Anda di halaman 1dari 83

Gabungan Metode Ceramah

Dengan Metode Kooperatif


Model TPS (Think Pair Share)
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Hisbulloh Huda S.Pd., M.Si


Gabungan Metode Ceramah
Dengan Metode Kooperatif
Model TPS (Think Pair Share)
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penulis : Hisbulloh Huda S.Pd.M.Si

Penerbit : PT Dewangga Energi Internasional


Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Kooperatif
Model TPS (Think Pair Share) : Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Copyright @ PT Dewangga Energi Internasional & Penulis, 2021

Penulis:
Hisbulloh Huda S.Pd.M.Si

ISBN: 978-623-97574-3-4

Editor:
Aly Rasyid

Penyunting dan Tata Letak:


Aly Rasyid

Desain Sampul:
DewanggaPublishing

Desain vector attribute to:


http://www.vecteezy.com

Penerbit:
PT Dewangga Energi Internasional

Redaksi:
Komp. Purigading Ruko I No. 39
Pondokmelati Kota Bekasi 17414
Telp/WA: 0851-6138-9537
E-mail: aly.rasyid@gmail.com
Website: www.dewanggapublishing.com

Cetakan Pertama: Agustus 2021


75 Halaman, B5, 18.2 x 25.7 cm

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit maupun penulis

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tiada terhingga, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena

dengan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya semata penulis dapat menyelesaikan

menyusun buku dari hasil laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul

“Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Kooperatif Model TPS (Think Pair

Share)” tanpa kendala yang berarti.

Rasa terima kasih yang tulus peneliti persembahkan kepada:

1. Bapak Sulthon Sulaiman, M. PdI selaku kepala MTs Negeri 4 Jombang.

2. Semua dewan guru dan segenap staff MTs Negeri 4 Jombang.

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis dalam karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu sumbang saran dari pembaca sangat diharapkan.

Akhirnya semoga hasil penelitian dapat berguna bagi semua pihak utamanya

kepada lembaga pendidikan di Jombang.

Jombang, 3 Agustus 2021


Penulis

Hisbulloh Huda, S.Pd., M.Si

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
E. Definisi operasional variable ................................................ 8
F. Batasan Masalah .................................................................... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan tentang prestasi belajar ........................................... 10
B. Faktor-faktor yang mempengarui prestasi belajar ................. 12
C. Hakikat IPA dan sains ........................................................... 13
D. Metode Ceramah .................................................................... 15
E. Pengajaran kooperatif ............................................................ 19
F. Think Pair Share .................................................................... 24
G. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif ........................... 25

BAB III : PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1.Lokasi ................................................................................. 36
2. Subject Penelitian .............................................................. 36
3.Waktu ................................................................................... 36
4. Mata Pelajaran .................................................................... 37

iv
B. Prosedur Penelitian
(1) Prosedur Penelitian Siklus I ........................................... 37
a.Perencanaan ........................................................... 37
b.Pelaksanaan ............................................................ 40
c.Pengumpulan Data ................................................. 42
d.Refleksi .................................................................. 43

(2) Prosedur Penelitian Siklus II


a. Perencanaan ............................................................. 43
b. Pelaksanaan ............................................................... 47
c. Pengumpulan Data .................................................... 48
d. Refleksi ..................................................................... 49

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I .................................................. 51
2. Hasil Pengamatan Siklus I Pada Saat Proses Belajar
Mengajar ........................................................................ 55
3. Hasil Penelitian Siklus II................................................. 57
4. Hasil Pengamatan Siklus II Pada Saat Proses Belajar
Mengajar ........................................................................ 63
B. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I ....................................................... 65
2. Pembahasan Siklus II ...................................................... 66

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................... 67

v
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................... 71
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 75

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif memerlukan berbagai

ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan

mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup

kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan

menyeluruh.

Beberapa teknik mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas

pembelajaran, adalah meliputi: (1) Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai

guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena

hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan

pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan

kualitas jawaban peserta didik. (2) Penguatan merupakan respon terhadap suatu

perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku

tersebut. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik

terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,

meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif. (3)

Mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru yang

bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar

yang relevan, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik

1
terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta

didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dapat

dilakukan pada gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar, pola

interaksi, dan variasi dalam kegiatan pembelajaran. (4) Menjelaskan adalah

mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data

sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan

selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran.

Penjelasan harus bermakna dan menarik perhatian peserta didik dan sesuai

dengan materi standar dan kompetensi dasar. Penjelasan dapat diberikan untuk

menjawab pertanyaan peserta didik dan harus sesuai dengan latar belakang dan

tingkat kemampuan peserta didik. (5) Membuka dan menutup pelajaran

merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan

mengakhiri pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara

profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran

diataranya adalah membangkitkan motivasi belajar, siswa memiliki kejelasan

mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, siswa memperoleh gambaran yang

jelas mengenai pembelajaran yang akan berlangsung, siswa memahami hubungan

antara pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya dengan hal-hal baru

yang akan dipelajari, siswa dapat menghubungkan konsep-konsep atau

genelalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pada akhirnya siswa mengetahui

2
tingkat keberhasilannya terhadap materi yang dipelajari dan guru dapat

mengetahui tingkat keberhasilan atau efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. (6) Membimbing diskusi kelompok kecil yang bermanfaat agar

siswa dapat berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah,

meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran,

meningkatkan ketrampilan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,

mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, membina kerjasama

yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab. (7) Mengelola

kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan

keantusiasan, tantangan, variasi, fleksibel, penekanan pada hal-hal positif, dan

penanaman disiplin diri. Komponen keterampilan mengelola kelas adalah

penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan

yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal,

pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan siswa

dan menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul, serta menemukan

dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah. (8) Mengajar kelompok

kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan

guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan

yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik

3
dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu

diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang

disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap

semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga

diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.

Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi modal kemajuan

bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 bahwa

pendidikan adalah sebuah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Komponen yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka peningkatan

kualitas pembelajaran antara lain adalah pembelajar, peserta didik, pembina

sekolah sarana/prasarana, dan proses pembelajaran (Yamin, 2013). Guru sebagai

pembelajar berusaha menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila

diketahui faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan

dalam proses pembelajaran, mengenali masalah yang diperkirakan dan biasanya

timbul dan dapat merusak iklim pembelajaran, dan menguasai berbagai

4
pendekatan dalam mengelola kelas dan dapat menggunakannya pada waktu dan

masalah yang tepat (Yamin, 2013:41).

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan menengah. Berbagai usaha

telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui

berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum,

pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana

pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian,

berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang

memadai.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui

Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber

daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, erta

pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar

memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan

pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang

bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

5
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus

mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji

gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa

bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir

keras (moving about dan thinking aloud)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,

melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang

lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan

sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba

mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Salah satu metode untuk membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam

satu semester proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran bagaimana

menjadikan belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk membantu siswa

dalam mengingat materi pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain itu

metode ini diterapkan pada akhir semester proses belajar mengajar dengan tujuan

untuk membantu siswa agar siap mengahadapi ujian semester atau ujian akhir.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka

dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa Materi Sistem Reproduksi Manusia Melalui Gabungan Metode

6
Ceramah Dengan Metode Kooperatif model TPS (Think Pair Share) Pada Siswa

Kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan

permasalahnnya sebagi berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran dengan

diterapkannya gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif

model TPS pada siswa Kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang.

2. Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode

kooperatif model TPS dalam meningkatkan prestasi serta pomahaman

materi sistem reproduksi manusia pada siswa Kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata

pelajaran IPA setelah diterapkannya gabungan metode ceramah dengan

metode kooperatif model TPS pada siswa Kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang

2. Mengetahui pengaruhnya gabungan metode ceramah dengan metode

kooperatif model TPS dalam meningkatkan prestasi serta pemahaman

7
siswa terhadap materi sistem reproduksi manusia setelah diterapkan

gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS pada

siswa Kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan

mata pelajaran IPA.

2. Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA.

