Anda di halaman 1dari 186

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayahnyalah kami selaku Tim Edit dapat
menyelesaikan penyusunan buku dengan tepat waktu yang
tentunyadengan arahan Dosen Pengampu Ibu Dr. Nurlaila M.Pd, I.
Sholawat dan salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi
besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang tenuti telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang pada saat
ini.
Buku ini berjudul “Pengelolaan Pembelajaran” yang
berisikan dimulai dari definisi dari Pengelolaan Pembelajaran itu
sampai dengan Teknik-teknik bahkan sampai tujuan dari pengelolaan
pembelajraan itu sendiri. Buku ini diharapkan berguna bagi para
calon tenaga pendidik khusus Guru PAI yang akan turun langsung
dalam proses belajar mengajar, karena terdapat tuntunan atau
metode-metode dalam proses pembelajaran.
Kami sebagai penyusun tentunya menyadari banyak
kekurangan dalam buku ini, baik dari segi isi maupun penulisannya.
Oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya buku ini dapat disajukan lebih baik lagi. Demikian
kami selaku penyusun buku ini mengucapkan terimakasih atas
partisipasinya dalam membaca buku ini, kami akhiri
Wassalamualaikum wr. Wb

Palembang, Desember 2021


iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................... iv

BAB I HAKIKAT PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ......... 1


A. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran .............................. 1
B. Tujuan Pengelolaan Pembelajaran .................................... 2
C. Prinsip Pengelolaan Pengembangan ................................. 3
D. Tahap Pengelolaan Pengembangan .................................. 6
E. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 7
F. Tujuan Pendidikan Islam .................................................. 8
G. Manfaat Pendidikan Islam ................................................ 10
BAB II PENDEKATAN-PENDEKATAN METODE
PEMBELAJARAN ......................................................................... 12
A. Pengertian Pendekatan dalam Pendidikan Islam .............. 12
B. Macam-Macam Pendekatan dalam Pendidikan Agama
Islam ................................................................................. 12
C. Metode Pendekatan dan Macam-macam Metode
Pendekatan PAI ................................................................ 15
BAB III METODE PEMBELAJARAN ....................................... 25
A. Pengertian Metode Pembelajaran ..................................... 25
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Pembelajaran .................................................................... 26
C. Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran ......................... 29
D. Macam-macam Metode Pembelajaran .............................. 29

iv
BAB IV TEKNIK BELAJAR MENGAJAR ................................ 35
A. Pengertian Teknik Belajar Mengajar ................................ 35
B. Manfaat Teknik Belajar Mengajar .................................... 37
C. Karakteristik Teknik Belajar Mengajar dalam K13 .......... 38
D. Macam-macam Teknik Belajar Mengajar ........................ 40
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR MENGAJAR ............................................................... 45
A. Pengertian Belajar............................................................. 45
B. Pengertian Mengajar ......................................................... 46
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar ...... 47
BAB VI TEKNIK-TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN
BALIK ............................................................................................. 52
A. Pengertian Umpan Balik ................................................... 52
B. Tujuan Umpan Balik ........................................................ 52
C. Fungsi Umpan Balik ......................................................... 54
D. Teknik-teknik Mendapatkan Umpan Balik ....................... 55
BAB VII PENGEMBANGAN VARIASI BELAJAR .................. 65
A. Pengertian Pengembangan Variasi Belajar ....................... 65
B. Tujuan Variasi Belajar Mengajar ...................................... 66
C. Prinsip-prinsip dan Kearifan Variasi Belajar .................... 68
D. Komponen Variasi Mengajar ............................................ 70
BAB VIII PENGELOLAAN KELAS ........................................... 73
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas .......... 73
B. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Kelas .............................. 76
C. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas .................................... 78
D. Peran Guru dalam Pengeloaan Kelas ................................ 80

v
E. Pendekatan dalam Strategi Pengelolaan Pembelajaran
dan Penataan Ruang Kelas................................................ 81
BAB IX PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA 94
A. Pengembangan Media....................................................... 94
B. Komponen Pengembangan Media .................................... 96
C. Prosedur Pengembangan Media........................................ 96
D. Manfaat Media .................................................................. 98
E. Pola Pemanfaatan Media .................................................. 99
F. Strategi Pemanfaatan Media ............................................. 101
G. Contoh Pemanfaatan Media Pembelajaran ....................... 103
BAB X DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN ...................... 107
A. Pengertian Desain Strategi Pembelajaran ......................... 107
B. Kedudukan Strategi Pembelajaran .................................... 110
C. Manfaat Desain Strategi Pembelajaran ............................. 112
D. Strategi Pembelajaran Aktif .............................................. 113
E. Kosep Dasar Strategi Pembelajaran .................................. 116
BAB XI REVIEW PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ......... 118
A. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran .............................. 118
B. Hakikat Pengelolaan Pembelajaran .................................. 119
C. Pendekatan-pendekatan Pembelajaran .............................. 119
D. Metode-metode Pembelajaran .......................................... 120
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ............ 121
F. Teknik-teknik Mendapatkan Umpan Balik ....................... 122
G. Pengembangan Variasi Belajar ......................................... 123
H. Pengelolaan Kelas............................................................. 126
I. Pengembangan dan Pemanfaatan Media .......................... 128
J. Desain Strategi Pembelajaran ........................................... 131

vi
BAB XII IMPLEMENTASI MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN PAI ................................................................. 134
A. Model Pembelajaran PAI .................................................. 134
B. Model-model Pembelajaran PAI ...................................... 140
C. Problem dalam Model Pembelajaran PAI......................... 149
D. Solusi yang Ditempuh dalam Model Pembelajaran PAI .. 151
BAB XIII IMPLEMENTASI TEKNIK MENDAPATKAN
UMPAN BALIK ............................................................................. 156
A. Pengertian Implementasi .................................................. 156
B. Pengertian Teknik Umpan Balik....................................... 157
C. Bentuk-bentuk Teknik Umpan Balik ................................ 159
D. Pengaruh Teknik Umpan Balik Terhadap Hasil Belajar ... 161
E. Implementasi Teknik Umpan Balik .................................. 163

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 167

vii
BAB I
HAKIKAT PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PAI

A. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran


Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan
perencanaan, pengorganisasian dan penilaian. Perencanaan
meliputi kegiatan menetapkan Apa yang dicapai, bagaimana
mencapai, waktu dan personil yang diperlukan Ahmad (2004:2)
berpendapat bahwa pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada
satu upaya untuk mengatur (Memanajemeni, mengendalikan)
aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran agar
tercapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali
dengan penentuan strategi dan perencanaan, diakhiri dengan
penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat
dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan
pengajaran lebih lanjut.
Abdul (2008:112) menjelaskan pengelolaan pembelajaran
merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (dalam Abdul, 2008) proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu:
1. Variabel Pertanda ( Presage Variables)
2. Variabel Konteks (Contex Variables)
3. Variabel proses (proses variabel)

1
4. Variabel produk (product variabel).1
B. Tujuan Pengelolaan Pembelajaran
Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur
kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut menunjang
proses pembelajaran, sehingga dapat berjalan dengan lancar,
tertib dan teratur serta dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Adapun tujuan dari pengelolaan pembelajaran ini adalah
sebagai berikut :
1. Menigkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor
peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan) bakat dan minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi,harapan dan memenuhi kebutuhan
peserta didik.
Dengan terpunihinya 3 hal tersebut di atas diharapkan
peserta didik dapat mencapai cita-cita mereka dengan proses
belajar yang memungkinkan tumbuhnya minat dan bakat untuk
kebahagian dan kesejahteraan hidupnya kelak. (Saifuddin, 2014:
57).
Penulis berpendapat bahwa tujuan pengelolaan
pembelajaran adalah upaya agar system pembelajaran dalam
suatu lembaga menjadi terarah dan sistematis untuk tercapainya
tujuan pendidikan.
Kegiatan pengelolan belajar siswa di kelas dimaksudkan
untuk mewujudkan dan menghasilkan tujuan institusional dari

1
Galih Pranowo, Monograf Penelolaan Pembelajaran, Jawa Tengah:
Anggota IKAPI No. 181/JTE/2019, 2019, hlm. 11.
2
program visi dan misi sekolah,dengan harapan mengharapkan
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter,kecakapan dan
keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan
timbale balik dengan linkungan sosial,budaya,dan alam sekitar
serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut calam dunia kerja
atau pendidikan. (Asep Kurniawan,2011: 26)
Gregorio beranggapan bahwa kegagalan atau kesuksesan
pendidikan anak didik di sekolah dapat juga ditentukan oleh
bagai mana kelas itu dikoorganisasikan dan dijalankan.2
C. Prinsip Pengelolaan Pengembangan
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa
dalam rangka membangun makna atau pemahaman karenanya
dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada
siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas yang dimiliknya,
untuk membangun suatu gugusan, pencapaian keberhasilan
belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru
ikut bertanggung jawab untuk menciptakan motivasi yang
mendorong prakarsa motivasi siswa untuk melakukan kegiatan-
kegiatan sepanjang hayat, oleh karena itu, dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus
memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran sebagai
berikut :
1. Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam
dirinya minat (Interest) kemampuan (Ability), kesenagan
(Preference), pengalaman (Experience), dan cara belajar

2
A. C. Gregorio, Princple and Methods of Theaching, Manila: RP
Gercia, 1994, hlm. 420.
3
(Learning Style) yang beda antara siswa yang satu dengan
yang lainnya.
2. Pembalikan makna belajar
Dalam konsep tradisional belajar hanyalah diartikan
penerimaan informasi oleh peserta didik dan sumber belajar
dalam hal ini guru, dalam kurikulum berbasis kompetensi
makna belajar tersebut harus dibalik dimana belajar diartikan
merupakan proses aktivasi dan kegiatan siswa dalam
membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi
atau pengalaman.
3. Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan
aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa akan sangat ideal bila
dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya,
terutama untuk mencari dan menemukan, serta
mempraktekannya sendiri.
4. Mengembngakan kemampuan sosilal kognitip dan emosional
Dalam kegaiatan pemelajar siswa siswa harus dikondisikan
dalam suasana interaksi dengan orang lain seperti antara
siswa dengan guru.
5. Mengembangkan keingintahuan dan fitrah bertahun
Manusia terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang
dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka,
kritis, mandiri, dan kreatif.
6. Mengembangkan pemecahan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan
kepada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan.
7. Mengembangkan kreatifitas siswa
4
Siswa memiliki potensi yang ber berbeda perbedaan itu
terlihat dalam pola pikir daya imajinasi fantasi dan hasil
karyanya karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan
dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi
secara berkesinambungan dalam rangka mengembngakan
kreatifitas siswa.
8. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Agar ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diproduksi manusia dapat
dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada
khususnya. Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini serta tidak gagap
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
9. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik
Dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu diberikan wawasan
nilai-nilai sosial kemasyarakatan, patriotisme dan semangat
cinta tanah air yang dapat membekali siswa agar menjadi
warga Negara yang bertanggung jawab serta memiliki
semangat nasionalisme dan kebangsaan.
10. Belajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat sangat diperlukan karena dunia pada
dasarnya terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan
terutama dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menuntut manusia untuk belajar dan terus belajar agar dapat
mengerti dan memahami serta menguasainya.

5
11. Perpaduan kemandirian dan kerjasama
Kompetisi yang sehat, kerjasama dan solidaritas perlu
dikembangkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
dengan pemberian tugas-tugas individu untuk menumbuhkan
kemandirian dan semangat kompetensi maupun tugas
kelompok untuk menumbuhkan kerjasama dan solidaritas. 3
D. Tahap Pengelolaan Pengembangan
Tahap-tahap pengelolaan pembelajaran terdiri dari :
1. Perencanaan, tahap perencanaan meliputi:
a. Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan
bagaimana cara melakukannya;
b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses
penentuan target;
c. Mengembangkan alternatif-alternatif;
d. Megumpulkan dan menganalisis informasi;
e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana
dan keputusan-keputusan. (Abu Ahmadi-Joko Tri
Prasetya: 32)
2. Pengorganisasian, tahap pengorganisasian meliputi:
a. Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan rencana-rencana
melalui proses penetapan kerja;

3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

Jakarta: Rineka, 1996, Hlm 196

6
b. Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur
organisasi secara teratur;
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme
koordinasi;
d. Memutuskan dan menetapkan metode dan prosedur;
e. Memilih, mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga
kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran.4
E. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Didalam Kurikulum PAI 2004 sebagaimana dikutip oleh
Ramayulis disebutkan bahwa Pendidikan AgamaIslam (PAI)
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam
dari sumber utamanya kitab sucial-qur’an danal-hadits melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik
agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta sebagai pandangan hidup.5
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai usaha sadar, yakni
suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan yang

4
Abdul Majid, perencanaan pembelajaran mengembangkan standar
kompetensi guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002, hlm. 34
5
Avinda Yuda Wati, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner Untuk
Pergutuan Tinggi, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2020, hlm. 3.

7
dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak
dicapai.
Peserta didik yang hendak disiakan untuk mencapai
tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan/ atau dilatih
dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan terhadap ajaran agama islam. Pendidika tau Guru
Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan secara sadar terhadap
peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam (PAI)
diarahkan untuk meningkat kan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran agama islam dari peserta
didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan-kesalehan
atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan
social. Dalamarti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan
mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan
manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesame
muslim) atau yang tidak seagama (hubungan dengan non
muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat
terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathoniyah)
dan bahkan ukhuwah insaniyah (persatuan dan kesatuan antar
sesame manusia).6
F. Tujuan Pendidikan Islam
Didalam GBPP PAI 1994 sebagaimana dikutip oleh
muhaimin disebutkan bahwa secara umum, Pendidikan Agama

6
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, akarta:Kalam Mulia,
2005, hlm.21.
8
Islam (PAI) bertujuan untuk “meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang
agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa tujuan
pendidikan agama Islama dalah sama dengan tujuan Manusia
diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT sebenar-
benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk Manusia
yang bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama, yang menurut istilah
marimba disebut terbentuknya kepribadian muslim.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran
Pendidikan AgamaIslam (PAI), yaitu:
1. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama islam
2. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) sertake
ilmuan peserta didik terhadap ajaran agama islam.
3. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan
peserta didik dalam menjalan kanajaran agama islam.
4. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran islam
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi
oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam
dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati
ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi,
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

9
SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikan nya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.7
G. Manfaat Pendidikan Islam
Manfaat pendidikan Islam adalah menyediakan segala
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam
tercapai dan berjalan dengan lancar.
1. Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan
lancar. Penyedian fasilitas ini mengadung arti dan tujuan
bersifat structural dan institusional. (Muzzayyin Arifin, 2010:
34)
2. Fungsi pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi.
Fungsi ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-
insya’ (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi)
3. Fungsi pendidikan Islam sebagai pewarisan budaya. Tugas ini
sebagai realisasi dari pengertian tarbiyah at-tabligh
(menyampaikan atau transformasi kebudayaan)
4. Fungsi pendidikan sebagai interaksi antara potensi dan
budaya. Interkasi antara potensi dan budaya harus
mendapatkan tempat dalam proses pendidikan, dan jangan
sampai salah satunya ada yang diabaikan. Tanpa interaksi
tersebut, harmonisasi kehidupan akan terhambat.
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut : (Bukhari Umar, 2011: 69-82)

7
Muhaimin,dkk.Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam DiSekolah, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001,
hlm.75-76.

10
1. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat menguubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, keyakinan, pemahaman,
dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia yang seutuhnya.
6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
(Abdul Majid, 2012:15-16)

11
BAB II
PENDEKATAN-PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN
PAI

A. Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam


Pendekatan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
proses, perbuatan, dan cara mendekati serta mempermudah
pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode
berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatan berfungsi
sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami
kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode memiliki
peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-
pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk
memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses
pendidikan, terutama proses belajar mengajar. Pendekatan dalam
pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah
dalam kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai tujuan
pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa menunjukkan
keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan skill yang
dimilikinya.
B. Macam-Macam Pendekatan Dalam Pendidikan Agama Islam
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami
dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
1. pendekatan psikologis yang tekanannya diutamakan pada
dorongan- dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif,
yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya
kognitif (mencipta hal-hal baru), konotatif (daya untuk
berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang

12
menggerakkan daya emosional).8 ketiga daya psikis tersebut
dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan
pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan
kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan
sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral
perkembangannya.
2. pendekatan sosial-kultural ,yang ditekankan pada usaha
pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan
tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan
hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan
berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-
permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplastis
(bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide
kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat
auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada)
3. pendekatan religi,yakni suatu pendekatan yang membawa
keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik
yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif
(mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar
dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada
hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke- Tuhanan. Sikap
yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam
pribadi) dan dieksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di
luar diri pribadinya.

8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1999, hlm. 218
13
4. pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha
pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan
melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian
serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang
dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan
merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong
penghayatan dan pengamalan agama.9
5. pendekatan komparatif, yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan
dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi
dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan
dalam bentuk komparatif studi, baik di bidang hukum agama
maupun juga antara hukum agama itu sendiri, dengan hukum
lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata,
dan lain-lain.
6. pendekatan filosofis, yaitu pendekatan yang berdasarkan
tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian
cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan
memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering
dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional
dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli
filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu beserta aliran
filsafatnya.

9
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesi.
Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hlm.. 219
14
C. Metode Pendekatan & Macam-Macam metode Pendekatan
Pendidikan Agama Islam
1. Metode Dalam Pendidikan Agama Islam
Metode Berasal dari dua perkataan yaitu meta yang
artinya “melalui” dan hodos yang artinya” jalan atau cara”.
Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan. Adapun istilah metodologi berasal dari kata metoda
dan logi. Logi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan
atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai
kata. Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan
alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan
washilah berarti perantara atau mediator.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi
pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam
memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.10 Dalam
penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami
adalah bagaimana seseorang pendidik dapat memahami
hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Islam yaitu terbentuknya ilmu pendidikan islam.
Pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia
mengabdi kepada Allah swt. Tujuan diadakan metode adalah
menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam
lebih berdaya dan berhasil guna menimbulkan kesadaran

10
Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung : CV. Pustaka Setia,
1997), hlm. 99
15
peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam
melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar
peserta didik secara mantab.
Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode
pandidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar,
memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar
berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam
kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta
didik. Di samping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan
bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi
pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara
pendidik dan peserta didik.
Metode pembelajaran yaitu suatu cara penyampaian
bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
fungsinya adalah menentukan berhasil tidaknya suatu proses
belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam
suatu sistem pengajaran. Oleh karena itu, metode harus sesuai
dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi
lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung.
2. Macam-Macam Metode Dalam Pendidikan Islam
Pada dasarnya metode pendidikan Islam sangat efektif
dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi
mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan
ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk
menerima petunjuk ilahi dan konsep-konsep pendekatan
Islam. Selain itu, metode pendidikan Islam akan mampu
menempatkan manusia diatas. luasnya permukaan bumi dan

16
dalam masa yang tidak demikian kepada penghuni bumi
lainnya.11
Metode dalam pendidikan Islam meliputi :
a. metode dialog Qur’ani dan nabawi, adalah pendidikan
dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh
Al Qur’an dan hadits-hadits nabi. Metode ini, disebut pula
metode khiwar yang meliputi dialog khitabi dan ta’abudi
(bertanya dan lalu menjawab) dialog deskriftif dan dialog
naratif (menggambarkan lalu mencermati), dialog
argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan), dan
dialog nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu
beriman). Untuk yang terkhir ini, dialog Nabawi sering
dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu
kepada Rosulullah.
b. metode kisah qur’ani dan nabawi metode kisah disebut
juga metode cerita yakni cara mendidik dengan
mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan
menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam,
yakin Al-qur’an dan Hadits. Pentingnya metode kisah
diterapkan dalam dunia pendidikan karena dengan metode
ini, akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta
didik, dalam artian bahwa dengan mengemukakan kisah-
kisah nabi kepada peserta didik, mereka secara psikologis
terdorong untuk menjadikan nabi-nabi tersebut sebagai
uswah (suri tauladan).Kisah-kisah dalam Al-qur’an dan

11
Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung : CV. Pustaka Setia,
1997), hlm. 100
17
Hadits, secara umum bertujuan untuk memberikan
pengajaran terutama kepada orang-orang yang mau
menggunakan akalnya. Relevansi antara cerita Qur’ani
dengan metode penyampaian cerita dalam lingkungan
pendidikan ini sangat tinggi. Metode ini merupakan suatu
bentuk teknik penyampaian informasi dan instruksi yang
amat bernilai, dan seorang pendidik harus dapat
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.
memanfaatkan potensi kisah bagi pembentukan sikap
yang merupakan bagian esensial pendidikan Qur’ani dan
Nabawi.
c. metode perumpamaan Metode ini, disebut pula metode
“amsal” yakni cara mendidik dengan memberikan
perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu
konsep.perumpamaan yang diungkapkan Al-qur’an
memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh
kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
d. metode keteladanan Metode ini, disebut juga metode
meniru yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran
dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang
baik kepada anak didik. Dalam Al-qur’an, kata teladan
diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian
diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang
berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah
suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara
pendidik memberikan contoh teladanan yang baik kepada
anak didik agar ditiru dan dilaksanakan. Dengan demikian
metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan
18
akhlak al-mahmudah kepada peserta didik. Seperti pada
Surah Q.S Al-Ahzab ayat 21Artinya : Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.12
e. metode ibrah dan mau’izhah Metode ini disebut juga
metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan
pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi.
Metode Ibrah atau mau’zhah (nasehat) sangat efektif
dalam pembentukan anak didik terhadap hakekat sesuatu,
serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak
mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Menurut Al-qur’an, metode nasehat hanya diberikan
kepada mereka yang melanggar peraturan dalam arti
ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka
seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih
melaksanakannnya. Pernyataan ini menunjukkan adanya
dasar psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya
kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada
pribadi tertentu.
f. metode targhib dan tarhib Metode ini, disebut pula metode
“ancaman” dan atau “intimidasi” yakni suatu metode
pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik
memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan

12
Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung : CV. Pustaka Setia,
1997), hlm. 102
19
peserta didik. Istilah targhib dan tarhib dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah berarti ancaman atau intimidasi melalui
hukuman yang disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah
dan Rosulnya. Jadi, juga dapat diartikan sebagai ancaman
Allah melalui penonjolan salah satu sifat keagungan dan
kekuatan illahiyah agar mereka (peserta didik) teringat
untuk tidak melakukan kesalahan.13
Sedangkan metode pengajaran dalam pendidikan Islam
meliputi :
a. metode ceramah metode ceramah yaitu suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas.
Peran seorang murid disini sebagai penerima pesan,
mendengar, memperhatikan, dan mencatat keterangan-
keterangan guru. Metode ini layak dipakai guru bila pesan
yang disampaikan berupa informasi, jumlah siswa terlalu
banyak, dan guru adalah seorang pembicara yang baik.
b. metode diskusi metode diskusi adalah suatu proses yang
melibatkan dua individu atau lebih, berinteraksi secara
verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi,
saling mempertahankan pendapat dan memecahkan
sebuah masalah tertentu. Sebagaimana firman Allah di
Surah An-Nahl: 125 Artinya : “Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui

13
H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2005), Edisi Baru, hlm. 144
20
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat
petunjuk.” (An-Nahl: 125)
c. metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran dengan
cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab
atau penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat
juga dari murid kepada guru.
d. metode pembiasaan yaitu sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan agama
Islam.
e. metode keteladanan yaitu hal-hal yang dapat ditiru atau di
contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan
yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat
dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan
yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-
Al- Qur'an.
f. metode pemberian ganjaran yaitu pemberian ganjaran
yang baik terhadap perilaku baik anak didik. Macam-
macam ganjaran: pujian yang indah, imbalan
materi/hadiah, doa, tanda penghargaan, wasiat pada orang
tua.
g. metode pemberian hukuman metode ini kebalikan dari
metode pemberian ganjaran yang mana kelebihan dan
kekuragannya hampir sama.

