan siswa.
Sehingga siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan
dan ketampilan apapun materi yang akan diajarkan oleh
guru.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:12
1) Merumuskan masalah
2) Mengajukan hipotesis
3) Mengumpulkan data
4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5) Membuat kesimpulan
c. Bertanya
Bertanya adalah strategi utama dalam pembelajaran
kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran juga di-
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), hal. 263.
89
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
90
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
e. Pemodelan (Modeling)
Modeling adalah proses pembelajaran dengan mem-
peragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja,
melainkan guru juga dapat memanfaatkan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL, karena melalui proses modeling ini
siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-
abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
f. Refleksi (reflevtion)
Proses dimana siswa dapat menampung, mengingat
suatu pengalaman yang telah dipelajari dengan cara
mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Melalui proses ini pengalaman belajara itu
akan menjadi nilai kognitif siswa yang pada akhirnya
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya dan
siswa juga dapat memperbaharui pengetahuan yang telah
dibentuk serta siswa dapat menambah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran ini, peran guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung-
kan atau mengingat kembali pengetahuan apa yang telah
siswa pelajari dan membiarkan siswa menafsirkan
gagasannya sendiri serta dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.
91
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
13
Muhtar Abdul Karim, Evaluasi Ketrampilan Membaca Matematika
Berbasis Kelas (Dep diknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama: Makalah Disampaikan
Pada Pelatihan Nasional Membaca Menulis Training Of Trainers (TOT)
di ajarkan pada 14 Juli s.d 16 Juli 2003).
92
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual Learning)
93
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
94
BAB V
MOTIVASI BELAJAR
95
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
96
Motivasi Belajar
3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hal. 158.
4
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 140.
5
Hidayah, Psikologi Pendidikan, hal. 99.
6
Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989), hal. 95.
97
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
7
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal. 80.
8
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat
Sistem Pengajaran Modul (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hal. 157.
98
Motivasi Belajar
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hal. 2
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006), hal. 92
99
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
100
Motivasi Belajar
14
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2005), hal. 57.
15
Helmut Nolker dan Eberhard Schoenfeldt, Pendidikan Kejuruan:
Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan, Alih bahasa: Agus Setiadi (Jakarta:
PT Gramedia, 1988), hal. 4.
16
Hidayah, Psikologi Pendidikan, hal. 103-104.
101
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
102
Motivasi Belajar
17
Ibid., hal. 104.
103
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
18
Ibid., hal. 104-105.
104
Motivasi Belajar
19
Ibid., hal. 105-106.
20
Ibid., hal. 106.
21
Indrakusuma, Pengantar Ilmu, hal. 163.
22
Ibid.
105
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ektrinsik adalah “motivasi atau tenaga-tenaga
pendorong yang berasal dari luar dari anak”.24 Motivasi
ekstrinsik sebagai motivasi yang dihasilkan di luar
perbuatan itu sendiri misalnya dorongan yang datang
dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masya-
rakat yang berupa hadiah, pujian, penghargaan maupun
hukuman.
Motivasi ektrinsik menurut Sardiman A.M. adalah
“motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar”.25 Dalam belajar tidak hanya
memperhatikan kondisi internal siswa saja akan tetapi
juga memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti,
aspek sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan teman. Aspek budaya dan adat istiadat
serta aspek lingkungan fisik, misalnya kondisi rumah dan
suhu udara.
Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik
ialah: 1) Ganjaran;26 Ganjaran dapat menjadikan pen-
dorong bagi siswa untuk belajar lebih baik. 2) Hukuman;27
23
Ibid., hal. 164.
24
Ibid.
25
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi, hal. 90-91.
26
Indrakusuma, Pengantar Ilmu, hal. 164.
27
Ibid., hal. 165.
106
Motivasi Belajar
28
Ibid.
107
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
29
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hal. 97.
30
Hamalik, Proses Belajar, hal. 161.
108
Motivasi Belajar
31
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi, hal. 85.
109
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1. Adanya Kebutuhan
Pada hakekatnya semua tindakan yang dilakukan
manusia adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh
sebab itu, kebutuhan dapat dijadikan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Misalnya saja anak ingin bisa baca al Qur’an dengan baik,
ini dapat menjadi pendorong yang kuat untuk belajar
membaca al Qur’an.
2. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri.
Dengan mengetahui kemajuan yang telah diperoleh,
berupa prestasi dirinya apakah sudah mengalami ke-
majuan atau sebaliknya mengalami kemunduran, maka
hal ini dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi
110
Motivasi Belajar
1. Ganjaran
Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang bersifat
positif. Ganjaran diberikan kepada siswa yang telah
menunjukkan hasil-haisl, bail dalam pendidikannya,
kerajinannya, tingkah lakunya maupun prestasi
belajarnya.
2. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak menye-
nangkan dan alat pendidikan yang bersifat negatif.
Namun dapat juga menjadi alat untuk mendorong
siswa agar giat belajar. Misalnya siswa diberikan
hukuman karena lalai tidak mengerjakan tugasnya
111
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1. Keberhasilan pelaksanaan
2. Pengakuan
3. Pekerjaan itu sendiri
4. Tanggung jawab.32
32
Hidayah, Psikologi Pendidikan, hal. 99-100.
112
Motivasi Belajar
113
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
33
Ratna Wilis D., Teori-Teori Belajar & Pembelajaran (Bandung:
Erlangga, 2011), hal.118.
34
Ibid., hal. 128.
114
Motivasi Belajar
115
B A B VI
MINAT BACA DAN MINAT BELAJAR
117
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), hal. 467.
2
Murni Djamal. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
(Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1985), hal. 102.
3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 180.
118
Minat Baca dan Minat Belajar
119
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
أ َ * ا َ ْ ِ َنَْم اَ َ * َ َ ِي اَ ر ْ ِ أَ ا
ْ ْ َ ْ َ َنَْم اَ َ * ِ ََ ِي * اُ َ ا ََور
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari
120
Minat Baca dan Minat Belajar
121
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
122
Minat Baca dan Minat Belajar
123
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
12
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras,
2009), hal. 287.
124
Minat Baca dan Minat Belajar
125
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
126
Minat Baca dan Minat Belajar
127
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
128
Minat Baca dan Minat Belajar
13
Ibid., 288-289.
129
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1. Koleksi perpustakaan
2. Personil
130
Minat Baca dan Minat Belajar
14
Mudhofir, Prinsip-Prinsip,hal.63-65.
15
Shaleh, Penyelenggaraan, hal.165-167.
131
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
16
Bafadal, Pengolaan, hal. 136.
17
Abdullah, Dasar-Dasar, hal. 125.
132
Minat Baca dan Minat Belajar
18
Hidayah, Psikologi Pendidikan, hal. 113.
19
Ibid.
133
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
134
Minat Baca dan Minat Belajar
20
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2015), hal. 38.
21
Ibid., hal. 49.
135
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
136
B A B VII
EMOSIONAL BELAJAR
1
OSHO, Emotional Learning: Transforming fear, anger, and jealously
into creative energy (Belajar Mengelola Emosi: Mengubah Ketakutan,
Kemarahan, Kecemburuan Menjadi Energi Kreatif), terj. Ahmad Kahfi
(Yogyakarta: BACA, 2008), hal. 1.
2
Daniel Goleman, EmotionalIntellegence (Kecerdasan Emosional),
terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 411.
137
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
3
H.Sunarto dan B.Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal. 149.
4
Mohamad Ali dan Mohamad Asrori, Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 62.
5
Sunarto dan Hartono, Perkembangan, hal. 150.
138
Emosional Belajar
6
Syah, Psikologi Pendidikan, hal. 89.
7
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 84.
8
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali
Pers, 1986), hal. 278.
139
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
9
Purwanto, Psikologi Pendidikan, hal. 105-106.
140
Emosional Belajar
141
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1. Perubahan jasmani
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
3. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
4. Perubahan pandangan luar
5. Perubahan interaksi dengan sekolah.12
C. Perkembangan Emosi
Perjalanan kehidupan seseorang tidak selalu sama.
Kehidupan mereka berjalan menurut polanya sendiri-sendiri.
Seseorang yang pola kehidupannya mulus, dimana semua
dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan serta
minatnya dapat terpenuhi, maka cenderung mempunyai
emosi yang stabil. Sebaliknya, seseorang yang pola
kehidupannya tidak mulus, dimana dorongan-dorongan
12
Ali dan Asrori, Psikologi Remaja, hal. 70.