3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran

IPA

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode ceramah adalah:

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

2. Metode kooperatif adalah:

Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-

kelompok untuk menetapkan tujuan bersama

3. Motivasi belajar adalah:

8
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat

melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu

tujuan.

4. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang Penelitian ini dalaksanakan pada bulan Juli semester ganjil tahun

pelajaran 2019/2020.

2. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan sistem reproduksi pada

manusia

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,

formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir

dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan

akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,

berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar

merupakan suatu proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu

terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang

dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi

prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam

mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

10
2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah

hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan

hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu

pekerjaan/aktivitas tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu

belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya

berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang

mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan

dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan

dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara

atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu

cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk

anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan

11
individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima

materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor

individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan

atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor

sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan

rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan

kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

12
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di

atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan

belajar akan dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan

memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak

menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-

faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau

menemui kesulitan.

C. Hakikat IPA atau Sains

IPA atau sains didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya

fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah

dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA atau Sains.

Secara rinci hakikat IPA atau Sains menurut Bridgman (dalam Lestari,

2002: 7) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA atau Sains selalu dapat

dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

13
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat

memahami konsep-konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat diuji

kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA atau

Sains bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki

keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka

berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara

tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau Sains itu selalu berkembang

ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada

merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan

menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu

kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara

umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA atau Sains

merupakan

bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu

proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap

ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

14
D. Metode Ceramah

1. Pengertian

Metode ceramah terkadang disebut sebagai metode kuliah, dapat

juga disebut metode deskripsi. Sesuai dengan namanya, berceramah

dipergunakan sebagai metode mengajar.

Sedangkan menurut Hasibuan dan Mudjiono (1981), metode

ceramah adalah cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi

lisan.

Jadi metode ceramah adalah metode belajar yang digunakan untuk

menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan rumusan metode belajar

mengajar. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus dalam

proses belajar kurang tepat karena dapat menimbulkan kejenuhan pada

siswa.

Gambaran pengajaran dengan pendekatan ceramah adalah sebagai

berikut; guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, definisi dan rumus

diberikannya, contoh-contoh soal diberikan dan dekerjakan sendiri oleh

guru, langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa.

2. Kebaikan Metode Ceramah

a. Dapat menamung kelas besar dan tidap siswa mempunyai kesempatan

yang sama untuk mendengarkan. Oleh karenanya biaya yang diperluan

lebih murah.

15
b. Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut, ide atau konsep dapat

direncanakan dengan baik.

c. Guru dapat menekankan hal-hal yang penting, sehingga waktu dan

energi dapat digunakan sehemat mungkin.

d. Isi silabus dapat dilakukan menurut jadwal, karena guru tidak harus

menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.

e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat Bantu pelajaran

tidak menghambat jalanya pelajaran.

3. Kelemahan Metode Ceramah

a. Pelajaran berjalan membosankan siswa karena mereka tidak diberi

kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

b. Siswa menjadi pasih hanay aktif membuat catatan saja.

c. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat siswa tidak

mampu menguasai bahan yang diajarkan.

d. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.

e. Ceramah menyebabkan system belajar siswa menjadi “belajar

menghafal” dan tidak mengacu pada timbulnya pengertian.

4. Peranan Siswa dalamMetode Ceramah

Walaupun dalam metode ini, seluruh kegiatan didominasi oleh

guru, siswa juga berperan dalam metode ceramah yaitu;

a. Mengadakan interpretasi terhadap keterangan guru.

16
b. Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik keterangan guru.

c. Mengadakan asimilasi, apabila tidak ada interpertasi yang benar.

d. Mengadakan pencatatan yang diperlukan

5. Peranan Guru Dalam Metode Ceramah

Dalam metode ceramah, peran utama adalah gru. Karena

pelaksanaan metode ceramah merupakan komunikasi satu arah, dalam arti

guru mendominasi seluruh kegiatan belajra mengajar. Berhasil tidaknya

metode ceramah tergantung sebagian besar pada guru. Oleh karena itu ada

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru.

a. Satuan bahan pelajaran apa yang disajikan pada siswa.

b. Bagaimana menyajikan satuan bahan pelajaran tersebut.

c. Alat-alat apa yang digunakan oleh guru tersebut.

Sepuluh Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran Dengan Ceramah

Berceramah merupakan salah satu dari metode pengajaran yang

paling lama digunakan, namun apakah metode semacam ini memiliki

tempat dalam lingkungan belajar aktif? Karema terlalu sering digunakan,

metode ceramah tidak akan mengantarkan pada pembelajaran, namun ada

kalanya cara ini bisa efektif. Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu

membangkitkan minat, memaksimalkan pemahaman dan pengingatan,

melibatkan siswa selama penceramahan, dan menekankan kembali apa

17
yang telah disajikan. Berikut adalah sejumlah pilihan untuk melakukan hal

itu.

a. Membangkitkan Minat

- Paparkan kisah atau tayangan menarik: Sajikan anekdot yang

relevan, kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik

perhatian siswa terhadap apa yang akan anda ajaran.

- Ajuan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadikan

sajian dalam ceramah pengajaran.

- Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun

mereka baru sedikit memiliki pengetahuan tentang mata

pelajaran) agau mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah

dalam rangka mendapatkan jawabannya.

b. Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan

- Headline/kepala berita: Susunlah kembali poin-poin utama dalam

ceramah menjadi kata-kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul

verbal atau bantuan mengingat.

- Contoh dan analogi: Berikan gambaran nyata tentang gagasan

dalam perencanaan dan, jika memungkinkan, buatlah

perbandingan antara materi dengan pengetahuan dan pengalaman

yang siswa miliki.

18
- Cadangan visual: Gunakan grafik lipat, transparansi, buku

pegangan dan peragan yang memungkinkan siswa melihat dan

mendengar apa yang guru katakan.

c. Melibatkan Siswa Perceramahan

- Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan

tantanglah siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-

konsep yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab

pertanyaan kuis ringan.

- Latihan yang memperjelas: Selama menyajikan materi selingilah

dengan kegiatan yang memperjelas hal-hal yang disampaikan.

d. Memperkuat Apa yang Telah Disampaikan

- Soal penerangan: Ajukan masalah atau pertanyaan untuk

dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan

selama pengajaran.

- Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau tes dari

penyampaian pelajaran kepada sesama siswa, atau berilah mereka

tes penilaian diri.

E. Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan

pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

19
dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar

(Houlobec, 2001).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta

harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan,

manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif

secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber

belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama

siswa.

Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama

lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu

membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya

manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan

sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada

interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat

menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya.

Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka

diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran

20
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan

dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan

ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa

“pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih

asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat

nyata”.

2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen

dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan

positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4)

keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan

sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 200:78-

79)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana

yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan

yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling

memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling

21
ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling

ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber,

(d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok

dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,

tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi

semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber

belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam

itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar

dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudanya dalam

belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara

individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya

disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota

kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa

anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang

dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata

22
hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok

harus memberikan urunan demi kemajian kelompok. Penilaian

kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan

akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti

tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya

memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan pekerjaan yang

mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan

pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang

tinggi serta latihan yang cukup pula.

23
F. Think-Pair-Share

Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya

dari Universitas Maryland dan mampu mengubah asumsi bahwa metode

resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas

secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa

untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai

contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para

siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada

para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah

dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut memilih

metode Think-Pair-Share daripada metode Tanya jawab untuk kelompok

secara keseluruhan (whole-group question and answer). Lyman dan kawan-

kawannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu

yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk

berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

b) Langkah 2 – Bepasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada

siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah

dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban

bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide

24
bersama jika suatu su khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru

mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untu berpasangan.

c) Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir ini guru meminta pasangan-

pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara

keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini

akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu

ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atu separo dari pasangan-

pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

G. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda

dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran

kooperatif tersebut dpat dikemukan sebagai berikut ini.

Merumuskan tujuan pembelajaran. Menentukan jumlah anggota

dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tidap kelompok belajar tidak

boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6siswa. Ada 3 faktor yang menentukan

jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga factor tersebut adalah: (1) taraf

kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu.

Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa aktif

menjalin kerjasama menyelesaikan tugas. Ada 4 pertanyaan yang hendaknya

dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam kelompok. Keempat

pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

25
Pengelompokkan siswa secara homogen atau heterogen?

Pengelompokkan siswa hendaknya heterogen. Keheterogenan kelompok

mencakup jenis kelamin, ras, agama, (kalau mungkin), tingkat kemampuan

(tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

Bagimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis

kelompok belajar kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada tugas

(non-task-orientied), dan (2) yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas tidak

menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap anggota kelompok. Kelompok

belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal

matematika berbentuk prosedur penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya.

Kelompok belajar yang berorientasi pada tugas menekankan adanya

pembagian tugas yang jelas bagi semua anggota kelompok. Kelompok belajar

semacam ini tampak seperti pada saat siswa melakukan kunjungan ke kebun

binatang sehinga harus disusun oleh panitia untuk menentukan siapa yang

menjadi ketua, sekretaris, bendahara, seksi transportasi, seksi konsumsi, dan

sebagainya. Siswa yang baru mengenal belajar kooperatif dapat ditempatkan

dalam kelompok belajar yang berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang

sederhana hingga yang kompleks.

Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru. Kebebasan

memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen

26
sehingga tujuan belajar kooperatif tidak tercapai. Anggota tiap kelompok

belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh guru. Ada 3 teknik untuk

menentukan anggota kelompok secara acak yang dapat digunakan oleh guru.

Ketiga tekniktersebu dapat dikemukakan sebagai berikut.

Berdasarkan metode sosiometri. Melalui metode sosiometri guru

dapat menentukan siswa yang tergolong disukai oelh banyak teman (bintang

kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki teman (terisoalsi).

Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru menyusun kelompok-kelompok

belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong banyak teman,

yang tergolong biasa, dan yang terisoalsi.

Berdasarkan kesamaan nomor. Jika jumlah siswa dalam kelas terdiri

atas 30 siswa dan guru ingin membentuk 10 kelompok belajar yang dari 1

hingga 10. selanjutnya, para siswa yang bernomorsama dikelompokkan

sehingga terbentuklah 10 kelompok siswa dengan masing-masing

beranggotakan 3 orang siswa yang memiliki karakteristik heterogen.

Menggunakan teknik acak berstrata. Para siswa dalam kelas lebih

dahulu dikelompokkan secara homogen atas dasar jenis kelamin dan atas

dasar kemampuannya (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Setelah itu,

secara acak siswa diambil dari kelompok homogen tersebut dan dimasukkan

ke dalam sejumlah kelompok-kelompok belajar yang heterogen.

27
Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya

disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah

antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk

dapat dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan.

Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.

Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan

pembelajaran dpat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan

belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar

mereka dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujaun pembelajaran yang telah

ditetapkan. Jika kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru

tidak perlu membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika

kelompok belajar belum banyak pengalaman atau masih baru, guru perlu

memberi tahu para siswa bahwa mereka harus bekerja sama, bukan bekerja

sendiri-sendiri. Ada 3 macam cara untuk meningkatkan saling ketergantungan

positif. Ketiga macam cara tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu bahan

ajar dan kelompok harus bekerja sama untuk mempelajarinyal.

b. Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi

bahan ajar yang berbeda untuk selanjutnya disatukan untuk

disintesiskan. Bahan ajar juga dapat disajikan dalam bentuk “Jigsaw

28
puzzle” shingga dengan demikian tiap siswa memiliki bagian dari

bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau menyelesaikan tugas.

c. Saling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar

disusun dalam suatu bentuk pertandingan antar kelompok yang

memiliki kekuatan keseimbangan sebagai dasar untuk meningkatkan

saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Keseimbangan

kekuatan antar kelompok pelu diperhatikan Karena pertanding antar

kelompok yang memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang

untuk kalah atau menang yang sama dapat meningkatkan motivasi

belajar.

Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan

positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian

tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekraja untuk saling

melengkapi. Dalam mata pelajara IPA misalnya, seorang anggota kelompok

diberi tugas sebagai peneliti\, yaig lainnya seagai penyimpul, yang lainnya

lagi sebagai penulis, yang lainya lagi sebagai pemberi semangat, dan ada pula

yang menjadi pengawas terjalinya kerja sama. Penugasan untuk memerankan

suatu fungsi semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih

keterampilan menjalin kerja sama.

29
Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari

oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa.

Beberapa aspek tersebut dpat dikemukakan sebagai berikut.

a. Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas

tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat

menghindarkan mereka dari freustasi atau kebingungan. Dlaam

pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami tugasnya

dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.

b. Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman

siswa di masa lampau.

c. Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur

yang harus diikuti atau pengertian contoh kepada para siswa.

d. Mengajukan berbagai pertanyaak khusus untuk mengetahui

pemahaman para siswa mengenai tugas mereka.

Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja

sama. Menjelaskan tujaun dan keharusan bekerja sama kepada para siswa

dilakukan dengan contoh sebagai berikut.

a. Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau

produk tertentu. Jika kary kelompok berupa laporan, tiap anggota

kelompok harus menandatangani laporan tersebut sebagai tandean

30
bahwa ia setuju dengan isi lapoian kelompok dan dpat menjelaskan

alasan isi laporan tersebut.

b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan

salah satu cara untuk mendorong kelompok menjalin kerja sama

sehingga terjalin pula rasa kebersamaan antar anggota kelompok.

Semua anggota kelompok harus saling membantu agar masing-

masing memperoleh skor hasil belajar yang optiml karena

keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan tiap anggota.

Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak

dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota

kelompk yang mengerjakan seluruh pekerjan. Suatu kelompok belajar juga

tidak dapat dikatakan benar-benr kooperatif jika memperbolehkn adanya

anggota yang tidak melakukan apa pun demi kelompok. Untuk menjamin agar

seluruh anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar seluruh

anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar kelompok

mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan atau

dorongan, guru hrus seirng melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf

penguasaan tiap siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Menyusun kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan

dalam suatu kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas

dengan menciptakan kerja sama antar kelompok. Nilai tambahan dapat

31
diberikan jika seluruh siswa di dalam kelas meraih standar mutu yang tinggi.

Jika suatu kelomok telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, para

anggotanya dapat diminta untuk membantu kelompok-kelompok lain yang

belum selesai. Upaya semacam ini memungkinkan terciptanya suasana

kehidupan kelas yang sehat, yang memungkinkan semua potensi siswa

bekembang optimal dan terintegrasi.

Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam

pembelajarankooperatif bertolak dari penilaian acuan patokan (criterion

referenced). Pada awal kegiatan belajar guruhendaknya menerangkan secara

jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai.

Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama

atau gotong royong sereing memiliki konotasi dan penggunaan yang

bermacam-macam. Oleh karena itu, guru perlu mendifinisikan perkatann

kerja sma tersebut secara operasional dalam bentuk berbagai perilaku tersebut

antara lain dpat dikemukakan dengan kata-kata seperti “Tetaplah berada

dalam kelompokmu”, “Berbicaralah pelan-pelan”, Berbicaralah menurut

giliran,” dan sebagainya. Jika kelompok mulai berfungsi secara efektif,

perilaku yang diharapkan dapat mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Tiap anggota kelompok menjelaskan bagaimana memperoleh

jawaban.

32
b. Meminta kepada tiap anggota kelompok untuk mengaitkan pelajaran

baru dengan yang telah dipelajari sebelumnya.

c. Memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok

memahami bahan yang dipelajari dan menyetujui jawaban-

jawabannya.

d. Mendorong semua anggota kelompok agar berpartisipasi dalam

menyhelesaikan tugas.

e. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang

dikatakan oleh anggota lain.

f. Jangan mengubah pikiran karena berbeda dari pikiran anggota lain

tanpa penjelasan yang logis.

g. Memberikan kritik kepada ide, bukan kepada pribadi.

4. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja,

guru harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memantau

kegiatan siswa. Tujuan pemantauan, guru harus menjelaskan

pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan

tugas, menjawab pertanyaa, dan mengajarkan keterampilan

menyelesaikan tugas kalau perlu.

Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada

saat melakukan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang

33
prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaa, dan

mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu.

Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.

Pada saat memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-

kadang menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan untuk menjalin

kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang memiliki masalah dalam

menjalin kerja sama. Dalam kondisi semacam itu, guru perlu memberikan

nasihat agar siswa dapat bekerja efektif.

Menutup pelajaran. Pada saat pelajara berakhir, guruperlu meringkas

pokok-pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau

contoh, dan menjawab pertanyaan dan hsil belajar mereka.

Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai

kualitas pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan

patokan. Para anggota kelompok hendaknya juga diminta untuk memberikan

umpan balik mengenai kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka.

Menilai kualitas kerja sama antar anggot kelompok. Meskipun waktu

belajar di kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siwa

untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu.

34
Pembicaraan dengan para siswa dilakukan untuk mengetahui apa yang

telah dilakukan dengna baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan pada hari

berikutnya.

35
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang

2. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang. Siswa kelas IX E ini berjumlah 30 siswa, terdiri dari siswa laki-

laki semua

Tingkat kecerdasan siswa beragam, karena adanya perbedaan

lingkungan, ekonomi, dan tingkat pendidikan keluarga yang

mempengaruhi perkembangan pengetahuan siswa. Hal tersebut juga

mempengaruhi daya serap siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

3. Waktu

Kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan dalam satu

kali pertemuan (2 x 40 menit) pada hari Senin 8 Juli 2019 pukul 07.00-

08.10 WIB. Sedangkan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 15 Juli

2019 pukul 07.00-08.10 WIB.

36
4. Mata Pelajaran

Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada mata

pelajaran eksakta yaitu IPA dengan materi system reproduksi pada

manusisa.

B. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

Rencana perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan

pada hari Senin 8 Juli 2019 pukul 07.00-08.10 WIB bertempat di MTs

Negeri 4 Jombang dengan materi system reproduksi pada manusia

Materi ini memiliki :

Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar :

Kompetensi Inti Kompetensi Inti

(Pengetahuan) (Keterampilan)

3.Memahami dan menerapkan 4.Mengolah, menyajikan dan

pengetahuan (factual, menalar dalam ranah konkret

konseptual, dan prosedural) (menggunakan, mengurangi,

berdasarkan rasa ingin tahunya merangkai, memodifikasi dan

tentang ilmu pengetahuan, membuat) dan rana abstrak

teknologi, seni, budaya terkait (menulis, membaca,

menghitung, menggambar dan

37
fenomena dan kejadian tampak mengarang)sesuai dengan yang

mata. dipelajarai disekolah dan

sumber lain yang sama dalam

sudut pandang dan teori

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

(Pengetahuan) (Keterampilan)

3.1. Menghubungkan system 4.1. Menyajikan hasil

reproduksi pada manusia penelusuran informasih

dan gangguan pada system dari berbagai sumber

reproduksi dengan terkait kesehatan dan

menerapkan pola hidup upaya pencegahan

yang menunjang kegiatan gangguan pada organ

reproduksi reproduksi.

Tujuan Pembelajaran Pada Siklus I

 Siswa dapat menyebutkan organ-organ system reproduksi pada manusia

melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menjelaskan fungsi organ-organ penyusun system reproduksi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan penyakit pada system reproduksi dengan

benar.

38
 Siswa dapat menjelaskan komponen-komponen dalam system koordinasi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian sel syaraf dan menjelaskan

fungsi melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan macam-macam sel syaraf berdasarkan bentuk

dan fungsinya serta menjelaskan masing-masing fungsinya dengan

benar.

 Siswa dapat menjelaskan jalannya implus pada gerak sadar dan gerak

tidak sadar dengan benar

 Siswa dapat menjelaskan susunan syaraf manusia melalui skema dengan

benar.

Kegiatan perbaikan Siklus I akan dilaksanakan selama 80

menit dalam satu kali pertemuan. Kegiatan awal berlangsung 10

menit, peneliti akan melakukan apersepsi dengan bertanya jawab

dengan siswa tentang system reproduksi pada manusia setelah itu

peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Kegiatan inti berlangsung selama 60 menit, kegiatan yang akan

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Peneliti meminta siswa membaca buku paket IPA kelas IX

2) Peneliti menjelaskan seluk beluk negara maju dan negara

berkembang.

39
3) Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)

4) Peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS

5) Peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerja LKS

Setelah itu peneliti melakukan kegiatan akhir selama 10 menit.

Pada kegiatan ini peneliti memberikan tes tulis pada siswa secara

individu membahas dan menilai hasil kerja siswa kemudian peneliti

mengadakan penguatan dengan memberi kesimpulan dan menutup

pelajaran.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus I ini

peneliti mengamati dan memberikan penilaian terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Prosedur perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti

dengan berpedoman pada rencana perbaikan pembelajaran Siklus I.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada proses perbaikan

pembelajaran Siklus I adalah:

a. Kegiatan Pendahuluan(10 menit)

 Motivasi :Bagaimana cara makhluk hidup dapat melestarikan

hidupnya?

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan kita pelajari

40
b. Kegiatan Inti(60 menit)

Mengamati:

 Peserta didik mengamati charta sistemreproduksi padamanusia

Menanya :

 Peserta didik menayakan tentang charta sistem reproduksi pada

manusia

Mengumpulkan data/informasi :

 Peserta didik mencari literature tentang sistem reproduksi pada

manusia beserta fungsinya.

Menganalisis

 Peserta didik berdiskusi tentang sistem reproduksi pada manusia

Mengkomunikasikan

 Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok secara

individu

c. Penutup (10 menit)

 Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran.

 Siswa dan guru merefleksikan hasil kegiatan.

 Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang berkinerja

baik.

 Pemberian tugas untuk mengetahui daya serap materi siswa.

41
c. Pengumpulan data

Setelah pembelajaran IPA yang direncanakan berakhir,

peneliti mengolah semua data yang terkumpul. Pertama, peneliti

mengumpulkan data berkaitan dengan kualitas respons siswa, yakni

dari hasil observasi yang dibuat. Setelah itu, dikumpulkan data yang

berkaitan dengan tes evaluasi. Kedua jenis data ini diolah dan

dipasangkan satu dengan yang lain. Terakhir peneliti mencoba

mengelompokkan hasil belajar siswa dalam mencari pemecahan satu

masalah secara tertulis.

Pada tahap kedua, peneliti mencoba menampilkan data

tersebut dalam bentuk tabel dan grafik tentang hasil belajar yang

dicapai siswa. Tabel dan grafik dilengkapi dengan narasi. Pada tahap

ketiga, peneliti menarik kesimpulan dari tabel, grafik, dan narasi yang

dibuat. Peneliti menemukan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan

mengundang respons siswa, namun kualitas respons siswa sangat

terkait dengan tuntunan yang diberikan. Pemberian reward pada siswa

yang mampu menjawab pertanyaan mampu memberikan semangat

dan menambah kepercayaan diri siswa.

Selanjutya, peneliti menyimpulkan hasil belajar siswa terkait

dengan kualitas respons yang disampaikan dalam pembelajaran.

42
d. Refleksi

Setelah kegiatan perbaikan pembelajaran dan observasi

dilakukan, peneliti mengadkan refleksi, didapat kesimpulan:

1) Guru sudah memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab

pertanyaan dan mengutarakan pendapat.

2) Pemberian reward oleh guru mampu memberikan semangat dan

menambah kepercayaan diri siswa.

3) Metode yang digunakan guru belum mampu meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi.

4) Siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar yang realistik

selama proses pembelajaran.