21
h. metode sorogan Inti metode ini adalah berlangsungnya
proses belajar mengajar secara face to face, antara guru
dan murid.
i. metode bandongan menurut Zamar Khasy Dhofier, yaitu
sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang
membaca, menerangkan dan sering kali mengulas buku-
buku Islam dalam bahasa Arab.
j. metode mudzakarah yaitu suatu cara yang digunakan
dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan jalan
mengadakan pertemuan ilmiah yang secara khusus
membahas persoalan yang bersifat keagamaan, nama
lainnya majmaal al-buhust. Mudzakarah dibedakan
menjadi 2, yaitu:14
1) Mudzakarah yang diselenggarakan oleh sesama santri
untuk membahas suatu masalah,
2) Mudzakarah yang dipimpin oleh seorang kyai, dimana
hasil mudzakarah diajukan untuk dibahas dan dinilai
dalam suatu seminar.
k. metode kisah Yaitu suatu cara dalam menyampaikan suatu
materi pelajaran dengan menuturkan materi pelajaran
secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu
hal yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan belaka.
Metode kisah didunia pendidikan yang tidak diragukan
kebenarannya adalah “Qur'ani dan kisah Nabi”.

14
H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2005), Edisi Baru hlm. 146
22
l. metode pemberian tugas Dimana guru memberikan
sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk
mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk
mempertanggung jawabkannya. Tugas yang diberikan
oleh guru biasa berbentuk memperbaiki, memperdalam,
mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran.
m. metode karya wisata yaitu suatu metode mengajar dimana
siswa dan guru pergi meninggakan sekolah menuju suatu
tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal-hal
tertentu.
n. metode eksperimen menurut Zakiyah Daradjat, metode
percobaan yang biasanya dilakukan dalam mata pelajaran
tertentu. Sedangkan menurut Departemen Agama yaitu
praktek pengajaran yang melibatkan anak didik pada
pekerjan akademis, pelatihan dan pemecahan masalah.
o. metode latihan menurut zuhairini,yaitu suatu metode
dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik
terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan atau biasa
disebut dengan ulangan.15
p. metode sosio-drama Yaitu suatu metode mengajar dimana
guru memberikan kesempatan kepada murid untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu, seperti
yang terdapat dalam masyarakat sosial. Tujuannya adalah
agar siswa menghayati dan menghargai perasaan orang

15
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta :
Ciputat Press, 2002), hlm. 41
23
lain, membagi tanggung jawab dalam kelompok,
merangsang siswa berpikir dan memecahkan masalah.
q. metode simulasi Yaitu penekanan dalam metode simulasi
adalah pada kemampuan siswa untuk berimitasi sesuai
dengan objek yang diperankan. Dan pada titik finalnya
siswa mampu untuk mendapatkan kecakapan bersikap dan
bertindak sesuai dengan situasi yang sebenarnya.
r. metode kerja lapangan yaitu suatu cara mengajar yang
bertujuan memberikan pengalaman kerja nyata bagi anak
didik diluar kelas (dimana saja bisa).
s. metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada
siswa. Dapat digunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran fikih. Langkah-langkah penerapan metode
demonstrasi: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
t. metode kerja kelompok istilah kerja kelompok
mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas
dibagi kedalam beberapa kelompok besar maupun kecil
yang didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan
bersama.16

16
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta :
Ciputat Press, 2002), hlm. 43
24
BAB III
METODE-METODE PEMBELAJARAN DAN MENGAJAR

A. Pengertian Metode Pembelajaran


Metode berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos
berarti jalan. jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam, metode berarti cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai
suatu maksud.
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks,
sehingga sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang
baik. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah
ke arah yang lebih baik. Metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara
kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.17

17
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 175.
25
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode
menunjukkan cara yang digunakan guru untuk mengarahkan
peserta didik kepada tujuan yang akan dicapai.18
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Alquran dan hadis melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.19
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah suatu cara
yang ditempuh oleh pendidik untuk menyampaikan materi
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem atau
cara pembelajaran yang memiliki tujuan yaitu agar peserta didik
dapat memahami pelajaran PAI dengan baik.
B. Faktor- faktor yang Memengaruhi Pemilihan Metode
Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari
cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi
yang dihadapi. Metode-metode yang digunakan haruslah

18
Pupu Saeful Rahmat, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Scopindo
Media Pustaka, 2019), hlm. 16.
19
Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media, 2019), hlm. 7.
26
bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namum
metode yang bervariasi ini tidak akan menguntungkan bila tidak
sesuai dengan situasinya. Baik tidaknya suatu metode
pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran antara lain:
1. Siswa atau Peserta Didik
Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang
kompleks untuk sangat berbeda, dan keduanya berkaitan
dengan peningkatan kemampuan berpikir dan berperilaku
peserta didik pada setiap jenjang nya.20
2. Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai
Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang dituju dari
setiap kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat mempengaruhi
penyeleksian metode yang harus digunakan. Metode yang
dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan yang
hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
3. Faktor Materi Pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu
memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan
suatu materi pembelajaran.21
4. Situasi Belajar Mengajar
Guru harus memilih metode mengajar yang sesuai
dengan situasi yang diciptakan. di waktu lain, sesuai dengan

20
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa..., hlm. 177.
21
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa..., hlm. 178.
27
sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan
maka guru menciptakan lingkungan belajar secara
berkelompok. Jadi situasi yang diciptakan mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar.
5. Fasilitas Belajar Mengajar
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah
kelengkapan yang menunjang belajar anak di sekolah.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi
pemilihan metode mengajar.
6. Faktor Alokasi Waktu Pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus
memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar
yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung
secara terperinci.22
7. Guru
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi
kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis
metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan
metode. Apa lagi belum memiliki pengalaman mengajar yang
memadai. Tetapi ada juga yang tepat memilikinya namun
dalam pelaksanaannya menemui kendala disebabkan lebih
kecil yang kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas
metode yang digunakan.23

22
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa..., hlm. 179.
23
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa..., hlm. 180.
28
C. Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran
Kriteria pemilihan metode pembelajaran yaitu:
1. Sifat (karakter) guru
2. Tingkat perkembangan intelektual dan sosial anak
3. Fasilitas sekolah yang tersedia
4. Tingkat kemampuan guru
5. Sifat dan tujuan materi pelajaran
6. Waktu pembelajaran
7. Suasana Kelas
8. Konteks domain tujuan pembelajaran24
D. Macam-macam Metode Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, metode merupakan salah satu
aspek yang memiliki pengaruh yang penting dalam rangka
transfer ilmu pengetahuan dari seseorang guru dalam berinteraksi
dengan peserta didik. Metode pembelajaran merupakan salah satu
persyaratan dalam menentukan keberhasilan seorang pendidik.
Karena keberhasilan atau kegagalan seorang pendidik dalam
menjalankan pembelajaran banyak ditentukan oleh kecakapannya
adalah memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
seringkali dijumpai seorang pendidik memiliki pengetahuan yang
luas terhadap materi yang diajarkan, akan tetapi tidak berhasil
dalam mendidik. Di sini terlihat betapa pentingnya penguasaan
metode pembelajaran bagi seorang pendidik.25
Perlu diperhatikan oleh pendidik bahwa dalam
menentukan metode pembelajaran, hendaknya tidak terlepas dari

24
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa..., hlm. 180.
25
Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Makassar: Alauddin
University Press, 2012), hlm. 30.
29
tugas utama metode Pendidikan Agama Islam, yaitu mengadakan
aplikasi prinsip prinsip psikologis dan pedagogis sebagai
kegiatan pembelajaran terkait hubungan pendidikan dan
realisasinya melalui penyampaian keterangan atau pengetahuan
agar peserta didik mengetahui, memahami menghayati, dan
meyakini materi yang diterima, mampu meningkatkan olah pikir
dan dzikir, mampu membuat perubahan dalam sikap dan minat
serta memenuhi nilai dan norma.26
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya
mengatakan bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-
masing, baik mengenai kebaikan kebaikannya maupun
menetapkan mengenai kelemahan-kelemahannya. Guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi
dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat
masing-masing metode tersebut.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada dasarnya sama dengan metode pada
pembelajaran umum, antara lain:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah atau pidato dapat dipandang sebagai
suatu cara penyampaian materi pembelajaran melalui
penuturan.27 Metode ceramah dikenal sebagai metode
tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Metode ceramah banyak

26
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 168.
27
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2007), hlm. 98.
30
menuntut keaktifan guru daripada peserta didik, tetapi metode
ini masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah yang digunakan untuk
mengefektifkan metode ceramah yaitu guru menyelidiki
apakah materi pelajaran cocok untuk diceramahkan, atau
mungkin pelajaran itu cocok apabila digabungkan dengan
metode tanya jawab dan sebagainya.
2. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode demonstrasi adalah cara penyajian materi
pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan
kepada peserta didik suatu proses, situasi ataubenda tertentu
yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruan
disertai dengan penjelasan lisan.28
Dr. Zakiah Daradjat dkk, mengemukakan bahwa
metode demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
atau untuk memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik. Sedangkan metode eksperimen adalah
percobaan atau dengan kata lain cara belajar di mana peserta
didik secara aktif mengadakan percobaan-percobaan.29
Kedua metode ini digunakan bila peserta didik
bermaksud mengetahui bagaimana proses mengaturnya,
bagaimana proses membuatnya, bagaimana proses

28
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 90.
29
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hlm. 106.
31
bekerjanya, proses menggunakannya, mengetahui
30
kebenarannya terdiri dari apa.
3. Metode tanya jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian bahan
pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab
siswa, pada metode ini dapat dikembangkan keterampilan
atau kemampuan mengamati, menginterpretasikan,
mengklarifikasi, menarik kesimpulan rumah menerapkan dan
mengomunikasikan.31
4. Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah cara penyajian pelajaran di
mana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang
bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.32
5. Metode Resitasi (Penugasan)
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian
bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan dapat
dilaksanakan oleh peserta didik di dalam kelas, di halaman
sekolah, di laboratorium, di perpustakaan maupun di rumah
atau di tempat lain yang memungkinkan peserta didik dapat
menyelesaikan tugas tersebut.33

30
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, h. 94.
31
Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 197.
32
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar...,
hlm. 87.
33
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar..., hlm. 90.
32
6. Metode Projek
Kerja project atau unit adalah cara penyajian materi
pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah,
kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.34
Cara ini sangat baik untuk mengembangkan jiwa
gotong royong, jiwa sosial, kesabaran, dan kerjasama bagi
peserta didik sebagaimana yang diajarkan dalam Pendidikan
Agama Islam.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah cara pembelajaran yang
dilakukan dengan mengajak peserta didik ke suatu tempat
atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu yang ada hubungannya dengan materi
pembelajaran.35
8. Metode Drill
Metode Dril merupakan metode latihan yakni suatu
metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan
secara berulang kepada peserta didik dan mengajaknya
langsung ke tempat latihan keterampilan untuk melihat proses
tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat dari sesuatu. Metode
latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau
pola otomatis pada peserta didik.36

34
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar...,
hlm. 83.
35
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar...,
hlm. 93.
36
Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di Kelas,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), hlm. 54.
33
Ciri khas dari metode ini ialah kegiatan yang berupa
pengulangan yang berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus
dan respon menjadi sangat kuat atau tidak mudah dilupakan.
Dengan demikian terbentuklah keterampilan yang setiap saat
siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.
9. Metode Ekspositori
Metode Ekspositori adalah metode pembelajaran yang
digunakan dengan terlebih dahulu memberikan keterangan
definisi prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi tanya jawab dan penugasan. Siswa
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat,
penggunaan metode ekspositori merupakan metode
pembelajaran yang mengarah pada penyampaian isi pelajaran
kepada siswa secara langsung.37
Metode ekspositori sebenarnya merupakan kombinasi
dari metode ceramah, tanya jawab dan penugasan dan metode
ini cenderung memperlihatkan guru yang lebih aktif
dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap tidak perlu lagi
menemukan fakta, konsep atau prinsip karena telah dijelaskan
oleh guru. Metode ini sering dianalogikan dengan metode
ceramah karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

37
Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di
Kelas..., hlm. 54.
34
BAB IV
TEKNIK BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Teknik Belajar Mengajar


Teknik belajar mengajar dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada
kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik
meskipun dalam koridor metode yang sama.38
Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B.
Uno bahwa teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan
oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai.39 Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia, teknik diartikan sebagai metode atau sistem
mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan seni.40
Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu
rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan

38
Abdul Majid, Belajar dan Mengajar Pendidikan Agama Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 133.
39
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 2.
40
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2002, hlm. 158.
35
potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi (pengajaran). Dengan kata lain, teknik pembelajaran
merupakan suatu rencana bagaimana melaksanakan tugas belajar
mengajar yang telah diidentifikasikan (hasil analisis) sehingga
tugas tersebut dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 41
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
teknik belajar mengajar merupakan suatu proses pembelajaran
yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara,
tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Sains, dengan menampilkan
teknik teknik pembelajaran kolaboratif group grid.
Adapun yang termasuk teknik yang baik apabila
memenuhi syarat berikut ini.
1. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
2. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
3. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berekspresi yang
kreatif dari kepribadian siswa.
4. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
merangsang keinginan dan dapat memotivasi siswa untuk
belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi
(pembaharuan).

41
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester,
Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hlm. 90.
36
5. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
meniadakan penyajian yang bersifat verbalistik dan
menggantinya, dengan pengalaman atau situasi nyata dan
bertujuan.
7. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap
utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara belajar yang
baik dalam kehidupan sehari-hari.
8. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat
membimbing siswa agar dapat atau mampu bertanggung
jawab sendiri.42
B. Manfaat Teknik Belajar Mengajar
Teknik belajar mengajar setidaknya memiliki enam
manfaat, baik yang mengarah pada siswa maupun pada guru.
Enam manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran, dengan cara
mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara lebih baik, serta mengurangi
beban guru dalam menyajikan informasi sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku

42
Nurul Kusnah, Teknik Pembelajaran Mutakhir: Solusi Pembelajaran K-
13, Nganjuk: CV Pustaka Ilalang Group, 2018, hlm. 11-12.
37
dan tradisional serta memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran,
dengan cara perancangan program pembelajaran yang lebih
sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.
4. Memantapkan pembelajaran, dengan cara meningkatkan
kemampuan sumber belajar, penyajian informasi dan bahan
secara lebih kongkret.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit dan
memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas
dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas
geografis.43
C. Karakteristik Teknik Belajar Mengajar dalam Kurikulum
2013
Secara umum, kurikulum 2013 memiliki karakteristik
sebagai berikut (termasuk karakteristik penerapan teknik
pembelajarannya).
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas,
dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran.

43
Nurul Kusnah, Teknik Pembelajaran Mutakhir: Solusi Pembelajaran K-
13..., hlm. 13-14.
38
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan
untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTs.,
SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan
dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang
pendidikan menengah berimbang antara sikap dan
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing
elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif saling memperkuat dan memperkaya
antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu
tema. Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau
mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan
dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

39
9. Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas
pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran
ekstrakurikuler.
10. Penerapan teknik pembelajaran harus mempertimbangkan
karakteristik KI dan KD, siswa, serta sarana dan prasarana
sekolah.
11. Prinsip penerapan teknik pembelajaran berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach).44
D. Macam-macam Teknik Belajar Mengajar
1. Teknik Diskusi
Teknik Diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di
dalam diskusi ini terdapat proses interaksi antara dua atau
lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi
juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar
saja.45
Teknik ini memiliki keunggulan seperti:
a. Kelas di bagi menjadi beberapa kelompok.
b. Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.
c. Dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan
dan kesatuan.
d. Rasa sosial mereka dapat dikembangkan.
e. Memberi kemungkinan untuk menggemukakan pendapat.
f. Menghayati kepemimpinan bersama.

44
Nurul Kusnah, Teknik Pembelajaran Mutakhir: Solusi Pembelajaran K-
13..., hlm. 14-17.
45
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008,
hlm. 5-7.
40
Namun demikian teknik ini juga memiliki
kelemahannya seperti:
a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari
berbagai sudut pandang bagi masalah yang akan
dipecahkan.
b. Dalam diskusi dikendaki pembuktian yang logis, yang
tidak terlepas dari fakta-fakta.
c. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
d. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
e. Mungkin dikuasi orang-orang suka berbicara.
2. Kerja kelompok
Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar,
yaitu suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas
dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima sampai
tujuh orang siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh
guru. Adapun pengelompokkan itu didasarkan pada: 46
a. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
b. Kemampuan belajar siswa.
c. Minat khusus.
d. Memperbesar partisipasi siswa.
e. Pembagian tugas atau pekerjaan.
f. Kerja sama yang efektif.

46
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm.15.
41
3. Teknik Eksperimen
Karna kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
maka segala sesuatu memerlukan eksperimen. Begitu juga
dalam mengajar guru di kelas digunakannya teknik
eksperimen. Teknik ini salah satu cara mengajar dimana
siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal,
mengamati prosesnya, menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini bertujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri.47
4. Teknik Demonstrasi
Teknik lain yang hampir sama atau sejenis dengan
eksperimen ialah demontrasi. Tetapi teknik ini tidak
melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang
dikerjakan oleh guru. Jadi demontrasi adalah cara mengajar
dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan dan
memperlihatkan suatu proses merebus air sampai mendidih
100 C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati, mendengar, dan merasakan proses yang
48
ditunjukan oleh guru tersebut. Dengan teknik demonstrasi,
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih
berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Siswa dapat mengamati dan

47
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 80.
48
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 83.
42
memperhatikan apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran
berlangsung.
5. Teknik Simulasi
Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak
dilaksanakan sehingga siswa bisa berperan seperti orang-
orang atau dalam keadaan yang dikehendaki. Simulasi adalah
tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksudkan, agar orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi
siswa itu berlatih memegang peranan sebagai yang lain.
Seperti sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role
playing.49
Contohnya siswa melatih mengajar di depan kelas,
berperan sebagai guru. Dalam pengajaran konpeksi, siswa
berperan sebagai penggunting bahan, penjahit, penyetrika,
pengelola keuangan dan sebagainya, mereka sedang
memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi
pakaian.
6. Teknik Inquiri
Inquiri adalah istilah dalam bahasa inggris ini
merupakan teknik atau cara yang digunakan guru mengajar di
depan kelas. Adapun cara pelaksanaanya sebagai berikut:
guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah. Siswa di bagi
menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian
mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di
dalam kelompok. Setelah itu hasil kerja mereka dan

49
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 22.
43
kelompok di diskusikan, kemudian dibuat laporan yang
tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan kerja kelompok
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara
luas.50

50
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 75.
44
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
MENGAJAR

A. Pengertian Belajar
Kata belajar tidak asing lagi bagi kita, barangkali sudah
ribuan kali kita mendengarnya, mungkin kata itu mendatangkan
nuansa kegembiraan.51 Belajar menunjukkan aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang disadari atau disengaja. Aktivitas
ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan aspek
mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya.
Dengan demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan
belajar dikatakan baik apabila intensitas keaktifan jasmani
maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun
seseorang dikatakan belajar, namun jika keaktifan jasmaniah dan
mentalnya rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak secara
nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan
belajar.Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu
dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah obyek-
obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh
pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman
atau pengetahuan baru mau pun sesuatu yang pernah diperoleh
atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian
kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi.52 Belajar merupakan kegiatan yang

51
MohSuardi, Belajar&Pembelajaran (Deepublish, 2018).
Aprida Pane dan Muhammad DarwisDasopang, “BELAJAR DAN
52

PEMBELAJARAN,” FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-IlmuKeislaman 3, no. 2 (30


Desember 2017): 333–52, https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945.
45
dilakukan secara sengaja menuju kepada perubahan perilaku
melalui kegiatan mengamati, membaca, meniru, mencoba,
mendengar dan mengikuti arah tertentu.53
B. Pengertian Mengajar
Pada prinsipnya mengajar adalah upaya untuk
menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung
dan untuk mempromosikan proses pembelajaran. Jika belajar
dikatakan dimiliki oleh siswa, mengajar adalah kegiatan guru.
Pelajaran member pengetahuan kepada setiap siswa. Menurut
pemahaman ini, Hal ini berarti bahwa tujuan belajar siswa
hanyalah untuk memperoleh atau menguasai pengetahuan.
Konsekuensi dari pemahaman ini dapat menyebabkan anak
cenderung pasif karena hanya menerima informasi atau
pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Mengajar adalah
penyerahan kebudayaan berupa pengalaman, keterampilan
kepada siswa kita atau upaya untuk mewariskan budaya
masyarakat kepada generasi berikutnya. Dari definisi di atas, kita
dapat melihat bahwa kegiatannya ada pada guru, sementara siswa
hanya mendengar dan menerima apa yang diajarkan guru. Siswa
tidak secara aktif menentukan apa yang diserahkan kepada
mereka dan apa yang nantinya bermanfaat bagi kehidupan
mereka. Siswa pasti akan menerima begitu saja, dia hanya
percaya bahwa apa yang dikatakan guru tidak dikritik dan tidak
secara aktif berpartisipasi dalam menentukan apa yang dia terima

53
Saifudin Mahmud dan Muhammad Idham, Strategi Belajar-Mengajar
(Syiah Kuala University Press, 2017).
46
karena dia yakin apa yang diajarkan guru itu adalah kebenaran.54
Dalam kegiatan pembelajaran dikelas terdapat beberapa istilah
tentang cara mengajar seperti model, strategi, pendekatan,
metode atau teknik pembalajaran.55
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar
Menurut Syah (2004:144), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
1. Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Dalyono (2007:55-60) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:
1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
a. Kesehatan.
b. Intelegensi dan bakat.
c. Minat dan motivasi.
d. Cara belajar.