142
Emosional Belajar
143
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
144
Emosional Belajar
14
Goleman, EmotionalIntellegence, hal. 411-412.
15
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hal. 166.
145
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
16
Sunarto dan Hartono, Perkembangan, hal. 171.
146
B A B VIII
E-LEARNING
147
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
148
E-Learning
4
http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html
5
http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id
149
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
150
E-Learning
151
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
152
E-Learning
7
http://www.ummigroup.co.id/annida/?pilih=lihat&id=505
153
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
8
http://www.apfi-pppsi.com/candence22/cadence22-8.html
9
http://www.education-world.com/a_tech/tech052.shtml
154
E-Learning
10
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/42/sudirman.htm
155
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
11
http://www.usnews.com/edu/elearning/articles/020624
elearning.htm
12
http://www.w-learningguru.com/articles
156
E-Learning
157
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1. Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan),
apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/
13
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/42/sudirman.htm
158
E-Learning
2. Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap)
apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima
siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi
materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi
peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan
sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast
learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus
dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin
memantapkan tingkat penguasaan peserta didik ter-
hadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam
kelas.
Materi di dalam modul-modul e-learning bersifat
dinamis dan bervariasi, termasuk materi pelatihan yang
berbasis web, dokumentasi online, presentasi para
eksekutif, video, audio, simulasi dan animasi produk.14
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada
14
http://intervisi.relawan.net/wmview.php?ArtID=3
159
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
3. Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan pem-
belajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya.
Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel
mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu
dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif
model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta
didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (kon-
vensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian
lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui
internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan
dipilih mahasiswa tidak menjadi masalah dalam pe-
nilaian. Karena ketiga model penyajian materi per-
kuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang
sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program
perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau
sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui per-
paduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara
pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama.
Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat
160
E-Learning
15
http://bostonworks.boston.com/globe/articles/052602/
elearn.html
161
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
jadi 9,8 juta orang (Brazil), dari 3,8 juta menjadi 16,9 juta
orang (China), dan dari 3.000 menjadi 25.000 orang
(Uganda)16
Selain sikap positif peserta didik dan tenaga kepen-
didikan, alasan/pertimbangan lain untuk menggunakan e-
Learning, di antaranya adalah karena: (a) harga perangkat
komputer yang semakin lama semakin relatif murah (tidak
lagi diperlakukan sebagai barang mewah), (b) peningkatan
kemampuan perangkat komputer yang mampu mengolah
data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan data yang
semakin besar; (c) memperluas akses atau jaringan
komunikasi, (d) memperpendek jarak dan mempermudah
komunikasi, (e) mempermudah pencarian atau penelusuran
informasi melalui internet.
Mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan di bidang
pengembangan dan pengelolaan kegiatan pembelajaran
elektronik menjadi faktor yang sangat menentukan di
samping pengadaan fasilitas komputer dan akses internet.
Perkembangan yang terjadi dewasa ini adalah mudahnya
menjumpai tempat-tempat untuk mengakses internet seiring
dengan meningkatnya jumlah Warung Internet (warnet),
baik milik pemerintah maupun publik.
Penyediaan fasilitas internet melalui PT Pos Indonesia
telah masuk ke-116 kota di seluruh Indonesia. Keberadaan
berbagai perguruan tinggi di kabupaten/kota turut mem-
percepat peningkatan jumlah pengguna internet. Demikian
juga halnya dengan jumlah institusi penyelenggara kegiatan
16
http://www.ausaid.gov.au/
162
E-Learning
163
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
164
E-Learning
165
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
20
Sumber: http://www.usnews/edu/elearning/articles
166
E-Learning
167
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
23
http://www.usnews.com/edu/elearning/articles/020624
elearning.htm
24
www.smarterorg.com
168
E-Learning
2. Kekurangan E-Learning
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh peman-
faatan e-learning:
a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau
bahkan antar pelajar itu sendiri. Kurangnya interaksi
ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam
proses belajar mengajar.