2. Prosedur Penelitian Siklus II

a. Perencanaan

Rencana perbaikan pembelajaran Siklus II dilaksanakan

pada hari Senin 15 Juli 2019 pukul 07.00 – 08.10 WIB bertempat di

MTs Negeri 4 Jombang dengan materi pembelajaran system

reproduksi pada manusia. Materi ini memiliki :

Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar :

Kompetensi Inti Kompetensi Inti

(Pengetahuan) (Keterampilan)

43
3.Memahami dan menerapkan 4.Mengolah, menyajikan dan

pengetahuan (factual, menalar dalam ranah konkret

konseptual, dan prosedural) (menggunakan, mengurangi,

berdasarkan rasa ingin tahunya merangkai, memodifikasi dan

tentang ilmu pengetahuan, membuat) dan rana abstrak

teknologi, seni, budaya terkait (menulis, membaca,

fenomena dan kejadian tampak menghitung, menggambar dan

mata. mengarang)sesuai dengan yang

dipelajarai disekolah dan

sumber lain yang sama dalam

sudut pandang dan teori

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

(Pengetahuan) (Keterampilan)

3.2. Menghubungkan system 4.2. Menyajikan hasil

reproduksi pada manusia penelusuran informasih

dan gangguan pada system dari berbagai sumber

reproduksi dengan terkait kesehatan dan

menerapkan pola hidup upaya pencegahan

yang menunjang kegiatan gangguan pada organ

reproduksi reproduksi.

44
Tujuan Pembelajaran Pada Siklus I

 Siswa dapat menyebutkan organ-organ system reproduksi pada manusia

melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menjelaskan fungsi organ-organ penyusun system reproduksi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan penyakit pada system reproduksi dengan

benar.

 Siswa dapat menjelaskan komponen-komponen dalam system koordinasi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian sel syaraf dan menjelaskan

fungsi melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan macam-macam sel syaraf berdasarkan bentuk

dan fungsinya serta menjelaskan masing-masing fungsinya dengan

benar.

 Siswa dapat menjelaskan jalannya implus pada gerak sadar dan gerak

tidak sadar dengan benar

 Siswa dapat menjelaskan susunan syaraf manusia melalui skema dengan

benar.

45
Kegiatan perbaikan Siklus II akan dilaksanakan selama 80

menit dalam satu kali pertemuan. Kegiatan awal berlangsung 10

menit, peneliti akan melakukan apersepsi dengan bertanya jawab

tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan selanjutnya.

Kegiatan inti berlangsung selama 60 menit, kegiatan yang akan

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Peneliti meminta siswa untuk membaca buku paket IPA Kelas IX

2) Peneliti menjelaskan tentang seluk beluk tentang system

reproduksi pada manusia

3) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 5 siswa.

4) Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.

5) Peneliti meminta masing-masing kelompok berdiskusi untuk

menyelesaikan soal yang terdapat di LKS.

6) Peneliti membimbing siswa dalam berdiskusi.

7) Peneliti meminta masing-masing kelompok mengumpulkan hasil

diskusi kelompok.

Setelah itu peneliti melakukan kegiatan akhir selama 10 menit.

Pada kegiatan ini peneliti memberikan tes tulis secara individu kepada

siswa, membahas hasil kerja siswa, dan menilai hasil kerja siswa.

46
Kemudian peneliti memberikan penguatan dengan menyimpulkan

pelajaran hari itu dan terakhir menutup pelajaran.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II peneliti

selaku observer untuk mengamati dan memberikan penilaian terhadap

proses pembelajaran yang dilakukan.

Prosedur perbaikan pembelajaran secara khusus dilakukan

peneliti dengan berpedoman pada rencana perbaikan pembelajaran

Siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada proses

perbaikan pembelajaran Siklus II adalah:

a. Kegiatan Pendahuluan (20 menit)

 Apersepsi :Sebutkan alat reproduksi pada manusia?

 Motivasi :Guru menayangkan video macam macam penyakit yang

berhubungan dengan alat reproduksi pada manusia.

 Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang sistem reproduksi

pada manusia

b. Kegiatan Inti (80 menit)

Mengamati :

47
 Peserta didik mengamati carta penyakit pada sistem reproduksi

pada manusia

Menanya :

 Apakah kita harus menjaga kebersihan alat reproduksi sehingga

terbebas dari penyakit?

Mengumpulkan data/informasi :

 Peserta didik membaca literatur tentangorgan reproduksipada

manusia dan jenis penyakit yang di timbulkannya.

Mengasosiasi

 Secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang organ

reproduksi pada dan penyakit yang di timbulkannya.

Mengkomunikasikan

 Secara individu peserta didik mempresentasi hasil kerja kelompok.

c. Penutup (20 menit)

 Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran.

 Siswa dan guru merefleksikan hasil kegiatan.

 Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang berkinerja

baik.

 Pemberian tugas untuk mengetahui daya serap materi siswa.

c. Pengumpulan data

48
Setelah pembelajaran IPA Siklus II selesai dilaksanakan,

peneliti mengolah semua data yang terkumpul. Pertama, peneliti

mengumpulkan data berkaitan dengan hasil diskusi siswa, yakni dari

hasil observasi yang dibuat. Setelah itu, dikumpulkan data yang

berkaitan dengan respons siswa pada pertanyaan yang diberikan guru.

Kedua jenis data ini diolah. Terakhir peneliti mencoba

mengelompokkan hasil belajar siswa.

Pada tahap kedua, peneliti mencoba menampilkan data

tersebut dalam bentuk tabel dan grafik. Tabel dan grafik dilengkapi

dengan narasi. Pada tahap ketiga, peneliti menarik kesimpulan dari

tabel, grafik dan narasi yang dibuat. Peneliti menemukan bahwa

metode diskusi mampu mengajak siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran. Pengalaman belajar yang realistis mampu

meningkatkan pemahaman siswa tentang sumber daya alam dan

kegiatan ekonomi. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan hasil belajar

siswa terkait dengan kualitas respons yang disampaikan dalam diskusi.

d. Refleksi

Setelah kegiatan perbaikan pembelajaran dan observasi selesai

dilakukan, peneliti mengadakan refleksi:

1) Secara keseluruhan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

49
2) Penggunaan metode diskusi dapat memotivasi siswa sehingga

lebih memahami materi negara maju dan negara berkembang.

3) Peningkatan pemahaman siswa mampu meningkatkan hasil

belajar siswa.

4) Pemberian petunjuk yang jelas tentang kegiatan berdiskusi sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap materi.

Dari hasil refleksi peneliti dan berdasarkan hasil evaluasi pada

Siklus II, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan Siklus

perbaikan pembelajaran.

50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I

Setelah peneliti melakukan pengamatan dalam kegiatan perbaikan

pembelajaran Siklus I yang dilakukan di kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang, maka didapatkan data yang dianalisa untuk mengetahui tingkat

keberhasilan yang dicapai dalam kegiatan perbaikan pembelajaran

tersebut. Namun hasilnya masih belum memuaskan, tetapi sudah ada

sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum diadakan kegiatan

perbaikan pembelajaran. Hasil temuan dari pengamatan dan refleksi yang

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

Pada kegiatan awal pembelajaran yang dilaksanakan selama 10

menit peneliti mengkondisikan siswa supaya siap untuk mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti mengadakan apersepsi dengan

bertanya jawab tentang seluk reproduksi pada manusia. Siswa dapat

menjawab pertanyaan dari guru tanpa kesulitan yang berarti. Selanjutnya

guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Langkah selanjutnya adalah mengadakan kegiatan inti yang

berlangsung selama 60 menit. Pada kegiatan inti peneliti banyak

memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Terlihat sebagian siswa

51
merasa bosan mendengar ceramah dari guru. Melihat hal tersebut guru

berusaha memotivasi siswa dengan memberikan soal evaluasi dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus I
No Nama Nilai Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skor Maksimal 20 10 10 10 10 10 5 5 10 10

