Anda di halaman 1dari 74

Volume 5, Nomor 1, Mei, 2021 ISSN Cetak : 2549-1695

ISSN Online : 2599-0969

JURNAL SAINTIKA PENDIDIKAN


Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial

Jurnal Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan yang fokus pada bidang Sains, Bahasa, Agama
dan Sosial diterbitkan dua kali dalam satu tahun di bulan Mei dan November, jurnal ini menyajikan
artikel baik hasil penelitian ataupun non penelitian tentang berbagai macam bidang kajian pendidikan
dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Arab.

Ketua Editor: Barozi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mojokerto, Indonesia


Wakil Ketua Editor : Agus Tiono, MAN 2 Mojokerto, Indonesia

Editor Pelaksana: Moh. Rodli, MAN 2 Mojokerto, Indonesia


Hari Prastyo, Pusat Bahasa IAI Uluwiyah Mojokerto, Indonesia

Dewan Penyunting:
Natalie Deduck, Peace Corps Volunteer, USA
Chotibul Umam, IAIN Kediri, Indonesia
Wirawan Fadli, IAIN Ponorogo, Indonesia
Hanun Asrohah, UINSA Surabaya, Indonesia
M. Zaini Miftah IAIN Palangkaraya, Indonesia
Iskandar Ritonga, UINSA Surabaya, Indonesia
M. Saibani Wiyanto, STKIP PGRI Jombang, Indonesia
Ludi Wisnu Wardhana, Universitas Negeri Malang, Indonesia

Penyunting Bahasa:
Wagito Guntoro, MAN 2 Mojokerto, Indonesia
Trisya Widiastutik, MAN 2 Mojokerto, Indonesia
Praptono, MAN 2 Mojokerto, Indonesia
Ali Mukti, MAN 2 Malang, Indonesia
Wiratno, MTsN Munjungan Trenggalek, Indonesia
Suyadi, SMK Negeri Mojoanyar Mojokerto, Indonesia
Syamsul Ma’arif, MAN Insan Cendekia Pasuruan, Indonesia

Alamat Redaksi:
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mojokerto, Indonesia
Jalan R. A. Basuni Nomor 306 Sooko Mojokerto Telp. (0321) 322468

Jurnal Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan tentang Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial
mengundang penulis untuk mengirimkan artikel yang belum pernah dimuat. Silahkan dilihat di
petunjuk pengiriman artikel yang ada dibelakang sampul jurnal ini.

Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Madrasah Aliyah Negeri 2
Mojokerto Bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mojokerto Jawa Timur,
Indonesia
Volume 5, Nomor 1, M e i 2021 ISSN Cetak : 2549-1695
ISSN Online :2599-0969

DAFTAR ISI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI OTORITAS JASA


KEUANGAN MELALUI DIGITAL LEARNING BERBASIS MOBILE
PADA SISWA KELAS X MIPA 1 MAN 5 BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Said Edy Wibowo ............................................................................................. 1 - 8

PERANAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN


Trisya Widiastutik ............................................................................................ 9 - 14

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MAN 1 MOJOKERTO


DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
Maisaroh ........................................................................................................... 15 - 26

PERAN PENGAWAS DALAM MEMFASILITASI GURU TENTANG


TEKNIK PENYUSUNAN SOAL HOTS
Nur Abidah ....................................................................................................... 27– 38

ANALISIS KEBIJAKANSEKOLAH KEJURUAN DI INDONESIA


Masruroh .......................................................................................................... 39 - 49

PENERAPAN APLIKASI QUIZIZZ DALAM PEMBELAJARAN IPA


DI MTSN 4 JOMBANG DI MASA PANDEMI
Hisbulloh Huda ................................................................................................ 51 – 59

Bio Data Penulis

Petunjuk untuk Penulis

SK ISSN LIPI
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman|| 1||2021||
|P-ISSN: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI OTORITAS


JASA KEUANGAN MELALUI DIGITAL LEARNING BERBASIS
MOBILE PADA SISWA KELAS X MIPA 1 MAN 5 BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SAID EDY WIBOWO


wibowosaid16@gmail.com
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 5 Bojonegoro

Article History: Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


Dikirim: peningkatan hasil belajar ekonomi dan mendeskripsikan
25 Desember2020 penerapan program digital learning berbasis mobile
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA 1
Direvisi: MAN 5 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2019/2020 .
18 Januari 2021 Penelitian menggunakan model desain Kemmis
Diterima:
berdasarkan siklus-siklus, terdiri dari dua siklus dimana
29 Januari 2021 setiap siklus meliputi planning (rencana), action
Korespondensi Penulis: (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
phone number / WA (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah
+6281234729086 perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X
MIPA 1 dengan jumlah siswa kelas 27 anak dan
instrument dalam penelitian ini adalah observasi dan tes.
Hasil yang diperoleh dari penelitian berdasarkan data
observasi perbaikan diperoleh penerapan program digital
learning berbasis mobile dapat meningkatkan hasil
belajar Ekonomi . Hal ini terbukti pada pencapaian hasil
belajar yakni pada pra siklus sebesar 55,3, pada siklus ke-
1 sebesar 64,2. Sedangkan pada siklus ke-2 terjadi
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 84,2.
Hal ini menunjukkan bahwa program digital learning
berbasis mobile yang digunakan peneliti terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 MAN
5 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2019/2020 . Hasil
lapangan tentang keefektifan program digital learning
berbasis mobile media pembelajaran ini layak dan dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran
dalam pembelajaran selanjutnya.

Kata Kunci : Otoritas Jasa Keuangan, digital learning


berbasis mobile , Hasil belajar

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
2 | Halaman

PENDAHULUAN
Ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih
cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan,
dalam rangka memproduksi berbagai komoditas dan penyalurannya, baik saat ini maupun di
masa depan kepada berbagai individu dan kelompok dalam suatu masyarakat. (Sukwiati,
2007: 101). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran
ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran di sekolah yang mempelajari perilaku individu
dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya. Mata pelajaran yang diberikan peneliti adalah
pada kelas X MIPA 1 dalam hal ini adalah pelajaran lintas minat bagi jurusan MIPA artinya
bukan pelajaran wajib yang di UN kan, maka terkadang siswa merasa tak butuh dan terkesan
acuh tidak begitu aktif dalam pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan pengajaran salah satunya
adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi ekonomi agar
diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Ekonomi. Kenyataan di
lapangan proses pencapaian pembelajaran Ekonomi terjadi di MAN 5 Bojonegoro Tahun
Pelajaran 2019/2020 yang mana masih menggunakan paradigma lama, walaupun sekarang
kurikulum telah berkembang menjadi kurikulum 2013. Ada beberapa temuan yang dialami
oleh peneliti bahwa salah satu indikator rendahnya pemahaman siswa MIPA ini adalah
kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran ini. Siswa cenderung pasif,
keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang, sehingga proses
belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang berarti. Akhirnya guru terlihat
aktif sendiri dalam proses belajar mengajar, sedangkan siswanya pasif. Hal ini tentunya
sangat tidak ideal pada proses pembelajaran, dan pencapaian hasil belajar siswa masih
dibawah KKM yang telah ditentukan. Berdasarkan pada fenomena tersebut, peneliti telah
merancang suatu penelitian tindakan kelas dengan melakukan perubahan strategi belajar
mengajar mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas X MIPA 1 di MAN 5 Bojonegoro
Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan menggunakan program digital learning berbasis mobile.
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat di susun rumusan masalah sebagai
berikut: ”Apakah ada peningkatan hasil belajar Ekonomi materi OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) setelah diterapkan program digital learning berbasis mobile pada siswa kelas X
MIPA 1 MAN 5 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2019/2020?, Bagaimanakah penerapan
program digital learning berbasis mobile dalam meningkatkan hasil belajar Ekonomi

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
Halaman |3
materi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada siswa kelas X MIPA MAN 5 Bojonegoro Tahun
Pelajaran 2019/2020?”
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam menjalankan fungsi, terdapat tugas dan
wewenang OJK yang harus dijalankan dan bersinergi dengan berbagai lembaga keuangan di
Indonesia. Dasar hukum OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan yang telah diresmikan pada 16 Juli 2012. Peran OJK diharapkan
dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan, sehingga meningkatkan daya saing
perekonomian. Otoritas Jasa Keuangan atau biasa disingkat OJK, merupakan lembaga
independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK diharapkan adalah menjadi
lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan
umum, pada materi otoritas jasa keuangan ada pada materi ekonomi kelas XI MIPA 1
Digital Learning berbasis mobile
Digital learning sebagai metode pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa digital learning merupakan strategi pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan informasi (internet) dalam menunjang keberhasilan proses belajar
dan pembelajaran yang dapat digunakan adalah dalam bentuk tutorial multimedia, interaktif
via internet, dan bahan ajar bersifat mandiri. Konsep digital learning menjadi fokus yang
menarik untuk dibahas dan diterapkan, dan menjadi sebuah inovasi bagi madrasah. Pelajar
dapat belajar di mana saja dan kapan saja sesuai yang diinginkan. Digital learning berbasis
Mobile adalah sebuah inovasi peneliti dalam rangka sinergi program GELEM (Gerakan
Literasi Madrasah) Kanwil Kemenag Jatim melalui Literasi digital yang peneliti gagas,
dengan disinergikan pada slogan MAN 5 Bojonegoro PRIMA (Prestasi, Religi, Inovasi,
Milenial, Amanah) dalam hal ini adalah Inovasi untuk generasi milenial.

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
4 | Halaman

Fitur Media Pembelajaran Digital Learning Berbasis Mobile


QR Barcode
QR Code (Quick Response Code) adalah barcode dua dimensi yang dapat menyimpan
data. QR Code dikembangkan oleh Denso Corporation, Jepang dan dapat digunakan secara
gratis, bahkan untuk keperluan komersial. Berikut adalah contoh dari QR Code:

QR code dapat dibaca menggunakan berbagai software gratis yang tersedia pada
berbagai platform. Gunakan kata kunci “QR Code Scanner” atau “QR Code Reader” di
Google Play Store atau Apple App Store. Besaran data yang dapat disimpan bervariasi,
tergantung pada versi QR Code, ukuran QR Code dan tingkat Error Correction Capability-
nya.
Keuntungan dan Kerugian QR Code
Google Form
Google Form atau yang disebut google formulir adalah alat yang berguna untuk
membantu anda merencanakan acara, mengirim survei, memberikan siswa atau orang lain
kuis, atau mengumpulkan informasi yang mudah dengan cara yang efisin. Form juga dapat
dihubungkan ke spreadsheet. Jika spreadsheet terkait dengan bentuk, tanggaanpan otomatis
akan dikirimkan ke spreadsheet. Jika tidak, pengguna dapat melihat mereka di “Ringkasan
Tanggapan” halaman dapat diakses dari menu Tanggapan. Salah satu alasan dari banyak
pengguna yng mungkin tidak menyadari Google Form adalah bahwa mereka ditemukan
bukan sebagai aplikasi terpisah, melainkan sebagai bagian dari Google Drive. Apps.

METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian dilakukan di MAN 5 Bojonegoro kelas X MIPA 1 semester 2 mata
pelajaran ekonomi lintas minat tahun pelajaran 2019/2020. Fokus penelitian ini di kelas X
MIPA 1 dengan subjek penelitian adalah peserta didik 27 siswa dengan siswa laki laki
berjumal 13 dan siswa perempuan berjumlah 14 siswa,
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini mengacu pada perbaikan

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
Halaman |5
pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis (2008: 14) menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus
meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup atau memenuhi indikator
keberhasilan. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.
Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data dan informasi
tentang subjek penelitian. Dari hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama,
kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Hasil belajar siswa
dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa, yaitu lebih dari 80% siswa sudah mencapai
65% taraf penguasaan konsep-konsep yang diberikan. Dalam penelitian ini digunakan
beberapa alat dan metode pengumpulan data, yaitu test, dan observasi. Instrumen
pengambilan data dipergunakan untuk pengambilan data dari variabel-variabel yang akan
diukur. Berdasarkan dari nilai hasil belajar siswa pada waktu proses pembelajaran terlihat
dari Tabel 1. (Lampiran) pada kegiatan pra siklus dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
menjelaskan tujuan, peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK pada siswa kelas X MIPA
MAN 5 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2019/2020 masih sangat rendah yaitu 55,3.Siswa yang
tuntas pada siklus ini adalah 10 siswa, siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 17 siswa.
Dengan demikian hasil belajar rata-rata kelas masih dibawah KKM. Pembahasan ini secara
urut dikemukakan sebagai berikut: Kemampuan menjelaskan menjelaskan tujuan,
peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK siswa kelas X MIPA 1, aktivitas siswa dalam
pembelajaran, kooperatif (kerja sama) siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan hal-
hal yang ditemukan selama tindakan siklus-1 dan siklus-2
Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan OJK pada
pertanyaan pemantapan menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan
31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2 menunjukkan sebelum
tindakan dilaksanakan penguasaan materi siswa tentang menjelaskan menjelaskan tujuan,
peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK menurut hasil pertanyaan pemantapan sebesar 48%
sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan
menjelaskan tujuan, peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK 70 % maka hal ini
Said Edy Wibowo
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
6 | Halaman

menunjukkan bahwa pembahasan tentang menjelaskan tujuan, peran/fungsi, tugas, dan


wewenang OJK dengan pembelajaran digital learning berbasis mobile dapat meningkatkan
hasil belajar Ekonomi materi menjelaskan tujuan, peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK
Dari hasi observasi peneliti pada pembelajarn Ekonomi dengan bahasan menjelaskan
tujuan, peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK yang disampaikan oleh guru, siswa tampak
pasif, takut bertanya, dan kurang percaya diri serta perhatian mereka kecil sekali. Pada awal
tindakan siklus-1, tampak siswa takut menjawab dan memperagakan ke depan hingga guru
mengulang kegiatan awal siklus-1. Namun setelah setelah digital learning berbasis mobile
selesai pada siklus pertama, aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi semangat hal tersebut
tampak ketika memperagakan digital learning berbasis mobile. Menurut hasil observasi,
aktivitas siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54 %, siswa sedang 32 %,
dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif 78%, siswa sedang 18
%, dan siswa pasif 4%. Dengan demikian berdasar hasil analisis data diatas dapat dikatakan
bahwa pembelajaran peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK dengan digital learning
berbasis mobile dapat meningkatkan aktivitas belajar.
Berdasarkan observasi siklus 1 didapatkan temuan sebagai berikut: Prestasi belajar
siswa masih dibawah KKM hal ini dapat terlihat dari pencapaian prestasi belajar pada siklus
ke-1 sebesar 64,2. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus sebelumnya, dan pada
siklus 2 didapatkan temuan sebagai berikut: Hasil belajar siswa sudah mencapai KKM. Hal
ini terlihat dari pencapaian belajar siklus ke-2 yakni sebesar 84,2, karena hasil yang diperoleh
melalui tes belajar siswa kelas X MIPA 1 MAN 5 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2019/2020
sudah mencapai ketuntasan, Adapun pencapaian prestasi belajar siswa dapat dilihat dari
diagram dibawah ini:

84,2
100 64,2

50
0
Siklus I Siklus II

Persentase Ketuntasan

Tabel 1 Persentase ketuntasan belajar melalui penerapan program digital learning berbasis
mobile

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
Halaman |7

SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Ada
peningkatan hasil belajar melalui program digital learning berbasis mobile. Peningkatan
tersebut meliputi pemahaman siswa pada materi menjelaskan tujuan, peran/fungsi, tugas, dan
wewenang OJK setelah diterapkan program digital learning berbasis mobile. Hal ini dapat
dilihat dari pencapaian nilai hasil belajar ekonomi materi pokok menjelaskan tujuan,
peran/fungsi, tugas, dan wewenang OJK pada pra siklus sebesar 55,3 pada siklus ke-1 sebesar
64,2. Penerapan program digital learning berbasis mobile dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada materi OJK. Hal ini dapat terlihat dari pengingkatan hasil belajar siswa.
Persentase peningkatan dari pra siklus atau sebelum diterapkan program digital learning
berbasis mobile dan setah diterapkan pada siklus ke-1 adalah sebesar 64,2. Sedangkan pada
siklus ke-2 sebesar 84,2. Dengan demikian melalui penerapan metode pembelajaran digital
learning berbasis mobile dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran pra siklus-
siklus ke-1 dengan peningkatan sebesar 9%. Sedangkan pada pembelajaran siklus 1 sampai
siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 20 %.