54
“PengertianMengajar (Pengertian Lama dan Baru) dan TujuanMengajar,”
Berpendidikan.Com, 5 Februari 2020,
https://www.berpendidikan.com/2020/02/pengertian-mengajar.html.
55
RahmahJohar& Latifah Hanum, Strategi BelajarMengajar (Deepublish,
2016).
47
2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri)
a. Keluarga.
b. Sekolah.
c. Masyarakat.
d. Lingkungan sekitar.
Menurut Djaali (2008:1010), ada banyak faktor yang
mempengaruhi belajar antara lain:
1. Motivasi.
2. Sikap.
3. Minat.
4. Kebiasaan belajar.
5. Konsep diri.
Ngalim Purwanto (2004:102) dalam bukunya Psikologi
Pendidikan mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar, dibedakan menjadi dua golongan:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri atau yang
kita sebut dengan faktor individual. Yang termasuk faktor
individual antara lain factor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan factor pribadi.
2. Faktor yang ada diluar individu atau yang kita sebut factor
sosial. Yang termasuk factor social antara lain: factor
keluarga (rumahtangga), guru dan cara mengajarnya, alat-alat
yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang
bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
ekstrinsik (factor eksternal), biasanya cenderung mengambil
48
pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berintell egensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya
(factor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar
yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi,
karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa
yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.56
Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan
bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru mampu mendidik dan
menumbuhkan kedewasaan siswa. Guru mampu mengajar
dengan mengatur dan menciptakan kondisi lingkungan sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Membimbing
adalah usaha yang dilakukan guru untuk mengantarkan siswa
kearah kedewasaan baik secara jasmani atau rohani. Selain
membimbing,guru juga diharapkan mampu mengarahkan,
melatih serta mengevaluasi siswa (peserta didik).
Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat
memainkan peranan penting terutama dalam membantu peserta
didik untuk membangun sikap positif, membangkitkan rasa ingin
tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual,

56
Ahmad Syarifuddin, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,” Ta’dib: Jurnal Pendidikan
Islam 16, no. 01 (2011): 113–36, https://doi.org/10.19109/td.v16i01.57.
49
serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2008 mengatur tentang Guru bahwa salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik,
yakni kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang di
dalamnya antara lain perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan evaluasi hasil
belajar. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi merupakan
kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru. Dengan perencanaan
yang baik diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung
sesuai dengan perencanaan yang sudah disiapkan. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur.Menurut
Permendiknas nomor 16 tahun 2007 ada 4 kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru meliputi:
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian.
3. Kompetensi sosial.
4. kompetensi professional.
Kompetensi Pedagogik meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kompetensi social merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
50
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi professional
merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.57

57
Indri Anugraheni, “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Belajar Guru-Guru Sekolah Dasar,” Kelola: JurnalManajemen Pendidikan 4, no. 2
(15 Desember 2017): 205–12, https://doi.org/10.24246/j.jk.2017.v4.i2.p205-212.
51
BAB VI
TEKNIK – TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK

A. Pengertian Umpan Balik


Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh
dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki
atau meningkatkan pencapaian atau hasil belajarnya.58
Umpan balik tidak akan membantu belajar jika siswa tidak
mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum
mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit
atau sama sekali tidak mengerti isi pelajaran pada waktu tes itu
disajikan. Hal ini menunjukan pentingnya memeriksa tes siswa
dan memperbaiki kesalahannya. Umpan balik dalam kajian ini
adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya
jawaban siswa atas soal atau pertanyaan yang diberikan, disertai
dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan.
Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui
sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta
dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain
sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu
sendiri.59
Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat
mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai
oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas
berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok

58
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT
Grasindo, 1991), hlm 148.
59
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2000), hlm 208.
52
maupun perorangan mengenai kemampuannya sehingga dapat
melatih suatu ketrampilan.
Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas
pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan terlebih
jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas (mastery
learning) yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan
yang dirumuskan secara maksimal.60
B. Tujuan Umpan Balik
Pengajar perlu mengetahui sejauhmana bahan yang telah
dijelaskan dapat dimengerti murid, karena disinilah tergantung
apakah ia dapat melanjutkan pelajaran dengan bahan berikutnya.
Bila murid belum mengerti bagian tertentu, pengajar harus
mengulang lagi penjelasannya. Umpan balik tidak sama dengan
penilaian. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari informasi
sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas.
Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya
dengan cara:
1. Lewat informasi sederhana dari murid melalui pertanyaan
lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam
pelajaran.
2. Lewat informasi tertulis yang diperoleh melalui ujian
singkat.

60
Zainal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm 190.
53
Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi
pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan
balik tidak hanya perlu bagi guru tetapi juga murid.61
C. Fungsi Umpan Balik
1. Fungsi Informasional
Tes sebagai alat penilaian hasil pencapaian hasil
belajar. Dengan demikian dapat memberikan informasi sejauh
mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini
dapat diupayakan umpan balik pengayaan atau perbaikan.
2. Fungsi Motivasional
Dengan pemberian umpan balik, maka tes berfungsi
sebagai motivator bagi siswa untuk belajar. Upaya tersebut
antara lain:
a. Diupayakan kaitan yang jelas antara prosedur penyajian
umpan balik dengan akibat-akibatnya. Misalnya
disampaikan kepada siswa bahwa dengan adanya umpan
balik itu ditetakan bahwa siswa yang mendapatkan nilai
70 keatas boleh mengikuti pelajaran selanjutnya. Yang
mendapat nilai kurang dari 70 harus mengulangi seluruh
materi pelajaran yang diajarkan pada waktu itu.
b. Menjaga kerahasiaan pribadi siswa yang menerima umpan
balik dengan cara memberikan komentar atau saran
perbaikan langsung dalam kertas pekerjaan siswa.

61
Add.Rooljakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT Grasindo,
1991), hlm. 11-12.
54
3. Fungsi Komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan komunikasi antara
siswa dan guru. Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada
siswa dan bersama siswa membicarakan upaya perbaikan
jawaban siswa. Dengan demikian melalui umpan balik siswa
mengetahui letak kelemahannya.62
D. Teknik-Teknik Mendapatkan Umpan Balik
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik
diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri
setiap anak didik sebagai makhluk individual, teknik-teknik
tersebut antara lain.63
1. Memancing Apersepsi Anak Didik.
Anak didik adalah orang yang memiliki kepribadian
dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan
pertumbuhannya. Latar belakang kehidupan sosial anak
penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui
dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk
memahami jiwa anak. Pengalaman apa yang dipunyai anak
adalah hal yang sangat membantu untuk memancing
perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal
yang menjadi kesenangannya.
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah
diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh
anak. Pengalaman atau pengetahuan anak tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap

62
Zainal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran..., hlm. 194-197.
63
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), hlm .140-158.
55
bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak
terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan
demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang
telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih
relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengajaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam
usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru.
2. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru
dalam proses belajar mengajar. Bahan yang akan disampaikan
oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang
mudah, sedang, sampai ke yang sukar. Tinjauan mengenai
sifat bahan ini dikarenakan dalam setiap kali proses belajar
mengajar berlangsung ada di antara anak didik yang kurang
mampu memproses atau mengolah bahan dengan baik,
sehingga pengertian pun sukar didapatkan. Inteligensi adalah
faktor lain yang menyebabkannya sukar dipahaminya
penjelasan guru juga menjadi faktor penyebabnya. Guru yang
menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari
bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan
alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan.
Dalam dunia pengajaran dan pembelajaran, alat bantu yang
dimaksud biasanya disebut media dalam pembelajaran itu
sendiri.
Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan
sebagai taktik yang jitu untuk meningkatkan perhatian anak
56
didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Umpan balik pun terjadi seiring dengan proses belajar anak
didik yang berkelanjutan.64
Dalam bidang pendidikan, Association for educational
Communications and Technology (AECT), yaitu suatu
asosiasi yang bergerak dalam bidang teknologi komunikasi
dan pendidikan, mendefinisikan media sebagai segala bentuk
yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Telah
disinggung di atas bahwa penggunaan alat bantu/ media untuk
memperjelas bahan pelajaran.
Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/ media
dalam pembelajaran adalah:
a. Untuk memperlancar interaksi antara guru dan siswa
b. Proses belajar menjadi lebih menarik
c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
d. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
e. Meningkatkan kualitas belajar siswa
f. Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja.65
3. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang
dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik.
Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan
memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Motivasi

64
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm 161-166.
65
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hlm 70.
57
merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seoranga
anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa
motivasi untuk belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan
gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan
oleh guru, yaitu:
a. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk
belajar
b. Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang
dapat dilakukan pada akhir pengajar.
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak
didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi
yang lebih baik di kemudian hari
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
e. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual
maupun kelompok
f. Menggunakan metode yang bervariasi
Kemudian ada beberapa bentuk motivasi yang dapat
guru gunakan guna mempertahankan minat anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan, yaitu:
a. Memberi Angka: Angka dimaksud sebagai simbol atau
nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang
diberikan guru kepada setiap anak didik biasanya
bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh
dari hasil penilaian guru.
b. Hadiah: Sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai
penghargaan, biasanya disesuaikan dengan prestasi yang
dicapai siswa.

58
c. Pujian: Alat motivasi yang positif, guru dapat memakai
pujian untuk menyenangkan perasaan siswa serta dapat
mengarahkan kegiatan anak didik pada hal-hal yang
menunjang tercapainya tujuan pengajaran
d. Gerakan tubuh: bentuk mimik yang cerah, dengan
senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan,
memberi salam, menaikkan bahu, menggelengkan kepala,
menaikkan tangan dan lain-lain, adalah sejumlah gerakan
fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik,
misalnya diamnya guru dapat diartikan oleh anak didik
sebagai menyuruh mereka untuk mengakhiri kegaduhan
dikelas, karena kedaan kelas yang gaduh pelajaran tidak
dapat diberikan.
e. Memberi Tugas: suatu pekerjaan yang menuntut
pelaksanaan untuk diselesaikan
f. Memberi Ulangan: salah satu strategi yang penting dalam
pengajaran, sebab dengan ulangan guru ingin mengetahui
sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukan.
g. Hukuman: merupakan reinforcement yang negatif, anak
didik yang merasa mendapat sanksi, sadar atas kesalahan
yang ia lakukan dan tentu saja dia tidak akan mengulangi
kembali perbuatannya itu.
Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain:
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan
partisipasi positif.
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh
percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang
59
bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas
berpotensi, merupakan faktor penting yang akan
meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala
bentuk penampilan guru akan membiasa mewarnai sikap
para peserta didiknya.
Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka
jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta
didik. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu
menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses,
serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta
kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat
penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat
yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan.
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan
pembelajaran.
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari
pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka
akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut
secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan
guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta
didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus
mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka
peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk
mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta
didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.

60
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang
mendukung.
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia
fasilitas dan sumber belajar yang menarik dan cukup
untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar
maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar
peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan
kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan,
jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan
keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap
peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan
percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh,
maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar
dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip
pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga
kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun
keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang
penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi
atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan
mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik
yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan,
memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk
penghargaan lainnya.

61
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau
perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam
hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada
waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif
terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang
tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang
lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta
didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam
memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya,
memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak
pilih kasih.66
4. Menggunakan Metode yang bervariasi
Proses belajar dewasa ini menuntut seorang guru
memiliki keterampilan atau metode yang beragam agar proses
belajar tersebut menyenangkan dan mampu mengembangkan
kemampuan muridnya. Metode merupakan hal yang lebih
penting dari materi yang akan diajarkan.
Menurut DR. Ahmad Tafsir, metode adalah cara yang
paling tepat dan cepat, kata cepat dan tepat disini sering
diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien. Di sini
seorang guru harus memilih cara yang efektif dan efisien
dalam mentransformasi dan mengembangkan pengetahuan
muridnya dan metode dalam pembelajaran. Pengajaran yang
efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara

66
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm 166-176.
62
sempurna, dalam hal ini ialah pengajaran yang berfungsi pada
murid.Berfungsi artinya menjadi milik murid, pengajaran itu
membentuk dan mempengaruhi pribadinya.Adapun
pengajaran cepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan
waktu yang lama, artinya pengajaran tersebut difasilitasi alat–
alat pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman
murid terhadap materi yang diajarkan.67
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan
dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru
pasti menggunakan metode.Metode yang digunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.Penggunaan metode yang bervariasi dapat
menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap
bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit
sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai
dengan kondisi psikologis anak didik.68
Banyak sekali metode metode yang dapat digunakan
dalam menimbulkan feedback antara lain:69
a. Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam
pelajaran. Murid sering lebih paham akan apa yang
disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara
belajar yang digunakan oleh murid lebih mudah ditangkap
oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat
meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan
pelajaran.

67
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT
Remaja Rosda Karya, 2007), hlm 34-38.
68
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar.., hlm 177-178.
69
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar..., hlm. 25
63
b. Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid
secara individual. Sebaiknya oran g itu jangan gurunya
sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara
yang lain dari pada guru itu. Hendaknya di usahakan agar
murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari
bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat
belajar sendiri.
c. Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar
murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah
langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan
mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran.

64
BAB VII
PENGEMBANGAN VARIASI BELAJAR

A. Pengertian Pengembangan Variasi Belajar


Pengembangan variasi mengajar merupakan suatu hal
yang harus dimiliki seorang pendidik, yang mana dengan
kemampuan mengembangkan variasi mengajar, pendidik mampu
menciptakan suasana belajar yang diinginkan oleh peserta didik
sehingga mereka mampu menyerap pelajaran dengan baik.
Namun disisi lain faktor kebosanan yang disebabkan oleh
adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton mengakibatkan
perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran menurun,
untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman penyajian variasi
mengajar.
Variasi menurut kamus istilah populer adalah “selingan,
selang-seling, atau pergantian.70 Sedangkan menggunakan variasi
diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar
mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga
dalam proses belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkkan
ketekunan, keantuasiasan, serta berperan secara aktif.71
Menurut udin S. Winataputra seperti dikutip dalam buku
ini mengatakan bahwa variasi adalah keanekaragaman yang
membuat sesuatu tidak monoton, variasi dapat berwujud

70
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika
Aditama, 2009, hlm. 91
71
J. J Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2006, hlm. 64
65
perubahan-perubahan atau perbedaaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan atau dibuat untuk membersihkan kesan yang unik. 72
Dalam proses belajar mengajar ada variasi apabila guru
dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar,
media yang berganti-ganti dan ada perubahan dalam pola
interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Variasi lebih
bersifaat proses daripada produk.73
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
variasi mengajar merupakan cara pendidik menyampaikan
sesuatu dalam kegiatan belajar dengan menampilkan dan
menciptakan suasana belajar yang menarik agar peserta didik
tidak merasa bosan dengan apa yang disampaikan.
B. Tujuan Variasi Belajar Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditunjukkan terhadap
perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa, tujuan mengadakan
variasi belajar mengajar adalah.
1. Agar perhatian siswa meningkat.
Dengan perhatian penuh yang diberikan oleh seorang guru,
diharapkan siswa akan mampu menguasai materi yang
diberikan oleh seorang guru.
2. Memotivasi siswa.
Dalam konteks ini variasi mengajar yang diberikan guru
sangat berkontribusi besar dalam membantu siswa agar lebih
termotivasi dalam belajar.

72
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 91
73
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2006, hlm. 161
66
3. Menjaga wibawa guru
Guru hendaknya menyadari bahwa setiap ia mengajar tidak
seluruh siswa menyenaginya, banyak guru yang kehadirannya
dikelas disambut dengan senyum kecut, ditertawai bahwa
adakalanya siswa menggunjing baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Untuk menghindari beberapa kejadian yang dapat
merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu
mengajar dengan penuh percaya diri, memiliki kekayaaan
metode, keleluasaan teknik dan sebagainya. Dengan kata lain
guru harus mampu memiliki bentuk dan model pengajaran
yang bervariasi.74
4. Mendorong kelengkapan fasilitas mengajar.
Fasilitas merupakan salah satu kelengkapan dalam belajar
mengajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran, alat peraga sebagai sumber
adalah sisi lain dari peranannya yang tidak boleh dilupakan
oleh seorang guru, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan
mempengaruhi proses belajar mengajar.
5. Mendorong anak didik untuk belajar.
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru.
Kewajiban bebelajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan
ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut
interaksi edukatif, lingkungan pengajaran yang kondusif
adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk

74
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 92-93
67
selalu belajar hingga berakhirmya kegiatan belajar
75
mengajar.
C. Prinsip-prinsip dan Kearifan Variasi Belajar
Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap
perhatian siswa pada materi pelajaran, contohnya dalam
menjelaskan materi pelajaran guru kurang mampu, jumlah siswa
dalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah kurang kondusif
ribut, dan lain-lain. Memotivasi siswa Motivasi memegang
peranan penting dalam belajar. Siswa yang tidak memiliki
motivasi belajar, dengan demikian tidak akan mendapatkan
kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiri harus
menjaga motivasinya, guru juga hendaknya membantu siswa
untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya. Menjaga
wibawa guru.
Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat
merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu
mengajar dengan penuh percaya diri, memiliki kesiapan mental
dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasan teknik,
dan sebagainya. Dengan kata lain, guru harus memiliki bentuk
dan model pengajara yang bervariasi. Mendorong kelengkapan
fasilitas pengajaran Jika guru mampu menghadirkan engajaran
yang bervariasi maka dengan sendirinya akan memicu sekolah
menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi
penggunaan pengajaran yang bervariasi. Atau setidak-tidaknya
siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasilitas yang

75
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 164-165
68
memungkinkan ketika guru mengajar tersedia fasilitas yang
memadai.
1. Prinsip-prinsip Variasi Mengajar
Prinsip prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah
sebagai berikut:
a. Dalam penggunaan keterampilan variasi sebaiknya semua
jenis variasi digunakan, selain itu juga harus ada variasi
penggunaan komponen untuk setiap jenis varias.
b. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambngan
sehingga terbentuk proses belajar mengajar yang utuh dan
tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak
terganggu.
c. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar
terstruktur dan direncanakan oleh guru.
2. Kearifan Penggunaan Variasi Mengajar
Beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut di
antaranya sebagai berikut:
a. Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus
menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan
pembelajaran;
b. Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan
berkesinambungan tidak mengganggu proses belajar
mengajar, dan anak didik akan lebih memperhatikan
berbagai proses pengajaran secara utuh;
c. Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur,
terencana dan sistematik;

69
d. Penggunaan variasi mengajar harus luwes tidak kaku
sehingga kehadiran variasi itu semakin mengoptimalkan
kegiatan belajar mengajar.76
D. Komponen Variasi Mengajar
Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam
proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan
(Mulyasa, 2005:78)
Komponen-komponen variasi mengajar dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan
bahan ajaran, dan variasi Interkasi. Komponen-komponen Variasi
Mengajar menurut Djamarah dan Zain (2010:167) yaitu:
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini meliputi variasi suara, variasi gerakan
anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam
kelas. Untuk lebih jelasnya variasi gaya mengajar ini adalah
sebagai berikut:
a. Variasi Suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume,
dan kecepatan. Guru dapat mendramatisir suatu peristiwa,
berbicara pelan dengan seorang anak didik, berbicara
tajam dengan anak didik yang tidak perhatian, dan
seterusnya.