169
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
25
http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id
170
E-Learning
26
http://www.usnews/edu/elearning/articles
27
http://www.kudos-idd.com/learning_solutions/definition
171
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
172
E-Learning
173
B A B IX
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN:
Karakteristik Pembelajaran yang Efektif
A. Karekteristik Pembelajaran
Berkembangnya berbagai model pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas belajar yang dilakukan oleh
peserta didik akan membuat pembelajaran semakin ber-
variasi. Kemunculan model pembelajaran yang berakar pada
teori belajar konstruktivistik dapat menjadi pembelajaran
yang efektif ketika semua komponen dalam pembelajaran
berperan serta, bukan hanya didasarkan pada aktivitas
siswa. Pembelajaran yang efektif dapat diwujudkan dengan
perolehan hasil belajar yang seimbang antara aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Karakteristik
pembelajaran efektif dapat diketahui paling tidak dengan
sembilan indikator yaitu: (1) pengorganisasian pembelajaran
dengan baik; (2) komunikasi yang efektif; (3) membangun
hubungan yang baik dalam pembelajaran; (4) antusiasme
pendidik dan pemahaman materi dalam pembelajaran; (5)
sikap positif terhadap peserta didik; (6) melakukan evaluasi
dan memberikan nilai secara adil; (7) fleksibilitas dan
penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran; (8)
175
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1
I Gede Widya, Dasar-dasar Pengembangan Strategi dan Metode
Pengajaran (Jakarta: DP dan K., 1989), hal. 1.
176
Efektivitas Pembelajaran
177
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
2
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 536.
178
Efektivitas Pembelajaran
179
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
180
Efektivitas Pembelajaran
5
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:
Kencana, 2011), hal. 204.
181
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
182
Efektivitas Pembelajaran
6
Robbins, James G. and Barbara S. Jones, Effective Communication
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), hal. 215.
183
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
7
Friend, Marilyn and Lynn Cook, Interactions: Collaborations Skills
for School Professionals (America: Pearson Education, 2013), hal. 30.
184
Efektivitas Pembelajaran
8
Imam Machfudi, Language Literature Teaching (Jember: STAIN
Jember Press, 2013), hal. 5.
185
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
186
Efektivitas Pembelajaran
187
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Bandung: CV Alfabeta,
2005), hal. 87.
188
Efektivitas Pembelajaran
189
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
190
Efektivitas Pembelajaran
10
Ohlsen, Merle M, Guidance Service in Modern School (New York:
Harcort Brace Javanovich, 2004), hal. 54.
191
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
192
Efektivitas Pembelajaran
193
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
194
Efektivitas Pembelajaran
11
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal. 35.
195
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
12
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2005), hal. 76.
196
Efektivitas Pembelajaran
197
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
198
Efektivitas Pembelajaran
199
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Bandung: CV Alfabeta,
2005), hal. 164.
200
Efektivitas Pembelajaran
14
Muijs, Daniel dan David Reynolds, Effective Teaching: Teori dan
Aplikasi, Terjemahan oleh Helly Prajitno Soutjipto dan Sri Mulyantini
Soetjipto (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 82.
201
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
202
Efektivitas Pembelajaran
203
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
16
Anderson, Lorin W. dan David R. Krathwohl, A Taxonomy for
learning, Teaching, and assessing: A Revision Of Bloom s Taxonomy of
educational objectives, abridged edition. Terjemahan oleh Agung
Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, hal. 90.
204
BAB X
PRESTASI BELAJAR
205
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
1
DEPDIKBUD, Kamus Besar, hal. 220. Hoetomo, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), hal. 390.
2
Ridwan “Ketercapaian Prestasi Belajar ” dalam http://
ridwan.wordpress.com/ketercapaianprestasibelajar/ diakses 25
maret 2009.
3
Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru
(Surabaya: Usaha Nasional, 1994),hal. 19.
4
Slameto,Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), hal. 2.
5
Sardiman, Interaksi, Motivasi, hal. 20.
206
Prestasi Belajar
6
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hal. 5.
7
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supranormal dan Program
Pendidikannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 43.
8
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis
Integrasi dan Kompetensi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hal. 151.
207
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor, hal. 54.
208
Prestasi Belajar
4) Cara belajar
209
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
12
Tu’u Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hal. 78.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hal. 145-146.