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
8 | Halaman

DAFTAR RUJUKAN

Adrian, 2004. Program Pembelajaran Digital Learning Berbasis Mobile. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Anastasi, 2006. Tes Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Brown, 2006. Tes Hasil Belajar Sistem Psoses. Jakarta: Rineksa Cipta.
Dahar, 2009. Belajar dan Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Degeng, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Jemmars.
Hadi, 2007. Penilaian Observasi Pembelajaran. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hipkins, 2003. Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar Terstruktur. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Jaya, 2002. Program Pembelajaran Digital Learning. Jogjakarta: Insan Cendekia Mandiri
Kemmis, 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Kinsella, 2005. Ragam Ekonomi . Jogjakarta: Insan Cendekia Mandiri
Martini, 2001. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nuryani, 2015. Konsep Pembelajaran Era Digital. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rosenberg, M.J. 2001. e-learning : Strategies for Delivering Knowledge in The Digital Age.
The McGraw-Hill Companies Inc.
Subroto, 2000. Hasil Belajar dan Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Insan Cendekia Mandiri
Siahaan, S. 2014. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif
Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm (11 Desember
2019)

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman|| 9||2021|
|P-ISSN: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

PERANAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

Trisya Widiastutik
trisyarwidiastutik@gmail.com

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mojokerto


Jalan RA. Basuni 306 Sooko Mojokerto

Article History: Abstrak : Metakognitif adalah sebuah kesadaran tentang


Dikirim: kognitif kita sendiri, bagaimana konitif kita bekerja, dan
20 Februari 2021 pengaturan kognitif diri kita sendiri. Kemampuan ini sangat
penting terutama untuk mengefisiensikan penggunaan kognitif
Direvisi: yang terkait problem solving. Secara singkat, metakognitif
2 Maret 2021 diistilahkan sebagai “thinking of thinking. Metakognitif dalam
pembelajaran sangat erat kaitannya karena metakognitif
Diterima:
7 Maret 2021 berperan dalam keberhasilan belajar siswa melalui analisis
Korespondensi Penulis: kelemahan dan kelebihan kegiatan belajar, pemanfaatan
phone number / WA teknologi, memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan
+6281359617441 belajar, dan mengambil manfaat pengalaman orang lain yang
telah berhasil. Selain itu ada beberapa cara untuk
mengembangkan metakognitif dalam pembelajaran melalui
beberapa hal, yaitu : 1) pengembangan kebiasaan mengelola
diri sendiri, 2) mengembangkan kebiasaan berfikir positif, 3)
mengembangkan kebiasaan berfikir secara hirarkis, dan 4)
mengembangkan kebiasaan untuk bertanya

Kata Kunci: Kata Kunci : metakognitif, pembelajaran

PENDAHULUAN
Keberhasilan seorang anak di masa depan salah satunya adalah ditentukan oleh
bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual,
emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis besar garis
hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor hereditas/keturunan dan lingkungan,
tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi kepada faktor lingkungan karena secara
langsung memiliki konsekuensi praktis pada pola pengasuhan dan pendidikan anak.
Sementara, faktor hereditas cukup untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan
untuk menelusuri berbagai faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada
manusia berhenti sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah
yang secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Said Edy Wibowo


Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
10 | H a l a m a n

Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual


anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga
dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan
selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur
kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Tentunya, aspek-
aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau
diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu
kemampuan untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan.
Oleh karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri
serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan
metakognitif.
Metakognitif merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada Tahun
1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Kegiatan metakognitif
pada dasarnya merupakan kegiatan ”berpikir tentang berpikir”, yaitu merupakan kegiatan
mengontrol secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri.
Flavel dalam Jonassen, 2000 mendefinisikan metakognitif sebagai kesadaran tentang
bagaiman seseorang belajar, kemampuan untuk menilai kesulitan sebuah masalah,
kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman diri, kemampuan menggunakan berbagai
informasi untuk mencapai tujuan serta kemampuan dalam halpenilaian kemajuan belajar.
Sedangkan menurut Margareth W. Matlin, 2003, metakognitif merupakan pengetahuan dan
kesadaran tentang proses kognitif atau dapat juga diartikan sebagai pemikiran tentang berfikir.
Jadi metakognitif adalah sebuah kesadaran mengenai kognitif kita sendiri, cara kerja dan
pengaturan kognitif diri kita sendiri. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk
mengefisiensikan penggunaan kognitif kita yang terkait problem solving. Secara singkat,
metakognitif diistilahkan sebagai “thinking of thinking”.
Anderson & Krathwohl (Sukmadinata & As’ari, 2006) memberikan rincian dari
pengetahuan yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif. Dalam lingkup
pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada tingkat tertinggi setelah
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
metakognitif meliputi pengetahuan strategik, pengetahuan tugas-tugas berpikir dan
pengetahuan pribadi. Sementara itu, menurut Preisseisen (dalam Paulina Panen dkk. 2001
dalam Susanto, 2015) metakognitif terdiri dari 4 keterampilan: decision making, critical
thinking, creative thinking, problem solving. Mengambil keputusan, berfikir kritis, berfikir
kreatif, dan memecahkan masalah.

Trisya Widiastutik
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 11
Peranan Metakognitif Dalam Pembelajaran
Strategi metakognitif berkaitan dengan cara untuk meningkatkan kesadaran tentang
proses berpikir dan pembelajaran yang berlangsung. Apabila kesadaran itu ada, seseorang
dapat mengontrol pikirannya. Seorang siswa yang telah memiliki metakognitif yang baik
maka siswa tersebut akan mengetahui bagaimana seharusnya belajar itu dilakukan sehingga
dia akan berhasil dalam belajarnya.
Oleh karena itu, supaya belajar itu berhasil maka aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan oleh siswa menurut Tacassu (2008) adalah sebagai berikut : 1) Mengembangkan
suatu rencana kegiatan belajar. 2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan
dengan kegiatan belajar. 3) Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan
ide-ide yang baru. 4) Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai
sumber belajar. 5) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar. 6) Memimpin
dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok. 7) Belajar dari dan
mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang
tertentu. 8)
Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil
dalam bidang tertentu. 9) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang
dalam belajar dipengaruhi oleh metakognitifnya. Jika setiap kegiatan belajara dilakukan
dengan merujuk pada indikator dari belajar bagaimana belajar itu, maka hasil yang maksimal
akan mudah untuk dicapai.
Mengingat begitu pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka
upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan
metakognitif mereka. Mengembangkan metakognitif pembelajar berarti membangun fondasi
untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan
pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan
metakognisi pembelajar. Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam
mengembangkan metakognisi peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran
adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008) :
1) Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan:
 Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya.
 Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif.
 Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau
disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari.
 Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.
Trisya Widiastutik
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
12 | H a l a m a n

 Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-


sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain.
2) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik
melalui : a) Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri, b) Mengembangkan
kebiasaan untuk berpikir positif, c) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara
hirarkhis, d) Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya

Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika


Salah satu kajian yang menarik dalam topik pemecahan masalah adalah peran metakognitif
dalam pemecahan masalah. Goos et.al. (2000) melakukan penelitian tentang peran metakognitif bagi
siswa dalam kegiatan memecahkan masalah matematika. Mereka melakukan investigasi terhadap
strategi siswa metakognitif siswa sekolah menengah ketika mereka memecahkan masalah matematika
secara individu. Siswa-siswa diberikan soal matematikan dan mereka kemudian menyelesaikannya
secara individu. Setelah siswa menyelesaikan soal tersebut, kemudian diberikan angket sebagai
instrumen untuk mengetahui aktivitas metakognitif siswa.
Untuk mengetahui aktivitas metakognitif siswa digunakan instrumen monitoring diri
metakognisi yang memuat pernyataan-pernyataan metakognitif. Misalnya, saya yakin bahwa saya
memahami masalah yang ditanyakan pada saya; saya mencoba menyajikan masalah dengan bahasa
saya sendiri; saya mencoba untuk mengingat jika saya pernah menyelesaikan masalah yang mirip
dengan masalah seperti ini; saya mengidentifikasi dan memeriksa setiap informasi yang terdapat
dalam masalah ini; serta saya berpikir tentang pendekatan yang berbeda yang akan saya coba untuk
mecahkan masalah ini. Siswa diminta untuk menyatakan “ya”, “tidak” atau “mungkin”.
Dari penelitian itu disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan strategi metakognitifnya
dengan baik ketika menyelesaikan soal matematika (pemecahan masalah) memiliki kemampuan lebih
dalam menyelesaikan soal matematika.

Metakognitif dalam Pembelajaran Bahasa


Pembelajaran bahasa yang memiliki kaitan dengan matekognitif adalah strategi membaca buku.
Membaca buku adalah aktivitas yang menuntut strategi agar dapat membaca secara efisien. Aktivitas
membaca yang efektif harus mengikuti langkah-langkah tertentu.
1) Menetapkan tujuan membaca;
2) Menetapkan urutan membaca bagian-bagian buku;
3) Menetapkan strategi membaca agar efektif. Langkah-langkah ini menuntut aktivitas metakognitif
karena siswa yang membaca harus menentukan terlebih dahulu strategi apa yang akan dia
gunakan. Siswa yang dilatih strategi membaca akan lebih mudah membaca buku dan mudah
memahami buku dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan strategi. Contohnya adalah
strategi membaca dengan menggunakan SQ3R atau PQ4R atau yang lainnya.

Trisya Widiastutik
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 13
Metakognitif dalam Pembelajaran Sains
Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan
teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum
diterangkan. Dalam pembelajaran sains, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan,
menggunakan metode ilmiah untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang
sedang dipelajari. Sehingga siswa dilatih untuk memecahkan suatu masalah.
Keterampilan proses sains dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu keterampilan
dasar dan keterampilan terintegrasi. Pada prinsipnya keterampilan dasar dan keterampilan
terintegrasi memiliki kesamaan dalam hal merumuskan permasalahan, mengumpulkan
data dan mengajukan solusi pemecahan masalah. Metakognitif merujuk pada berpikir
tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif dalam proses kognitif belajar dalam
memecahkan suatu masalah. Kegiatan seperti perencanaan bagaimana pendekatan tugas
belajar yang diberikan, pemantauan pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan
penyelesaian tugas adalah metakognitif alami. Metakognitif adalah kemampuan berpikir
di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri
sendiri. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar,
mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi
belajar terbaik untuk belajar efektif. Metakognitif sebagai suatu bentuk kemampuan untuk
melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara
optimal. Para siswa dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan
keterbatasannya dalam belajar. Artinya saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka sadar
untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya. Pembelajaran
sains yang menekankan strategi metakognitif pada siswa, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah sains yang merupakan fokus pendidikan sains di Indonesia.

Simpulan
Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan seorang
anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, guru dan
lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan tanpa mengabaikan aspek lain,
perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus penting selain perkembangan fisik pada
masa anak-anak.
Seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif, anak mulai menyadari bahwa
pikiran terpisah dari objek atau tindakan seseorang. Anak sudah dapat mulai mengatur
pikirannya dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan penelitian Flavel, anak 3 tahun

Trisya Widiastutik
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
14 | H a l a m a n

memiliki kemampuan untuk mengatur pikirannya. Kemampuan inilah yang disebut


metakognitif, yaitu suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita
bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk
keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas
metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thingking”.
Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi tiga tahap
berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam
belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap
pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan mereka agar bisa
secara sadar mengontrol proses berpikir dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, guru dapat merancang
pembelajaran berkaitan dengan kemampuan metakognitif tetapi secara infuse/tambahan
dalam pembelajaran atau bukan merupakan pembelajaran yang terpisah.

DAFTAR PUSTAKA
Emily, Lai,. (2011). Metacognition : A Literature Review.
www.pearsonassessments.com/research.

Fitri, R,. (2017). Metakognitif Pada Proses Belajar Anak Dalam Kajian Neurosains. Jurnal
Pendidikan. Volume 2. No 1.

Iskandar, M.S,. (2014). Pendekatan Keterampilan Metakognitif Dalam Pembelajaran Sains


Di Kelas. Erudio. Vol 2. No 2.

Jonassen, D.(2000). Toward a Design Theory of Problem Solving. Educational Technology


Research and Development. Vol.48. No.4

Lizidinillah, MAD,. Perkembangan Metakognitif Dan Pengaruhnya Pada Kemampuan


Belajar Anak. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Livingston, J. A. (1997). Metacognition: An Overview. (online)


http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html

Matlin, Margareth. (2013). COGNITION. United States of America. John Wiley and Sons,
Inc. Eight Edition.

Murti Setya, A.H,. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). Jurnal Psikologi Pitutur.
Vol 1. No 2.

Taccasu Project. (2008) “Metacognition” Tersedia pada


: http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm, diakses pada 25 September
2019

Trisya Widiastutik
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman||16 ||2021||
|ISSN- Cetak: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR


SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI I MOJOKERTO DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Maisaroh
Maisaroh999@gmail.com

Madrasah Aliyah Negeri 1 Mojokerto


Jalan Hasanuddin No.38 Mojosari-Mojokerto

Article History: Abstrak: Discovery learning merupakan salah satu model


Dikirim: pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar
21-10-2020 secara mandiri, sangat cocok diterapkan diera sekarang ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
Direvisi: hasil belajar siswa di era revolusi industry 4.0 yaitu dengan
30-12-2020
pembelajaran discovery learning dengan metode eksperimen
Diterima: pada materi sel vota dan korosi. Penelitian ini merupakan
5 Januari 2021 penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan
pembelajaran model discovery learning dengan metode
Korespondensi Penulis: eksperimen dapat menaikkan hasil belajar siswa sebesar
082139739646 42%. Kenaikan hasil pembelajaran pada Siklus I, siklus II
dan siklus III berturut-turut 53,8%, 55,6% dan 56,2%.
Adapun keaktifan siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III
adalah 79% (baik), 83% (sangat baik) dan 86% (sangat
baik)

Kata Kunci: Discovery Learning, Eksperimen, Hasil


Belajar, Revolusi Industri 4.0.

PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh adanya
perkembangan revolusi industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung
perubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Era revolusi
industri 4.0 ini juga dikenal dengan istilah revolusi digital dan era disrupsi (inovasi). Di era
disrupsi ini terjadi perubahan yang mendasar karena terjadi perubahan yang masif pada
masyarakat dibidang teknologi di setiap aspek kehidupan masyarakat. Berjuta peluang ada di
masa ini tetapi ada terdapat berjuta tantangan yang harus dihadapi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar terhadap
pergeseran peradaban kehidupan manusia. Banyak kemudahan dan inovasi yang diperoleh

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
16 | H a l a m a n

dengan adanya dukungan teknologi digital. Layanan menjadi lebih cepat dan efisien serta
memiliki jangkauan koneksi yang lebih luas dengan sistem online. (Risdianto, 2019)
Menghadapi tantangan yang besar era revolusi industri 4.0 ini, maka pendidikan
dituntut untuk berubah. Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 bercirikan
pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran dikenal dengan sistem siber (cyber
sistem) dan mampu membuat proses pembelajaran berlangsung secara kontinu tanpa batas
ruang dan tanpa batas waktu. Seorang pendidik harus bisa memanfaatkan teknologi informasi
untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada setiap jenjang pendidikan. Upaya
ini dilakukan agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dengan
kompetensi global dan mampu beradaptasi pada era yang ada, meskipun teknologi informasi
berkembang demikian cepat dan sumber-sumber belajar begitu mudah diperoleh, peran guru
sebagai pendidik tidak dapat tergantikan oleh kemajuan teknologi tersebut ketika mampu
beradaptasi.
Karena dunia pendidikan bukan hanya dituntut mengahasilkan manusia-manusia yang
paham akan ilmu, tetapi lebih jauh dari itu adalah menghasilkan manusia-manusia yang
mampu memberi kontribusi terhadap pemecahan masalah yang dihadapi, baik yang
menyangkut kehidupan sosial, sumber daya alam, kelestarian lingkungan hidup dan lain
sebagainya. Untuk itu tantangan seorang pendidik tidak berhenti pada kemampuan
menerapkan teknologi informasi pada proses belajar mengajar akan tetapi ada 6 kompetensi
yang diharapkan dimiliki guru 4.0 yaitu Critical Thinking and Problem solving,
Communication and collaborative skill, Creativity and innovative skill, Information and
communication technology literacy, Contextual learning skill, dan Information and media
literacy. Guru era 4.0 harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengekspor
kompetensi ini kepada peserta didik. (Gulo, 2019) Penyadaran aspek perbaikan proses
diharapkan menjadi paradigma yang terus dikembangkan untuk perbaikan proses pendidikan
guna menghasilkan generasi yang mempunyai daya saing tinggi.
Paradigma dunia pendidikan di Indonesia masih butuh perhatian ketika hasil survei
Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in Internasional Match
and Science Survey (TIMSS) menunjukkan bahwa sejak tahun 1999 sampai 2015,
menyatakan bahwa mayoritas siswa Indonesia memiliki kemampuan berpikir rendah atau
Lower Order Thinking Skills (LOTS). Penyebab dari situasi tersebut, salah satunya adalah
berkaitan dengan kemampuan literasi siswa. Literasi sains penting dilatihkan kepada siswa
karena sangat berpengaruh positif bagi siswa dalam kehidupan kedepannya dan juga menjadi
pusat tujuan kurikulum di Indonesia. (Rola, 2018)