76
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002,
hlm.16
70
b. Penekanan (Focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu
aspek yang penting, guru dapat menggunakan “penekanan
secara verbal”.
c. Pemberian Waktu (Pausing)
Untuk menarik Perhatian anak didik, dapat dilakukan
dengan mengubah suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan
atau diam. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai
untuk mengorganisasi diri.
d. Kontak Pandang
Interaksi guru sebaiknya mengarahkan pandangan ke
seluruh kelas untuk membentuk hubungan positif dan
menghindari hilangnya kepribadian. Pandangan guru
dapat menarik perhatian anak didik.
e. Gerakan Anggota Badan (Gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan
merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak
hanya untuk menarik perhatian, namun juga menolong
dalam menyampaikan arti pembicaraan.
f. Pindah Posisi
Perpindahan posisi guru dalam kelas dapat menarik
perhatian anak didik. Perpindahan posisi harus ada
tujuannya, tidak sekedar mondar mandir.
2. Variasi Media dan Bahan Ajaran
Ada tiga variasi dalam penggunaan media, yaitu media
pandang, media dengar, dan media taktil.

71
a. Variasi Media Pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai
penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk
komunikasi seperti buku, majalah, peta, globe, dan lain-
lain.
b. Variasi Media Dengar
Variasi dalam media dengar memerlukan kombinasi
dengan media pandang dan media taktil. Media dengar
yang dapat dipakai diantaranya pembicaraan anak didik,
rekaman bunyi suara, wawancara, yang memiliki relevansi
dengan pelajaran.
c. Variasi Media Taktil
Media taktil adalah media yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi
benda atau bahan ajar dalam bentuk model.
3. Variasi Interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak
didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub,
yaitu:
a. Anak didik belajar secara bebas tanpa campur tangan
guru.
b. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi
didominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada anak
didik.77

77
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2003, hlm. 25
72
BAB VIII
PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas


1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah pengelolaan kelas terdiri dari dua kata,
pengelolaan dan kelas. Kata pengelolaan memiliki makna
yang sama dengan kata management dalam bahasa Inggris,
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen. Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan
maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.78
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan
sebagai Classroom Management, itu berarti istilah
pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian
pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-
kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
Pengelolaan kelas didefenisikan sebagai serangkaian
tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan
kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah
melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara

78
Hamzah, Kurikulum dan Pembelajaran: panduan lengkap bagi guru
profesional, (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020), hlm. 245.
73
guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan
perencanaan/persiapan mengajar.79
Ada beberapa definisi tentang pengelolaan kelas yang
dikemukakan oleh Wilford A Weker. Pertama, menurut
Wilford A Weker. Classroom management is a complex set of
behaviors the teacher uses to establish and maintain
classroom conditions that will enable students to achieve
their instructional objectives efficiently that will enable to
learn. Artinya, pengelolaan kelas merupakan sekumpulan
perilaku kompleks yang digunakan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi kelas sehingga peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Kedua, menurut
Sudirman. Pengelolaan kelas adalah upaya dalam
mendayagunakan potensi kelas. Kelas mempunyai peranan
dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksi edukatif, agar memberikan dorongan dan
rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus
dikelola sebaik-baiknya oleh pembelajar.
Ketiga, menurut Syaiful Bachri Djamarah.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran.80

79
R, L, Holmes Parhusip dkk, Manajemen Kelas, (Malang: CV. Literas
Nusantara Abadi, 2021), hlm. 1-3.
80
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: DIVA
Press, 2018), hlm. 11-12.
74
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut:
a. Pengelolaan tata lingkungan fisik kelas
Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah
lingkungan. Guru harus menciptakan lingkungan kelas
yang membantu perkembangann pendidikan subjek
didiknya (siswa).
b. Pengelolaan dan penegakan disiplin kelas
Pengelolaan disiplin dimaksud sebagai upaya
untuk mengatur atau mengontrol perilaku siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan karena ada perilaku yang
harus dicegah atau dilarang atau sebaliknya harus
dilakukan.
c. Pengelolaan perilaku siswa
Perilaku siswa merupakan masalah karena terkait
erat dengan eektif belajar dari kedua siswa dan persfektif
guru. Ketika ruang kelas yang bebas dari gangguan, siswa
dapat menggunakan waktu untuk kegiatan belajar dikelas.
Perilaku satu siswa yang menganggu dapat mengalihkan
siswa lainnya dari pembelajaran.
d. Pengelolaan konflik di dalam kelas
Kelas merupakan tempat terjadinya proses belajar
mengajar antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelas yang baik adalah kelas yang di
dalamnya selalu terdapat interaksi baik antar guru dengan
siswa maupun siswa dengan siswa. Bila interaksi ini
berjalan dengan baik maka proses pembelajaran akan
75
lebih kondusif dan efisien. Sebaliknya bila tidak adanya
interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan
siswa maka kemungkinan besar proses pembelajaran
terasa tidak nyaman.81
B. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Kelas
1. Tujuan Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan
suasana kelas yang nyaman serta kondusif, agar terciptanya
pembelajaran yang efektif dan kondusif. Dengan demikian,
jika peserta didik sudah merasakan kenyamanan dalam
belajar, maka tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan
guru akan mudah tercapai, dan hasil belajar sesuai dengan
yang diharapkan.
Rusydie, menyatakan tujuan menajemen kelas secara
umum, untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk
tempat berlangsungnya belajar-mengajar. Dengan demikian,
proses tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan
terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi
terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.
Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan
pengelolaan sosio-emosional merupakan bagian dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar peserta didik.
Menurut Arikunto (2004:7) tujuan manajemen kelas yaitu:

81
Irjus Indrawan dan Jauhari, Manajemen Kelas, (Pasuruan: Penerbit Qiara
Media, 2021), hlm. 18-19.
76
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar,
yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interkasi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar
yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosi dan intelek siswa
dalam belajar.
d. Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya.82
2. Fungsi Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas berfungsi untuk membuat
perubahan-perubahan dalam kelas, sehingga peserta didik
dapat bekerja sama dan mengembangkan kontrol diri. Peserta
didik harus mampu mengontrol diri dan mengembangkan
sikap aktif, khususnya dalam belajar. Kerja sama anggota
kelas sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat belajar
peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu mengembangkan
sikap kerja sama di dalam kelas guna menumbuhkan
semangat belajar para anggotanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru harus mampu mengelola peserta didik terkait
pengembangan sikap kerja sama dalam kegiatan
pembelajaran.

82
Rinja Efendi dan Delita Gustriani, Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar,
(Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020), hlm. 4-5.
77
Pengelolaan kelas sangat erat kaitannya dengan
pengaturan kelas untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Dengan demikian, salah satu tugas guru adalah menciptakan
suasana yang dapat menimbulkan ghairah belajar,
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, meningkatkan
mutu dan kualitas pembelajaran, serta memberikan bimbingan
pada peserta didik. Hal tersebut memberikan perorganisasian
kelas yang memadai.83
C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Djamarah (2006:185) menyebutkan “dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam manajemen kelas dapat
digunakan prinsip-prinsip manajemen kelas”.
Prinsip-prinsip manajemen kelas yang dikemukakan oleh
djamarah adalah sebagai berikut:
1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias merupakan salah satu prinsip
yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Guru
yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil
dalam mengimplementasikan manajemen kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah
siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku menyimpang.

83
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas…, hlm. 16.
78
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
manajemen kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar
yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan
pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan
guru terhadap tingkah laku siswa yang positif dari pada
mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif
dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat
mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru
hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan
pelaksanaan tanggung jawa. Jadi, guru harus disiplin dalam
segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam
segala hal.
79
7. Stabilitas emosi yang stabil, yaitu guru bisa menjaga
emosinya dan sabar dalam melatih peserta didik.
8. Optimisme dan percaya diri, yaitu diharapkan guru punya
rasa kepercayaan diri yang kuat dalam mengajar.
9. Kesederhanaan (penampilan dan pakaian).
10. Adil yaitu seorang guru harus menyamakan peserta didik
tanpa membedakan gendernya yang kaya maupun siswa yang
miskin, yang pintar maupun yang bodoh, adil dalam
memberikan nilai.84
D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Guru, merupakan pemegang peranan utama dalam proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan.
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam
kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-
sungguh. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan
semangat belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih
memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan
terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas
yang memadai.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar
mengajar meliputi berbagai hal sebagaimana yang dikemukakan
oleh Adams dan Decey dalam Basic Principles of Student

84
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014), hlm. 13-
15.
80
Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, dan konselor.85
E. Pendekatan dalam Strategi Pengelolaan Pembelajaran dan
Penataan Ruang Kelas
1. Pendekatan dalam Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu masalah individu dan
kelompok. Masalah-masalah tersebut terjadi ketika seorang
peserta didik ingin agar tingkah lakunya dapat diterima oleh
orang lain, maka mereka cenderung melakukan atau bertindak
dengan hal-hal yang kurang wajar. Kemampuan guru dalam
mengelola kelas termasuk salah satu dari perwujudan
kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus
dikuasai oleh guru untuk mengelola kelas adalah
keterampilan dalam memahami, memilih, dan menggunakan
berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Terdapat
pendekatan yang harus dilakukan oleh seorang guru meliputi:
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses
untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Peranan
guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan
situasi disiplin kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada peserta didik untuk menaatinya. Di
dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat

85
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 9.
81
untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam
bentuk norma itulah guru mendekatinya.86
b. Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman atau intimidasi, pengelolaan
kelas sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Pendekatan ancaman di dalam kelas dapat di
implementasikan melalui papan larangan, sindiran saat
belajar, dan paksaan kepada peserta didik yang
membantah, yang semuanya di tujukan agar peserta didik
mengikut apa yang di instruksikan oleh guru. Penerapan
pendekatan ancaman di dalam kelas harus di lakukan
secara hati-hati dan perlu diterapkan kriteria ancaman
yang diperbolehkan untuk peserta didik.87
c. Pendekatan Kebebasan
Pendekatan kebebasan dalam pengelolaan kelas
merupakan suatu proses untuk membantu peserta didik
agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja
dan dimana saja tanpa di batasi oleh wakti dan tempat.
Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin
kebebasan anak didik dan merupakan prioritas dalam
proses belajar dan pembelajaran yang di laksanakan di
kelas, selama hal itu tidak menyimpang dari peraturan
yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
Terkadang, peserta didik tidak nyaman apabila ada
seorang guru yang terlalu over-protectif sehingga peserta

86
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hal 179.
87
Siti Yumnah, Strategi dan Pendekatan Pengelolaan Kelas dalam
Pembelajaran, Jurnal Studi Islam Vol. 13, No. 1, 2018, hlm. 24.
82
didik tidak leluasa melakukan eksperimennya. Jika
memberikan tugas kepada peserta didik menuliskan
beberapa pengalaman, maka berilah mereka kebebasan
untuk menceritakan apa saja yang mereka tuliskan. Jangan
membuat ketentuan-ketentuan yang terlalu ketat yang
karenanya dapat mengekang kebebasan peserta didik
untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.88
d. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini di lakukan
dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang harus dan apa yang tidak boleh di kerjakan oleh
guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti tertulis dalam resep.89
e. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan
bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan
mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik,
dan memecahkan masalah itu bila tidak dicegah.
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang
baik sehingga peserta didik mampu untuk belajar dengan
baik di kelas.

88
Lailatu Zahroh, Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas…, hlm. 183-184
89
Siti Yumnah, Strategi dan Pendekatan Pengelolaan kelas dalam
Pembelajaran…, hlm. 24.
83
Oleh karena itu, buatlah perencanaan pembelajaran
yang matang sebelum masuk kelas dan patuhilah tahapan-
tahapan yang sudah dibuat sebelumnya. Hindari kebiasaan
mengajar dengan apa adanya, apalagi tanpa perencanaan
yang matang.pembelajaran yang dilakukan secara
sistematis tentu dapat membuat peserta didik terhindar
dari kejenuhan, karena mereka dapat mengikuti
pelajarannya secara bertahap.
f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan perubahan tingkah laku dalam
pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan
mencegah tingkah laku yang kurang baik.
g. Pendekatan Sosio Emosional dan Hubungan Sosial
Pendekatan sosio-emosional dalam pengelolaan
kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif
dalam kelas. Artinya ada hubungan baik yang positif
antara guru dengan peserta didik, serta hubungan antar
peserta didik. Disini guru adalah kunci terhadap
pembentukan hubungan pribadi itu, dan perananya adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Suasana
emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada
hubungan yang baik dan positif antara guru dengan

84
peserta didik, atau antara peserta didik dengan peserta
didik.90
2. Penataan Ruang Kelas
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya
memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan
guru bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
ukuran kelas bentuk kelas, bentuk dan ukuran bangku dan
meja siswa, jumlah siswa dalam kelas, jumlah siswa dalam
setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, dan
komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa pandai
dengan siswa kurang pandai, pria dengan wanita).91 Dalam
hal ini, kami akan menguraikan pada pembahasan mengenai
pengaturan kondisi ruangan kelas, pengaturan tempat duduk,
dan pengaturan alat-alat pengajaran.
a. Penataan Kondisi Ruangan Kelas
Kegiatan belajar mengajar mencakup segala jenis
kegiatan yang dengan sengaja dilakukan, baik secara
langsung ataupun tidak, yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah digariskan.
Adapun faktor-faktor yang harus dilakukan dalam
penyelenggaraan kelas, yaitu :
1) Ventilasi dan Tata Cahaya
Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan didalam
ruang kelas adalah :

Lailatu Zaahroh, Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas…, hlm. 184-186.


90

91
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar Untuk
Menjadi Guru yang Profesional, (Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021), hlm.
172.
85
a) Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas
b) Sebaiknya tidak merokok
c) Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
d) Cahaya yang masuk harus cukup
e) Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan
dengan bagian depan.
2) Pemeliharaan Kebersihan dan Penataan Keindahan
Ruang Kelas
Pemeliharaan Kebersihan
a) Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas
b) Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban dikelas.
Penataan Keindahan
Memasang hiasan dinding yang mempunyai nilai
edukatif (contohnya Burung Garuda, Teks Proklamasi,
Slogan Pendidikan, Para Pahlawan, Peta/Globe).
a) Mengatur tempat duduk siswa, lemari, rak buku,
dan semacamnya secara rapi (Untuk penempatan
buku diletakkan di depan dan alat peraga di
belakang).
b) Merapikan meja guru dengan memakai taplak
meja, vas bunga, dan sebagainya.92
b. Pengaturan Tempat Duduk
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa
memerlukaan tempat duduk yang tidak mengganggu
siswa, karena kurang aman atau tidak nyaman dipakai.
Jika siswa duduk berjam-jam di tempat duduk dengan

92
Afriza, Manajemen Kelas..., hlm. 68.
86
keadaan tidak cukup aman dan tidak nyaman, mereka
tidak akan dapat berpikir tentang pelajaran tersebut dan
terus menerus merasakan "siksaan" sebagai akibat dari
tempat duduk yang tidak nyaman.
Pada prinsipnya, kriteria tempat duduk yang
memadai adalah tempat duduk yang bisa menunjang
kegiatan belajar mengajar, yaitu aman dan nyaman untuk
dipergunakan. Di antara aspek yang perlu diperhatikan
mengenai tempat duduk di antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Segi Keamanan
Guru atau murid yang menempati tempat duduk
tersebut benar-benar merasa aman sehingga tidak
perlu khawatir akan jatuh atau celaka. Dengan
demikian mereka dapat berkonsentrasi terhadap
kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
2) Segi Kenyamanan
Kenyamanan di sini bukan berarti tempat duduk itu
harus empuk (tetapi jika mampu demikian tidak
masalah), melainkan tempat duduk tersebut cukup
enak digunakan, dilihat dari alas yang diduduki harus
datar dan jangan sampai miring, mempunyai
sandaran, tidak terlalu ke depan atau ke belakang.
Perbedaan tinggi antara tempat duduk dengan tempat
menulis harus memadai.

87
3) Segi Ukuran
Agar merasa aman dan nyaman, sebaiknya
diperhatikan kondisi tempat duduk yang memenuhi
hal-hal berikut :
a) Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat
duduk siswa, agar guru mudah mengawasi setiap
kegiatan siswa.
b) Meja dan kursi untuk siswa sebaiknya
c) Terpisah, agar memudahkan pengaturan untuk
kegiatan lainnya.
d) Bentuknya sederhana, kokoh, dan bahannya kuat.
e) Ukuran daun meja adalah 100cm x 50cm
(standar)
f) Tinggi meja kurang lebih setinggi pinggul siswa.
g) Tinggi kursi kurang lebih setinggi lutut siswa.93
c. Pengaturan Alat-Alat Pengajaran
1) Perpustakaan Kelas
a) Sekolah yang maju mempunyai perpustakaannya
di setiap kelas.
b) Pengaturanya bersama-sama siswa.
2) Alat-alat peraga media pengajaran
a) Alat peraga atau media pengajaran semestinya
diletakkan di dalam kelas agar memudahkan
dalam penggunaanya.
b) Pengaturannya bersama-sama siswa
3) Papan tulis, kapur tulis, dll

93
Afriza, Manajemen Kelas..., hlm. 69-70.
88
a) Ukurannya disesuaikan
b) Warnanya harus kontras
c) Penempatannya memperhatikan etestika dan
terjangkau oleh semua siswa
4) Papan resensi siswa
a) Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat
dilihat oleh semua siswa
b) Difungsikan sebagaimana mestinya.94
d. Pengaturan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan sebagai salah satu faktor terpenting
dalam belajar mempengaruhi pendidikan. Di samping
diperlukan adanya sistem pendidikan dengan tujuan
pembentukan karakteristik siswa, karena proses belajar
diperoleh melalui lingkungan tempat siswa berada sesuai
dengan kondisi yang diinginkan. Lingkungan fisik kelas
berkaitan dengan penciptaan lingkungan yang baik dengan
mendesain tempat duduk siswa supaya tercipta suasana
kelas yang mampu mendorong siswa belajar dengan
baik.95
e. Pengaturan Tempat Duduk Siswa
Pada umumnya, tempat duduk siswa diatur
menurut tinggi pendeknya siswa, serta diatur secara
berderet, namun pada situasi dan kondisi tertentu hal
tersebut tidak berlaku. Macam-macam pengaturan tempat
duduk adalah :

94
Asep Herry Hernawan, Pengelolaan Kelas, (Bandung: UPI PRESS,
2006), hlm. 9.
95
Afriza, Manajemen Kelas..., hlm. 68.
89
1) Pengaturan tempat duduk tipe formal/berderet

Jenis pengaturan tersebut kadang-kadang


mengurangi kemampuan belajar siswa, karena
membuat guru mempunyai otoritas mutlak dan
membuat siswa tergantung pada guru dan tidak
terjadi komunikasi kelompok. Jenis pengaturan
tempat duduk seperti ini juga memudahkan bergerak
antara deretan dan memudahkan pengumpulan serta
pembagian buku dan bahan lainnya.
Keuntungan pola ini adalah bisa menampung
lebih banyak siswa. Namun kadang-kadang pola
seperti ini juga berpotensi mengurangi kemampuan
belajar siswa. Seringkali siswa yang duduk di barisan
belakang kurang aktif atau tidak memperhatikan
pelajaran yang sedang berlangsung.96

96
Anita Lie, Cooperative Learning; Memperaktikan Cooperatif Learning di
Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 51.
90
2) Pola Tapal Kuda

Siswa dalam satu kelompok ditempatkan


berdekatan. Posisi guru berada di tengah-tengah
siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika
pelajaran memakai tekhnik diskusi. Pola ini
memudahkan siswa berkonsultasi dan berkomunikasi
dengan guru maupun dengan siswa lainnya.
3) Pola Pengaturan Tempat Duduk yang Berkelompok97

Tempat duduk siswa diatur secara


berkelompok. Siswa dapat berkomunikasi dengan
mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu
kelompok ke kelompok lainnya secara tak terbatas.
Pola ini lebih mudah bagi siswa untuk bekerja sama
dan menolong satu sama lain sebagai teman sebaya.
Kepemimpinan dan kerja sama merupakan dua unsur

97
Anita Lie, Cooperative Learning; Memperaktikan Cooperatif Learning di
Ruang-ruang Kelas..., hlm. 52.

91
yang penting sebagai akibat dari pola tempat duduk
ini.98
4) Pola U atau Pola all purpose

Guru dan siswa lebih mudah berkomunikasi.


Siswa duduk saling berhadapan, sehingga
memudahkan siswa mencari pasangan
dalamkelompok dan pekerjaan kelompok jadi lebih
efektif. Guru bisa mengawasi seluruh siswa dengan
berjalan mengelilingi siswa sambil memberi
petunjuk dan menyampaikan materi pelajaran.99
5) Pola Lingkaran atau Persegi

Pola ini disebut juga dengan gaya Team. Meja-


meja bundar dikelompokkan dalam bentuk mengitari
ruangan kelas sehingga memudahkan interaksi team.
Tempat duduk mengitari meja dengan suasana akrab.