1 10 5 5 10 10 10 5 5 10 0 70 Tidak lulus
Achmad Rio Saputra
2 Achmad Yasir 10 5 5 10 10 10 5 5 10 10 80 Lulus
Nasution
3 5 5 5 10 10 10 5 5 10 5 70 Tidak lulus
Adam Al Walid
4 Ahmad Akmal 5 5 5 10 10 10 5 5 10 10 75 Lulus
Karomi
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 Tidak lulus
Ahmad Thoriq Azizi
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 Tidak lulus
Andriyan Prasetyo
7 Anggoro Wahyu 5 5 5 10 10 10 5 5 10 10 75 Lulus
Pangestu
8 Aprilliand Dwi 5 5 5 10 10 10 5 5 10 10 75 Lulus
Saputra
9 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Arya Putra Adiansyah
10 10 10 10 10 10 10 5 5 10 10 90 Lulus
Dimas Yoga Aditia
11 Dzikrullah Fathur 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 65 Tidak lulus
Rohman
12 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Kais Septian Al Faruq
13 M. Eggy Listyo Az 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Zimran
14 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
M. Niam Darkasih

52
15 M.Fahreza 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Ardiansyah
16 Mochamaad Alifuddin 20 5 5 5 5 5 5 5 10 10 75 Lulus
Nabdyon
17 Mochammad Ridho 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Alfarizi
18 Moh. Misbahul 10 5 5 5 5 5 5 5 10 10 65 Tidak lulus
Wakhid
19 Muchammad Irsal Al 10 5 5 10 10 10 5 5 10 10 80 Lulus
Khusaini
20 Muhammad Fahrul 10 5 5 10 10 10 5 5 10 10 80 Lulus
Amin
21 Muhammad Ilyas 10 10 10 10 10 10 5 5 10 10 90 Lulus
Juliansa
22 Muhammad Imam 20 10 10 10 5 5 5 5 5 5 80 Lulus
Syafiurrohman
23 Muhammad 'Lutfi 10 0 0 10 5 5 5 5 5 5 50 Tidak lulus
Sya'Ban
24 Muhammad Nizar 10 0 10 10 5 5 5 5 5 5 60 Tidak lulus
Amirul Haq
25 Muhammad Nizar 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 70 Tidak lulus
Tsunami
26 Muhammad Zidan 10 0 10 10 5 5 5 5 5 5 60 Tidak lulus
Riziq
27 Pratama Ananda 10 10 10 10 10 10 5 5 10 10 90 Lulus
Khosafa
28 Ridwan Ariskar 20 10 10 10 10 10 5 5 10 10 100 Lulus
Yudhoyono
29 20 10 10 10 5 5 5 5 5 5 80 Lulus
Sugeng Junaedi
30 10 0 0 10 5 5 5 5 5 5 50 Tidak lulus
Nayif Falah
2120
JUMLAH
70,6 Tidak lulus
Presentasi ketuntasan
%

53
Dari analisis data yang ditunjukkan tabel 4.1 maka dapat disajikan pula data

dalam bentuk grafik sebagai berikut:

9
8
7
Jumlah Siswa

6
5
4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100

Nilai

Grafik 4.1 Nilai Evaluasi Siklus I

Berdasarkan data nilai pada siklus 1 yang menggunakan metode

ceramah, nilai rata-rata kelas pada Siklus I adalah 70,6 dan persentase

kelulusan 70.6 %. Yang mendapat nilai 50 ada 5 siswa, yang mendapat

nilai 60 ada 4 siswa, yang mendapat nilai 65 ada 8 siswa, yang mendapat

nilai 70 ada 4 siswa, 75 ada 4 siswa, 80 ada 6 siswa 90 ada 3 siswa dan

yang mendapat nilai 100 ada 1. Dari data tersebut maka peneliti

menyimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus I

belum optimal karena nilai rata-rata kelas masih di bawah 75. Hal ini

disebabkan siswa yang mendapat nilai di bawah nilai rata-rata belum

paham tentang reproduksi pada manusia. Sehingga peneliti perlu

melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

54
2. Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Pada Saat Proses Belajar Mengajar

Tabel 4.2.
Pengamatan siswa siklus I pada saat proses belajar mengajar.
Aspek yang dinilai Nilai

No Nama Siswa Keaktifan Keberanian Ketelitian rata-rata

B C K B C K B C K

1 √ √ √
Achmad Rio Saputra
2 √ √ √
Achmad Yasir Nasution
3 √ √ √
Adam Al Walid
4 √ √ √
Ahmad Akmal Karomi
5 √ √ √
Ahmad Thoriq Azizi
6 √ √ √
Andriyan Prasetyo
B=
7 Anggoro Wahyu √ √ √
Pangestu
Baik
8 √ √ √
Aprilliand Dwi Saputra
(76-90)
9 √ √ √
Arya Putra Adiansyah
10 √ √ √
Dimas Yoga Aditia C=
11 Dzikrullah Fathur √ √ √
Rohman Cukup
12 √ √ √
Kais Septian Al Faruq (61-75)
13 M. Eggy Listyo Az √ √ √
Zimran
14 √ √ √
M. Niam Darkasih K=
15 √ √ √
M.Fahreza Ardiansyah Kurang
16 Mochamaad Alifuddin √ √ √
Nabdyon 60
17 Mochammad Ridho √ √ √
Alfarizi

55
18 √ √ √
Moh. Misbahul Wakhid
19 Muchammad Irsal Al √ √ √
Khusaini
20 √ √ √
Muhammad Fahrul Amin
21 Muhammad Ilyas √ √
Juliansa
22 Muhammad Imam √ √
Syafiurrohman
23 Muhammad 'Lutfi √ √ √
Sya'Ban
24 Muhammad Nizar √ √ √
Amirul Haq
25 Muhammad Nizar √ √ √
Tsunami
26 √ √ √
Muhammad Zidan Riziq
27 Pratama Ananda √ √ √
Khosafa
28 Ridwan Ariskar √ √ √
Yudhoyono
29 √ √ √
Sugeng Junaedi
30 Nayif Falah
√ √ √

Total 10 13 7 11 15 4 8 11 10

Berdasarkan hasil pengamatan siswa pada siklus satu kurang

memuaskan hal ini dapat dilihat pada keaktifan siswa masih ada yang

kurang aktif yaitu sejumlah 10 siswa, pada aspek keberanian masih ada 4

siswa yang kurang berani mereka hanya duduk diam saja, pada aspek

ketelitian masih ada 10 siswa yang kurang teliti dalam mengerjakan soal.

56
3. Hasil Penelitian Siklus II

Karena dalam proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan

pada Siklus I menunjukkan hasil yang belum memuaskan, maka peneliti

melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus II.

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah

diajarkan. Dari jawaban siswa, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian

besar siswa masih mengingat materi negara maju dan negara berkembang.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran hari

ini.

Pada kegiatan ini peneliti menyampaikan petunjuk tentang

prosedur berdiskusi, siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan

sesekali bertanya apabila ada yang belum dimengerti. Selesai memperoleh

petunjuk dari peneliti, masing-masing kelompok diminta berdiskusi sesuai

petunjuk peneliti. Selama siswa berdiskusi, peneliti mengadakan evaluasi.

Dari kegiatan evaluasi didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus II

No Nama No soal Jumlah Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 benar

1 Achmad Rio 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100


Saputra
2 Achmad Yasir 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80
Nasution

57
3 Adam Al 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80
Walid
4 Ahmad Akmal 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80
Karomi
5 Ahmad Thoriq 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Azizi
6 Andriyan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Prasetyo
7 Anggoro 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Wahyu
Pangestu
8 Aprilliand Dwi 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 6 60
Saputra
9 Arya Putra 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 6 60
Adiansyah
10 Dimas Yoga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Aditia
11 Dzikrullah 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 80
Fathur
Rohman
12 Kais Septian 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80
Al Faruq
13 M. Eggy 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80
Listyo Az
Zimran
14 M. Niam 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6 60
Darkasih
15 M.Fahreza 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Ardiansyah
16 Mochamaad 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80
Alifuddin
Nabdyon
17 Mochammad 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80
Ridho Alfarizi
18 Moh. Misbahul 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80
Wakhid
19 Muchammad 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Irsal Al
Khusaini
20 Muhammad 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80
Fahrul Amin
21 Muhammad 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Ilyas Juliansa
22 Muhammad 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Imam
Syafiurrohman
23 Muhammad 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80
'Lutfi Sya'Ban