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 17
Masalah lain yang sering muncul dalam pendidikan dan sains adalah tingkat
pemahaman dan tingkat berpikir kritis siswa tidak didukung oleh pengalaman dan sumber
daya yang memadai dalam kegiatan pembelajaran untuk pengembangan pengetahuan
konseptual. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pembelajaran di
suatu sekolah lanjutan yang menggunakan metode konvensional. Metode ini kurang tepat
untuk mengimbangi kemajuan teknologi di era disrupsi ini. Kegiatan belajar siswa hanya
berdasarkan pada perintah atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Metode konvensional
seperti ini akan mengakibatkan siswa tidak mampu melaksanakan keterampilan proses kimia,
akibatnya kegiatan pembelajaran menjadi kurang efektif.
Pembelajaran kimia hendaknya selalu mengutamakan keterampilan proses agar dapat
terwujud kemampuan pemecahan masalah, sehingga siswa dapat menguasai konsep kimia
dengan baik dan berprestasi secara optimal. Upaya untuk meningkatkan mutu kegiatan
belajar mengajar, guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam
mengoptimalkan belajar siswa. Guru perlu menyusun rancangan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar seluas-luasnya dan membangun pengetahuan sendiri.
Pembelajaran yang dikemas dengan menyenangkan oleh guru dapat membuat siswa menjadi
lebih tertarik untuk belajar kimia dan akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep
sendiri diantaranya adalah metode discovery (Kemendikbud, 2013).
Penggunaan model Discovery Learning siswa diberi stimulus permasalahan sebelum
memulai pembelajaran. Permasalahan yang diberikan guru mengarahkan kreativitas siswa
pada materi yang akan diajarkan. Siswa memberi asumsi-asumsi jawaban dari permasalahan
tersebut dapat dibuktikan dengan suatu eksperimen ataupun demonstrasi. Dengan
menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi siswa menemukan sendiri konsep
dari materi kimia yang diajarkan sehingga dapat mengalami proses eksperimen ataupun
mengetahui secara langsung suatu proses dengan demonstrasi. Siswa dapat mengembangkan
pemikiran serta kreativitas mereka, selain itu juga dapat menjadikan pembelajaran tersebut
menjadi bermakna dan diingat dalam jangka waktu yang panjang. (Yuli Ekawati, 2017)
Banyak penelitian telah dilakukan dunia pendidikan. Menurut Hasanah (2015) ada
beberapa hal yang tidak menggembirakan dari discovery learning diantaranya menyulitkan
bagi siswa yang membutuhkan belajar secara lebih terstruktur, potensi terjadinya
miskonsepsi, dan kemungkinan kegagalan guru mendeteksi miskonsepsi dan masalah-
masalah belajar siswa. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian
pembelajaran discovery learning menggunakan metode eksperimen ditinjau dari hasil belajar
Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
18 | H a l a m a n

siswa pada materi sel volta dan korosi. Dengan penelitian ini diharapkan siswa dapat
meningkatkan motivasi belajarnya untuk lebih memahami konsep materi sel volta dan korosi.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan pengembangan dari penelitian tindakan. Penelitian
tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap
suatu masalah. Penelitian tindakan diawali dengan kajian terhadap suatu masalah secara
sistematis. Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan)
sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
semua perlengkapan yang diperlukan selama Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan
model pembelajaran Discovery Learning dengan metode eksperimen. Perlengkapan tersebut
terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM),
instrument keaktifan siswa dan guru dan alat evaluasi hasil belajar siswa.
Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan
evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas
apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan
untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan atau siklus selanjutnya.
(Legiman, 2015)
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Mojokerto pada tanggal 9 Agustus s.d 3
September 2019. Adapun sampel penelitian ini kelas XII MIPA 1 yang terdiri dari 34 siswa
yang bersifat heterogen. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus masing-masing
siklus dua kali pertemuan dengan alur rancangan penelitian tindakan ada pada gambar 1.

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 19
Gambar 1. Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (Legiman, 2015)
Adapun tahap-tahap atau sintaks model pembelajaran discovery learning dengan
metode eksperimen yang diterapkan pada penelitian ini adalah stimulation
(Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah),
Collection (Pengumpulan Data), Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian),
Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Siklus 1
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, dilakukan pengamatan pengelolaan
pembelajaran Discovery Learning dengan Virtual Experiment. Hasil pengamatan yang
dilakukan observer, keaktifan rata-rata siswa adalah 79 %. Kalau dilihat dari skala yang
diberikan dapat dikatakan keaktifan rata-rata siswa pada saat pembelajaran dalam kategori
baik.
Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada semua kelompok menunjukkan
kenaikan yang cukup signifikan dan dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Rerata nilai pra perlakuan dan nilai siklus I

Pada gambar 2 dapat dilihat rata-rata hasil belajar kelompok atas, kelompok tengah
dan kelompok bawah. Pada kelompok atas hasil belajar siswa mengalami kenaikan rata-rata
31,27%, pada kelompok sedang hasil belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 55,9%,
sedangkan pada kelompok bawah hasil belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 74%.. Dari
data tersebut pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dengan
eksperimen virtual (dengan video animasi) sangat membantu siswa untuk berlatih
menganalisis masalah sehingga hasil belajarnya pun meningkat.
Kenaikan hasil belajar yang signifikan disebabkan oleh jika ada siswa yang belum
paham, maka video dapat diputar ulang sampai semua siswa paham. Kelebihan lain
pembelajaran dengan video dapat mengaktualisasi konsep yang bersifat abstrak. Dengan

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
20 | H a l a m a n

demikian discovery learning sangat baik digunakan untuk melatihkan siswa dalam berpikir
tingkat tinggi, khususnya untuk pada siswa kelompok bawah.
Berdasarkan data penellitian ada beberapa kelebihan dari discovery learning dengan
virtual experiment melalui video. Tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai
kebutuhan. Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas karena
dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, dan video menambah suatu dimensi baru
terhadap pembelajaran. Selain itu dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi
yang abstrak, merangsang partisipasi aktif para siswa, menyajikan pesan dan informasi secara
serempak bagi seluruh siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu, dan dapat menyajikan laporan-laporan yang aktual dan orisinil yang sulit jika
menggunakan media lain. Dengan demikian pembelajaran discovery dengan eksperimen
virtual cocok digunakan pada materi sel volta. (Dwiyogo, 2013)
Selain ada banyak kelebihan, ternyata pembelajaran discovery learning dengan virtual
experiment (Video) terdapat beberapa temuan. Temuannya antara lain siswa cenderung masih
malu untuk mengungkapkan pendapatnya serta hawatir jawaban yang diungkapkan salah,
peserta didik masih kurang menghargai pendapat teman. Hal ini bisa dilihat pada saat siswa
presentasi masih banyak peserta didik yang ramai, kurang memperhatikan. Selain itu siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran Discovery Learning dengan virtual experiment
(animasi video), sehingga tidak semua merespon kegiatan belajar mengajar dengan baik,
merasa bosan khususnya siswa yang tingkat abstraksinya tinggi. Temuan yang lain, siswa
belum terampil dalam melakukan eksperimen. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut
perlu pembelajaran riil experiment. Kelemahan yang lain guru masih belum bisa
memperkirakan waktunya dengan baik.
Dari beberapa hal yang menjadi penyebab tidak maksimalnya pelaksanaan siklus I di
atas, maka dilakukan refleksi dan evaluasi sehingga diperoleh solusi untuk memperbaiki
kekurangan dari siklus I. Berikut solusi dari hambatan yang terjadi pada siklus I yaitu
memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan
memberikan dorongan pada siswa agar lebih berani dan percaya diri dalam bertanya tentang
materi yang belum dipahami dan menanggapi pertanyaan. Serta melatih siswa agar lebih
dapat menghargai pendapat orang lain. Perencanaan lebih matang sangat diperlukan, dengan
memastikan guru telah memahami langkah-langkah yang ada pada model pembelajaran
Discovery Learning. Untuk mengurangi kebosanan siswa yang mempunyai daya abstraksi
tinggi, mempersiapkan tugas atau masalah berikutnya yang tingkat analisanya lebih tinggi

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 21
juga sangat diperlukan. Untuk meningkatkan kemampuan tingkat berfikir kritis siswa,
diperlukan riil experiment dalam siklus II.

Siklus 2
Setelah tahap kegiatan dan pengamatan pada siklus II diperoleh gambaran bahwa
pemberian motivasi sudah dilakukan dengan lebih baik sehingga siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran tetapi dalam melatihkan siswa agar menghargai pendapat orang
lain masih kurang. Pada siklus ini siswa sudah dapat merancang percobaan tentang sel volta
untuk aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan siswa bersemangat dalam melakukan
eksperimen. Berdasarkan data yang diperoleh keaktifan siswa rata-rata 83% dalam kategori
sangat baik. Jika dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II sudah mengalami kenaikan.
Berarti ada pengaruh dalam perbaikan pada langkah data collecting. Hal ini menunjukkan
bahwa guru dalam mengelola pembelajaran atau dalam menerapkan rencana pembelajaran
sudah sangat baik.
Berdasarkan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran discovery learning
dengan metode eksperimen pada putaran II dapat dilihat pada gambar 3. Dari table tersebut
dapat dilihat bahwa dari 34, rata-rata nilai siswa kelompok atas, kelompok sedang dan
kelompok bawah mengalami kenaikan yang signifikan seperti halnya pada siklus 1. Jika
dilihat perbandingan nilai setiap kelompok kenaikan nilai pada kelompok atas sebesar
33,45 %, kelompok sedang sebesar 56,4% dan kelompok bawah sebesar 77%.

Gambar 3. nilai hasil belajar siklus II


Peningkatan hasil belajar ini meningkat dari siklus sebelumnya. Hal ini disebabkan
pengelolaan kelas yang dilakukan guru dalam melakukan riil experiment sudah baik.
Kepercayaan diri siswa pun meningkat, juga terampil dalam menggunakan alat dan bahan
yang diperlukan dalam eksperimen. Ada beberapa temuan pada saat melakukan percobaan
tidak semua anggota kelompok dapat bekerja dengan baik. Masih ada siswa yang masih
menggantungkan penjelasan guru ketika melakukan eksperimen (kemandirian siswa masih
kurang). Dengan demikian dibutuhkan kegiatan eksperimen yang dapat melatihkan siswa

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
22 | H a l a m a n

lebih bersikap mandiri. Oleh karena itu peneliti menggunakan tambahn kegiatan dalam
bereksperimen yaitu dengan penugasan proyek pada siklus III.

Siklus 3
Setelah tahap kegiatan dan pengamatan, dapat diperoleh gambaran mengenai hasil
pembelajaran discovery learning dengan metode eksperimen pada Siklus III. Berdasarkan
perhitungan tingkat keaktifan siswa mengalami kenaikan yaitu 86% (kategori sangat baik)
Dalam proses pembelajaran model ini tampak bahwa kelas telah menunjukkan suasana kelas
model discovery learning dengan metode eksperimen, dimana kelas belajar dalam kelompok-
kelompok kecil berhasil menemukan konsep yang dipelajari melalui percobaan. Tetapi pada
Siklus III ini ada beberapa siswa mengalami penurunan motivasi karena hasil percobaan pada
eksperimen yang dirancang tidak sesuai dengan keinginan.
Dalam Siklus ini pelaksanaan pembelajaran sudah baik, namun guru masih perlu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar secara efektif dengan menyamakan jenis bahan
(Jenis paku) yang digunakan dalam eksperimen sehingga hasil yang dicapai akan menjadi
lebih baik. Revisi ini digunakan untuk pembelajaran selanjutnya jika dilakukan dengan model
yang sama.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada gambar 4. Dari
gambar tersebut, siswa kelompok atas jika dibandingkan dengan nilai pra-perlakuan
mengalami kenaikan 32,8%, siswa kelompok sedang mengalami kenaikan sebesar 57% dan
siswa pada kelompok bawah mengalami kenaikan 78,5%. Pada prinsipnya pembelajaran
dengan model discovery learning dengan metode eksperimen sesuai dengan materi sel volta
dan korosi.

Gambar 4. perbandingan nilai pra-perlakuan dengan nilai formatif siklus III

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 23
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran discovery dengan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan. Tetapi masing-masing siswa perkembangan
nilai hasil belajarnya sangat berfariasi.

Pembahasan
Model discovery learning diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika
siswa tidak disajikan informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk
mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih
untuk terbiasa menjadi seorang yang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya sebagai
konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta
ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini, pengorganisasian pemahaman informasi secara
mandiri menggunakan variasi metode, yaitu metode virtual experiment, riil experiment, dan
riil experiment dengan penugasan proyek.
Berdasarkan data yang didapat, discovery learning dengan metode eksperimen sangat
membantu siswa dalam memahami konsep sel volta dan korosi. Nilai rata-rata pada siklus I,
siklus II dan siklus III mengalami kenaikan yang signifikan. Informasi ini dapat dilihat pada
gambar 5. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai pre-tes dan nilai rata-rata formatif di
siklus I, siklus II dan siklus III berturut-turut 53,8%; 55,6% dan 56,1%. Kenaikan nilai rata-
rata tiap siklus disebabkan pada pembelajaran tiap siklus dilakukan evaluasi dan refleksi,
kemudian dari kelemahan pada proses pembelajaran direvisi untuk menyempurnakan
pembelajaran selanjutnya.

Gambar 5. Rerata nilai siswa pada tiap siklus

Penyempurnaan pembelajaran pada siklus berikutnya selalu menggunakan strategi


dan pemilihan metode yang cocok dengan karakteristik materi. Model discovery learning
dengan metode eksperimen sesuai dengan karakteristik materi elektrokimia (Sel Volta dan
Korosi). Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah
reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia. Banyak
pemanfaatan sel elektrokimia digunakan untuk menghasilkan teknologi terbarukan. Sel Volta

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
24 | H a l a m a n

merupakan hasil terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan
larutan elektrolit. Sampai saat ini, sel elektrokimia masih memiliki peranan penting di dalam
kemajuan teknologi modern sampai industri otomotif maupun rumah tangga (Harahap, 2016).
Untuk itu diperlukan metode eksperimen untuk menggelitik siswa supaya lebih kreatif dan
inovatif dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar untuk kemajuan teknologi
Keaktifan dan motivasi siswa sangat mempengaruhi hasil belajar. Pemilihan media
pembelajaran yang menarik dapat menigkatkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya media
pembelajaaran siswa akan lebih termotivasi dan semangat dalam belajar. Apabila guru
mengajar dengan menggunakan media pembelajaran, perhatian siswa tidak tertuju pada guru
yang menjelaskan materi pelajaran akan tetapi juga tertuju pada media yang digunakan dan
biasanya siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang menghasilkan nilai yang
lebih baik. (Wijayanti, 2018).

Gambar 6. perbandingan nilai pre-test dan post-test

Berdasarkan nilai pre-tes dan post tes setelah dilakukan seluruh siklus dapat dilihat
pada gambar 5. Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa pemilihan model pembelajaran
discovery learning dengan metode eksperimen sangat sesuai dengan karakteristik materi. Hal
ini dibuktikan adanya kenaikan hasil nilai belajar yang signifikan yaitu sebesar 42% dengan
rerata nilai 81. Kenaikan hasil belajar ini didukung hasil beberapa penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penelitian (Gusmalisa, 2015) ada perbedaan signifikan rata-rata nilai
gain pada kelas yang diberikan perlakuan model discovery learning dan kelas yang diberikan
perlakuan metode ceramah, untuk nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai kelas control.
Sehingga proses pembelajaran dengan menggunakanmodel discovery learning berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran geografi. Penelitian lain (Putranto, 2016)
penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap
penggunaan model Discovery Learning. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan
model Discovery Learning berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
H a l a m a n | 25
Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran discovery learning dengan metode
eksperimen dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami
konsep sel volta dan korosi.

SIMPULAN
Simpulan dari pembelajaran discovery learning dengan menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan keterampilan tingkat berpikir kritis siswa. Hal ini terbukti
bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 42%
dengan nilai rata-rata 81. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I,
siklus II dan siklus III berturut-turut 53,8%; 55,65% dan 56,15%.
Selain itu keaktifan belajaran siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar
79% menjadi 83% di siklus II dan meningkat lagi menjadi 86% di siklus III.
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning yang digunakan
adalah sebagai berikut : 1) Siklus I, memahami sel volta menggunakan virtual experiment
ternyata belum bisa mengukur keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan jika
melakukan eksperimen maka diperlukan metode riil experiment, 2) Pada siklus II, siswa
diberikan konsep sel volta dalam kehidupan sehari-hari dengan metode riil experiment
ternyata keaktifan siswa masih belum optimal, masih ada sebagian siswa masih
menggantungkan penjelasan guru sehingga perlu meningkatkan kemandirian siswa, 3) Pada
siklus III, siswa diberikan konsep korosi dengan menggunakan riil experiment dengan
menambah penugasan proyek.

SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, disarankan dalam kemampuan dan keaktifan
siswa dalam mempelajari materi sel volta dan korosi dapat menggunakan model discovery
learning dengan metode eksperimen. Untuk menghasilkan penelitian yang lebih optimal
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan model discovery learning untuk materi
yang lain.