98
Anita Lie, Cooperative Learning; Memperaktikan Cooperatif Learning di
Ruang-ruang Kelas..., hlm. 52.
99
Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Dan Komunikasi, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm.157.
92
Pada suatu saat kursi dapat dibalikkan untuk
menghadap ke arah guru tatkala guru memberikan
petunjuk-petunjuk atau penjelasan-penjelasan, papan
tulis atau alat peraga lain.100

100
Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Dan Komunikasi..., hlm.158.
93
BAB IX
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA

A. Pengembangan Media
Pengembangan adalah proses atau langkah yang dilakukan
untuk membuatatau menyempurnakan sebuah produk yang sesuai
dengan acuan kriteria produk yang dibuat.101
Media berasal dari kata latin dan bentuk jamak dari
“medium”. Kata itu mempunyai arti perantara atau pengantar.
Association for Educationand Communication Technology
(AECT) mendefinisikan media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Menurut
Gerlach dan Ely, media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Melalui media, pesan dapat
tersampaikan sehingga akan menjalin komunikasi yang baik,
terdapat bermacam-macam jenis media yang dapat digunakan
untuk membangun sebuah komunikasi diantaranya media visual,
audio, dan audio visual.
Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar.
Sadiman (1993) mengemukakan bahwa media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Kesimpulannya media adalah wadah dari pesan yang oleh
sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan

101
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm. 78.
94
tersebut, materi yang diterima adalah pesan intruksional, dan
tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses belajar.102
Jadi, media merupakan alat penyampaian pesan dari
sumber pesan kepada khalayak dimana pesan tersebut dapat
disampaikan melalui media dengan berbagai macam jenisnya
baik itu dalam bentuk audio, visual, maupun audiovisual.
Pengembangan media pembelajaran adalah suatu usaha
penyusunan program media pembelajaran yang lebih tertuju pada
perencanaan media.103 Roger A. Kaufman mengemukakan bahwa
perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan) tentang apa yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.
Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan
pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai tujun tersebut,
materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan.
Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh
guru untuk memproyeksikan kegiatan apa yang akan dilakukan
oleh guru dan siswa agar tujuan dapat tercapai.104
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan media adalah
suatu usaha untuk menyususun pembelajaran menggunakan

102
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Pengembangan Media
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2020), hlm. 4.
103
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm.135.
104
http://simutmaniz.blogspot.com/2012/12/komponen-media-
pembelajaran.html, (Diakses pada Senin, 11 September 2021 pukul 08:00 WIB).
95
media baik media visual, media audio maupun media audio
visual untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Komponen Pengembangan Media
Menurut Masitoh bahwa komponen-komponen
pengembangan media diantaranya terdiri dari:
1. Tujuan pembelajaran
2. Isi (materi pembelajaran)
3. Kegiatan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar)
4. Media dan sumber belajar; dan
5. Evaluasi
Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno mengatakan bahwa
komponen pengembangan media itu terdiri atas tujuan
pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan belajar megajar,
metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Salah satu
komponen pengembangan media adalah materi, yang merupakan
bagian yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Karena
merupakan media untuk mencapai tujuan pembelajaran.105
Dapat disimpulkan bahwa komponen pengembangan
media yaitu mempunyai tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran atau bahan, kegiatan pembelajaran, media dan
sumber belajar, metode pembelajaran, dan evaluasi.
C. Prosedur Pengembangan Media
Menurut Arif S. Sadiman terdapat prosedur yang
dibutuhkan dalam pengembangan media pembelajaran. 106

105
http://simutmaniz.blogspot.com/2012/12/komponen-media-
pembelajaran.html, (Diakses pada Senin, 11 September 2021 pukul 08:00 WIB).
106
Ansawir dan M. Basyairuddin Usman, Media Pembelajaran… hlm. 135.
96
Berikut ini merupakan prosedur dalam pengembangan media
pembelajaran:
1. Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Maksud kebutuhan disini adalah kesenjangan antara apa yang
dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Media yang
dirancang harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
2. Perumusan Tujuan
Perumusan ini perlu dilakukan untuk kepentingan pencapaian
tujuan yang hendak dicapai.
3. Pengembangan Materi
Hal yang dilakukan adalah menganalisis tujuan yang
ditetapkan menjadi sub-sub kemampuan dan keterampilan
yang disusun secara baik, sehingga diperoleh bahan
pengajaran yang terperinci untuk mendukung tujuan tersebut.
4. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat ukur tersebut dapat berupa tes, penugasan, atau daftar
cek perilaku. Sebagai pedoman dalam pembuatan alat ukur
yang baik, sebaiknya setiap kemampuan dan keterampilan
yang mendukung tercapainya tujuan instruksional khusus
yang dijadikan bahan tes atau daftar cek perilaku.
5. Penulisan Naskah Media
Penulisan ini merupakan rancangan atau susunan media yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran.
6. Mengadakan Tes dan Revisi
Mengadakan tes dan revisi bertujuan untuk mengetahui
efektivitas media yang digunakan, untuk perbaikan dalam
pengembangan media pembelajaran.
97
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur atau
langkah-langkah sebelum menggunakan suatu media
pembelajaran, hal ini dilakukan agar media digunakan secara
tepat guna sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
D. Manfaat Media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara pendidik dan peserta didik
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien.
Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasikan beberapa manfaat
media dalam pembelajaran107, yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efesiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.
6. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik
terhadap materi dan proses belajar.
8. Mengubah peran pendidik kearah yang lebih positif dan
produktif.
9. Media membuat materi yang abstrak menjadi lebih konkrit.
10. Media dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan
waktu.

107
Iwan Falahudin, Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran, Jurnal
Lingkar Widyaswara Vol. 1 No. 4, 2014, hlm. 114.
98
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran sangat bermanfaat baik bagi pendidik
maupun peserta didik untuk menunjang proses pembelajaran,
agar berlangsung secara efektif, efesien dan interaktif.
E. Pola Pemanfaatan Media
Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran yang
dapat dilakukan, antara lain: pemanfaatan dalam situasi kelas dan
pemanfaatan media di luar situsi kelas. Untuk lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Media di dalam kelas
Dalam tatanan (setting) ini, media pembelajaran
dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu,
pemanfaatannya pun dipadukan dengan proses belajar
mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan
pemanfaatan media itu guru harus melihat tujuan yang akan
dicapai itu, materi pembelajaran yang mendukung untuk
tercapainya tujuan itu, serta strategi belajar mengajar yang
sesuai untuk mencapai tujuan itu. Media pembelajaran yang
dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal itu, yang meliput
tujuan, materi, dan strategi pembelajarannya. Disamping
mempertimbangkan ketiga hal di atas media yang digunakan
tentunya juga harus bersifat praktis, ekonomis, dan mudah
untuk digunakan.
2. Pemanfaatan media di luar situasi kelas
Pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok utama yaitu:
a. Pemanfaatan secara bebas
Pemanfaatan secara bebas ialah bahwa media itu
99
digunakan tanpa kontrol atau diawasi. Pembuat program
media mendistribusikan program media, baik dengan cara
diperjuangkan maupun didistribusikan secara bebas. Hal
itu dilakukan dengan harapan media itu akan digunakan
orang dan cukup efektif mencapai tujuan tertentu.
Pemakaian media menggunakan media menurut
kebutuhan masing-masing. Biasanya pemakai media
menggunakan secara perorangan. Dalam menggunakan
media ini pemakai tidak dituntut untuk mencapai tingkat
pemahaman tertentu. Mereka juga tidak diharapkan untuk
memberikan umpan balik kepada siapapun dan juga tidak
perlu mengikuti tes atau ujian.
b. Pemanfaatan media secara terkontrol
Pemanfaatan media secara terkontrol ialah bahwa media
itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur
secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila
media itu berupa media pembelajaran, sasaran didik
diorganisasikan dengan baik. Dengan begitu, mereka
dapat menggunakan media itu secara teratur,
berkesinambungan, dan mengikuti tujuh pola-pola
mengajar tertentu. Biasanya sasaran didik diatur dalam
kelompok-kelompok belajar. Setiap kelompok belajar
diketuai oleh pemimpin kelompok disupervisi oleh tutor.
Sebelum memanfaatkan media, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dibahas atau ditentukan terlebih dahulu.
Selanjutnya mereka dapat belajar dari media itu secara
berkelompok atau secara perorangan. Anggota kelompok
diharapkan dapat berinteraksi baik dalam diskusi maupun
100
dalam bekerja sama untuk memecahkan masalah,
memperdalam pemahaman, atau menyelesaikan tugas-
tugas tertentu.108
F. Strategi Pemanfaatan Media
Strategi pemanfaatan media pembelajaran menganut
beberapa prinsip, antara lain:
1. Ketepatgunaan
2. Keadaan peserta didik
3. Ketersediaan
4. Mutu teknis dan biaya.
Ahmad Rohani menyatakan bahwa strategi pemanfaatan
media mempertimbangkan empat hal, yaitu: produksi, peserta
didik, isi dan guru.
1. Pertimbangan produksi antara lain; tersedianya bahan, harga
yang sesuai, kondisi fisik, mudah dicapai dan mempunyai
nilai.
2. Pertimbangan peserta didik antara lain; watak peserta didik,
sesuai dengan peserta didik dan keterlibatan peserta didik.
3. Pertimbangan isi, yaitu; sesuai dengan isi kurikulum, bahan
media siap pakai dan isi tepat dengan kebutuhan.
4. Pertimbangan guru, yaitu kemanfaatan media disesuaikan,
media yang digunakan mampu memecahkan problem, jangan
malah menimbulkan masalah.109

108
Arief S Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya… hlm. 189-199.
109
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997), hlm. 28.
101
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien
ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan
media, yaitu :
1. Persiapan sebelum menggunakan media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, kita
perlu membuat persiapan yang baik pula. Pertama kita
mempelajari buku petunjuk dan mengikuti petunjuk yang ada
dalam buku tersebut. Kedua menyiapkan peralatan yang
diperlukan untuk menggunakan media tersebut. Ketiga
menempatkan peralatan media dengan baik sehingga kita
dapat melihat atau mendengar programnya dengan baik pula.
2. Kegiatan selama menggunakan media
Selama menggunakan media kita harus menjaga ketenangan,
gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindakan. Kalau mungkin, ruangan
jangan digelapkan sama sekali hal itu supaya kita masih dapat
menulis jika menjumpai hal-hal penting yang perlu diingat.
3. Kegiatan tindak lanjut
Kegiatan tidak lanjut ini ialah untuk menjajaki apakah tujuan
telah tercapai. Selain itu untuk memantapkan pemahaman
terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui
media bersangkutan. Untuk itu soal tes yang disediakan perlu
kita kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi program
media itu, kemudian kita cocokkan jawaban kita itu dengan
kunci yang disediakan. Bila kita masih banyak melakukan
kesalahan, sebaiknya sajian program media bersangkutan
diulangi lagi. Ada kemungkinan kita dianjurkan melakukan

102
tindak lanjut lain, misalnya melakukan perobaan, observasi,
menyusun sesuatu dan sebagainya.110
G. Contoh Pemanfaatan Media Pembelajaran
1. Media Visual Diam.
Media visual diam adalah media cetakan dan grafis.
Di dalam proses belajar mengajar paling banyak dan paling
sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual
non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
pemberi kepenerima pesan (dari guru kepada siswa). Pesan
yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-
gambar dan simbol-simbol yang mengandung arti disebut
“media grafis”. Media ini termasuk media yang relatif
murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya,
macam-macam media grafis adalah gambar/foto, diagram,
bagan, poster, media cetak, buku.

(Contoh media visual berupa poster)

110
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 198.
103
(Contoh media visual berupa gambar)
2. Media Display
a. Papan Tulis/White Board
Salah satu media penyajian untuk proses belajar
mengajar adalah “papan tulis, dan white board”. Kedua
media ini dapat dipakai untuk penyajian tulisan-tulisan,
sket-sket gambar dengan menggunakan kapur/spidol
white board baik yang berwarna ataupun tidak
berwarna.
Maksud dari warna tersebut adalah agar tulisan
lebih jelas, menarik, dandapat berkesan bagi peserta didik
yang akan menerimannya.

104
b. Papan Flanel
Papan Flanel adalah media visual yang efektif
untuk menyajikan pesan- pesan tertentu kepada sasaran
didik. Papan berlapis kain flanel ini dapatdilipat sehingga
praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat
dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga dapat
dipakai berkali-kali.

c. Flip Chart
Peta/flip chart adalah lembaran kertas yang
berisikan bahan pelajaran, yang tersusun rapi dan baik.
Penggunaan ini adalah salah satu cara guru dalam
menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis.

105
3. Gambar Mati yang Diproyeksikan
Dengan menggunakan proyektor, informasi yang
akan disampaikan dapat diproyeksikan ke layar, sehingga
informasi berupa: tulisan, gambar, bagan akan menjadi lebih
besar dan lebih jelas dilihat oleh siswa.yang dimaksud
gambar mati (still picture) adalah berupa: gambar, foto,
diagram, tabel, ilustrasi dll, baik berwarna hitam maupun
putih yang relatif berukuran kecil, agar gambar tersebut
dapat dilihat atau disaksikan dengan jelas oleh seluruh siswa
didalam kelas dengan jalan diproyeksikan ke suatu layar
(screen).

Pada dasarnya OPH/OHT berguna untuk


memproyeksikan transparan ke arah layar yang jaraknya
relatif pendek, dengan hasil gambar/tulisan yang cukup besar.
Proyektor ini direncanakan dibuat untuk dapat digunakan
oleh guru di depan kelas dengan penerangan yang normal,
sehingga tetap terjadi komunikasi antara guru dengan
siswa.111

111
Fatikh Inayathur Rahma, Media Pembelajaran, Pancawahana: Jurnal
Studi Islam Vol.14, No.2, Desember 2019, hlm. 89-90.
106
BAB X
DESAIN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Strategi Desain Pembelajaran


Desain dapat diartikan keseluruhan, struktur, kerangka
ataupun outlet. Desain menurut Smith dan ragan merupakan
proses perencanaan yang sistematis yang dilakukan sebelum
tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan atau
proses sistematis yang dilakukan dengan menterjemahkan
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menjadi rancangan yang
diimplementasikan dalam bahan dan aktivitas pembelajaran.
Desain yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu
kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Desain pembelajaran disefinisiakan sebagai prosedur yang
terorganisasi dimana tercangkup langkah-langkah dalam
menganalisis, mendesain, mengembangkan,
mengimplementasika, dan mengadakan evaluasi. Desain-desain
pembelajaran lebih memperhatikan pada pemahaman,
pengubahan, dan penerapan metode-metode pembelajaran. Hal
ini diarahkan untuk memilih dan menentukan metode apa yang
dapat digunaka untuk mempermudah penyampaian bahan ajar
agar dapat diterima dengan mudah oleh siswa.112

112
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 20-21.
107
Sedangkan strategi secara bahasa diartikan sebagai siasat,
kiat, trik, atau cara. Sedangkan secara umum strategi adalah suatu
garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai
pola umum kegiatan murid dengan guru dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan atau sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.113
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut
pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem,
dan sebagai proses. Sebagai disiplin,desain pembelajaran
membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta
proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaranmerupakan ilmu untuk
menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan,
penilaian,serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas
pelayanan pembelajaran dalam skalamakro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas.Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dansistem pelaksanaannya
termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses
menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secarakhusus teori-
teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran.
Pernyataantersebut mengandung arti bahwa penyusunan

113
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika
Aditam, 2007), hlm. 3.
108
perencanaan pembelajaran harus sesuaidengan konsep
pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum
yangdigunakan.Dengan demikian dapat disimpulkan desain
pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjaditransfer
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses
ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan tujuan pembelajaran,dan merancang "perlakuan"
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah
teruji secara pedagogisdan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. 114
Menurut Dick and Carey (1990) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
mengajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut mereka strategi pembelajran bukan hanya terbatas
prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik.
Jadi, desain strategi pembelajaran merupakan proses
perencanaan yang sistematis atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur ata tahapan kegiatan belajar yang atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, bukan hanya terbatas

114
https://www.scribd.com/doc/210545551/2-Desain-dan-Strategi-
Pembelajaran-PDF, diakses pada Rabu, 10 November 2021, Pukul 08:01 WIB.
109
prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pegaturan materi atau paket program pembelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik.115
B. Kedudukan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rencana, aturan-aturan,
langkah-langkah serta sasaran yang prakteknya akan diperankan
dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas guna merealisasikan tujuan.
Karena strategi mengajar merupakan operasionalisasi
metode, maka akan memuat gaya yang dilakukan guru dalam
menyusun ppelajaran, seni yang ditampilkan guru dalam proses
pembelajaran serta media dan sarana dalam berbagai bentuknya
yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.116
Penyelenggaraan Pendidikan melalui Sekolah dan
PendidikanLuar Sekolah. Apapun namanya dan di manapun
kegiatan belajar mengajar dilakukan, kegiatan itu harus
dapatmemanfaatkan berbagai sumber belajar yang terdapat di
mana-mana baik langsung maupun tidak langsungdalam bentuk
sarana ataupun prasarana. Kegiatan proses belajar mengajar
memerlukan interaksi dengansumber belajar yang dapat
digunakan untuk menyediakan fasilitas belajar. Agar diperoleh
hasil yang maksimal,maka kadar itu harus tinggi.
Untuk memperoleh interaksi yang tinggi, maka proses
interaksi perlu dikembangkansecara sistematik. Begitu pula
sumber belajar perlu dikembangkan dan dikelola secara baik dan

115
Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Pemekasan:
Duta Media Publishing, 2019), hlm.78.
116
Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Pemekasan:
Duta Media Publishing, 2019), hlm.78.
110
fungsional. Dimana-mana orang dapat belajar, dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sebab sumberbelajar ada di
mana-mana, baik berupa manusia maupun bukan manusia, yang
dapat dimanfaatkan untukmeningkatkan efektivitas dan efisiensi
kegiatan belajar mengajar.
Oleh AECT disebutkan pula bahwa dalamkegiatan
instruksional (PBM), sumber belajar dapat berubah menjadi
komponen instruksional. Dan uraiantersebut jelas bahwa kegiatan
belajar adalah pembelajaran yang penting selalu ada, dan yang
dapatmembantu pemecahan masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih
model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh.
Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah,
kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan
suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika
guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali
siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh
teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai
dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandusiswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi

111
contohmengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapatdiselesaikan.
Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan
berorientasi pada upaya penyelidikan olehsiswa. Model-model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaks (polaurutannya) dan sifat lingkungan
belajarnya.Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan
adalah pembelajaran langsung,suatu model pembelajaran yang
baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilandasar
seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak
berkaitan dengan penggunaan alat.117
C. Manfaat Desain Strategi Pembelajaran
Berikut beberapa manfaat dari desain strategi
118
pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru :
1. Manfaat strategi pembelajaran bagi siswa
a. Siswa terbiasa belajar dengan perencanaan yang
disesuikan dengan kemampuan diri sendiri.
b. Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan
temannya, meski ada juga pengalaman mereka yang sama.
c. Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan
kecepatan belajarnya sendiri secara optimal.
d. Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil
belajar yang efektif dan efisien.

117
http://shriy-hanny.blogspot.com/2012/05/kedudukan-macam-strategi-
belajar.html, diakses pada Selasa 09 November 2021, Pukul 20.12 WIB.
118
http://alfaptfu.blogspot.co.id/2012/01/manfaat-strategi-
pembelajaran-ptfu.html, diakses pada 15 November 2021, Pukul 20.49
WIB.
112
e. Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
f. Siswa dapat mengulang uji kompetensi (remidi) jika
terjadi kegagalan dalam uji kompetensi.
2. Manfaat strategi pembelajaran bagi guru
a. Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai hasil yang efektif dan efisien.
b. Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur.
c. Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari siswa
pada saat proses belajar mengajar dimulai.
d. Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, ketika
siswa mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan
teknik pengorganisasian materi yang dipelajari siswa atau
teknik belajar yang lain.
e. Guru dapat membuat peta kemampuan siswa sehingga
dapat dipakai sebagai bahan analisis.
f. Guru dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi
siswa yang mampu
D. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik Maupun peserta didik dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Peserta didik belajar secara aktif
ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental
maupun secara fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat,
hidup, giat, berkesinambungan, kuat dan efektif. Pembelajaran
aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika peserta didik
113
bersemangat, siap secara mental, dan dapat memahami
pengalaman yang dialami.119
Istilah aktif mengacuh pada teknik instruksional interaktif
yang mengharusan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi
seperti analisis, istensis, dan evaluasi. Pembelajaran aktif adalah
segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu baik dalam
bentuk interaksi mahasiswa maupuan mahasiswa dengan
pengajar dalam proses belajar tersebut.
Menurut Bonwell (1995) pembelajaran aktif memiliki
pembelajaran sebagai berikut :
1. Penekakan proses pemelajaran bukan pada penyampaian
informasi pada pengejar melainkan pada pengembangan
keterampilan pemikiran analisis dan kritis terhadap topik atau
masalah yang di bahas.
2. Mahasiswa tidak hanya mendengar kulia secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.
3. Penenkanan eksplorasi pada nilai-nilai dan sikap- sikap
berkenaan dengan mata kulia membawa lebh banyak tuntunan
untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.
4. Umpan balik yang cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran.
Adapaun strategi pembelajaran aktif, pembelajaran aktif
dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan suatu potensi
yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan

119
Huriah Rachmah, Strategi Pembelajaran Aktif di Sekolah Dasar, Dalam
artikel STKIP, 39 No. 319, hal 11
114
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Beberapa penelitian
membutikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan
dengan waktu. Pollio (1984) menunjukan bahwa siswa dalam
ruang kelasnya hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40 % dari
waktu pembelajaran yang tersediah. Sedangkan penenlitian
McKeachi (1986) menyebutkan bahwa dalm 10 menit pertama
siswa dapat mencapai 70 % dan berkurang sampai menjadi 20 %
pada waktu 20 menit terakhir. kondisi tersebut merupakan
kondisi yag sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini
menyebabkan sering terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan
terutama di sebabkan anak didik di ruang kelas lenih banyak
menggunakan indra pendengaran di banding visual sehingga apa
yang di pelajarai di kelas cenderung dilupakan.
Pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk
memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik
dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal
yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi
mereka. Dengan memberika strategi belajar aktif anak didik
dapat mebantu ingatan mereka, sehingga mereka dapat di
hantarkan pada tujuan pembelajaran dengan suskses, hal ini
kurang di perhatkan pada pembejaran konvensional. Dalam
metode active learning setiap materi pembelajaran baru harus
dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sebelumnya, materi pembelajaran disediakan secra aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya agar murid dapat
belajar secra aktif guru harus menggunkan strategi yang tepat

115
sehingga peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar.120
Di samping karateristik diatas secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal
yaitu:121
1. Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan
menimbulkan positive interdependence di mana konsolidasi
pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara
bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.
2. Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap
peserta didik sehingga terdapat individual accountability.
3. Proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan
efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga
akan memupuk social skills.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk mengerti
bahwa semua kehidupan dan pembelajaran itu berhubungan.
Guru menginginkan agar peserta didik menyadari potensi mereka
dan keberadaan di dunia bahwa pembelajaran tidak pernah
berakhir. Tujuannya adalah agar peserta didik bisa berfikir secara
mandiri dengan penuh motivasi dan rasa ingin tahu yang tinggi.
E. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Dalam sisitem pendidikan modern peserta didik
diharapkan memiliki peningkatan tingkat otonomi dan

120
Supriadi Pengabean, Konsep dan Strategi Pembelajaran, (Medan:
Yayasan kita menulis, 2021), hlm. 81-92.
121
Huriah Rachmah, Strategi Pembelajaran Aktif di Sekolah Dasar,
Dalam artikel STKIP, 39 No. 319, hal 11

116
menunjukan inisiatif dalam proses pembelajaran memriksa
materi pembelajaran dan memahami konten. pertumbuhan
pengetahuan yang efesien di dalam dan di laur sekolah hanya
dimungkinkan jika peserta didik meiliki keterampilan yang
memulai, menandu dan mengontrol pencapaian informasi
kemudian pemrosesan dan penyimpananya. hal ini dapat
mendudkung peserta didik dalam mendapatkan kesempatan
belajar yang sama di sisi lain hai ini juga bermanfaat bagi
pengajar untuk meningkatkan kopentensi penting untuk karir
masa depan, misalnya merancang atau mengidentifikasi dan
mengani berbagai kepribadian peserta didik. Penenlitian
psikologis dan pedagogis saat ini berfokus pada proses
pembelajaran peserta didik secara umum dan juga dimana
strategi pembelajaran peserta didik harus berkenalan untuk
memungkinkan pembelajaran yang efektif dan otonom. Istilah
strategi pembelajaran tidak menggambarkan satu konsep
seragam, ilmiah. ini agak merangkum konsep dari berbagai
kelompok penelitian, sedangkan Mandl dan Friedrich melihat
strategi pembelajaran sebagai urutan tindakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, Lomppscher menggambarkan merekan
sebagai berikut: strategi pembelajaran adalah prodesur yang lebih
atau kurang kompleks, secara berbeda maju sehingga atau tidak
sadar digunakan untuk mewujudkan tujuan belajar dan
122
mengatasinya persyaratan belajar.