58
24 Muhammad 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 80
Nizar Amirul
Haq
25 Muhammad 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80
Nizar Tsunami
26 Muhammad 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80
Zidan Riziq
27 Pratama 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80
Ananda
Khosafa
28 Ridwan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Ariskar
Yudhoyono
29 Sugeng 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80
Junaedi
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
Nayif Falah
Jumlah Benar 30 24 18 20 25 24 28 28 26 23 256 2560

Presentasi 85,3 %

ketuntasan

Berdasarkan data nilai pada siklus II yang menggunakan metode

diskusi, nilai rata-rata kelas pada Siklus II adalah 83,3 Dan persentase

kelulusan 85,3 %. Yang mendapat nilai 60 ada 3 siswa, yang mendapat

nilai 80 ada 16 siswa, dan yang mendapat nilai 100 ada 13 siswa. Dari data

tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan

pembelajaran Siklus II sudah optimal karena nilai rata-rata kelas sudah di

atas 75. Hal ini disebabkan siswa yang mendapat nilai di bawah nilai rata-

rata sudah paham reproduksi pada manusia Sehingga peneliti

menghentikan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Dari analisis data yang ditunjukkan tabel 4.4 maka dapat disajikan

pula data dalam bentuk grafik sebagai berikut:


59
Grafik 4.2 Nilai Evaluasi Siklus II

Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar belajar siswa

Siklus I dan II maka disajikan data hasil tes tulis Siklus I dan II sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Rekapitulasi Nilai IPA Siklus I dan II

Nilai
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II

1 70 100
Achmad Rio Saputra
2 80 80
Achmad Yasir Nasution
3 70 80
Adam Al Walid
4 75 80
Ahmad Akmal Karomi
5 50 100
Ahmad Thoriq Azizi
6 50 100
Andriyan Prasetyo

60
7 75 100
Anggoro Wahyu Pangestu
8 75 60
Aprilliand Dwi Saputra
9 65 60
Arya Putra Adiansyah
10 90 100
Dimas Yoga Aditia
11 65 80
Dzikrullah Fathur Rohman
12 65 80
Kais Septian Al Faruq
13 65 80
M. Eggy Listyo Az Zimran
14 65 60
M. Niam Darkasih
15 65 100
M.Fahreza Ardiansyah
16 75 80
Mochamaad Alifuddin Nabdyon
17 65 80
Mochammad Ridho Alfarizi
18 65 80
Moh. Misbahul Wakhid
19 80 100
Muchammad Irsal Al Khusaini
20 80 80
Muhammad Fahrul Amin
21 90 100
Muhammad Ilyas Juliansa
22 80 100
Muhammad Imam Syafiurrohman
23 50 80
Muhammad 'Lutfi Sya'Ban
24 60 80
Muhammad Nizar Amirul Haq
25 70 80
Muhammad Nizar Tsunami
26 60 80
Muhammad Zidan Riziq

61
27 90 80
Pratama Ananda Khosafa
28 100 100
Ridwan Ariskar Yudhoyono
29 80 80
Sugeng Junaedi
30 50 100
Nayif Falah

25,6
Jumlah Benar 2120

Nilai rata-rata 70,6 85,3

Dari data pada tabel 4.5 di atas, dapat disajikan data dalam bentuk grafik sebagai

berikut:

9
8
7
Jumlah Siswa

6
5 Siklus I

4 Siklus II
3
2
1
0
0 20 50 60 65 70 75 80 90 100
Nilai

Grafik 4 Nilai Siklus I dan II

62
4. Hasil Pengamatan Siswa Siklus II Pada Saat Proses Belajar Mengajar

Tabel 4.5

Pengamatan siswa siklus II pada saat proses belajar mengajar

Aspek yang dinilai Nilai

No Nama Siswa Keaktifan Keberanian Ketelitian rata-rata

B C K B C K B C K

1 √ √ √
Achmad Rio Saputra
2 Achmad Yasir √ √ √
Nasution
3 √ √
Adam Al Walid
4 √ √ √
Ahmad Akmal Karomi
5 √ √ √
Ahmad Thoriq Azizi
6 √ √ √
Andriyan Prasetyo
B = Baik
7 Anggoro Wahyu √ √ √
Pangestu
(76-90)
8 √ √ √
Aprilliand Dwi Saputra
9 √ √ √
Arya Putra Adiansyah
C=
10 √ √ √
Dimas Yoga Aditia
Cukup
11 Dzikrullah Fathur √ √ √
Rohman (61-75)
12 √ √ √
Kais Septian Al Faruq
13 M. Eggy Listyo Az √ √ √
Zimran
14 √ √ √
M. Niam Darkasih

63
15 M.Fahreza √ √ √ K=
Ardiansyah
16 Mochamaad Alifuddin √ √ √ Kurang
Nabdyon
17 Mochammad Ridho √ √ √ 60
Alfarizi
18 Moh. Misbahul √ √ √
Wakhid
19 Muchammad Irsal Al √ √ √
Khusaini
20 Muhammad Fahrul √ √ √
Amin
21 Muhammad Ilyas √ √
Juliansa
22 Muhammad Imam √
Syafiurrohman
23 Muhammad 'Lutfi √ √
Sya'Ban
24 Muhammad Nizar √ √ √
Amirul Haq
25 Muhammad Nizar √ √ √ √
Tsunami
26 Muhammad Zidan √ √
Riziq
27 Pratama Ananda √ √
Khosafa
28 Ridwan Ariskar √ √ √
Yudhoyono
29 √ √ √
Sugeng Junaedi
30 √ √
Nayif Falah

Total 8 17 0 12 20 0 10 18 0

Berdasarkan hasil pengamatan siswa pada siklus dua sudah

memuaskan hal ini dapat dilihat pada keaktifan siswa tidak ada yang

kurang aktif, pada aspek keberanian tidak ada yang duduk terdiam

64
mereka aktif mengemukakan pendapat dan bertanya apabila ada soal-

soal yang tidak dimengerti, pada aspek ketelitian semua teliti dalam

mengerjakan soal tapi masih ada beberapa siswa yang nilainya di

bawah KKM.

B. PEMBAHASAN

1. Pembahasan Siklus I

Dengan metode ceramah pemahaman siswa belum dapat

ditingkatkan. Hasil tes tulis yang didapat belum memuaskan. Dari 30

siswa terdapat 22 siswa yang mendapat nilai di bawah standart ketuntasan

minimal. Tampaknya hal ini terjadi karena beberapa alasan. Penyebab

yang pertama mungkin berasal dari guru. Hasil refleksi menunjukkan

bahwa guru masih mendominasi pembelajaran, dengan kata lain

pembelajaran masih terpusat pada guru.

Pemilihan metode pembelajaran dalam kegiatan perbaikan

pembelajaran oleh guru kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa

kurang termotivasi dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan

pembelajaran Siklus II dengan tujuan perbaikan memotivasi siswa dengan

menggunakan metode diskusi agar siswa mendapatkan pengalaman

belajar yang realistik.

65
2. Pembahasan Siklus II

Hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan, dikarenakan

pemahaman siswa tentang negara majudan negara berkembang

meningkat. Dari 30 siswa ada . Hal ini karena 3 siswa yang belum

tuntaswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dengan melakukan

diskusi. Siswa lebih termotivasi dan lebih tertarik dalam proses


53
pembelajaran.

Siswa juga lebih banyak mendapat kesempatan menjawab

pertanyaan guru dengan kegiatan tanya jawab dan diskusi kelompok. Guru

senantiasa memotivasi siswa dan membimbing siswa untuk berani

mengutarakan pendapat dari hasil diskusi kelompok. Hal ini sesuai dengan

prinsip-prinsip keterampilan dasar mengajar khususnya keterampilan

bertanya dan keterampilan membimbing siswa (Wardani, 2003). Bagi

siswa yang mampu menjawab dengan benar guru juga memberikan

apresiasi untuk meningkatkan motivasi siswa.

Berdasarkan hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran

Siklus II peneliti memutuskan untuk menghentikan Siklus perbaikan

pembelajaran sampai Siklus II saja.

66
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan berhasil

meningkatkan pemahaman siswa kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang

tentang materi sistem reproduksi pada manusia.