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
26 | H a l a m a n

DAFTAR PUSTAKA
Gulo, S. (2019, Juni Selasa). Tantangan Pendidikan di Era Revolusi 4.0. Retrieved from
Kompasiana:https://www.kompasiana.com/sozi/5cf4846995760e765c2937e9/tantang
an-pendidikan-di-era-revolusi-4-0

Gusmalisa, D. (2015). Penerapan Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Pelajaran Geografi. INDONESIAN JOURNAL OF ECONOMICS EDUCATION,
1, 1-8.

Harahap, M. R. (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Circuit, Vol.2, No.1,
177.

Legiman. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta:http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id.

Prafitasari, A. N. (2015). Heterogenitas Kemampuan Belajar Siswa sebagai Dasar


Pengembangan Model Pembelajaaran Leader TRACE. Seminar Nasional Fisika dan
Pembelajarannya 2015 (pp. FP-MP-4). Malang: Universitas Malang The Learning
University.

Putranto, J. A. (2016). PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP. Bandar Lampung: Pendidikan Biologi, Universitas
Lampung.

Risdianto, E. (2019). ANALISIS PENDIDIKAN INDONESIA DIERA REVOLUSI INDUSTRI


4.0. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Rola, F. D. (2018). LITERASI INFORMASI PADA GURU. Medan: Fakultas Psikologi


Universitas Sumatera Utara.

Wijayanti, N. (2018). Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas III di SDN Trosono Lamongan. Malang:
Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim .

Yuli Ekawati, W. S. (2017). Pembelajaran Fisika dengan Discovery Learning dengan Metode
Eksperimen Ditinjau dari Kemempuan Berfikir Kritis dan Kreativitas Siswa .
JURNAL INKUIRI, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 17-28).

Maisaroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5, No 1, Mei. 2021
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||4||Nomor||1||Halaman|| 29 ||2020||
|ISSN- Cetak: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

PERAN PENGAWAS DALAM MEMFASILITASI GURU


TENTANG TEKNIK PENYUSUNAN SOAL HOTS

Nur Abidah
nurabidahku@gmail.com

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mojokerto


Jalan R.A. Basuni Nomor 360 Sooko Mojokerto

Article History: Abstrak: Pengawas madrasah adalah tenaga kependidikan


Dikirim: yang diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
25 – 12 - 2020 pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya. Sebagai
penunjang penyelenggaraan pendidikan tentunya pengawas
Direvisi: memiliki peran dan kontribusi yang penting. Termasuk juga
30 - 01 - 2021 dalam membimbing dan mendampingi guru dalam
Diterima:
melakukan evaluasi pembelajaran, khusunya dalam
30 – 03 - 2021
penyusunan soal HOTS. Tujuan dari karya tulis ini adalah
Korespondensi Penulis:
untuk membahas Teknik penyusunan soal HOTS, dan
+6282231703849
memaparkan peran pengawas dalam memfasilitasi guru
tentang Teknik penyusunan soal HOTS. Melalui kegiatan
supervisi akademik, pengawas dapat memainkan perannya
untuk memfasilitasi guru tentang Teknik penyusunan soal
HOTS dengan cara memberikan pendampingan secara
intensif. Oleh sebab itu sudah seyogyanya jika
pengembangan kompetensi pengawas harus terus dilakukan
sehingga dapat membimbing guru dalam melaksanakn
tugasnya secara maksimal

Kata Kunci : Peran Pengawas, Guru, Penyusunan, soal


HOTS

PENDAHULUAN
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sekolah atau madrasah sangat terkait
dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan. Pengawas pada sekolah atau madrasah merupakan salah satu pendidik dan
tenaga kependidikan yang posisinya memegang peran yang sangat signifikan dan strategis
dalam meningkatkan profesionalisme guru pada sekolah/madrasah.
Pengawas madrasah bertugas melakukan pengawasan terhadap dua hal yang sangat
penting dalam pendidikan di madrasah, yaitu proses pendidikan (akademik) dan pengelolaan
madrasah (manajerial). Proses pendidikan terkait dengan kegiatan pengembangan potensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Sementara pengelolaan madrasah

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
28 | H a l a m a n

berkaitan dengan pengaturan dalam memanfaatkan sumber daya sekolah secara efektif dan
efisien. Dari sini tergambar bahwa pengawas madrasah memiliki peran yang strategis dalam
proses dan hasil pendidikan yang bermutu. (Barnawi, 2017)
Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dalam menjalankan tupoksi, dengan
kualitas layanan yang prima dan bermakna bagi guru yang dibinanya sehingga secara
signifikan mampu membantu guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya menjadi guru
yang profesional, melalui kegiatan bimbingan dan binaan secara individual maupun
kelompok guru. Pengawas sebaiknya mampu berperan aktif dalam meningkatkan kualitas
guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran atau evaluasi. Kegiatan
evaluasi tersebut dapat dilaksanakan secara baik bila evaluasi/penilaian dilakukan secara
profesional dan melembaga.
Terkait dengan evaluasi, isu perkembangan pendidikan di tingkat dunia mengharuskan
peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional
sesuai tuntutan kehidupan masa depan. Oleh karena itu, standar penilaian perlu mengalami
perubahan yaitu dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian yang
mengedepankan kompetensi berfikir dan kreativitas. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat
membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk
mengaitkan materi pelajaran dengan kebutuhan kehidupan nyata.
Laporan hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun
2011 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi sains peserta didik Indonesia sebesar 406
(peringkat 40 dari 42 negara) (Salirawati, 2012). Demikian juga rata-rata skor prestasi
matematika peserta didik Indonesia pada tahun yang sama sebesar 389 (peringkat 41 dari 45
negara) (Rosnawati, 2012).
Hampir sebagian besar soal-soal sains dalam TIMSS yang mengungkap aspek aplikasi
(applying) dan penalaran (reasoning) tidak dapat dijawab oleh sebagian besar peserta didik
Indonesia. Soal-soal tersebut hanya dapat dijawab jika peserta didik terbiasa diajarkan untuk
menggunakan logika dan penalarannya dan selalu mengaitkan materi pelajaran dengan
aplikasinya dalam kehidupan.
Menurut Survey yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) menggunakan tes Programme Internationale for Student Assesment
(PISA) tahun 2015, pendidikan di Indonesia menduduki ranking 69 dari 76 negara yang
mengikuti tes PISA. Menurut PISA, sebaiknya guru mengarahkan peserta didiknya untuk
berpikir tingkat tinggi diantaranya dengan melakukan evaluasi.

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
Halaman | 29

Berdasarkan hasil TIMSS dan survey dari PISA itulah, saat ini guru diharapkan
mampu menyusun soal yang Higher Order Thinking Skill (HOTS), yaitu soal-soal yang mampu
mengungkap kognitif tingkat tinggi. Namun, untuk menyusun soal HOTS masih banyak guru
yang belum memahami dan menguasainya, baik ciri-ciri soal HOTS maupun bagaimana
mengubah soal biasa menjadi soal HOTS seperti yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013
(Kurtilas). Bahkan soal Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam bentuk APKGM/RA yang baru-
baru ini dilaksanakan mengarah pada soal yang termasuk dalam kategori soal HOTS.
Hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA)
tahun 2015 dan 2018 menunjukkan bahwa prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi
matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta
didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat
rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan
masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.
Berdasarkan fakta di atas, maka teknik penyusunan soal HOTS diperlukan bagi guru
Madrasah. Karena hal tersebut dalam mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat
tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk
menyelesaikan masalah.
Oleh karena peran pengawas menjadi sangat penting untuk meningkatkan
profesionalisme guru, khususnya tentang Teknik peyusunan soal HOTS, sehingga para guru
benar-benar memiliki pemahaman dan skill yang komprehensif tentang pembelajaran dan
evaluasi berbasis soal HOTS sehingga tujuan dari Pendidikan akan dapat terwujud dengan
baik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami ingin melakukan kajian yang kami beri
judul Peran Pengawas Dalam Memfasilitasi Guru Tentang Teknik Penyusunan Soal HOTS.

Pembahasan
Konsep Penyusunan Soal HOTS
Dalam melakukan evaluasi, khususnya penilaian yang berkaitan dengan aspek
kognitif, seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan berbagai instrumen penilaian
yang memadai yang mampu mengungkap secara komprehensif kemampuan peserta didik.
Selama ini, relatif belum pernah ada pengujian terhadap kualitas soal yang disusun guru
sehingga dari waktu ke waktu soal yang digunakan pada saat melakukan ulangan atau ujian
hampir selalu serupa. Padahal perkembangan pola pikir anak didik semakin maju yang
seharusnya diikuti dengan kemampuan guru dalam membuat soal yang dapat mengungkap
aspek kognitif tingkat tinggi. Bentuk soal yang mampu mengungkap aspek kognitif sesuai
Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
30 | H a l a m a n

dengan Taksonomi Bloom dikenal dengan istilah soal HOTS seharusnya dikuasai oleh guru,
agar anak didik terbiasa dengan soal yang menantang daya pikir dan penalarannya.
Aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang tadinya hanya satu dimensi, telah
direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dibedakan menjadi dua dimensi. Dimensi yang pertama
adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan yang kedua adalah Cognitive
Process Dimension (dimensi proses kognisi). Dimensi pengetahuan terdiri dari dimensi faktual
(nyata), konseptual (pengetahuan yang tersusun secara sistematis), prosedural (tata cara
melakukan sesuatu) dan metakognitif (pengetahuan mengenai pengertian umum). Dimensi
proses kognisi terdapat 6 (enam) kategori, yaitu kemampuan mengingat kembali (recall),
memahami (comprehension), dan menerapkan (mengaplikasikan) yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat rendah disebut dengan Lower Order Thinking Skill (LOTS) serta
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan kemampuan mengingat (C 1),
memahami (C2) dan menerapkan (C3), sementara dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi
melibatkan analisis dan sintesis (C 4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6)
(Anderson dan Krathwohl, 2001). Seperti yang terlihat pada tabel berikut, revisi yang
dilakukan oleh Anderson diantaranya adalah mengubah Taksonomi Bloom dari kata benda
menjadi kata kerja. Hal ini dilakukan karena Taksonomi Bloom yang sebenarnya adalah
penggambaran proses berpikir, setelah itu dilakukanlah pergeseran susunan Taksonomi Bloom
yang menjabarkan berpikir tingkat rendah ke berpikir tingkat tinggi.
Tabel 1. Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson
Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan

Indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi yang merupakan kategori-kategori di


dalam dimensi proses kognitif berpikir tingkat tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menganalisis (C4)
Menganalisis adalah kemampuan menguraikan konsep ke dalam bagian-bagian yang
lebih mendetail. Kemampuan menganalisis yaitu salah satu komponen yang penting untuk
proses tujuan pembelajaran.

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
Halaman | 31

Meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis materi pelajaran merupakan


tujuan dalam banyak bidang studi. Guru guru sains, ilmu sosial, humaniora dan kesenian kerap
kali menjadikan “belajar menganalisis” sebagai salah satu tujuan pokok mereka. Misalnya
ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk:
1) Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan).
2) Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan pernyataan pendukungnya.
3) Membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan.
4) Menghubungkan ide-ide.
5) Menangkap asumsi-asumsi yang tidak dikatakan dalam perkataan/teks.
6) Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunannya atau menentukan tema-tema
teks, puisi atau musik.
7) Menemukan bukti pendukung tujuan pengarang.
b. Mengevaluasi (C5)
Evaluasi yaitu pembuatan keputusan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Standar yang sering digunakan adalah standar berdasarkan kualitas, konsistensi, dan efisiensi.
Standar tersebut berlaku pada guru dan siswa. Pada tahap evaluasi, siswa harus mampu
membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu metode, produk, gagasan, atau benda
dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan tingkatan ini mencakup dua aspek
kognitif, yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing).
c. Menciptakan (C6)
Mencipta ialah proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan konsep pada
suatu produk. Siswa dikatakan memiliki kemampuan proses kognitif menciptakan, apabila
siswa tersebut dapat membuat produk baru. Berpikir kreatif dalam konteks ini yaitu merujuk
pada kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah produk baru.
Di samping itu, menurut Uno (2012), pada dasarnya soal HOTS memiliki empat
indikator, yaitu:
1. Problem solving atau proses dalam menemukan masalah serta cara memecahkan masalah
berdasarkan informasi yang nyata, sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Keterampilan pengambilan keputusan, yaitu ketrampilan seseorang dalam memecahan
masalah melalui pengumpulan informasi untuk kemudian memilih keputusan terbaik dalam
memecahkan masalah.
3. Berpikir kritis, adalah usaha untuk mencari informasi yang akurat yang digunakan
sebagiamana mestinya pada suatu masalah

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
32 | H a l a m a n

4. Keterampilan berpikir kreatif, artinya menghasilkan banyak ide sehingga menghasilkan


inovasi baru untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam HOTS yang terdiri atas :
1) Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar.
2) Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari
berbagai sudut pandang yang berbeda.
3) Menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
Perlu dipahami bahwa “Difficulty is NOT as same as higher order thinking.” Tingkat
kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebagai
contoh untuk mengetahui arti kata yang tidak umum mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi. Tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk high
order thinking skill. Dengan demikian soal-soal HOTS belum tentu soal yang memiliki tingkat
kesukaran tinggi. Selanjutnya, soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual), dimana peserta didik diharapkan mampu
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Berikut ini
diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual yang disingkat REACT.
1) Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
2) Experiencing, asesmen yang ditentukan kepada penggalian (explorating), penemuan
(discovery), dan penciptaan (creation).
3) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah
nyata.
4) Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
5) Transferring, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentranformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.
Sebagai bahan penyusunan soal, karakteristik soal HOTS sangat direkomendasikan
untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas, diantaranya adalah:
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (Critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
Halaman | 33

untuk mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi


merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik.
2. Membangun bentuk soal beragam
Bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang
digunakan pada model pengujian PISA) adalah sebagai berikut :
1) Pilihan Ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata seperti misalnya penggunaan UNSEEN teks atau teks yang tidak
familiar/jarang ditemukan oleh siswa. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem)
dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas jawaban dan pengecoh
(distractor).
2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah atau ya/tidak)
Soal dalam bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji
pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait
antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana pilihan ganda biasa, soal-
soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang
bersumber pada situasi kontekstual.
3) Isian singkatan atau melengkapi
Soal isian singkatan atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes
untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkatan atau melengkapi adalah sebagai berikut :
a) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio
butir soal dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
b) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa frase, kata,
angka, simbol, tempat atau waktu.
4) Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik soal
jawaban singkat adalah sebagai berikut :
a) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah.
b) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat.
c) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama.

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
34 | H a l a m a n

d) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil langsung dari buku
teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau menghafal apa
yang ditulis di buku tersebut.
5) Uraian
Soal berbentuk uraian adalah soal-soal yang jawabannya menuntut siswa
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.
Secara ringkas, bisa dikatakan bahwa penyusunan evaluasi terhadap siswa dalam
bentuk soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) bergantung kepada kemampuan guru dalam
menyusun pertanyaan yang akan menuntut peserta didik berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, yakni pada level applying (menalar) dan reasoning (mengevaluasi). Sehingga
seharusnya aktivitas yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran di dalam kelas,
terutama di dalam memberikan tes atau evaluasi dapat merangsang siswa untuk berpikir lebih
aktif dari masalah nyata yang pernah dialami atau dapat dipikirkan oleh para siswa. Dengan
cara seperti itu, para siswa tidak hanya disuguhi dengan teori-teori, rumus- rumus yang sudah
jadi, atau teks yang sudah familiar dengan mereka. Akan tetapi para siswa sebaiknya dilatih
dan dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas
sedang berlangsung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran berdasarkan revisi
taksonomi kognitif Bloom mengharapkan siswa dapat menerapkan pengetahuan serta
keterampilan untuk konteks yang baru, yakni siswa dapat mengimplementasikan konsep yang
belum diketahui sebelumnya. Selain itu, ada tiga alasan mengapa harus menggunakan Higher
Order Thinking Skill (HOTS) di dalam pembelajaran yaitu :
a. Mengerti informasi
Mengerti informasi disini diartikan sebagai proses yang tidak hanya mengetahui dan
mengerti suatu informasi akan tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis suatu
informasi, menemukan pokok pikiran yang terkandung dalam informasi, membuat hipotesis,
menarik kesimpulan dan menghasilkan suatu solusi yang bermutu.
b. Proses berpikir yang berkualitas
Kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dibutuhkan untuk menjalani suatu
proses berpikir yang berkualitas.

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
Halaman | 35

c. Hasil akhir yang berkualitas.