122
Atika Kumaa Dewi, DKK, Strategi dan pendekatan pembelajaran di
era milenial, (Jawa Barat : EDU PUBLISTER, 2021), hlm. 7-8.
117
BAB XI
REVIEW PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran


Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah
lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata
pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya ialah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau
lebih. Jadi pembelajaran ialah proses kegiatan mencari informasi
(dalam mencari ilmu).
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa
pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau
pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu
usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas. Menurut
Sudjana (1988) pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan
memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam
suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan
(mengatur dan merespons) komponen-komponen pembelajaran,
sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana
mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sisitematis. Hal ini
berarti pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan

118
menetapkan komponen-komponen tujuan, bahan, metode atau
teknik, serta evaluasi atau penilaian.123
B. Hakikat Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya mengacu pada
suatu upaya untuk mengatur /mengendalikan /memanajemeni
aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaraan
sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang
diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri
dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya dapat
dimanfaatkan sebagai umpan balik.
C. Pendekatan – Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan
pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain itu
pendekatan pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang
ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pengajaran
dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain dari
pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan
oleh guru atau pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam

123
Ahmada Rohani, Pengelolahan pengajaran. (Jakarta: Rieneka Cipta,
1997), hlm 26
119
menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran.124
Jenis – Jenis Pendekatan Pembalajaran terbagi menjadi 6,
sebagai berikut :
1. Pendekatan Individual
2. Pendekatan Kelompok
3. Pendekatan Bervariasi
4. Pendekatan Edukatif
5. Pendekatan Keagamaan
6. Pendekatan Kebermaknaan
D. Metode – Metode Pembalajaran
Beberapa macam metode yang wajib dipahami oleh para
guru, sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu pembelajaran yang
bersifat konvensional karena guru menyampaikan materi
kepada siswa secara lisan.
2. Metode Diskusi
Sesuai dengan namanya, Metode ini selalu
mengutamakan aktivitas diskusi yang melibatkan para siswa
untuk belajar memecahkan masalah.
3. Metode Demontrasi
Metode demontrasi merupakan metode pembelajaran
yang dilakukan dengan cara pratikum agar siswa bisa melihat
dan mempraktikan secara langsung materi yang sedang

124
https://www.m-edukasi.web.id/2013/06/. Pendekatan Pembelajaran.
(diakses pada 22 November 2021, pukul 10.00 wib)
120
dipelajari. Metode demontrasi lebih menarik serta membuat
siswa lebih fokus pada materi pelajaran.
4. Metode Resitasi
Metode resitasi biasanya mengharuskan siswa
membuat resume tentang materi yang telah disampaikan oleh
guru, dimana resume tersebut ditulis pada kertas
menggunakan kata-kata dari siswa sendiri.
5. Metode Eksperimen
Metode eksperimen dilakukan melalui kegiatan
percobaan atau pratikum laboratorium agar siswa bisa melihat
secara langsung materi pelajaran yang sedang disampaikan.
6. Metode Karya Wisata
Metode satu ini menggunakan tempat atau lingkungan
tertentu yang mempunyai sumber belajar untuk siswa. Namun
penerapan metode ini perlu memperoleh pengawasan secara
langsung dari guru.
7. Metode Debat
Metode ini megajak siswa untuk saling beradu
argumentasi secara perorengan atau kelompok. Tetapi debat
tersebut dilakukan secara formal dan memiliki aturan tertentu
untuk membahas dan mencari penyelesaian masalah.125
E. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Pembelajaran
Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah
salah bunyi dari prinsip pembelajaran. Untuk dapat mengetahui
dan mengatasi hambatan–hambatan maka kita harus berfikir
mengenai faktor–faktor apa saja yang dapat mempengaruh suatu

125
https://idcloudhost.com/metode-pembelajaran-pengertian-macam-
macam-fungsi-dan-tujuannya, diakses pada 23 November 2021, pukul 14.00 wib)
121
proses belajar dan pembelajaran. Setelah mengetahui berbagai
prinsip pemelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh mengenai
faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar.
Pada prinsip–prinsip pembelajaran kita mengetahui bahwa
belajar membutuhkan proses, interaksi, motivasi, lingkungan, dll.
Kali ini kita akan bahas dalam konteks faktor-faktor yang dapat
berpengaruh saat proses belajar dan pembelajaran. Faktor –
faktor yang mempengaruhi siswa adalah:
1. Faktor individu/Internal (faktor dari dalam siswa), yakni
kondisi jasmani dan rohani siswa
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.126
F. Teknik Mendapatkan Umpan Balik
1. Pengertian Umpan Balik
Umpan balik adalah pemberian informasi yang
diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk
memperbaiki atau meningkatkan pencapaian atau hasil
belajarnya.127 Pengajar perlu mengetahui sejauhmana bahan
yang telah dijelaskan dapat dimengerti murid, karena disinilah
tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran dengan
bahan berikutnya. Bila murid belum mengerti bagian tertentu,

126
Aunurahman, Belajar dan pembelajaran. (Bandung. Pernerbit Alfabeta
Slameto, 2010), hlm. 23
127
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT
Grasindo, 1991), hlm 148.
122
pengajar harus mengulang lagi penjelasannya. Umpan balik
tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya bertujuan
untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti
bahan yang telah dibahas.128
Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas
pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan
terlebih jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas
(mastery learning) yang menghendaki semua siswa dapat
mencapai tujuan yang dirumuskan secara maksimal.129
2. Teknik Mendapatkan Umpan Balik
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik
diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri
setiap anak didik sebagai makhluk individual, teknik-teknik
tersebut antara lain:130
a. Memancing Persepsi Peserta Didik
b. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
c. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
d. Menggunakan Metode yang bervariasi
G. Pengembangan Variasi Belajar
1. Pengertian Variasi Belajar
Variasi menurut kamus istilah populer adalah
“selingan, selang-seling, atau pergantian.131 Sedangkan

128
Add.Rooljakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT Grasindo,
1991), hlm 11-12.
129
Zainal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm 190.
130
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm 140-158.
131
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika
Aditama, 2009, hlm. 91
123
menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam
konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi
kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar,
siswa senantiasa menunjukkkan ketekunan, keantuasiasan,
serta berperan secara aktif.132
Dalam proses belajar mengajar ada variasi apabila
guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya
mengajar, media yang berganti-ganti dan ada perubahan
dalam pola interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa.
Variasi lebih bersifaat proses daripada produk.133
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa variasi mengajar merupakan cara pendidik
menyampaikan sesuatu dalam kegiatan belajar dengan
menampilkan dan menciptakan suasana belajar yang menarik
agar peserta didik tidak merasa bosan dengan apa yang
disampaikan.
2. Tujuan Variasi Belajar
Penggunaan variasi terutama ditunjukkan terhadap
perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa, tujuan
mengadakan variasi belajar mengajar adalah:
a. Agar perhatian siswa meningkat.
b. Memotivasi siswa.
c. Menjaga wibawa guru
d. Mendorong kelengkapan fasilitas mengajar.
e. Mendorong anak didik untuk belajar.

132
J. J Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006, hlm. 64
133
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, hlm. 161
124
3. Komponen Variasi Mengajar
komponen-komponen variasi mengajar dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan
bahan ajaran, dan variasi Interkasi. Komponen-komponen
Variasi Mengajar menurut Djamarah dan Zain (2010:167)
yaitu:
a. Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini meliputi variasi suara, variasi gerakan
anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam
kelas. Untuk lebih jelasnya variasi gaya mengajar ini
adalah sebagai berikut:
1) Variasi Suara
2) Penekanan (Focusing)
3) Pemberian Waktu (Pausing)
4) Kontak Pandang
5) Gerakan Anggota Badan (Gesturing)
6) Pindah Posisi
b. Variasi Media dan Bahan Ajaran
Ada tiga variasi dalam penggunaan media, yaitu
media pandang, media dengar, dan media taktil.
1) Variasi Media Pandang
2) Variasi Media Dengar
3) Variasi Media Taktil
c. Variasi Interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan
anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua
kutub, yaitu:

125
1) Anak didik belajar secara bebas tanpa campur tangan
guru.
2) Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi
didominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada
anak didik.134
H. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan
sebagai Classroom Management, itu berarti istilah
pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian
pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-
kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
Pengelolaan kelas didefenisikan sebagai serangkaian
tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan
kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah
melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara
guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan
perencanaan/persiapan mengajar.135
Ruang lingkup pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut: 136

134
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2003, hlm. 25
135
R, L, Holmes Parhusip dkk, Manajemen Kelas, (Malang: CV. Literas
Nusantara Abadi, 2021), hlm 1-3
136
Irjus Indrawan dan Jauhari, Manajemen Kelas, (Pasuruan: Penerbit Qiara
Media, 2021), hlm 18-19
126
a. Pengelolaan tata lingkungan fisik kelas
b. Pengelolaan dan penegakan disiplin kelas
c. Pengelolaan perilaku siswa
d. Pengelolaan konflik di dalam kelas
2. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan kelas
Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan
suasana kelas yang nyaman serta kondusif, agar terciptanya
pembelajaran yang efektif dan kondusif. Dengan demikian,
jika peserta didik sudah merasakan kenyamanan dalam
belajar, maka tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan
guru akan mudah tercapai, dan hasil belajar sesuai dengan
yang diharapkan. 137
Pengelolaan kelas berfungsi untuk membuat
perubahan-perubahan dalam kelas, sehingga peserta didik
dapat bekerja sama dan mengembangkan kontrol diri. Peserta
didik harus mampu mengontrol diri dan mengembangkan
sikap aktif, khususnya dalam belajar. Kerja sama anggota
kelas sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat belajar
peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu mengembangkan
sikap kerja sama di dalam kelas guna menumbuhkan
semangat belajar para anggotanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru harus mampu mengelola peserta didik terkait
pengembangan sikap kerja sama dalam kegiatan
138
pembelajaran.

137
Rinja Efendi dan Delita Gustriani, Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar,
(Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020), hlm 4-5
138
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: DIVA
Press, 2018), hlm 16
127
3. Peran Guru dalam Pengeoloaan Kelas
Guru, merupakan pemegang peranan utama dalam
proses belajar mengajar. Tugas utama guru adalah
menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi
belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk menciptakan
suasana yang dapat menumbuhkan semangat belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih
memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan
terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian
kelas yang memadai.139
I. Pengembangan dan Pemanfaatan Media
1. Pengertian Pengembangan Media
Pengembangan media pembelajaran adalah suatu
usaha penyusunan program media pembelajaran yang lebih
tertuju pada perencanaan media.140 Pengembangan media
adalah proses atau langkah yang dilakukan untuk membuat
atau menyempurnakan suatu media agar dapat digunakan
dalam membantu mengoptimalkan suatu proses pembelajaran
agar sesuai dengan tujun pembelajaran tersebut.
2. Komponen Pengembangan Media
Menurut Masitoh bahwa komponen-komponen
pengembangan media diantaranya terdiri dari: 141

139
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm 9
140
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm.135.
141
http://simutmaniz.blogspot.com/2012/12/komponen-media-
pembelajaran.html, (Diakses pada Senin, 22 November 2021 pukul 22:30 WIB).
128
a. Tujuan pembelajaran
b. Isi (materi pembelajaran)
c. Kegiatan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar)
d. Media dan sumber belajar; dan
e. Evaluasi
3. Prosedur Pengembangan Media
Menurut Arif S. Sadiman terdapat prosedur yang
dibutuhkan dalam pengembangan media pembelajaran.142
Berikut ini merupakan prosedur dalam pengembangan media
pembelajaran:
a. Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
b. Perumusan Tujuan
c. Pengembangan Materi
d. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
e. Penulisan Naskah Media
f. Mengadakan Tes dan Revisi
4. Pola Pemanfaatan Media
Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran
yang dapat dilakukan, antara lain: pemanfaatan dalam situasi
kelas dan pemanfaatan media di luar situsi kelas. Untuk lebih
jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Media di dalam kelas
Dalam tatanan (setting) ini, media pembelajaran
dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan
tertentu, pemanfaatannya pun dipadukan dengan proses
belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam

142
Ansawir dan M. Basyairuddin Usman, Media Pembelajaran… hlm. 135.
129
merencanakan pemanfaatan media itu guru harus melihat
tujuan yang akan dicapai itu, materi pembelajaran yang
mendukung untuk tercapainya tujuan itu, serta strategi
belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan itu.
Media pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan
ketiga hal itu, yang meliput tujuan, materi dan strategi
pembelajarannya. Disamping mempertimbangkan ketiga
hal di atas media yang digunakan tentunya juga harus
bersifat praktis, ekonomis, dan mudah untuk digunakan.
b. Pemanfaatan media di luar situasi kelas
Pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas
dapat dikelompokkan dalam dua kelompok utama yaitu:
1) Pemanfaatan secara bebas
Pemanfaatan secara bebas ialah bahwa media itu
digunakan tanpa kontrol atau diawasi.
2) Pemanfaatan media secara terkontrol
Pemanfaatan media secara terkontrol ialah bahwa
media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan
yang diatur secara sistematis untuk mencapai tujuan
tertentu.
5. Strategi Pemanfaatan Media
Ahmad Rohani menyatakan bahwa strategi
pemanfaatan media mempertimbangkan empat hal, yaitu:
produksi, peserta didik, isi dan guru. 143

143
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997), hlm. 28.
130
a. Pertimbangan produksi antara lain; tersedianya bahan,
harga yang sesuai, kondisi fisik, mudah dicapai dan
mempunyai nilai.
b. Pertimbangan peserta didik antara lain; watak peserta
didik, sesuai dengan peserta didik dan keterlibatan peserta
didik.
c. Pertimbangan isi, yaitu; sesuai dengan isi kurikulum,
bahan media siap pakai dan isi tepat dengan kebutuhan.
d. Pertimbangan guru, yaitu kemanfaatan media disesuaikan,
media yang digunakan mampu memecahkan problem,
jangan malah menimbulkan masalah.
J. Desain Strategi Peembelajaran
1. Pengertian Desain Strategi Pembelajaran
Desain strategi pembelajaran merupakan proses
perencanaan yang sistematis atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur ata tahapan kegiatan belajar yang
atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu, bukan hanya
terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja,
melainkan termasuk juga pegaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik.144

144
Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Pemekasan:
Duta Media Publishing, 2019), hlm.78.
131
2. Manfaat Desain Strategi Pembelajaran
Berikut beberapa manfaat dari desain strategi
pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru :145
a. Manfaat strategi pembelajaran bagi siswa
1) Siswa terbiasa belajar dengan perencanaan yang
disesuikan dengan kemampuan diri sendiri.
2) Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda
dengan temannya, meski ada juga pengalaman mereka
yang sama.
3) Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan
kecepatan belajarnya sendiri secara optimal.
4) Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil
belajar yang efektif dan efisien.
5) Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
6) Siswa dapat mengulang uji kompetensi (remidi) jika
terjadi kegagalan dalam uji kompetensi.
b. Manfaat strategi pembelajaran bagi guru
1) Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2) Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara
teratur,
3) Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari
siswa pada saat proses belajar mengajar dimulai.

145
http://alfaptfu.blogspot.co.id/2012/01/manfaat-strategi-pembelajaran-
ptfu.html, diakses pada 22 November 2021, Pukul 22.40 WIB.
132
4) Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa,
ketika siswa mengalami kesulitan, misalnya dengan
memberikan teknik pengorganisasian materi yang
dipelajari siswa atau teknik belajar yang lain.
5) Guru dapat membuat peta kemampuan siswa sehingga
dapat dipakai sebagai bahan analisis.

133
BAB XII
IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAI

A. Pengertian Model Pembelajaran PAI


Era globalisasi membawa dampak yang signifikan
terhadap perubahan- perubahan tata nilai kehidupan masyarakat.
Salah satu bentuk perubahan tata nilai tersebut seperti
diungkapkan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000
adalah "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis,
materialistis dan hedonis- tis". Keadaaan ini berlawanan dengan
ajaran Islam sekaligus tidak mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional yaitu membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas dan berakhlak mulia.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar
yang mem- perhatikan pola pembelajaran tertentu. Model-model
pembelajaran berkembang sesuai dengan perkembangan jaman
dan kebutuhan peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak faktor
diantaranya adalah pendidik. Pendidik memiliki kemampuan
dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan
kemampuannya memilih model pembelajaran yang dapat
memberi ke-efektifan kepada siswa.146
Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara-
gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (pendidik) harus ingat bahwa tidak ada model

146
Isjoni dan Mohammad Arif Ismail,” Model-Model Pembelajaran
Mutakhir Perpaduan Indonesia Malaysia”, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005, hlm.
146.
134
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan
ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi pendidik itu
sendiri.
Pendidik yang profesional dituntut mampu
mengembangkan model pembelajaran, baik teoritik maupun
praktek, yang meliputi aspek-aspek, konsep, prinsip, dan teknik.
Memilih odel pembelajaran yang tepat merupakan persyaratan
untuk membantu peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Model pembelajaran berpengaruh secara langsung
terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan
suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Brings model adalah
seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu
proses seperti penilaian suatu kebutuhan pemilihan media dan
evaluasi.147
Wowo Sunaryo menyebutkan model pembelajaran adalah
landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses
analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.148

147
Muhaimin, dkk, “Paradigma Pendidikan Islam”, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2002, hlm. 221.
148
Wowo Sunaryo Kuswana, ”Model Pembelajaran dalam Konteks
Kurikulum”, 2004, (akhmadsudrajat.files.wordpress.com), didownload pada tanggal
15 November 2021.
135
Istilah model pembelajaran mempunyai arti perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pendidikan, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
149
kelas.
Tentang model pembelajaran Joyce (1992: 1) berpendapat
bahwa “each model guides us as we design instruction to help
students achieve various objective”, yang berarti setiap model
mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk
membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan
150
pembelajaran.
Sedang yang dimaksud dengan model pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional yang bersifat
timbal balik antara pendidik dan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Yang dimaksud dengan komunikasi transaksional
adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan
disepakati oleh pihak-pihak terkait yang terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan,
penguasaan, hasil, proses atau fungsi belajar bagi peserta belajar.

149
Trianto, ”Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik”,
Jakarta: Prestasi Puskata, 2007, hlm. 1.
150
Trianto, ”Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik”…,
hlm. 2
136
Jadi, model pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
model pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dapat menggunakan model-model yang ada, atau dengan
memadukan atau mengembangkan suatu model sendiri.
Penggunaan suatu model tidak bisa bersifat panasea (serba cocok
untuk segala kondisi pembelajaran).
Sementara itu, model pembelajaran agama Islam dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Prosedur pengembangan hubungan relasi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Permainan peran: studi perilaku dan nilai sosial.
Dalam permainan peran, peserta didik mengungkapkan
masalah hubungan manusia dengan menggerakkan situasi
masalah kemudian mendiskusikan masalah tersebut. Secara
bersama-sama peserta didik mengungkapkan perasaan, sikap,
nilai, dan starategi pemecahan masalah.151
Bermain peran sebagai model pembelajaran
pendidikan agama islam memiliki akar yang berusaha
membantu individu menemukan pemahaman pribadi dengan
dunia sosialnya dan memecahkan masalah pribadi dengan
bantuan kelompok sosial.
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk memikirkan
kebijakan sosial.