2. Kegiatan perbaikan pembelajaran melalui metode diskusi berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa tentang negara maju dan negara

berkembang Keberhasilan ini terlihat dari peningkatan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran dan adanya peningkatan nilai tes tulis dari

Siklus I sampai Siklus II.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah menggunakan

metode diskusi sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran pada mata

pelajaran IPA tentang reproduksi pada manusia kelas IX E MTs Negeri 4

Jombang, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada teman guru IPA Kelas IX yang ingin meningkatkan kemampuan

profesionalnya serta nilai hasil belajar siswa, jika situasi dan kondisi

67
sekolahnya relatif sama dengan apa yang ada di sekolah peneliti, maka

sebaiknya menggunakan metode diskusi sebagai solusi untuk


55
memecahkan masalah pembelajaran.

2. Kepada siswa agar selalu termotivasi untuk belajar IPA mengingat

pentingnya pemahaman tentang sistem reproduksi pada tumbuhan sebagai

salah satu keterampilan sosial yang akan digunakan untuk memecahkan

masalah di kehidupan sehari-hari.

3. Kepada orang tua atau wali murid, agar mempunyai kepedulian serta

perhatian juga bersikap pro aktif dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan yang diharapkan oleh sekolah.

4. Kepada Kepala Sekolah dan jajaran pengelola kebijakan sekolah,

disarankan agar dapat memberikan fasilitas dalam sosialisasi

implementasi metode pembelajaran ini, sejalan dengan signifikan hasil

penelitian yang telah peneliti lakukan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV. Jakarta: Depdiknas.

Edward, L Thorndike. (1949), Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka


Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Erman, Suherman., Winata Putra. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika.


Jakarta: Depdikbud.
Ischak, Dkk. (2003). Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

International Education Achievement, 1999. Pendidikan Anak di SD. Universitas


Terbuka, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Miarso, Yusuf Hadi, Dkk. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas
Definisi Dan Terminology AECT. Jakarta: Rajawali Terjemahan Dari
AECT, 1977, The Definition Education Technology, Washington DC.

Sadiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Sugianto. 1997, Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka, Departemen


Pendidikan Nasional, Jakarta

Sudirman, Arief, Dkk. (1986). Media Pendidikan Pengertian Pengembangan


Dan Pemanfaatannya. Jakarta: Press Telkom Dikbud Dan Rajawali.

Sumaatmadja, H. Nursid, Dkk. (2003). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Suschman; Richard. (1982). Learning Theories For Teacher. Fourth Edition.


New York: Harper And Row.
69
Wardhani, IGAK, Dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Wilkinson, Genra. (1984). Media Dalam Pembelajaran Penelitian Selama 60


Tahun. Jakarta: Rajawali.

Winataputra, Udin. S. (2007). Materi Dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:


Universitas Terbuka.

70
LAMPIRAN

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN


SIKLUS I

Sekolah : MTs Negeri 4 Jombang


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : IX E / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3: Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

71
B. Kompetensi Dasar

3.1. Menghubungkan system reproduksi pada manusia dan gangguan pada

system reproduksi dengan penerapan pola hidup yang menunjang

kesehatan reproduksi.

4.1. Menyajikan hasil penelusuran informasih dari berbagai sumber terkait

kesehatan dan upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi.

C. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menyebutkan organ-organ system reproduksi pada manusia

melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menjelaskan fungsi organ-organ penyusun system reproduksi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan penyakit pada system reproduksi dengan

benar.

 Siswa dapat menjelaskan komponen-komponen dalam system koordinasi

pada manusia dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian sel syaraf dan menjelaskan

fungsi melalui gambar dengan benar.

 Siswa dapat menyebutkan macam-macam sel syaraf berdasarkan bentuk

dan fungsinya serta menjelaskan masing-masing fungsinya dengan

benar.

72
 Siswa dapat menjelaskan jalannya implus pada gerak sadar dan gerak

tidak sadar dengan benar

 Siswa dapat menjelaskan susunan syaraf manusia melalui skema dengan

benar.

73
FOTO SEMINAR
PTK

74
BIOGRAFI PENULIS
SELAYANG PANDANG PENULIS
Hisbullah Huda.S.Pd. M.Si

Penulis ini dipercaya penjadi pengurus aktif sebagai


wakil ketua MGMP IPA MTSN se kabupaten dan ketua
MGMP ipa mtsn 4 Jombang lokal mencoba memadukan
konsep teori di kelas dan berbagaireferensi di media,
dengan penuh semangat mengabdi di MTSN 4 jombang
mulai 2001 sampai Sekarang 2021 dan Pada tahun
2008 telah lulus resmi dari program portofolio
sertifikasi guru sehingga berusaha mengekspresikan
pengalaman mengajar di kelas nya dan terbukti dapat
memotivasi belajar siswa untuk penelitian research
science di Laboratorium IPA

Seorang ”pahlawan tanpa tada jasa” tenaga pendidik ini terlahir dari
Jombang,tepatnya 3 Maret 1977, menimba Ilmu di MI Mambaul maarif dan
SDN Plosogeneng 2 jombang,melanjutkan di MTSN 4 Jombang yang berada
di lingkungan PP. Mambaul Maarif Denanyar kemudian Melanjutkan jurusan
IPA BIO MAN 4 Jombang. Selanjutnya meneruskan di Pendidikan Teknik
Sipil programstudi PTB Air UNESA Lulus pada tahun 2000 , kemudian
meneruskan di Universitas kanjuruhan Malang jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA dan menjadi “umar bakri” kembali mengabdi selama 7 tahun
mengabdi di MTSN 4 Jombang serta mendapat Bea Siswa dari Kemenag di
ITS surabaya jurusan Geo Fisika FMIPA program pasca Sarjana.

Pada tahun 2009 setelah Lulus dari ITS Surabaya kembali mengabdi di MTSN
4 Jombang. Karya Tulis dalam bentuk skripsi yang pernah dibuat adalah
pertama tentang pendidikan yaitu Strategi Dosen dalam menarik perhatian
Mahasisawa dalam meningkatkan motivasi Belajar Mahasiswa PTB, untuk
karya tulis yang kedua sebagai syarat kelululusan yaitu tentang
Karakterisasi Profil Tanah dengan Menggunakan Analisa Kurva Dispersi
Studi Kasus: Kampus Geomatika FTSP ITS Surabaya.

Penulis mempunyai ruang diskusi kontributif di email:


hisbullohh@gmail.com.

75
Hisbulloh Huda S.Pd., M.Si

Gabungan Metode Ceramah


Dengan Metode Kooperatif
Model TPS (Think Pair Share)
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pemantapan suatu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran menempati


peranan yang cukup penting. Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung
pada tingkat pemahaman siswa yang berimplikasi pada hasil belajar siswa
pasca Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pelajaran IPA prestasi belajar
siswa selain ditentukan oleh tingkat pemahaman dan penguasaan materi, juga
ditentukan oleh metode yang digunakan dalam pembelajaran dan perolehan
pengetahuan terkait untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari.

Metode yang digunakan dalam peningkatan pemahaman negara maju dan negara
berkembang pada pelajaran IPA siswa kelas IX E adalah Metode Ceramah Dengan
Metode Kooperatif Model TPS (Think Pair Share). Melalui Metode Ceramah
Dengan Metode Kooperatif Model TPS (Think Pair Share) siswa lebih memahami
dan menghayati pelajaran IPA dan MTs Negeri 4 Jombang seperti kenyataan yang
ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan membawa pengaruh positif pada
prestasi belajar siswa, dibandingkan hanya menggunakan metode ceramah yang
membuat siswa hanya mampu membayangkan tanpa mendapatkan pengalaman
belajar yang konkrit.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode


diskusi mampu meningkatkan pemahaman materi system reproduksi pada
pelajaran IPA siswa kelas IX E MTs Negeri 4 Jombang.

Penerbit : PT Dewangga Energi Internasional


Komp. Purigading Ruko I No. 39
Pondokmelati Kota Bekasi
Tlp. 0851-6138-9537
www.dewanggapublishing.com

Anda mungkin juga menyukai