Proses berpikir Higher Order Thinking Skill (HOTS) akan mengarahkan peserta didik
untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Peran pengawas dalam memfasilitasi guru tentang Teknik penyusunan soal HOTS
Pengawas madrasah merupakan jabatan fungsional yang berlaku dalam lingkungan
pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 tahun 2010, pasal 1 ayat 2 menyebutkan pengawas madrasah adalah
pegawai negeri sipil (guru) yang diberi tugas dan tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat yang berwewenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan.
Pengawas madrasah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang
pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan.
Merujuk pada satuan pendidikan, maka kemudian jabatan pengawas dibedakan menjadi
pengawasan TK/RA, pengawasan SD/MI, pengawasan SMP/MTs, pengawasan SMA/MA, dan
pengawasan SMK (Sudjana, 2012a: 31-33).
Tugas pokok pengawas madrasah adalah melaksanakan pengawasan akademik dan
pengawasan manajerial pada satuan pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 19 tahun 2005 yang menyatakan pengawasan pada pendidikan formal dilakukan
oleh pengawas satuan pendidikan. Selanjutnya pada pasal 55 dituliskan pengawasan satuan
pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pengawasan. Lebih jelas tentang kewajiban supervisi pada pasal 57 yaitu supervisi yang
meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
oleh pengawas satuan pendidikan. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan supervisi
manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan dan supervisi
akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran (Sudjana, 2012a: 16).
Kegiatan supervisi akademik dilakukan kepada guru melalui bimbingan proses
pembelajaran, misalnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, strategi melaksanakan
pembelajaran, penggunaan media dan alat bantu pembelajaran, cara menilai kemajuan belajar
siswa, dan sebagainya.
Melalui kegiatan supervisi akademik ini, pengawas dapat memainkan perannya untuk
memfasilitasi guru tentang Teknik penyusunan soal HOTS dengan cara memberikan
pendampingan secara intensif. Karena jika hanya dilakukan secara incidental, pengawas tidak
akan mendapatkan informasi yang komprehensi tentang kompetensi guru tersebut. Oleh karena

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
36 | H a l a m a n

itu dengan pendapingan secara intensif kompetensi seorang guru dalam Menyusun soal HOTS
akan dapat dipantau selama masa pendampingan tersebut.
Selain itu, seorang pengawas juga dapat meningkatkan kompetensi evaluasi dengan
cara mengikuti workshop atau studi lanjut, sehingga kemampuan untuk memantau pelaksanaan
pembelajaran dan membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan
pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di madrasah menengah yang sejenis dapat meningkat dapat lebih efektif dan
efisien.
Mendampingi dan memantau serta membimbing guru adalah merupakan kewajiban
dan tanggung jawab seorang pengawas. Oleh karena itu dengan memfasilitasi guru dalam
penyusunan soal HOTS ini, maka seorang pengawas selain telah melaksnakan tugas dan
kewajibannya juga akan berimbas pada keberhasilan Pendidikan secara keseluruhan.

Simpulan
Pengawas madrasah memiliki kedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di
bidang pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Sekaligus berperan
sebagai penjamin mutu pendidikan di madrasah yang dibinanya.
Membina dan mendampingi guru dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi
pembelajaran merupakan salah satu kewajiban dan tanggung jawab pengawas.
Konsekwensinya, pengawas harus benar-benar melaksanan kewajiban tersebut dengan sebaik-
baiknya, terutama dalam mendampingi guru dalam penyusunan soal HOTS. Karena tuntutan
kecakapan hidup abad 21 adalah menyiapkan peserta didik yang kritis, kreatif, berfikit analisis
juga memiliki karaktek. Hal tersebut akan sulit dicapai jika evaluasi yang dilakukan oleh guru
tidak menggunakan pendekatan atau soal-lsoal yang berbasis pada Higer Order Thingking Skill
(HOTS).
Oleh karena itu pendampingan oleh pengawas terhadap guru tentang Teknik
penyusunan soal HOTS merupakan salah satu kebutuhan mendesak yang harus dilakukan oleh
pengawas selain bidang-bidang lain sebagai tugas pokok dan fungsi seorang pengawas

Saran
Tugas dan tanggung jawab pengawas adalah sebagai penjamin mutu penyelenggaraan
pendidikan. Oleh sebab itu sudah seyogyanya jika pengembangan kompetensi pengawas harus
terus dilakukan. Karena dengan memiliki kompetensi tinggi akan berimbas pada pelayanan

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
Halaman | 37

yang dapat diberikan kepada para guru semakin prima, sehingga peningkatan mutu madrasah
binaannya juga akan dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York:
Addison Wesley Longman, In.

Anonim. 2012. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah,(Online),(http://bima-


lanang.blogspot.com/2012/08/standar-kualifikasi-dan-kompetensi.html, diakses
tanggal 21 Maret 2021).

Barnawi, dan Mohammad Aripin. (2017). Meningkatkan Kinerja Pengawas


sekolah.Jakarta: Ar-Ruz.

Chuck, W.2000. Management. United States of America: South-Western College Publishing.

Depdiknas. 2005. PP RI No. 19/2005: Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:

Depdiknas. 2005. UU RI No. 14/2005: Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Jerome, S, Arcaro.2006.Pendidikan Berbasis Mutu. terj.Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Kumalarini, Theresia. 2018. “Bimbingan Teknis Penyusunan Soal HOTS Bagi Guru Mata
Pelajaran Tingkat Se- Jawa Timur Tahun 2018 Kantor Wilayah Kementerian Agama
Propinsi Jawa Timur”. Batu. Tanggal 15-19 Oktober 2018.

Marsh, Colin. 1996. Handbook for Beginning Teachers. Sydney: Addison Wesley Longman
Australia Pry Limited.
M. Ngalim Purwanto.2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
38 | H a l a m a n

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja

OECD. 2015. PISA 2015: Science competencies for tomorrow world volume 1: Analysis.
Rosewood. Drive: OECD.

Rosnawati. 2012. “Profil Kemampuan Peserta Didik Indonesia Menurut Benchmark


lnternasional (Bidang Matematika)”. Makalah Seminar Nasional Hotel Salak Heritage.
Bogor. Tanggal 3 Desember 2012.

Salirawati, Das. 2012. “Profil Kemampuan Peserta Didik Indonesia Menurut Benchmark Inter-
Nasional (Bidang Sains)”. Makalah Seminar Nasional Hotel Salak Heritage. Bogor.
Tanggal 3 Desember 2012.

Sudjana, Nana. 2012a. Pengawas dan Kepengawasan: Memahami Tugas Pokok, Fungsi,
Peran dan Tanggung Jawab Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.

Sudjana, Nana. 2012b. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah.
Bekasi: Binamitra Publishing.

Uno, Hamzah. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara

Nur Abidah
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||4||Nomor||1||Halaman|| 41 ||2020||
|ISSN- Cetak: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

ANALISIS KEBIJAKAN SEKOLAH KEJURUAN


DI INDONESIA
Masruroh
rsruro0@gmail.com

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Soooko

Article History: 1. Abstrak: pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang


Dikirim: melaksanakan proses pembelajaran keahlian tertentu beserta
25 – 12 - 2020 evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa
menjadi tenaga kerja setingkat teknisi. Sehingga tujuan
Direvisi: pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki
30 - 01 - 2021 kompetensi prilaku dalam bidang kejuruan tertentu
Diterima:
20 – 02 - 2021
sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki
kinerja) demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.
Korespondensi Penulis:
Oleh karena itu Kriteria yang harus dimiliki oleh
+628132404084
pendidikan kejuruan meliputi : (1) orientasi pada kinerja
individu dalam dunia kerja, (2) Justifikasi khusus pada
kebutuhan nyata di lapangan, (3) fokus kurikulum pada
aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif, (4) tolok
ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah, (5)
kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja, (6)
memerlukan sarana prasarana yang memadai, (7) adanya
dukungan masyarakat. Adapun salah satu kebijakan
pemerintah terkait SMK adalah Pendidikan Sistem Ganda
yang diselenggarakan pada sekolah menengah kejuruan
merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan “link
and match” antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang
memadukan secara sitematik dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang
diperoleh langsung di perusahaan.

Kata Kunci : kebijakan, sekolah, kejuruan

PENDAHULUAN
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik. Melalui pendidikan kita dapat membangun kehidupan masa kini
dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
40 | H a l a m a n

kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah
dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Pasal 11
Ayat 1 dan 2 yang menekankan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Salah
satu tingkat pendidikan yang memiliki peranan penting di dalam dunia kerja adalah
pendidikan kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan
yang mempersiapkan lulusannya memiliki bekal yang cukup guna bekerja di perusahaan
serta menguasai satu bidang pekerjaan dari sekin banyak bidang pekerjaan lainnya. Karena
saat masih menimba ilmu di SMK, lulusannya mendalami setiap bidang studi atau
pendidikan kejuruan yang mengarah siap pakai ketika memasuki dunia kerja.
Mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.
Prosser (1949), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan akan lebih efektif jika
mampu merubah individu sesuai dengan perhatian, sifat dan tingkat intelegensinya pada
tingkat setinggi mungkin, artinya setelah melakukan pendidikan dan pelatihan (diklat) para
peserta latihan meningkat keterampilannya. Acuan keberhasilan suatu program pendidikan
kejuruan menurut pendapat Lesgold (1996), yaitu harus memperhatikan : (1) sasaran produk
haruslah terdefinisi secara baik, akurat, dan jelas yang merupakan interaksi yang intens antara
sekolah dengan masyarakat, (2) perlengkapan (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan untuk
mencapai yang telah ditetapkan haruslah mencukupi, sehingga merupakan unsur penjamin
bahwa sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara baik, (3) spesifikasi tim sukses atau
tim pelaksana program yang akan bertanggung jawab terhadap keberhasilan sasaran haruslah
lengkap dan jelas, (4) penelitian atau pengkajian terus menerus dan berkesinambungan agar
dapat diketahui, sehingga langkah perbaikan dan penanggulangan dapat ditetapkan segera.
Pada dasarnya pendidikan kejuruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan
kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia
usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang
penting, sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
H a l a m a n | 41

lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi
nasional yang baku. Standar kompetensi, standar kurikulum dan standar pengujian
dimaksudkan untuk menjamin bahwa sistem pendidikan kejuruan benar-benar memberikan
kompetensi yang telah dibutuhkan oleh industri. Oleh karenanya ukuran mutu tamatan
pendidikan kejuruan tidak hanya dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional., tetapi juga dari
kompetensi yang dicapai. Ketercapaian kompetensi dilihat dari keterampilan. Setiap
keterampilan yang dicapai diberikan sertifikat oleh lembaga yang berwenang seperti majelis
pendidikan kejuruan nasional (MPKN).
Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses
pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan
siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi.
Berdasarkan tujuan utama dari pendidikan kejuruan tersebut, kemudian dikeluarkan
Keputusan Mendikbud Nomor 0490/1992 tentang Kerjasama SMK dengan Dunia Usaha dan
Industri (DUDI) yang bertujuan meningkatkan kesesuaian program SMK dengan kebutuhan
dunia kerja yang diusahakan dengan saling menguntungkan dan dengan dasar kebijakan
Mendikbud tersebut dirumuskan kebijakan bersama antara Mendikbud dan Ketua Umum
Kadin dengan nomor 0267a/U/1994 dan nomor 84/ KU/X/1994 tanggal 17 Oktober 1994
tentang Pembentukan Lembaga Kerjasama Tingkat Pusat disebut Majelis Pendidikan
Kejuruan Nasional (MPKN), Tingkat Wilayah disebut Majelis Pendidikan Kejuruan Provinsi
(MPKP), dan Tingkat Sekolah disebut Majelis Sekolah (MS).
Berkaitan dengan program kemitraan itulah, diperlukan adanya analisis kebijakan
pendidikan pada program kejuruan sehingga tujuan utama dari pendidikan kejuruan yaitu
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu dapat tercapai dengan
sempurna.
A. Analisis Kebijakan Pendidikan Kejuruan
Sebelum membahas analisis kebijakan pendidikan kejuruan secara terperinci, terlebih
dahulu akan dijelaskan tentang analisis kebijakan pendidikan secara umum. Analisis
kebijakan pendidikan merupakan suatu prosedur berpikir yang sudah lama dikenal dan
dilakukan dalam sejarah manusia, paling tidak sejak manusia mampu melahirkan dan
memelihara pengetahuan dalam kaitannya dengan tindakan. Menurut UNESCO (2013)
beberapa dokumen dalam kebijakan pendidikan antara lain: peraturan, strategi, dan rencana.
Adapun hubungan dari ketiga hal tersebut adalah:

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
42 | H a l a m a n

1. Peraturan/kebijakan pendidikan nasional menetapkan tujuan utama dan prioritas yang


diatur oleh pemerintah dengan memperhatikan aspek-aspek tertentu seperti akses,
kualitas dan guru, atau masalah atau kebutuhan tertentu.
2. Strategi menentukan bagaimana tujuan kebijakan tercapai.
3. Rencana menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu
tertentu yang membutuhkan tanggung jawab dan sumber daya untuk merealisasikan
kebijakan dan strategi.
Hubungan ketiga hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1

 Sejalan dengan  Menetapkan arah  Merumuskan tindakan


konstitusi untuk mencapai tujuan nyata untuk mencapai
 Menunjukkan dan prioritas yang tujuan dan prioritas.
komitmen ditetapkan oleh  Menetapkan target
pemerintah kebijakan itu. spesifik
 Menetapkan tujuan  Memperjelas peran dan dan output.
utama dan prioritas tanggung jawab  Mengidentifikasi
 Pernyataannya dari pemangku sumber daya yang
bersifat menyeluruh kepentingan dibutuhkan
 Dibatasi waktu
KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA

Gambar 2.1. Hubungan antara kebijakan, strategi, dan rencana (UNESCO, 2013)
Adapun pengertian dari analisis kebijakan beberapa ahli memiliki pengertian yang
berbeda, diantaranya:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah (1) penyelidikan terhadap
suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); (2) penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2. Dunn (2003): mengungkapkan bahwa analisis kebijakan adalah suatu prosedur untuk
menghasilkan informasi mengenai masalah-masalah kemasyarakatan berikut tindakan
pemecahannya.
3. Patton (1986): analisis kebijakan adalah suatu rangkaian proses dalam menghasilkan
kebijakan.
4. Duncan MacRae: analisis kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu sosial terapan
yang menggunakan argumentasi rasional dengan menggunakan fakta-fakta untuk
menjelaskan, menilai, dan membuahkan pikiran dalam rangka upaya memecahkan
masalah publik.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
H a l a m a n | 43

5. Stokey dan Zekhauser: analisis kebijakan sebagai suatu proses rasional dengan
menggunakan metode dan teknik rasional.

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita tarik pengertian yang lebih rinci bahwa
analisis kebijakan merupakan cara atau prosedur dalam menggunakan pemahaman manusia
terhadap dan untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan. Jadi analisis kebijakan
pendidikan merupakan cara memecahkan masalah yang ada dalam kebijakan-kebijakan
tentang pendidikan menggunakan pemahaman yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.
UNESCO (2013) menambahkan tentang siklus dalam menganalisis kebijakan
pendidikan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam sikus analisis kebijakan pendidikan,
diantaranya: analisis, rencana, implementasi, dan evaluasi.

ANALISIS

EVALUASI RENCANA

IMPLEMENTASI
Gambar 2.2. Siklus analisis kebijakan pendidikan (UNESCO, 2013)

Penjelasan selanjutnya adalah tentang analisis kebijakan pendidikan kejuruan.


Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga memiliki
peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai
warga masyarakat dan bangsa. Adanya dampak globalisasi yang ditandai dengan kemajuan
teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih belum optimal dalam
menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja.
Pendidikan kejuruan belum dapat maksimal mengimbangi dampak kemajuan
teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006), saat ini terdapat empat krisis pokok
pendidikan nasional, yaitu masalah kualitas pendidikan, relevansi atau efisiensi external,
elitisme dan manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut standar isi, proses, sarana
prasarana, pendidik, dan standar-standar lainnya. Relevansi pendidikan atau efisiensi
eksternal diukur dari keberhasilan sistem pendidikan memasok tenagatenaga terampil dalam
jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor pembangunan.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu manajemen
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dan pemanfaatan teknologi dalam proses
pembelajarannya.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
44 | H a l a m a n

Saat ini kita sedang menuju masyarakat industri. Masyarakat industri modern adalah
masyarakat terbuka, rasional dan kritis (Tilaar, 2006). Derap kehidupan masyarakat
merupakan proses budaya. Transformasi budaya menimbulkan nilai-nilai instrinsik dan nilai
instrumental. Nilai-nilai instrinsik menyangkut pembentukan nilai-nilai moral dan budaya
menuju identitas manusia seutuhnya. Nilai-nilai instrumental: disiplin, penghargaan terhadap
waktu, spesialisasi, orientasi pada kerja dan prestasi. Transformasi adalah suatu kompleks
jalinan kekuatan yg saling terkait dari 7 poros transformasi yaitu: globalisasi, struktur
ekonomi, politik-ideologi, budaya nasional, manusia dan masyarakat, iptek, dan informasi
(Alfian, 1986).
Globalisasi merupakan rekayasa ekonomi yang menjadikan kehidupan manusia
menjadi begitu terbuka dan dalam keterbukaan itu manusia adalah kuncinya. Pendidikan yg
bermutu adalah moto globalisasi. Perubahan struktur ekonomi berdasarkan pertanian menuju
ekonomi berdasarkan industri akan mengubah cara hidup dan berfikir bangsa. Meningkatnya
industri modern meminta tenaga teknik yg semakin banyak baik pada tingkat menengah
maupun tenaga teknik profesional. Pendidikan dan pelatihan perlu dipersiapkan dalam
menyesuaikan programnya dengan kemajuan teknologi yang cepat perkembangannya.
Sejalan dengan itu pendidikan kejuruan perlu ditransformasikan dengan dasar pendidikan
sains yang kuat.
Peranan iptek dalam masyarakat industri menuntut manusia yang sadar iptek.
Masyarakat industri bukan hanya melek huruf tetapi juga melek numerik. Penyusunan dan
pemanfaatan iptek untuk negara-negara berkembang akan berhasil bila: 1) negara itu
menumbuhkan kemampuannya memiliki teknologi yang sesuai karena benar-benar
diperlukan, 2) dapat memilih teknologi yang diperlukan serta dapat memanfaatkannya tanpa
mempunyai mayarakat ilmiah terlebih dahulu. Memasuki dunia industri modern dengan
ipteknya berarti memasuki tatanan nilai yang baru yang berorientasi kepada efisiensi, logika
dan pragmatisme.
Informasi dapat mengubah wajah duania dan siapa yang menguasai informasi dapat
menguasai dunia: opini dunia, politik, sosial, dan ekonomi. Untuk menguasai informasi
diperlukan kemampuan: (1) mengetahui di mana dan bagaimana informasi diperoleh, b)
menyeleksi informasi sesuai dengan kegunaan untuk pengembangan pribadi, c) menganalisis
data yang diperoleh dengan teknologi komputer, d) mengadakan sintesis atas hasil analisis
sehingga dapat merumuskan alternatif-alternatif keputusan yang baik dan benar, e)
mengambil keputusan, dan f) mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh. Uraian-
uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan kejuruan dipengaruhi adanya

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
H a l a m a n | 45

transformasi budaya. Empat dari 7 poros transformasi yang sangat erat kaitannya pendidikan
kejuruan adalah globalisasi, struktur ekonomi, iptek, dan informasi.
B. Implementasi Kebijakan Pendidikan Kejuruan
Tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi
prilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja
(memiliki kinerja) demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa. Untuk itu siswa harus
dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis , juga sikap dan pola tingkah laku sosial
serta wawasan politik tertentu, itu semua mutlak diperlukan sebagai bekal yang berharga
guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja , baik sebagai pekerja di perusahaan
ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi warga masyarakat yang
bertanggungjawab (Schiopepers dan patriana,1994)
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum,
ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, dan lulusannya. Kriteria yang harus
dimiliki oleh pendidikan kejuruan:
1. Orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja.
2. Justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan.
3. Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif.
4. Tolak ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah.
5. Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja.
6. Memerlukan sarana prasarana yang memadai.
7. Adanya dukungan masyarakat. Financ & Crunkilton (dalam Sonhaji 2000).
Kalau kita kaji Keputusan Mendiknas RI Nomor 122/U/2001 tentang Rencana
Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Tahun 2000-2004 bahwa
pendidikan kejuruan dalam upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan kejuruan:
1. Melakukan reformasi kurikulum kejuruan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
2. Melakukan analisis dan pengkajian potensi wilayah sehingga dapat menunjukkan
keseimbangan antara kebutuhan dan persediaan tenaga kerja tamatan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) menurut sektor ekonomi jenis okupasi dan status
pekerjaan.
3. Melakukan penelitian dan kajian secara intensif dan menyeluruh terhadap efektivitas
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), terutama dalam kaitannya dengan tuntutan
lapangan kerja akan keterampilan dan keahlian lulusannya, tingkat balikan terhadap
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta pemetaan kebutuhan tenaga
kerja tingkat menengah yang berorientasi pada pengembangan potensi daerah.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
46 | H a l a m a n

4. Untuk peningkatan penyerapan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) oleh


lapangan usaha, akan dilakukan penataan kembali di bidang keahlian di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) agar menghasilkan lulusan yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan
melalui pengembangan kurikulum dan program pendidikan yang lebih fleksibel sesuai
dengan perbedaan karakteristik wilayah tanpa mengabaikan standar kompetensi yang
ditentukan secara nasional dan secara bertahap mulai memperhitungkan standar kompetensi
regional dan internasional
C. Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di SMK
Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah adalah Kebijakan
Pendidikan Sistem Ganda (dual system). Sistem ini berusaha mengintegrasikan kepentingan
dunia pendidikan dengan dunia industri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan
maupun etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke
pasaran kerja Melalui PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang
dimiliki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja.
Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan pada sekolah menengah kejuruan
merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan “link and match” antara dunia
pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan
sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang diperoleh
langsung di perusahaan.
1. Formulasi
Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK dilaksanakan mengacu pada
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 323/U/1997
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di
Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang
memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan
untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan dan pelatihan bagi siswa SMK yang melakukan
praktek kerja industri, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di dunia usaha/dunia
industri (Depdikbud 3.1997:6) PSG pada dasarnya adalah suatu bentuk penyelenggaraan

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
H a l a m a n | 47

pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program
pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan
bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional
tertentu (Depdikbud 4, 1997:1).
2. Implementasi
Program PSG pada dasarnya merupakan program pendidikan yang dilakukan di dua
tempat yaitu di sekolah khususnya untuk penguasaan teori dan di tempat-tempat usaha/
industri terutama sebagai institusi pasangan untuk keperluan praktek kerja siswa. Di dua
tempat tersebut diberikan penilaian baik oleh guru maupun instruktur yang mengajar praktek
di Institusi pasangannya. Program PSG ini meliputi teori kejuruan, praktek dasar dan praktek
kerja industri. Untuk teori kejuruan dan praktek dasar dilakukan di Sekolah, sedangkan untuk
praktek kerja industri diselenggarakan di Institusi pasangannya. Untuk pelaksanaannya
ditentukan bahwa siswa selama tiga tahun pertama memperoleh pendidian di sekolah dan
baru pada tahun keempat maka siswa memperoleh pendidikan dan latihan di institusi
pasangannnya.
Simpulan
Berdasarkan pemaparan tentang analisis kebijakan pendidikan kejuruan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
2. Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
lulusannya memiliki bekal yang cukup guna bekerja di perusahaan serta menguasai
satu bidang pekerjaan dari sekin banyak bidang pekerjaan lainnya. Karena saat masih
menimba ilmu di SMK, lulusannya mendalami setiap bidang studi atau pendidikan
kejuruan yang mengarah siap pakai ketika memasuki dunia kerja.
3. Perlu adanya kebijakan pendidikan yang sesuai yang mengatur tentang pendidikan
kejuruan, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan sempurna dengan
memperhatikan 3 hal utama yaitu kebijakan itu sendiri, strategi yang ampuh, dan
rencana yang harus ditempuh.
4. Menurut Tilaar (2006), saat ini terdapat empat krisis pokok pendidikan nasional, yaitu
masalah kualitas pendidikan, relevansi atau efisiensi external, elitisme dan
manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut standar isi, proses, sarana prasarana,
pendidik, dan standar-standar lainnya. Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal
diukur dari keberhasilan sistem pendidikan memasok tenaga-tenaga terampil dalam
jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor pembangunan.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
48 | H a l a m a n

5. Dalam era globalisasi dan informasi, kemampuan SDM dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan hanya merupakan kebutuhan, tetapi sudah
menjadi keharusan apabila bangsa Indonesia ingin berperan dalam persaingan global
dan selayaknya harus segera disikapi dengan program yang berorientasi pada
percepatan peningkatan “mutu pendidikan atau kualitas SDM Indonesia yang salah
satunya melalui program kemitraan antara pemerintah daerah, dunia pendidikan
(SMK) dan dunia usaha dan industri dalam rangka terlaksananya link and match
(keterkaitan dan kesepadanan) antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dan
industri sebagai upaya nyata untuk mewujudkan dan membangun “suasana sinergis“
dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing dalam era globalisasi.
6. Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan pada sekolah menengah kejuruan
merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan “link and match” antara dunia
pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik
dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang
diperoleh langsung di perusahaan.

Saran
Seyogyanya analisis dalam bidang pendidikan kejuruan harus selalu dilakukan karena
pendidikan di Indonesia masih jauh dari tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Hal ini terbukti dengan pengangguran
terbuka lebih banyak dari sekolah kejuruan. Beberapa bidang studi di sekolah kejuruan tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 2002. Analisis Kebijakan, Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1993)

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Alfian. 1986. Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
H a l a m a n | 49

Anwar, M.Idhoci.2003, Administrasi Pendidikan dan Manamejen Biaya Pendidikan.


Alfabeta. Bandung.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jogjakarta: GMUP

Patton, C.V. 1986. Basic Method of Policy Analysis and Planning. USA: Prentice Hall

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. Menejemen Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung.

UNESCO. 2013. UNESCO Handbook on EducationPolicy Analysis and Programming.


Thailand: UNESCO Bangkok

Wardiman Djojonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta:
Jayakarta Agung Offset.

[http://www.scribd.com/doc/85200308/Makalah-Smk-Indonesia#scribd di akses pada tgl: 21


November 2019

www.kemdikbud.go.id. 2017. 327 SMK Sudah Jadi Lembaga Sertifikasi Profesi. Diakses
pada tanggal 20 November 2019.

Masruroh
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Vol. 5 No. 1 Mei 2021
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman|| 52 ||2021||
|P-ISSN: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969|

PENERAPAN APLIKASI QUIZIZZ DALAM PEMBELAJARAN IPA


DI MTSN 4 JOMBANG DI MASA PANDEMI

Hisbulloh Huda
email: hisbullohh@gmail.com

MTsN 4 Jombang
Jl. KH. Bisri Syansuri 77 Denanyar Jombang Jawa Timur

Article History: Abstrak Fenomena Pandemi covid 19 di Indonesia


Dikirim: berdampak pada hasil belajar siswa yang masih kurang
25 Desember2020 memuaskan atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Salah satu aplikasi yang dapat menarikan siswa dan
Direvisi: dapat digunakan adalah game online Quizizz. Setelah
15 Januari 2021 diterapkan dua siklus penelitian Tindakan kelas terhadap
siswa yang ada di kelas VIII B diperoleh hasil sebagai
Diterima:
20 Januari 2021 berikut : pada siklus pertama pertemuan pertama, jumlah
Korespondensi Penulis: peserta didik yang tuntas sebanyak 37,00 %. Hasil ini
phone number / WA meningkat pada siklus pertama pertemuan kedua menjadi
+6281234729086 63,00%. Pada siklus kedua pertemuan pertama, ketuntasan
mencapai 87,00%, dan pada siklus kedua pertemuan kedua,
ketuntasan mencapai 100%. Seluruh peserta didik dapat
mencapai ketuntasan dalam evaluasi pembelajaran
dikarenakan peserta didik semakin termotivasi untuk bisa
mengerjakan quizizz, sehingga pemahaman materi peserta
didik meningkat. Sehingga hasil belajar peserta didik
meningkat. Hasil dari penelitian dua siklus dapat disimpulkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik
menggunakan media quizizz sebagai aplikasi kegiatan
evaluasi pembelajaran. Peningkatan hasil belajar peserta didik
menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran meningkat.

Kata Kunci: media game online,Quizizz, Remidi,MTSN 4


Jombang

PENDAHULUAN
Diantara faktor tercapainya pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan
adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Abidin (2014:174) menjelaskan media
pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dipergunakan

Hisbulloh Huda
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
52 | H a l a m a n

untuk perhatian dan kemampuan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar.
Sedangkan menurut Shoimin (2013:41) media sebagai komponen strategi
pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan. Media mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
peserta didik sehingga muncul minat belajar siswa dan mengakibatkan suasana pembelajaran
yang kondusif.
Media pembelajaran, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran karena fungsinya
membuat pembelajaran lebih kontekstual, nyata, dan menarik. Suyanto dan Djihad
(2012:246-247) menyebutkan fungsi media pembelajaran secara umum diantaranya adalah:
(a) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan
perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh
gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah, (b) Mengamati benda atau
peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. (c)
Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang sukar diamati secara
langsung karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil. (d) Mendengar suara yang sukar
ditangkap dengan telinga secara langsung. (e) Mengamati dengan teliti binatang-binatang
yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. (f) Mengamati peristiwa-
peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. (g) Mengamati dengan jelas
benda-benda yang mudah rusak atau sukar diawetkan. (h) Dengan mudah membandingkan
sesuatu. Dengan bantuan gambar, model, atau foto, siswa dapat dengan mudah
membandingkan dua benda yang berbeda, seperti sifat, ukuran, warna, dan sebagainya. (i)
Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. (j) Dapat
melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat.
Media pembelajaran tidak hanya digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran, namun dapat pula digunakan ketika kegiatan evaluasi pembelajaran. Media
yang sering digunakan untuk kegiatan evaluasi pembelajaran adalah kuis interaktif yang
dikerjakan secara dalam jaringan.
Keberhasilan pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran dapat dilihat dari
tingkat pemahaman penguasaan materi serta hasil belajar peserta didik. Semakin tinggi
tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi serta hasil belajarnya, maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya hasil belajar yang
H a l a m a n | 53
dicapai peserta didik masih rendah. Pembelajaran selama ini belum berhasil dan
menyebabkan hasil belajar peserta didik yang masih rendah.
Permasalahan tersebut didukung dengan data permasalahan ketuntasan belajar
klasikal peserta didik kelas VIII B MTSN 4 JOMBANG dalam materi gelombang. Temuan
yang ada sebanyak 28 peserta didik dari 32 peserta didik memiliki skor di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 (2,66) dengan presentase 72%, sedangkan presentase
peserta didik yang memiliki skor di atas KKM yaitu 28%.
Ketika pembelajaran peserta didik cenderung pasif dan kurang antusias. Peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selain itu, terdapat beberapa perilaku
menyimpang peserta didik seperti tidak memperhatikan, bermain dengan teman sebangkunya
dan mengantuk. Kondisi tersebut memerlukan media pembelajaran yang menarik dan
inovatif khususnya media untuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Guru harus melakukan
pendekatan yang sesuai untuk mengembalikan perhatian peserta didik pada pembelajaran.
Guru melakukan inovasi penggunaan media pembelajaran berupa penggunaan media
pembelajaran untuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Salah satu media yang digunakan ketika
kegiatan evaluasi pembelajaran secara daring adalah quizizz. Quizizz merupakan sebuah
aplikasi kuis interaktif yang berasal dari Santa Monica, California, Amerika Serikat. Quiziiz
adalah aplikasi yang menyediakan bentuk soal formatif dengan berbagai macam pilihan yang
disajikan dengan menyenangkan dan menarik bagi semua peserta didik.
Quizizz merupakan salah satu inovasi media dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.
banyak fitur yang bisa digunakan seperti soal pilihan ganda, soal isian, maupun soal uraian.
Aplikasi ini dapat digunakan di manapun peserta didik berada. Citra dan Rosy (2020:263)
menjelaskan bahwa quizizz adalah aplikasi pendidikan berbasis game yang membawa
aktivitas multi pemain ke ruang kelas dan menjadikan pembelajaran dalam kelas lebih
menyenangkan dan lebih interaktif. Wibawa, Astuti, dan Pangestu (2019:250) menyebutkan
bahwa aplikasi quizizz mempunyai fitur yang secara umum dapat memfasilitasi guru maupun
peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa aplikasi quizizz
bisa digunakan untuk inovasi pembelajaran.
Penelitian terdahulu tentang penggunaan quizizz dalam evaluasi pembelajaran
dilakukan berjudul Media Quizizz Sebagai Aplikasi Evaluasi Pembelajaran Kelas VI Di
SDN Guntur Kota Cirebon oleh Herlina Pusparani,(2012). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa quizizz merupakan media pembelajaran untuk kegiatan evaluasi pembelajaran.
Terdapat interaksi ketika peserta didik mengerjakan evaluasi pembelajaran, sehingga peserta
didik merasa termotivasi untuk mengerjakan evaluasi dan merasa senang. Peningkatan hasil
belajar ditunjukkan dari peningkatan hasil quizizz. Pada siklus pertama pertemuan pertama,
Hisbulloh Huda
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
54 | H a l a m a n

jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 37,5 %. Hasil ini meningkat pada siklus pertama
pertemuan kedua menjadi 62,5 %. Pada siklus kedua pertemuan pertama, ketuntasan
mencapai 87,5%, dan pada siklus kedua pertemuan kedua, ketuntasan mencapai 100%.
Seluruh peserta didik dapat mencapai ketuntasan dalam evaluasi pembelajaran dikarenakan
peserta didik semakin termotivasi untuk bisa mengerjakan quizizz, sehingga pemahaman
materi peserta didik meningkat. Sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.
Sugian Noor (2020) yang berjudul, “Penggunaan Quizizz Dalam Penilaian
Pembelajaran Pada Materi Ruang Lingkup Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X.6 SMA 7 Banjarmasin”. Penelitian tersebut merupakan penelitian lapangan yang
bersifat deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar sebesar 20%. Peningkatan tersebut terjadi karena quizizz menjadikan penilaian
menarik dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk berhasil.
Selanjutnya, penelitian dari Sri Mulyati dan Haniv Evendi (2020) yang berjudul,
“Pembelajaran Matematika Melalui Media Game Quizizz Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika SMP 2 Bojonegara”. Jenis penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas
yang menggunakan teknik pengumpulan data tes dan observasi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 63% pada siklus 1
dan sebesar 78% pada siklus 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa quizizz efektif dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa quizizz adalah
salah satu apikasi yang bisa digunakan dalam penilaian pembelajaran. Fitur quizizz yang
bervariasi membuat peserta didik merasa senang dan nyaman ketika mengerjakan penilaian.
Sehingga peserta didik termotivasi untuk bisa menyelesaikan penilaian dengan hasil yang
maksimal.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dilakukan penelitian kelas yang bertujuan
untuk mendeskripsikan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran melalui quizizz sebagai
aplikasi evaluasi pembelajaran di kelas VIII B dan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada pembelajaran IPA bab gelombang di kelas VIII B MTSN 4 JOMBANG