151
Mukhtar, ”Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Jakarta:
Misaka Galiza, 2003, hlm. 127.

137
Model pembelajaran ini didasarkan kepada suatu
konsepsi masyarakat yang memiliki pandangan dan nilai
sosial berbeda dalam melegitimasi konflik. Model
pembelajaran ini memiliki enam tahapan yaitu,
a. Orientasi terhadap dasar,
b. Identifikasi masalah
c. Mengambil posisi,
d. Pengumpulkan pola argumentasi
e. Mengkualifikasikan posisi
f. Menguji asumsi faktual.
4. Penemuan ilmiah dan latihan penemuan: seni membuat
kesimpulan.
Model pembelajaran ini mengahadapkan peserta didik
dalam suatu masalah penemuan alami dengan
menghadapkannya pada upaya investigasi untuk membantu
mengenali masalah, wilayah investigasi, serta mengajak
peserta didik untuk merancang cara mengatasi masalah
tersebut.152
Tahapan model pembelajaran ini meliputi aktivitas
memunculkan wilayah investigasi kepada peserta didik
bagaimana cara menyusun masalah, menguasai masalah
dalam investigasi tersebut, dan membuat spekulasi cara
mengatasi kesulitan.
5. Memorisasi
Konsep ini merupakan prinsip dan teknik yang pokok
(esensial) untuk memperkuat ingatan terhadap materi

152
Mohammad Arif Ismail, “Model-Model Pembelajaran Mutakhir”,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 26.
138
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Konsep tersebut
adalah keberanian, asosiasi, sistem keterkaitan, sistem
penggantian kata, dan kata kunci.153
Pengembangan koneksi yang meliputi membuat materi
pembelajaran pendidikan agama islam yang lebih familiar dan
mengembangkan koneksi dengan keyword dan penggantian
kata.
6. Pembelajaran pendidikan Agama Islam melalui presentasi.
Presentasi memajukan siswa yang meliputi penjelasan
tujuan pembelajaran pendidikan agama islam. Dengan
menggunakan model pembelajaran presentasi siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam menguasai materi pelajaran.
7. Pengembangan intelektual
Ada tiga tingkatan utama dari pengembangan moral:
a. Preconventional, meliputi orientasi kepatuhan dan
hukuman, serta orientasi relativitas dan instrumental.
b. Conventional, meliputi orientasi konkordansi
interpersonal, serta orientasi hukum dan perintah
c. Post Conventional (outonomous, or principled), meliputi
orientasi legalistik atau social contact dan orientasi prinsip
yang universal
8. Pendidikan akhlak (moral).
Maksud pendidikan moral adalah pendidikan
mengenai dasar-dasar moral dan keutaman perangai, tabiat
yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh peserta

153
Ibnu Maskawih, ”Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Bandung : Mizan,
1995, hlm. 35.
139
didik sejak masa kecil sampai menjadi seorang yang
mukalaf.154
Jika pendidikan siswa jauh dari akidah islam, terlepas
dari arahan religius dan tidak berhubungan dengan Allah swt,
maka tidak diragukan lagi bahwa siswa akan tumbuh dewasa
diatas dasar penyimpangan, kesesatan dan kekafiran.
B. Model-model pembelajaran PAI
Sebagaimana yang dikutip oleh Jamaludin Darwis, Bruce
menyebutkan ada 4 model pembelajaran yaitu:
1. Model Proses Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif. Model
tersebut berorientasi pada kemampuan peserta didik
memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat
memperbaiki kemampuan tersebut. Pemprosesan informasi
menunjuk pada cara-cara mengumpulkan/menerima stimuli
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah, serta
menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model
ini berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan
kemampuan intelektual umum (general intellectual ability).155
Model proses informasi disebut juga dengan
pendekatan ekspositori, intinya adalah pendidik
menyampaikan materi kepada peserta didik secara lisan,
peserta didik mendengarkan dan berusaha untuk

154
Mukhtar, ”Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Op.Cit
.hlm. 130.
155
Oemar Hamalik, ”Kurikulum dan Pembelajaran”, Jakarta: Bumi
Aksara, 2001, hlm. 129.
140
memahami.Untuk itu kemampuan peserta didik dalam
memahami simbol-simbol verbal sangat menentukan.156
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke
waktu terus mengalami perubahan. Model-model
pembelajaran kini mulai ditinggalkan berganti dengan model
pembelajaran yang modern. Model pembelajaran proses
informasi adalah satu dari sekian banyak model pembelajaran
yang modern yang menekankan peserta didik mampu
memproses informasi yang datang dari dalam dan luar
lingkungan peserta didik.
Model proses informasi meliputi beberapa strategi
pembelajaran, yakni:
a. Belajar induktif, bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan membentuk teori.
b. Latihan inquiry, tujuannya pada prinsipnya sama dengan
mengajar induktif, bedanya terletak pada segi proses
mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
c. Inquiry kelimuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem
penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan
memperoleh pengalaman dalam domain- domain lainnya.
d. Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir induktif, mengembangkan konsep,
dan kemampuan analisis.
e. Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan

156
Djamaludin Darwis, ”Strategi Belajar Mengajar”, dalam Habib
Thoha dan Abdul Mu’ti, PBM PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam, Semarang: IAIN Walisongo Semarang
bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 227.

141
intelegensi umum, terutama berfikir logis, disamping itu
mengembangkan aspek sosial dan moral.
f. Advanced organized model, bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan ilmu secara bermakna.157
Model proses informasi salah satu kelompok model
pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada aktifitas-
aktifitas yang terkait dengan kegiatan proses atau
pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa
melalui proses pembelajaran.
Jadi model pembelajaran proses informasi adalah model
pembelajaran yang lebih mengarahkan peserta didik untuk
mampu memproses informasi yang didapat dari dalam
lingkungan dan luar lingkungan peserta didik, sehingga
mengarahkan peserta didik untuk lebih tepat memproses
informasi.
2. Model Personal
Model personal yaitu model yang lebih menekankan
pada kegiatan peserta didik untuk mengembangkan diri
secara optimal. Peserta didik dibimbing untuk berfikir kritis
yang merupakan dasar-dasar berfikir ilmiah. Model
pendekatan ini merupakan pendekatan pendidikan modern
dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian
tugas.dalam pendekatan ini pendidik lebih berperan sebagai
pembimbing dan narasumber.158
Rumpun model pembelajaran ini berorientasi kepada
perkembangan diri peserta didik, jadi lebih menekankan pada

157
Oemar Hamalik, ”Kurikulum dan Pembelajaran”..., hlm. 129.
158
Djamaludin Darwis, ”Strategi Belajar Mengajar”.., hlm. 227.
142
kemampuan untuk mempertanggung jawabkan apa yang akan
dan telah dibuat oleh peserta didik baik sekarang dan masa
depan.
Pendidikan personal dikembangkan dengan beberapa
tujuan essensial; untuk mengarahkan perkembangan dan
kesehatan mental dan emosional melalui pengembangan rasa
percaya diri dan pandangan realistik tentang dirinya,
mengembangkan keseimbangan proses pendidikan beranjak
dari kebutuhan dan aspirasi peserta didiknya sendiri,
mengembangkan aspek-aspek khusus kemampuan berfikir
kualitatif.159
Model personal pada dasarnya beranjak dari
pandangan tentang individu. Pendidikan dan pembelajaran
merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan agar seorang
indivudu dapat memahami diri secara mendalam, memikul
tanggung jawab sehingga memungkinkan mencapai kualitas
kehidupan lebih baik.
Model pembelajaran ini terdiri dari 4 jenis strategi
pembelajaran yaitu:
a. Pendidikan non directif, bertujuan untuk membangun
kemampuan dan perkembangan pribadi yakni kesadaran
diri (self awareness), pemahaman (understanding),
otonomi dan konsep diri (self concept).
b. Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan self exploration and self awareness. Titik

159
Aunurrahman, “Belajar dan Pembelajaran”, Bandung: ALFABETA,
2009, hlm. 163.

143
beratnnya pada perkembangan interpersonal awareness
and understanding and body sensory awareness.
c. Sinektik, bertujuan untuk mengembangkan kreativitas
pribadi dan pemecahan masalah secara kreatif.
d. Sistem Konseptual, bertujuan untuk meningkatan
kompleksitas dasar pribadi yang luwes.160
Model pembelajaran persoanal dikembangkan dengan
beberapa tujuan yaitu untuk mengarahkan perkembangan dan
kesehatan mental dan emosional melalui pengembangan rasa
percaya diri dan pandangan realistik tentang peserta didik,
dan toleran terhadap peserta didik lainnya. Mengembangkan
keseimbangan proses dirinya terhadap orang lain dan
kebutuhan dirinya sendiri dan menempatkan peserta didik lain
sebagai partner didalam apa yang ia pelajari, dan
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik.
Sebagai contoh dalam hal ini pendidikan akhlak tidak
hanya sekedar menyuruh para siswa untuk menghapalkan
nilai-nilai normatif akhlak secara kognitif yang biasanya
diberikan dengan bentuk ceramah dan diakhiri dengan
ulangan.
3. Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial adalah suatu model
pembelajaran yang beranjak dari pandangan bahwa segala
sesuatu tidak terlepas dai realitas kehidupan, individu tidak
mungkin terlepas dirinya dari interaksi dengan orang lain.161

160
Oemar Hamalik, ”Kurikulum dan Pembelajaran”…,hlm. 130.
161
Anurrahman, “Belajar dan Pembelajaran”…, hlm. 149.
144
Rumpun model ini mengutamakan hubungan individu
dengan masyarakat atau orang lain, dan memusatkan
perhatiannya kepada proses dimana realita yang ada dan
dipandang sebagai suatu negosiasi sosial (sosial
162
negotiated).
Model ini menekankan individu untuk berhubungan
dengan orang lain, perbaikan proses-proses demokratis dan
perbaikan masyarakat, kendatipun titik beratnya pada
hubungan social namun tidak berarti merupakan satu-satunya
tujuan yang paling penting. Titik berat ini hanya menunukan
bahwa hubungan social sebagai suatu doamain yang lebih
penting.
Model ini bermula dari kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, oleh karena itu model ini menekankan
pada pembentukan dan pengembangan kemampuan peserta
didik untuk berinteraksi sosial, mengembangkan sikap dan
perilaku demokratis dengan masyarakat, gotong royong,
kerjasama yang saling memberi manfaat. Metode yang
digunakan dapat berupa metode diskusi, kerja kelompok,
pemberian tugas, problem solving, role playing, sosio
drama,dan sebagainya.163
Strategi pembelajaran yang tercakup dalam model ini
adalah:
a. Kerja kelompok, bertujuan untuk mengembangkan
ketrampilan peran serta dalam proses bermasyarakat

162
M. D. Dahlan, “Model-Model Mengajar”, Bandung, Diponegoro,
1984, hlm. 25.
163
Djamaludin Darwis, ”Strategi Belajar Mengajar “…, hlm. 227-228.
145
dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan
keterampilan menemukan dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas, tujuannya untuk mengembangkan
pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung
jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
kelompok.
c. Pemecahan masalah sosial atau inquiry sosial, bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial dengan cara berfikir logis dan
penemuan akedemik.
d. Model laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran pribadi dan keluwesan dalam berkelompok.
e. Model pendidikan yurisprudensi, bertujuan untuk melatih
kemampuan mengolah informasi dan memecahkan
masalah sosial dengan cara berfikir yurisprudensi.
f. Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik yang menemukan nilai-nilai sosial
dan pribadi melalui situasi tiruan.
g. Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu peserta didik
mengalami berbagai kenyataan sosial serta memuji reaksi
mereka.164
Kelompok model pembelajaran ini dirancang dengan
memanfaatkan kerjasama antara siswa melalui berbagai
bentuk kegiatan nyataaktivitas pembelajaran baik yang
dilaksanakan didalam kelas maupun luar kelas.
Dalam realitas kehidupan bermasyarakat harus diakui

164
Oemar Hamalik, ”Kurikulum dan Pembelajaran”…, hlm. 128.
146
bahwa kerja sama merupakan fenomena yang pasti terjadi
dalam berbagai kesempatan lapisan masyarakat dan dalam
berbagai bentuk kegiatan, dengan kerjasama manusia dapat
membangkitkan dan meningkatkan dan menghimpun tenaga
dan energi.
Model interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi
yaitu masalah-masalah sosial dapat diidentifikasi dan
dipecahkan melalui kesepakatan-kesepakatan bersama
melalui proses sosial dan melibatkan masyarakat, proses
sosial yang demokratis perlu dikembangkan dalam upaya
perbaikan sistem kehidupan sosial secara terarah dan
berkesinambungan.
4. Model Tingkah Laku
Model tingkah laku yaitu model pendidikan untuk
membentuk tingkah laku baru yang dikehendaki. Model ini
merupakan penerapan dari teori behaviorisme yang
menyatakan bahwa perilkau manusia itu dikehendaki oleh
stimulus dan respon yang diterimanya. Dalam praktek
pendidikan pendidik memberikan respon dengan perilaku
belajar, dan ini berulang-ulang dengan reinforcement
(penguatan) hingga terbentuknya perubahan perilaku.165
Rumpun model pembelajaran ini dibangun atas dasar
teori yang umum, yaitu kerangka teori perilaku. Belajar tidak
dipandang sebagai sesuatu yang konkrit dan dapat diamati.166
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik
diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih berfokus pada

165
Djamaludin Darwis, ”Strategi Belajar Mengajar”…, hlm. 228.
166
M. D. Dahlan, “Model-Model Mengajar”…,hlm. 25.
147
hal yang spesifik. Berkaitan dengan hal ini, pemberian
pelajaran akhlak tidak hanya sekedar menyuruh pada peserta
didik untuk menghafalkan nilai-nilai normatif, akan tetapi,
akhlak harus diajarkan sebagai perangakat sistem yang saling
berkaitan antara teks dan konteks.
Strategi pembelajaran yang tercakup dalam model ini
adalah:
a. Belajar tuntas, pada prinsipnya belajar tuntas adalah suatu
aktivitas proses pembelajaran yang bertujuan agar bahan
ajar dapat dikuasai secara tuntas oleh peserta didik.
b. Pendidikan langsung, merupakan suatu model
pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas
akademik yang bertujuan meningkatkan ketrampilan,
meningkatnya motivasi belajar peserta didik serta
meningkatkanya kemampuan peserta didik.
c. Simulasi, adalah satu model pembelajaran yang mampu
membangkitkan gerakan dan mengendalikan diri sendiri,
yang bertujuan untuk mencapai kelebihan-kelebihan
tertentu dalam pendidikan.
Model pembelajaran ini memusatkan perhatian pada
perilaku yang teramati. Beranjak dari psikologi model
pembelajaran ini mementingkan penciptaan sistem
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi
penguatan tingkah laku secara efektif sehingga terbentuk pola
tingkah laku yang dikehendaki.
Pada model ini peserta didik diarahkan kepada suatu
pola belajar yang lebih terfokus pada hal yang spesifik, yaitu
berkenaan dengan tingkah laku dan akhlak peserta didik.
148
C. Problem dalam Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Dalam mengembangkan pembelajaran PAI bisa
menggunakan model-model yang ada, atau dengan memadukan
atau dengan mengembangkan model pembelajaran sendiri.
Pemilihan dan penerapan suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan model pembelajaran PAI, harus disesuaikan
kebutuhan pembelajaran PAI, kondisi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang diharapkan.
Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pembelajaran
PAI di lembaga pendidikan formal terutama, semakin mendesak
apabila dikaitkan dengan kenyataan di lapangan yakni seperti;
adanya berbagai krisis kepercayaan yang ditandai munculnya
ketegangan konflik di beberapa daerah, dan Krisis akhlak yang
tandai dengan semakin banyaknya kejahatan, baik berupa tindak
kekerasan seperti; tawuran, penyalahgunaan narkoba dan lain-
lain yang selalu meningkat setiap tahunnya.167
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya peranan dan
efektifitas pendidikan agama Islam dalam membentuk peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia adalah:
1. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini
dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
kurang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Persoalan-persoalan yang dihadapi lembaga
pendidikan Islam adalah rendahnya kualitas pelayanan

167
Republika, Online 24 Juli 2002, tersedia:
http://www.republika.co.id/cetak/html 2000), download tanggal 15 November 2021.
149
pendidikan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut Pendidikan Agama Islam harus mampu menata
aspek-aspek dan model- model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan cara memperkuat dan memperjelas
Pendidikan Agama Islam yang telah ditetapkan.168
Melalui pendekatan dan model pembelajaran yang
tepat proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar
dan sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan tujuan
pendidikan agama islam yaitu menjadikan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa serta memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan
Agama Islam berkaitan dengan pembentukan akhlak dan
moral peserta didik sehari-hari. Oleh karena itu Pendidikan
Agama Islam tidak cukup hanya dengan hapalan berbagai
ajaran atau teori kepada peserta didik. Misalnya untuk hadits
tertentu, masalah kebersihan tidak cukup hanya dihapal dan
ditulis begitu saja namun lebih jauh harus dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih
menekankan pada pengayaan pengetahuan (kognitif pada
tingkat yang rendah).
Pengembangan model pembelajaran tidak terlepas dari
pemahaman pendidik terhadap karakterisik peserta didik
sebagai manapula didalam pengimplementasian prinsip-
prinsip belajar yang telah disiapkan oleh pendidik. Demikian

168
Mukhtar, ”Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”…, hlm.
123.
150
pula tidak dapat dilepaskan dari karakteristik materi
pelajaran, tujuan belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas
maupun sarana dan prasarana dan fasilitas belajar.
Dari hasil penelitian dan pengamatan diketahui sebab-
sebab siswa kurang meminati dan termotivasi belajar karena
pendidik menggunakan model pembelajaran yang
konvensional.
Pada tingkatan Pendidikan Agama Islam, reformasi
pembelajaran diharapkan mampu untuk memberikan dan
menyiapkan tujuan pembelajaran di sekolah secara jelas yang
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, baik bagi peserta
didik yang bersangkutan, Pendidikan Agama Islam, maupun
bagi kebutuhan pembangunan bangsa.
Dengan reformasi model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ini diharapkan ada beberapa terobosan baru
dalam bidang model pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sehingga Pendidikan Agama Islam yang bertujuan
untuk membentuk peserta didik yang memiliki pengetahuan
tentang ajaran agama Islam serta mampu mengaplikasikan
dalam bentuk akhlak mulia belum tercapai sesuai yang
diharapkan.
D. Solusi yang Ditempuh dalam Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam yang diselenggarakan dengan
baik, diharapkan para peserta didik akan dapat menghindari sifat-
sifat tercela tersebut. Peran Pendidikan Agama Islam diharapkan
dapat mengatasi dampak negatif dengan menggunakan berbagai
model dan strategi yang dapat menjawab tantangan tersebut.
151
Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi
formal namun pendidikan menjadi tanggung jawab semua
kalangan dari yang paling dasar orang tua, keluarga, lingkungan,
masyarakat dan negara.
Dalam mengkaji Pendidikan Agama Islam yang dapat
meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotorik
peserta belajar tidak dapat dilepaskan dengan unsur- unsur
seperti: pendidik, peserta didik, kurikulum, lingkungan, serta
model pembelajaran yang dipilih oleh pendidik.
1. Mengubah cara pandang pada pembelajaran, pembelajaran
tidak hanya transfer of knowledge tetapi transfer of value.
Tugas utama pendidik adalah mendidik, mengajar,
membimbing dan melatih. Jadi pendidik tidak hanya
melaksanakan rutinitas sehari-harinya untuk menyampaikan
materi kepada peserta didik namun harus mencakup semua
yang menjadi tanggung jawab sebagi seorang pendidik.169
Dilhat dari posisinya yang tidak hanya sebagai
pengajar yang transver of knowledge tetapi juga sebagai
pendidik yang transfer of values, dan sekaligus sebagai
pembimbing maka tugas pendidik tidak bisa dipandang
dengan sebelah mata.170
Pendidikan bertugas untuk mencari langkah-langkah
yang efektif guna mempersiapkan pendidikan islam dalam
rangka menghadapi sistem global yang sarat dengan muatan

169
Hamid Darmadi, “Kemampuan Dasar Mengajar Landasan
Konsep dan Implementasi”, Bandung, ALFABETA, 2009, hlm. 45.
170
Hamid Darmadi “Kemampuan Dasar Mengajar Landasan
Konsep dan Implementasi”…, hlm. 129.
152
nilai (values contents).171
Tujuan Pendidikan Agama Islam tidak akan mungkin
tercapai kecuali materi pendidikan yang tertuang dalam
tujuan Pendidikan Islam dapat diterima baik oleh seorang
peserta didik. Materi pendidikan harus mengacu kepada
tujuan pendidikan islam. Oleh karena itu dalam hal ini
mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan
materi pelajaran.
Pendidik yang bertanggung jawab atas tugasnya, tidak
akan melepaskan diri dari keterkaitan yang erat antara tujuan
dan materi pendidikan, karena keduanaya tidak mungkin
terpisahkan. Maka tujuan pendidikan yang telah dirusmuskan
akan memberi kemungkinan lebih mudah untuk bisa dicapai
sebagaimana yang telah diharapkan.172
Pendidik yang profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai pendidik
kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara,
dan agamanya.173
Disini pendidik memiliki tugas untuk menyampaikan
pelajaran yang menjadi tanggung jawab seorang pendidik
dan tidak hanya sekedar menyampaikan pelajaran namun
harus menyampaikan makna yang terkandung dalam

171
Mukhtar, ”Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”…, hlm.
123.
172
Abdurrahman Saleh Abdullah, “Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan
Al-Quran” , Jakarta, RINEKA CIPTA, 2003, hlm. 159.
173
Kusnandar, “Guru Professional Implentasi Kurikulum Satuan
Pendidikan, ( KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru”, Jakarta, Rajawali
Press, 2010, hlm. 47.