210
Prestasi Belajar
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah faktor yang berasal dari sifat bawaan siswa dari
lahir maupun dari apa yang telah diperoleh dari
belajar ini. Adapun faktor yang tercakup dalam faktor
psikologis, yaitu:
a) Intelegensi atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan ke-
adaan yang dihadapinya.14 Intelegensi adalah ke-
cakapan yang terdiri dari 3 jenis, yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menge-
tahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.15
Intelegensi merupakan salah satu aspek yang
penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya
seorang anak dalam belajar, manakala anak me-
miliki intelegensi yang normal, tetapi prestasi
14
Ridwan “Ketercapaian Prestasi Belajar” dalam http://ridwan.
wordpress.com/ketercapaianprestasibelajar/ diakses 25 maret 2009.
15
Slameto, Belajar dan Faktor, hal. 56.
211
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan
kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau ber-
latih.16 Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa
tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang
16
Ibid., hal. 57.
212
Prestasi Belajar
17
Ibid.
18
Tohirin, Psikologi Perkembangan, hal. 131.
19
Slameto, Belajar dan Faktor, hal. 56.
213
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
20
Zahroh, “Diagnosis Kesulitan, hal. 77.
214
Prestasi Belajar
d) Motivasi siswa.
Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu
yang menggerakkan atau mendorong siswa
untuk belajar atau menguasai materi pelajaran
yang sedang diikutinya.21 Sedangkan motivasi
berprestasi adalah kondisi fisiologis atau psikologis
(kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat
dalam diri siswa yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan
tertentu (berprestasi setinggi mungkin).22 Motivasi
merupakan faktor penting dalam belajar, karena
motivasi mampu memberi semangat pada seorang
anak dalam kegiatan belajarnya. Persoalan menge-
nai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara
mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar,
seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai
motivasi untuk belajar. Pembahasan yang lebih
detail mengenai motivasi belajar akan dibahas
dalam bab tersendiri, karena pembahasan menge-
nai motivasi belajar cukup luas.
e) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
21
Gintings, Esensi Praktis, hal. 86.
22
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.
103.
215
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
23
Syah, Psikologi Belajar, hal. 149.
24
Slameto, Belajar dan Faktor, hal. 59.
216
Prestasi Belajar
1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak
merasakan pendidikan, karena di dalam kelurgalah
anak tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung keberadaan
keluarga akan mempengaruhi keberhasilan belajar
anak.
Keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai
budaya dan agama (value transmider). Artinya keluarga
adalah tempat pertama dan utama bagi seorang anak
mulai belajar mengenal nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya, dari hal-hal yang sangat sepele, seperti
menerima sesuatu dengan tangan kanan, sampai hal-
hal yang rumit, seperti interpretasi yang kompleks
mengenai ajaran agama/tentang berbagai interaksi
manusia. Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak
serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor
orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keber-
hasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendi-
dikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua,
rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau
tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anaknya,
tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya
itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Di
samping itu, faktor keadaan rumah juga turut mem-
pengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah
tempat tinggal, ada tidaknya peralatan atau media
belajar seperti papan tulis, gambar atau yang lainnya
217
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan
25
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005), hal. 59.
218
Prestasi Belajar
219
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
28
Omar Muhammad Al Thoumy Al Shaibany, Filsafat Pendidikan
Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal.
478.
29
Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Bina Ilmu, 2004), hal. 66.
220
Prestasi Belajar
30
Sardiman, Interaksi dan Motivasi, hal. 144.
31
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor, hal. 67.
221
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
32
Ibid., hal. 68. Zahroh, “Diagnosis Kesulitan, hal. 81.
33
Ibid., (Diagnosis).
222
Prestasi Belajar
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu
faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil
belajar. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak,
sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu
berada. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan
223
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
224
Prestasi Belajar
34
Zahroh, “Diagnosis Kesulitan, hal. 82.
35
Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya:
Bina Ilmu, 1990), hal. 65.
225
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
226
Prestasi Belajar
227
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
38
Dimyati Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka
Cipta, 2015), hal. 102.
228
DAFTAR RUJUKAN
229
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
230
Daftar Rujukan
231
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
232
Daftar Rujukan
233
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
234
Daftar Rujukan
235
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
236
Daftar Rujukan
237
BIODATA PENULIS
239
Paradigma Baru Belajar dan Pembelajaran
240
Biodata Penulis
241