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus
penelitian. Setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
penelitian. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
H a l a m a n | 55
Februari sampai dengan bulan Mei 2021 di MTSN 4 JOMBANG Subyek penelitian ini
adalah peserta didik kelas VIII B yang berjumlah 32 peserta didik.
Penelitian ini diawali dengan perencanaan berupa skenario pembelajaran di setiap
pertemuan, kemudian pelaksanaan penelitian sesuai dengan perencanaan. Setelah
mendapatkan hasil, hasil tersebut diobservasi dan dilakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan
untuk perencanaan pertemuan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal
yang dikemas dalam aplikasi quizizz.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes
menggunakan aplikasi quizizz. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis data kuantitatif untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam dua siklus
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran
termasuk soal yang sudah dibuat menggunakan quizizz. Guru bisa mengatur permainan
secara langsung, penugasan, individu, tim, maupun tes (hanya bisa dikerjakan satu kali).
Pada siklus pertama pertemuan satu, peneliti mengenalkan quizizz kepada peserta
didik dan melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran menggunakan quizizz. Hasil
evaluasi pembelajaran tersebut, terdapat 12 peserta didik yang nilainya mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan 20 peserta didik lainnya masih di bawah KKM. Hal
ini dikarenakan peserta didik belum memahami betul materi pembelajaran. Hasil penelitian
siklus pertama pertemuan dua, peserta didik yang nilainya di atas KKM meningkat menjadi
20 peserta didik. Masih ada 12 peserta didik yang belum tuntas. Pada pertemuan kedua,
peserta didik mulai antusias memahami materi pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan
evaluasi pembelajaran.
Hasil penelitian siklus kedua pertemuan satu, sebanyak 28 peserta didik memiliki
nilai di atas KKM. Sebanyak 87,5% peserta didik sudah tuntas. Hasil ini menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta didik sudah memahami materi pembelajaran. Meskipun masih ada
beberapa peserta didik yang kesulitan memahami materi, namun motivasi peserta didik
melaksanakan evaluasi pembelajaran menggunakan media quizizz semakin meningkat.
Peserta didik merasa senang mengerjakan soal interaktif secara langsung, penugasan, maupun
secara kelompok atau tim.
Hasil penelitian siklus kedua pertemuan dua, sebanyak 32 peserta didik mencapai
KKM. Seluruh peserta didik atau 100% peserta didik sudah memahami materi pembelajaran.

Hisbulloh Huda
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
56 | H a l a m a n

Pengalaman peserta didik dalam mengerjakan soal interaktif media quizizz dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami materi pembelajaran

Pembahasan
Hasil dari penelitian ini, didapatkan bahwa media quizizz dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu diketahui bahwa media quizizz ini dapat diunduh di playstore atau
dijelajahi melalui laman web quizizz.com memiliki berbagai fitur sebagai berikut :
(1) Quiz Costumization, Tenaga pendidik memiliki beberapa opsi untuk menyesuaikan sesi
kuis mereka untuk beralih tingkat kompetisi, kecepatan, dan faktor lainnya. Quiz
Costumization, Guru memiliki beberapa opsi untuk menyesuaikan sesi kuis mereka
untuk beralih tingkat kompetisi, kecepatan, dan faktor lainnya.
(2) Student-Paced, dimana pertanyaan dalam kuis akan muncul di layar masing-masing
peserta didik, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan dengan langkah mereka
sendiri dan dapat meninjau jawaban mereka.
(3) Quizizz dapat dimainkan di browser manapun, di smartphone, PC, Laptop, tablet, dan
perangkat lainnya yang bias menjalankan iOS/Mac, Android, Windows atau system
operasi Linux. Quizizz juga dihadirkan dalam bentuk aplikasi pada iOS dan Android,
selain bias diakses menggunakan browser.
(4) Terdapat ribuan kuis yang dipublikasikan, dimana para guru bias menggunakan kuis-kuis
tersebut untuk dilatihkan kepada peserta didiknya. Selain itu, peserta didik juga bias
mencari kuis sendiri.
(5) Quiz Editor, quizizz memiliki editor kuis yang baik. Pengguna dimudahkan untuk
mengunggah gambar atau media lain pada soal yang dibuat, bisa mengambil soal dari
kuis yang dibuat, dan menyimpan soal secara otomatis.
(6) Quiz Report, quizizz memiliki fitur untuk menampilkan laporan hasil mengerjakan kuis.
Laporan ini bisa dicetak dan diteruskan secara langsung melalui email kepada orang tua
peserta didik. Laporan kuis ini disajikan secara terperinci dan menampilkan analisis butir
soal.
Mulyati, S. dan Evendi, H. (2020:66) menyebutkan bahwa quizizz memiliki berbagai
macam karakteristik yang digunakan dalam permainan sepert meme, avatar, tema, dan musik
permainan. Quizizz juga memiliki fitur papan peringkat (leaderboard) yang digunakan untuk
menunjukkan peringkat selama permainan. Fitur-fitur ini membuat peserta didik tertarik dan
termotivasi dalam menyelesaikan soal dengan benar.
Berdasarkan diskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aplikasi quizizz memiliki
fitur yang lengkap dan fleksibel. Hal ini dapat memudahkan peserta didik untuk mengerjakan
H a l a m a n | 57
soal di manapun dan kapanpun. Guru juga diberikan kemudahan untuk membuat kuis dan
mengatur penggunaan kuis. Bahkan, guru dapat langsung mendapatkan hasil analisis soal
yang bias diteruskan atau dikirimkan langsung kepada orang tua peserta didik. Quizizz
merupakan salah satu media evaluasi pembelajaran yang efektif dan efisien digunakan.
Pada quizizz, terdapat 5 jenis pertanyaan interaktif, yaitu pilihan ganda, daftar cek,
isian, polling, dan uraian. Media ini memiliki tampilan desain yang menarik dan interaktif.
Hal ini membuat peserta didik merasa senang ketika mengerjakan evaluasi pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Citra dan Rosy (2020:263) yang menjelaskan bahwa quizizz
memiliki kelebihan yaitu soal-soal yang disajikan memiliki batasan waktu, dalam hal ini
peserta didik diajarkan untuk berpikir secara tepat dan cepat dalam mengerjakan soal yang
ada. Kelebihan lain yang ada pada quizizz adalah jawaban dari soal yang ada akan
ditampilkan dengan warna dan gambar serta terlihat pada komputer guru (sebagai operator)
dan dalam perangkat peserta didik akan berganti secara otomatis sesuai dengan urutan soal
yang disajikan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar tema 3 melalui
media quizizz sebagai aplikasi evaluasi pembelajaran di kelas VIII B MTSN 4 Jombang,
peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut. (1) Media quizizz sebagai aplikasi kegiatan
evaluasi pembelajaran memiliki banyak fitur yang dapat dimanfaatkan guru untuk kegiatan
evaluasi pembelajaran. Fitur yang dimiliki quizizz di antaranya adalah terdapat 5 jenis
pertanyaan interaktif yaitu pilihan ganda, isian, uraian, polling, dan daftar ceklis. Quizizz
dapat dimainkan secara individu maupun kelompok. Aplikasi ini juga dapat dimainkan secara
langsung maupun dapat sebagai tugas/ pekerjaan rumah. Aplikasi quizizz memudahkan guru
untuk melakukan anasilis soal dan jawaban peserta didik, serta dapat mengirimkan hasil
quizizz kepada orang tua peserta didik melalui e-mail. (2) terjadi peningkatan hasil belajar
peserta didik melalui media quizizz sebagai aplikasi kegiatan evaluasi pembelajaran dari
37,00 % meningkat menjadi 63,00% pada siklus pertama. Kemudian, terjadi peningkatan
pada siklus kedua sebesar 88,00% pada pertemuan pertama dan 100% pada pertemuan kedua.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media quizizz sebagai aplikasi kegiatan
evaluasi pembelajaran dinyatakan efektif karena mampu meningkatkan hasil belajar dan
pemahaman materi peserta didik. Selain itu, media quizizz dinyatakan efisien bagi guru dan
peserta didik karena mudah digunakan, lebih hemat dalam penggunaan kertas (paperless),
dan dapat dikerjakan dimana pun dan kapan pun.

Hisbulloh Huda
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
58 | H a l a m a n

Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut:
(1) Dikarenakan kondisi pandemic yang masih berlangsung, maka setiap guru disarankan
menggunakan media pembelajaran daring yang dapat menarik siswa untuk mengikuti
pembelajaran
(2) Pemanfaatan teknologi seperti penggunaan gadget di situasi seperti sekarang ini adalah
suatu keniscayaan. Oleh karena itu guru harus mau belajar untuk mengikuti perkembangan
teknologi yang ada.
(3) media game online quizizz ini merupakan salah satu aplikasi yang tidak hanya dapat
digunakan oleh mata pelajaran Fisika saja, akan tetapi juga dapat digunakan untuk bidang
studi yang lainnya. Oleh karena itu disarankan kepada bapak, Ibu guru bidang studi yang lain
untuk mengadakan penellitian dengan menggunakan aplikasi quizizz ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika


Aditama.

Citra, C.A. dan Rosy, B. 2020. Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Game
Edukasi Quizizz Terhadap Hasil Belajar Teknologi Perkantoran Siswa Kelas X
SMK Ketintang Surabaya. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP).
8(2): 261-272.

Fazriyah, N., Cartono, dan Awangga, RM. 2020. Pelatihan Aplikasi Pembelajaran Quizizz Di
Sekolah Dasar Kota Bandung. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 8(2):
199-204.

Pusparani, Herlina,(2020) Jurnal Pendidikan Dasar : Jurnal Tunas Nusantara P-ISSN : 2656-
3223, E-ISSN : 2746-5675 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2020 : 269-279

Mulyati, S. dan Efendi, H. 2020. Pembelajaran Matematika Melalui Media Game Quizizz ,
GAUSS: Jurnal Pendidikan Matematika. 3(1): 64-73.
H a l a m a n | 59
Noor, S. 2020. Penggunaan Quizizz Dalam Penilaian Pembelajaran Pada Materi Ruang
Lingkup Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.6 SMA 7
Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Hayati. 6(1): 1-7.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Ar Ruzz Media.

Hisbulloh Huda
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 5, No 1, Mei. 2021
BIODATA PENULIS

Said Edy Wibowo


Adalah guru Ekonomi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 5 Bojonegoro,
Email : wibowosaid16@gmail.com

Trisya Widiastutik
Adalah guru Bahasa Indonesia Madrasah Aliyah Negeri 2 Mojokerto, Jalan R.A. Basuni
No. 306 Sooko Mojokerto.
Email : trisyarwidiastutik@gmail.com

Maisaroh
Adalah guru Kimaia Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Mojokerto, Jalan Hasanuddin
No.38 Mojosari-Mojokerto.
Email : Maisaroh999@gmail.com

Nur Abidah
Adalah pengawas menengah pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mojokerto
Jalan R.A. Basuni Nomor 360 Sooko Mojokerto
Email : nurabidahku@gmail.com

Masruroh
Adalah guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Soooko
Email : rsruro0@gmail.com

Hisbulloh Huda
Adalah guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN ) - 4 Jombang,
Jalan KH. Bisri Syansuri Nomor 41 D Jombang
Email : hisbullohh@gmail.com
PETUNJUK PENULISAN DAN KIRIM ARTIKEL
JURNAL SAINTIKA PENDIDIKAN: JURNAL PENDIDIKAN YANG FOKUS
PADA BIDANG SAINS, BAHASA, AGAMA DAN SOSIAL

PETUNJUK UMUM
1. Pendahuluan

Jurnal saintika pendidikan: jurnal pendidikan yang fokus pada bidang sains, bahasa,
agama dan sosial adalah peer-reviewed journal yang mempublikasikan artikel-artikel
ilmiah. Artikel-artikel yang dipublikasikan meliputi hasil-hasil penelitian ilmiah asli
(prioritas utama), artikel ulasan ilmiah yang bersifat baru (tidak prioritas). Jurnal saintika
pendidikan: jurnal pendidikan yang fokus pada bidang sains, bahasa, agama dan sosial
adalah peer-reviewed journal diterbitkan oleh MAN 2 Mojokerto bekerjasama dengan
Kantor Kementerian Agama kabupaten Mojokerto. Jurnal saintika pendidikan: jurnal
pendidikan yang fokus pada bidang sains, bahasa, agama dan sosial adalah peer-reviewed
journal menerima manuskrip atau artikel dalam bidang teknik/rekayasa dari berbagai
kalangan akademisi dan peneliti baik nasional maupun internasional.
Jurnal saintika pendidikan: jurnal pendidikan yang fokus pada bidang sains, bahasa,
agama dan sosial adalah peer-reviewed journal hanya menerima artikel- artikel yang
berasal dari hasil-hasil penelitian asli (prioritas utama), dan artikel ulasan ilmiah yang
bersifat baru (tidak prioritas) (Bekker dkk., 1999; Bezuidenhout dkk., 2009). Keputusan
diterima atau tidaknya suatu artikel ilmiah di jurnal ini menjadi hak dari Dewan Penyunting
berdasarkan atas rekomendasi dari Mitra Bebestari (Bhaktavatsalam & Choudhury, 1995).

2. Penulisan Judul, Nama dan Alamat Penulis


Judul artikel, nama penulis (tanpa gelar akademis), dan alamat afiliasi penulis ditulis
rata tengah pada halaman pertama di bawah judul artikel. Jarak antar baris antara judul
dan nama penulis adalah 2 spasi, sedangkan jarak antara alamat afiliasi penulis dan judul
abstrak adalah 1 spasi. Kata kunci harus dituliskan di bawah teks abstrak, disusun urut
abjad dan dipisahkan oleh tanda titik koma dengan jumlah kata 3-5 kata.

Penulis Penanggungjawab atau Penulis Korespondensi atau Corresponding Author


harus harus diisi disebelah kiri abstrak. Komunikasi tentang revisi artikel dan keputusan
akhir hanya akan dikomunikasikan melalui email Penulis.
Jika penulis lebih dari satu, tuliskan nama-nama penulis dengan dipisahkan oleh
titik-koma (;). Jika nama penulis terdiri dari dua kata, kata pertama penulis (first name)
sebaiknya tidak disingkat. Jika nama penulis hanya terdiri dari satu kata, tuliskan
nama sebenarnya dalam satu kata, namun demikian di versi online (HTML) akan dituliskan
dalam dua kata yang berisi nama yang sama (berulang) untuk keperluan indeksasi
meta data (Camdali & Tunc, 2006; Fridman, 2008).
3. Penulisan Naskah Manuskrip

Naskah manuskrip yang sudah memenuhi petunjuk penulisan Jurnal saintika


pendidikan: jurnal pendidikan yang fokus pada bidang sains, bahasa, agama dan
sosial (dalam format MS Word, sesuai template artikel ini).
 Template dan Petunjuk Penulisan Artikel Penelitian (Lihat di Lampiran)
 Template dan Petunjuk Penulisan Artikel Konseptual (Lihat di Lampiran)

Naskah manuskrip yang ditulis harus mengandung komponen-komponen artikel


ilmiah berikut (sub judul sesuai urutan), yaitu: (a) Judul Artikel, (b) Nama Penulis (tanpa
gelar), (c) Email Penulis, (d) Alamat Afiliasi Penulis, (3) Abstrak dan Kata Kunci, (e)
Pendahuluan, (f) Metode, (g) Hasil dan Pembahasan, (h) Simpulan, dan (i) Daftar Pustaka
(lihat Template).
Kata-kata atau istilah asing digunakan huruf miring (Italic). Sebaiknya hindari
penggunaan istilah asing untuk artikel berbahasa Indonesia. Paragraf baru dimulai 10 mm
dari batas kiri, sedangkan antar paragraf tidak diberi spasi antara. Semua bilangan ditulis
dengan angka arab, kecuali pada awal kalimat.
Tabel dan Gambar diletakkan di dalam kelompok teks sesudah tabel atau gambar
tersebut dirujuk. Setiap gambar harus diberi judul gambar (Figure Caption) di sebelah
bawah gambar tersebut dan bernomor urut angka Arab diikuti dengan judul gambar. Setiap
tabel harus diberi judul tabel (Table Caption) dan bernomor urut angka Arab di sebelah atas
tabel tersebut diikuti dengan judul tabel. Gambar-gambar harus dijamin dapat tercetak
dengan jelas (ukuran font, resolusi dan ukuran garis harus yakin tercetak jelas). Gambar
dan tabel dan diagram/skema sebaiknya diletakkan sesuai kolom diantara kelompok
teks atau jika terlalu besar diletakkan di bagian tengah halaman. Tabel tidak boleh
mengandung garis-garis vertikal, sedangkan garis-garis horisontal diperbolehkan tetapi
hanya yang penting-penting saja.
4. Biaya Penerbitan
Adapun biaya untuk penulis yang berasal dari MAN 2 Mojokerto maupun penulis
dari luar MAN 2 Mojokerto sebesar Rp.100.000,00. Biaya tersebut digunakan untuk proses
Penyuntingan, Penelaahan, Perancangan Tampilan, dan Penerbitan.

PETUNJUK KHUSUS
Judul Artikel: Judul Artikel harus dituliskan secara singkat dan jelas, dan harus
menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak dikemukakan, tidak memberi peluang
penafsiran yang beraneka ragam, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara simetris.
Judul artikel tidak boleh mengandung singkatan kata yang tidak umum digunakan.
Kemukakan terlebih dahulu gagasan utama artikel baru diikuti dengan penjelasan lainnya.

Pendahuluan: Pendahuluan harus berisi (secara berurutan) latar belakang umum, kajian
literatur terdahulu (state of the art) sebagai dasar pernyataan kebaruan ilmiah dari artikel,
pernyataan kebaruan ilmiah, dan permasalahan penelitian atau hipotesis. Di bagian akhir
pendahuluan harus dituliskan tujuan kajian artikel tersebut. Di dalam format artikel ilmiah
tidak diperkenankan adanya tinjauan pustaka sebagaimana di laporan penelitian, tetapi
diwujudkan dalam bentuk kajian literatur terdahulu (state of the art) untuk menunjukkan
kebaruan ilmiah artikel tersebut.

Metode: Bahan dan metode berisi bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian
dan metode yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis..
Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure caption) bukan
menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian
penelitian dituliskan di bagian ini.

Hasil dan Pembahasan: Hasil dan pembahasan berisi hasil-hasil temuan penelitian dan
pembahasannya secara ilmiah. Tuliskan temuan-temuan ilmiah (scientific finding) yang
diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan tetapi harus ditunjang oleh data-
data yang memadai. Temuan ilmiah yang dimaksud di sini adalah bukan data-data hasil
penelitian yang diperoleh. Temuan-temuan ilmiah tersebut harus dijelaskan secara saintifik
meliputi: Apakah temuan ilmiah yang diperoleh? Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa
trend variabel seperti itu? Semua pertanyaan tersebut harus dijelaskan secara saintifik,
tidak hanya deskriptif, bila perlu ditunjang oleh fenomena-fenomena dasar ilmiah yang
memadai. Selain itu, harus dijelaskan juga perbandingannya dengan hasil-hasil para
peneliti lain yang hampir sama topiknya. Hasil-hasil penelitian dan temuan harus bisa
menjawab hipotesis penelitian di bagian pendahuluan.
Simpulan: Simpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian
atau temuan ilmiah yang diperoleh. Simpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan
pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan
atau hipotesis. Bila perlu, di bagian akhir Simpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan
dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut.

Daftar Pustaka: Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam teks artikel harus
didaftarkan di bagian Daftar Pustaka. Daftar Pustaka harus berisi pustaka-pustaka acuan
yang berasal dari sumber primer (jurnal ilmiah dan berjumlah minimum 80% dari
keseluruhan daftar pustaka) diterbitkan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Setiap artikel paling
tidak berisi 10 (sepuluh) daftar pustaka acuan.

Daftar Pustaka: Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam teks artikel harus
didaftarkan di bagian Daftar Pustaka. Daftar Pustaka harus berisi pustaka-pustaka acuan
yang berasal dari sumber primer (jurnal ilmiah dan berjumlah minimum 80% dari
keseluruhan daftar pustaka) diterbitkan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Setiap artikel paling
tidak berisi 10 (sepuluh) daftar pustaka acuan.

Panduan Penulisan Kutipan/Rujukan Dalam Teks Artikel

Setiap mengambil data atau mengutip pernyataan dari pustaka lainnya maka penulis
wajib menuliskan sumber rujukannya. Rujukan atau sitasi ditulis di dalam uraian/teks
dengan cara nama penulis dan tahun (Irwan dan Salim, 1998). Jika penulis lebih dari dua,
maka hanya dituliskan nama penulis pertama diikuti “dkk” atau “et al.” (Bezuidenhout
dkk.,2009; Roeva, 2012). Semua yang dirujuk di dalam teks harus didaftarkan di bagian
Daftar Pustaka, demikian juga sebaliknya, semua yang dituliskan di Daftar Pustaka harus
dirujuk di dalam teks (Wang dkk., 2011).

Panduan Penulisan Daftar Pustaka

Format penulisan yang digunakan di Jurnal saintika pendidikan: jurnal pendidikan yang
fokus pada bidang sains, bahasa, agama dan sosial adalah sesuai dengan format APA 6th
Edition (American Psychological Association).

Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah:


Bekker, J. G., Craig, I. K., & Pistorius, P. C. (1999). Modeling and Simulation of Arc
Furnace Process. ISIJ International, 39 (1), 23–32.

Pustaka yang berupa judul buku:


Fridman, A. (2008). Plasma Chemistry. Cambridge: Cambridge University Press
Pustaka yang berupa Prosiding Seminar:
Roeva, O. (2012). Real-World Applications of Genetic Algorithm. In International
Conference on Chemical and Material Engineering. Semarang, Indonesia: Department of
Chemical Engineering, Diponegoro University.

Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi:


Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid Artificial Neural Network – Genetic Algorithm
for Modelling and Optimization of Dielectric-Barrier Discharge Plasma Reactor. PhD
Thesis. Universiti Teknologi Malaysia.

Pustaka yang berupa patent:


Primack, H.S. (1983). Method of Stabilizing Polyvalent Metal Solutions. US Patent No.
4,373,104
Pustaka yang berupa HandBook:
Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. In Mujumdar, A.S. (Ed.) Handbook of
Industrial Drying. 2nd Ed. New York: Marcel Dekker.

Simpulan
Setiap artikel yang dikirimkan ke jurnal Teknik harus mengikuti petunjuk penulisan ini.
Jika artikel tersebut tidak sesuai dengan panduan ini maka tulisan akan dikembalikan
sebelum ditelaah lebih lanjut.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada segenap Civitas Akademika MAN 2 Mojokerto dan
Kepala Kantor dan seluruh staff Kementerian Agama Kabupaten Mojokerto untuk
keberlangsungan jurnal ini.

Daftar Pustaka

Bekker, J. G., Craig, I. K., & Pistorius, P. C. (1999). Modeling and Simulation of Arc
Furnace Process. ISIJ International, 39(1), 23–32.
Bezuidenhout, J. J., Eksteen, J. J., & Bradshaw, S. M. (2009). Computational fluid dynamic
modelling of an electric furnace used in the smelting of PGM containing concentrates.
Minerals Engineering, 22(11), 995–1006.

Bhaktavatsalam, A. K., & Choudhury, R. (1995). Specific Energy Consumption in The


Steel Industry. Energy, 20(12), 1247–1250.
Camdali, U., & Tunc, M. (2006). Steady State Heat Transfer of Ladle Furnace During
Steel Production Process. Journal of Iron and Steel Research, International, 13(3),
18–20.
Fridman, A. (2008). Plasma Chemistry (p. 978). Cambridge: Cambridge University Press
Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. In Mujumdar, A.S. (Ed.) Handbook of
Industrial Drying (pp.195-248). 2nd Ed. New York: Marcel Dekker
Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid Artificial Neural Network – Genetic Algorithm
for Modelling and Optimization of Dielectric-Barrier Discharge Plasma
Reactor. PhD Thesis. Universiti Teknologi Malaysia
Primack, H.S. (1983). Method of Stabilizing Polyvalent Metal Solutions. US Patent No.
4,373,104
Roeva, O. (2012). Real-World Applications of Genetic Algorithm. In International
Conference on Chemical and Material Engineering (pp. 25–30). Semarang,
Indonesia: Department of Chemical Engineering, Diponegoro University
Wang, Z., Wang, N. H., & Li, T. (2011). Computational analysis of a twin-electrode DC
submerged arc furnace for MgO crystal production. Journal of Materials Processing
Technology, 211(3), 388–395.
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman|| ............... ||2021||
|P-ISSN: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969||

TULIS JUDUL DISINI DENGAN, TIMES NEW ROMAN 14 BOLD DAN


HURUF KAPITAL

Nama Penulis Tanpa Gelar


Email Penulis yang aktif

Afiliasi Lembaga Penulis


Alamat Lembaga Penulis

Article History: Abstrak: Artikel Konseptual, (a) Isu apa yang diperdebatkan,
Dikirim: (b) Teori apa yang digunakan, (c) bagaimana penerapan
............................... teorinya, (d) paparan tentang karakteristik teorinya, dan (e)
implikasi teori untuk dijadikan best practice.
Direvisi:
..........................................

Diterima:
Kata Kunci : 5 – 6 kata atau frase, urutkan abjad
.........................................
Korespondensi Penulis:
phone number / WA

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. D. (1994). Principles of Language Teaching and Learning. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Latief, M. A. (2014). Research Methods om Language Learning: An Introduction. Malang:
UM Press.

First Author
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 1, No 2 , Nov. 2017
SAINTIKA PENDIDIKAN:JURNAL PENDIDIKAN SAINS, BAHASA, AGAMA, DAN SOSIAL
||Volume||5||Nomor||1||Halaman|| 1||2021||
|P-ISSN: 2549-1695|
|ISSN - Online: 2599-0969||
TULIS JUDUL DISINI DENGAN, TIMES NEW ROMAN 14 BOLD DAN
HURUF KAPITAL

Nama Penulis Tanpa Gelar


Email Penulis yang aktif

Afiliasi Lembaga Penulis


Alamat Lembaga Penulis
Article History: Abstract: Artikel Penelitian (a) Topik dan batasan masalah
Dikirim: apa yang ditulis, (b) tujuan penelitian, (c) metode penelitian,
............................... (d) hasil penelitian, dan (e) manfaat penelitian
Direvisi: Kata Kunci: 5 – 6 kata atau frase, urutkan abjad
..........................................
Diterima:
.........................................
Korespondensi Penulis:
phone number / WA

PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Pembahasan

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Brown, H. D. (1994). Principles of Language Teaching and Learning. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Latief, M. A. (2014). Research Methods om Language Learning: An Introduction. Malang:
UM Press.

First Author
Saintika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial Volume 1, No 2, Nov. 2017
Jakarta, 2 Februari 2017

No. : 0005.25491695/JI.3.1/SK.ISSN/2017.02
Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2549-1695

Kepada Yth.,
Penanggung-jawab / Pemimpin Redaksi
“Jurnal Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial”
Madrasah Aliyah Negeri Mojokerto
Jl. R. A. Basuni No. 306 Sooko, Mojokerto
Tel : (0321) 322 468
Fax :
Surat-e : saintikapendidikan@gmail.com

PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
sebagai

Pusat Nasional ISSN (International Standard Serial Number ) untuk Indonesia yang berpusat di Paris, dengan
ini memberikan ISSN (International Standard Serial Number ) kepada terbitan berkala di bawah ini :

Judul : Jurnal Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama,


dan Sosial
ISSN : 2549-1695 (media cetak)
Mulai edisi Vol. 1, No. 1, Mei 2017
Penerbit : Madrasah Aliyah Negeri Mojokerto

Sebagai syarat setelah memperoleh ISSN, penerbit diwajibkan :


1. Mencantumkan ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar
isi terbitan tersebut di atas dengan diawali tulisan ISSN, tanpa titik dua. Mencantumkan kodebar atau
barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang untuk terbitan ilmiah, sedangkan
terbitan non ilmiah/popular di pojok kiri bawah pada halaman kulit muka.
2. Mengirimkan terbitannya minimal 2 (dua) eksemplar setiap nomor terbitan sebagai wajib simpan terbitan
ke PDII LIPI.

3. Pengelola/Penerbit juga wajib mengirimkan berkas digital atau softcopy setiap nomor terbitan dalam
format PDF dalam melalui email isjd.pdiilipi@yahoo.com, baik untuk terbitan tercetak maupun online,
agar dapat dikelola dan diakses melalui Indonesian Scientific Journal Database (ISJD).
4. Apabila judul dan atau sub judul terbitan diganti, pengelola terbitan harus segera melaporkan ke PDII
LIPI untuk mendapatkan ISSN baru.

5. ISSN untuk terbitan tercetak tidak dapat digunakan untuk terbitan online. Demikian pula sebalik nya,
kedua media terbitan tersebut harus didaftarkan ISSN nya secara terpisah.
6. ISSN mulai berlaku sejak tanggal, bulan, dan tahun diberikannya nomor tersebut dan tidak berlaku
mundur. Penerbit atau pengelola terbitan berkala tidak berhak mencantumkan ISSN yang dimaksud
pada terbitan terdahulu.
Kepala Pusat Nasional ISSN,

Dr. Ir. Tri Margono


NIP 196707061991031006
Catatan :
Surat Keputusan ini diproduksi secara elektronik dan tidak membutuhkan tanda-tangan pengesahan. Konfirmasi atas
keabsahan nomor ISSN ini bisa dilakukan dengan melihat kesesuaiannya dengan nomor registrasi 1485231744 di situs
ISSN Online (http://issn.pdii.lipi.go.id ).
Jakarta, 6 Desember 2017

No. : 0005.25990969/JI.3.1/SK.ISSN/2017.12
Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2599-0969

Kepada Yth.,
Penanggung-jawab / Pemimpin Redaksi
“Jurnal Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama, dan Sosial”
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mojokerto
Jl. R. A. Basuni No. 306 Sooko, Mojokerto
Tel : 0321) 322 468
Fax :
Surat-e : saintikapendidikan@gmail.com

PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
sebagai

Pusat Nasional ISSN (International Standard Serial Number ) untuk Indonesia yang berpusat di Paris, dengan
ini memberikan ISSN (International Standard Serial Number ) kepada terbitan berkala di bawah ini :

Judul : Jurnal Saintika Pendidikan : Jurnal Pendidikan Sains, Bahasa, Agama,


dan Sosial
ISSN : 2599-0969 (media online)
Mulai edisi Vol. 1, No. 2, November 2017
Penerbit : Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mo jokerto

Sebagai syarat setelah memperoleh ISSN, penerbit diwajibkan :

1. Mencantumkan ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar
isi terbitan tersebut di atas dengan diawali tulisan ISSN, tanpa titik dua. Mencantumkan kodebar atau
barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang untuk terbitan ilmiah, sedangkan
terbitan non ilmiah/popular di pojok kiri bawah pada halaman kulit muka.
2. Mengirimkan terbitannya minimal 2 (dua) eksemplar setiap nomor terbitan sebagai wajib simpan terbitan
ke PDII LIPI.
3. Pengelola/Penerbit juga wajib mengirimkan berkas digital atau softcopy setiap nomor terbitan dalam
format PDF dalam melalui email isjd.pdiilipi@yahoo.com, baik untuk terbitan tercetak maupun online,
agar dapat dikelola dan diakses melalui Indonesian Scientific Journal Database (ISJD).
4. Apabila judul dan atau sub judul terbitan diganti, pengelola terbitan harus segera melaporkan ke PDII
untuk mendapatkan ISSN baru.

5. ISSN untuk terbitan tercetak tidak dapat digunakan untuk terbitan online. Demikian pula sebalik nya,
kedua media terbitan tersebut harus didaftarkan ISSN nya secara terpisah.
6. ISSN mulai berlaku sejak tanggal, bulan, dan tahun diberikannya nomor tersebut dan tidak berlaku
mundur. Penerbit atau pengelola terbitan berkala tidak berhak mencantumkan ISSN yang dimaksud
pada terbitan terdahulu.
Kepala Pusat Nasional ISSN,
Hendro Subagyo, M.Eng.
NIP 197501231994021001
Catatan :
Surat Keputusan ini diproduksi secara elektronik dan tidak membutuhkan tanda-tangan pengesahan. Konfirmasi atas
keabsahan nomor ISSN ini bisa dilakukan dengan melihat kesesuaiannya dengan nomor registrasi 1511442911 di situs
ISSN Online (http://issn.pdii.lipi.go.id ).

Anda mungkin juga menyukai