153
pelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai (value) ajaran Islam.
2. Model pembelajaran pendidikan Islam hendaknya disesuaikan
dengan peserta didiknya, dan pendidik lebih inovatif dalam
melakukan proses belajar mengajar.
Untuk menghadapi era globlalisasi yang penuh dengan
persaingan dan ketidak pastian, dibutuhkan guru yang
visioner dan mampu mengelola proses belajar mengajar
secara efektif dan inovatif.
Model-model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sudah saatnya direformasi karena adanya pergeseran nilai dan
perubahan yang sangat cepat dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap
pembelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas.
Untuk keperluan pembelajaran dalam konteks
pemberian pengalaman belajar, maka model pembelajaran
yang monoton yang terpusat pada guru yang selama ini
berlangsung atau terjadi di kelas sudah saatnya diganti dengan
model pembelajaran yang memungkinkan siswa. 174
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan pendidik untuk mengembangkan model
pembelajaran yang berorientasi meningkatkan intensitas
keterlibatan peserta didik secara efektif didalam proses

174
Nazarudin, Mgs, “Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep,
Karakteristik dan Metodologi PAI di Sekolah Umum”, Jogjakarta : Teras 2007,
hlm. 46.
154
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat
pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan aktif
dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat meraih hasil
belajar dan prestasi yang optimal.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran
yang efektif maka setiap pendidik harus memiliki
pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan
cara-cara mengimplementasikan model-model pembelajaran
tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat
pemahaman pendidik terhadap perkembangan dan kondisi
peserta didiknya. Tanpa pemahaman terhadap kondisi model
yang dikembangkan pendidik tidak dapat meningkatkan
peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, dan
akhirnya tidak berperan besar dalam pencapaian peserta didik.

155
BAB XIII
IMPLEMENTASI TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN
BALIK

A. Pengertian Implemetasi
Implemetasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana ayng sudah disusun secara matang dan terperinci.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implemetasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem, implemetasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 175
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya
adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to
deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor
kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk
mewujudkan kebijakan.176
Implemetasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap fix. Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan
yang berasal dari kata bahasa inggris Implement yang berarti
melaksanakan.177
Guntur Setiawan berpendapat, Implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses Interaksi
antara tujuan dan tindakan untuk mencapianya serta memerlukan

175
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Grasindo:
Jakarta, 2002), hlm. 70
176
Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan, (Bumi Aksara Jakarta, 1991), hlm. 21
177
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta, Bumi Aksara, 2013), hlm. 56
156
jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.178 Bahwa dapat
disimpulkan Implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana,
bukan hanya suatu Aktifitas dan dilakukan secara sungguh-
sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, Implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu
kurikulum. Implmentasi kurikulum merupakan proses
pelaksanaan Ide, program atau aktivitas baru dengan harapan
orang lain dapat menerima dan memperoleh hasil yang
diharapkan.
B. Pengertian Teknik Umpan Balik
Aktif ataupun tidaknya suatu pembelajaran bisa kita lihat
dari respon peserta didik itu sendiri, apabila peserta didik sangat
berantusias dalam belajar maka proses belajar mengajar tersebut
berbilang aktif. Pendidiklah yang harus memancing semangat
belajar mereka dengan menggunakan teknik-teknik umpan balik
(feedback), dengan begitu peserta didik mampu memahami
pelajaran yang telah disampaikan, dan pendidik sendiri lebih
mudah dalam menyampaikan materi.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan oleh seorang guru dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik.179 Pendapat lain mengatakan bahwa
teknik adalah implementasi dari metode pembelajaran yang

178
Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Balai
Pustaka, Jakarta, 2004), hlm. 39
179
Abdul Majid, Belajar Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 133
157
secara nyata berlangsung di dalam kelas, tempat terjadinya proses
pembelajaran.180
Adapun pendapat lain menyatakan bahwa teknik
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang telah disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut.181
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa teknik pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan
oleh seorang pendidik guna untuk menyampaikan suatu bahan
ajar yang telah tersusun sebelumnya dalam metode yang sesuai.
Umpan balik (feedback) adalah kondisi psikologis peserta
didik dan guru yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar yang
terlihat dalam sikap, gerak-gerik, respons, dan perubahan lainnya
yang terjadi pada guru dan murid. Sedangkan menurut pendapat
lain menjelaskan bahwa Umpan balik adalah respons yang
pendidik berikan kepada anak didiknya mengenai apapun hal
yang diperbuat oleh anak didik, yang bisa memotivasi peserta
didik, memberikan penguatan, serta membuat anak didik menjadi
lebih mengembangkan kemampuannya dengan tujuan pencapaian
suatu hasil yang lebih optimal.
Umpan Balik juga bisa diartikan sebagai pemberian
informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada
peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian

180
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 20
181
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 231
158
atau hasil belajarnya.182 Pendapat lain mengatakan bahwa metode
umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes
atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau
meningkatkan pencapaian atau hasil belajar.Dari beberapa
definisi di atas dapat penulis jelaskan bahwasannya umpan balik
(feedback) adalah suatu respon yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didiknya sehingga terjadi interaksi antara
keduanya, guna untuk memotivasi semangat peserta didik ketika
belajar dan supaya mereka mencapai hasil belajar yang
maksimal.
C. Bentuk-bentuk Teknik Umpan Balik (feedback)
Umpan Balik tidak hanya berupa bentuk fisik saja, namun
juga dalam bentuk sikap mental yang selalu berproses untuk
meyerap bahan pelajaran yang pendidik berikan. Adapun bentuk-
bentuk dari umpan balik yaitu:
1. External feedback yaitu umpan balik yang diterima langsung
komunikator dan komunikan.
2. Internal feedback yaitu umpan balik yang diterima
komunikator bukan dari komunikan akan tetapi datang dari
pesan itu sendiri atau dari komunikator itu sendiri.
3. Direct feedback atau Immediate feedback yaitu umpan balik
langsung dalam suatu komunikasi, komunikan menggerakkan
salah satu anggota badannya.
4. Inderact feedback atau Delaiged feedback yaitu dalam bentuk
surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio, dll. Hal ini
umpan balik membutuhkan waktu.

182
Ihsana El Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakata: Pustaka
Pelajar, 2017), hlm. 213
159
5. Inferential feedback yaitu umpan balik yang diterima dalam
komunikasi masa yang disimpulkan sendiri oleh komunikator
meskipun secara tidak langsung akan tetapi cukup relevan
dengan pesan yang disampikan.
6. Zero feedback yaitu komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan meskipun komunikan
menyampaikan umpan balik tersebut tidak dipahami oleh
komunikator.
7. Neutral feedback yaitu umpan balik yang netral berarti bahwa
informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak
relevan dengan pesan yang disampaikan semula.
8. Positive feedback yaitu komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif,
misalnya dengan adanya penerimaan pada pesan yang
disampaikan.
9. Negative feedback yaitu komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator mendapat tantangan dari komunikan.183
Dari beberapa bentuk umpan balik di atas yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran antara lain:
1. External feedback yaitu umpan balik yang diterima langsung
komunikator dari komunikan. Contohnya memberikan
ekspresi wajah, gerak-gerik, berupa perilaku ataupun dalam
bentuk suara saat proses komunikasi berlangsung.
2. Direct feedback yaitu Immediate feedback yaitu umpan balik
langsung dalam suatu dalam suatu komunikasi, komunikan
menggerakkan salah satu anggota badannya. Contohnya

183
“Umpan Balik dan Bentuk-bentuk,”diakses 10 November 2021,
https://www.taniakharisma-wirdpress.com/.
160
peserta didik akan mengangkat tanganya ketika ia akan
bertanya kepada pendidik saat apa yang pendidik sampaikan
belum dimengerti, dan memberikan apresiasi berupa tepuk
tangan.
3. Inferential feedback yaitu umpan balik yang diterima dalam
komunikasi masa yang disimpulkan sendiri oleh komikator
meskipun secara tidak langsung akan tetapi cukup relevan
dengan pesan yang disampaikan. Contohnya menyimpulkan
pertanyaan yang diberikan oleh beberapa siswa.
4. Positive feedback yaitu komunikasi yang disampikan
komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif,
misalnya dengan adanya penerimaan pada pesan yang
disampaikan. Contohnya peserta didik melaksanakan didik
melaksanakan apa yang diperintah oleh pendidik saat proses
belajar mengajar misalnya mencatat, mengerjakan tugas,
rensponsif ketika ditanya, mendengarkan dan memperhatikan
ketika pendidik sedang mengajar.
D. Pengaruh Teknik Umpan Balik Terhadap Hasil Belajar
Saat proses belajar mengajar berlangsung, terdaat
pengaruh yang sangat erat antara umpan balik dengan hasil
belajar peserta didik. Dikatakan erat karena tanpa adanya umpan
balik antara pendidik dan peserta didik maka pelajaran yang akan
disampaikan tidak akan mudah diterima dengan baik oleh peserta
didik. Umpan balik perlu diketahui oleh guru, untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang
diberikannya. Umpan balik adalah sebuah konformasi yang
dilakukan guru tentang prestasi peserta didik tentang tepat
tidaknya penyesuaian yang ditemukannya, dan selanjutnya
161
peserta didik akan mendapatkan penguatan (reinforcement) dari
guru jika prestasi yang dicapainya dalam keadaan tepat, serta
sekaligus mendapatkan koreksi, jika prestasinya dalam keadaan
menurun. Dalam kegiatan teaching and Learning (mengajar dan
belajar) masalah umpan balik merupakan ciri penting yang tidak
terdapat dalam prosedur pengajaran yang tradisional. Umpan
balik mengharuskan seorang pendidik mengetahui tentang
seberapa jauh bahan yang telah diberikan dapat dimengerti oleh
peserta didik, sebagai titik tolak apakah kegiatan pembelajaran
berikutnya dapat dilanjutkan atau tidak.184
Hasil belajar bisa diartikan pola-pola perbutan nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apreasi, dan keterampilan.
Merujuk pendapat lain hasil belajar berupa: informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keerampilan motorik,
dan sikap. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Selain itu, hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran
yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana
tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
tetapi secara komprehensif.185 Dapat diuraikan bahwa di dalam
penelitian ini, semakin sering umpan balik dilakukan maka
semakin balik merupakan salah satu kegiatan untuk dapat
menyimpulkan serta mengevaluasi keberhasilan proses

184
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 324
185
Muhammad Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, 22-24
162
pendidikan yang berlangsung. Serta dijadikan sebagai alat untuk
menentukan kegiatan pembelajaran itu akan berlanjut atau tidak.
Keberhasilan dalam belajar dapat kita lihat dari respon peserta
didik saat memberikan tanggapan saat pembelajaran, dari situlah
pendidik bisa ngukur serta menyimpulkan sejauhmana
kemampuan serta pemahaman peserta didik terhadap materi
yangdisampaikan pendidik.
E. Implementasi Teknik Umpan Balik
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 41 tanggal 23 November 2007, Standar Proses
Pendidikan secara rinci terdiri dari pola kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses yang sama juga
dikemukakan oleh Dick dan Carey (1994) yang menyebutkan
bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu (1)
kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi,
(3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan.
Melalui kedua proses yang telah dikemukakan diatas penerapan
strategi umpan balik dalam hal ini dilaksanakan pada kegiatan
penutup atau kegiatan lanjutan. Kegiatan yang dikenal dengan
istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan
seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh para tenaga
pendidik. Menurut Roper dalam Windarsih (2016) pelaksanaan
umpan balik (feedback) dapat dibedakan menjadi 4 tingkat:
Tingkat 1: umpan balik (feedback) berupa keterangan
salah atau benar. Dalam hal ini bentuk kegiatan adalah
pelaksanaan tes atau kuis yang dilakukan pada pertemuan
selanjutnya yakni seminggu setelah pemberian materi.
Pelaksanaan kuis ini biasa dilakukan 15 menit atau tertulis.
163
Pertama sebelum memulai selanjutnya. Adapun bentuk
pelaksanaan
tes ini dapat dilakukan dengan lisan atau tertulis. Setelah
selesai pelaksanaan tes, kemudian hasil tes akan dikembalikan
kepada semua peserta didik.
Tingkat 2 dan 3: umpan balik berupa pemberian jawaban
yang benar dan ditambah penjelasan. Pada pelaksanaan uman
balik di tingkat 2 dan 3 ini pendidik dan peserta didik bersama-
sama melakukan pembahasan hasil tes. Pendidik mengoreksi
memberikan jawaban yang benar dan menambahkan penjelasan
terhadap materi tes tersebut, di sisi lain para peserta didik juga
diberikan kesempatan untuk memperbaiki jawaban yang salah.
Selain itu, peserta didik diberikan penilaian terhadap hasil tes
mereka masing-masing. Dalam melaksanakan umpan balik ini
dapat dirumuskan 3 implikasi yakni:
1. Penilaian dari sudut pandang pendidik, setelah 3 kali
pelaksanaan tes/kuis maka akan mmberikan sebuah prediksi/
penilaian kepada pendidik mengenai presentase pemahaman
peserta didik aakah telah mencapai standar kelulusan atau
belum. Dengan kata lain hasil tes/kuis akan menjadi evaluasi
bagi pengajar/pendidik karena hasil yang diperoleh dapat
menunjukkan penguasaan dan pemahaman materi yang telah
disampaikan pada pekan yang lalu. Hal ini sesuai dengan
manfaat dari penerapan strategi umpan balik seperti yang
diungkapkan oleh Suherman dalam Windarsih (2016) yakni
penerapan umpan balik dapat mendorong pendidik untuk
menilai seberapa relevansi antara aspek-aspek pembelajaran
dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai bahan
164
ajar/materi seperti yang telah ditetapkan dalam tujuan
pembelajaran.
2. Penilaian dari sudut pandang peserta didik. Adapun penilaian
yang dimaksud adalah hasil tes/ kuis dapat menjadi sebuah
ukuran dan prediksi nilai ujian tengah semester yang akan
diperoleh oleh peserta didik. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Suherman dalam Windarsih (2016)
mengenai manfaat dari penerapan strategi umpan balik yakni
dapat membantu peserta didik untuk menilai kemampuan
yang tidak bisa dilihat dan dirasakannya sendiri.
3. Memberikan motivasi, penguatan (reinforcement) atau
hukuman (punishment) dan penghargaan (reward) menurut
Harsono (1988) dan Apruebo (2005) dalam Windarsih (2016).
Setelah para peserta didik mendapatkan gambaran mengenai
kemampuan yang mereka miliki hal tersebut akan menjadi
daya dorong atau motivasi bagi peserta didik yang masih
merasa belum mencapai nilai standar, mereka akan terpacu
untuk menjadi lebih baik lagi pada tes selanjutnya. Kemudian
para peserta didik juga akan diberikan hukuman apabila nilai
tes yang mereka dapat tidak mencapai standar. Untuk aturan
pemberian hukuman ini bersifat opsional atau tergantung
kepada pengajarnya masing-masing. Dengan adanya
pemberian hukuman maka secara otomatis juga akan
diberikan penghargaan ini dapat berupa pemberian nilai bagi
para peserta didik yang mencapai target kelulusan yang telah
ditetapkan sebelum pelaksanaan tes.
Tingkat 4: umpan balik pada tingkat 4 diberi pengajaran
atau konsep tambahan untuk menguatkan. Setelah para tenaga
165
penagajar atau pendidik mengetahui prediksi tentang penilaian
dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah
disampaikan maka dalam hal ini sangatlah penting para tenaga
pengajar/pendidik segera mengambil tindakan antisipatif
diantaranya adalah membuat dan menentukan kelompok belajar
berdasarka kategori tingkat pemahaman peserta didik dengan
menerapkan sistem belajar kelompok yang diselenggarakan di
luar jam belajar menagajar. Pengajar/Pendidik memilih dan
mengatur kelompok-kelompok belajar yang nantinya akan di isi
oleh 1 atau 2 orang mentor sebaya. Adapun mentor sebaya yang
dimaksud adalah salah satu peserta didik yang memiliki
pemahaman lebih bertahap materi dari kelas lain. Peran mentor
sebaya disini sangat penting yakni sebagai pembimbing,
pengawas dan pengganti sementara pengajar juga telah
mempersiapkan soal-soal latihan dan mendistribusikan kepada
setiap kelompok. Dalam hal ini para pendidik/tenaga pengajar
harus mempersiapkan dan menyediakan waktu untuk mengontrol
dan membimbing setiap kelompok jika peserta didik menemui
kesulitan. Dalam prakteknya penerapan strategi ini memberikan
hasil yang cukup signifikan dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan dan ditetapkan baik dari sisi akademis
maupun psikologis antara pendidik dan peserta didik.186

186
Tiara Eliza, Strategi Umpan Balik Sebagai Alternatif Strategi
Pembelajaran, Penerapan dan Tantangan, Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia. Vol,
7 No.2, 2019, Hal. 3
166
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Saleh Abdullah. 2003. “Teori-Teori Pendidikan


Berdasarkan Al-Quran”. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Afriza. 2014. Manajemen Kelas. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

Anugraheni, Indri. 2017. “Analisa Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Proses Belajar Guru-Guru Sekolah Dasar.”
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan 4, no. 2.

Arianti. 2018. Pengembangan Variasi Mengajar Dalam


Meningkatkan Motivasi Belajar. Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. 7: (1).

Arief Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan


Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Arsyad, Azhar. 2010. Bahasa Arab dan Metode


Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. 2002. Media


Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

Aunurahman. 2010. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta


Slameto.

Aunurrahman. 2009. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung:


ALFABETA.

167
Bahri Syaiful Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Baki, Nasir A. 2012. Metode Pembelajaran Agama Islam. Makassar:


Alauddin University Press.

Dahlan. 1984. “Model-Model Mengajar”. Bandung: Diponegoro.

Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha. 2019. Motivasi dan


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Wonosobo: CV.
Mangku Bumi Media.

Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi


Aksara.

Darmadi, Hamid. 2009. “Kemampuan Dasar Mengajar


Landasan Konsep dan Implementasi”. Bandung:
ALFABETA.

Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran


dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Dewi, Atika Kumaa. 2021. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran di


Era Milenial. Jawa Barat: EDU PUBLISTER.
168
Djamaludin Darwis. 1998. ”Strategi Belajar Mengajar”.
Semarang: IAIN Walisongo Semarang.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam


Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT Rhineka Cipta)

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Efendi, Rinja dan Delita Gustriani. 2020. Manajemen Kelas Di


Sekolah Dasar. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.

Eliza, Tiara. 2019. Strategi Umpan Balik Sebagai Alternatif Strategi


Pembelajaran Penerapan Tantangan. Jurnal Pendidikan
Bahasa Indonesia. Vol. 7, No. 2.

Falahudin, Iwan. 2014. Pemanfaatan Media dalam


Pembelajaran. Jurnal Lingkar Widyaswara Vol. 1 No.
4.

169
Fathurrohaman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Refika Aditam.

Fathurrohman, Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: Refika Aditama.

Gregorio, A. C. 1994. Princple and Methods of Theaching. Manila:


RP Gercia

H. Abudin Nata, 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya


Media Pratama.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:


Bumi Aksara.

Hamid Darmadi. 2009. “Kemampuan Dasar Mengajar


Landasan Konsep dan Implementasi”.
Bandung: ALFABETA.

Hamiyah, Nur & Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar


Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hamzah. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran: panduan


lengkap bagi guru profesional. Semarang: CV. Pilar
Nusantara.

170
Hanum, Rahmah Johar& Latifah. 2016. Strategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Deepublish.

Hasibuan, J. 2006. Proses Belajar Mengajar, Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Herry Asep Hernawan. 2006. Pengelolaan Kelas. Bandung:


UPI PRESS.

Ibnu Maskawih. 1995. ”Menuju Kesempurnaan Akhlak”. Bandung:


Mizan.

Indrawan, Irjus dan Jauhari. 2021. Manajemen Kelas.


Pasuruan: Penerbit Qiara Media.

Isjoni dan Mohammad Arif Ismail. 2008. “Model-Model


Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia Malaysia”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johar Rahmah dan Latifah Hanum. 2021. Strategi Belajar


Mengajar Untuk Menjadi Guru yang
Profesional.Aceh: Syiah Kuala University Press.

Khuluqo, El Ihsana. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Kusnah, Nurul. 2018. Teknik Pembelajaran Mutakhir: Solusi


Pembelajaran K-13. Nganjuk: CV Pustaka Ilalang Group.

171
Kusnandar. 2010. “Guru Professional Implentasi Kurikulum
Satuan Pendidikan, ( KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru”. Jakarta, Rajawali Press.

Kustandi, Cecep dan Daddy Darmawan. 2020. Pengembangan


Media Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

L, R, Holmes Parhusip dkk. 2021. Manajemen Kelas. Malang:


CV. Literas Nusantara Abadi.

Lie Anita. 2007. Cooperative Learning; Memperaktikan


Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT
Grasindo.

Mahmud, Saifudin, dan Muhammad Idham. 2017. Strategi Belajar-


Mengajar.Aceh: Syiah Kuala University Press.

Majid, Abdul. 2002. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Majid, Abdul. 2014. Belajar dan Mengajar Pendidikan Agama


Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

172
Mohammad Arif Ismail. 2008. “Model-Model Pembelajaran
Mutakhir”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhaimin, dkk. 2002. “Paradigma Pendidikan Islam”. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muhaimin,dkk. 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya


Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam DiSekolah.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan


Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Mukhtar dan Iskandar. 2010. Desain Pembelajaran Berbasis


Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Jakarta: Gaung
Persada.

Mukhtar. 2003. ”Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.


Jakarta: Misaka Galiza.

Mulyasa. E. 2013. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Mustakim, Zainal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran.


(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press)

Mustakim, Zainal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran.


Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

173
Nata, Abddddin. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Nazarudin, Mgs. 2007. “Manajemen Pembelajaran Implementasi


Konsep, Karakteristik dan Metodologi PAI di Sekolah
Umum”. Yogyakarta : Teras.

Nur Ubhiyati, 1997 Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: CV. Pustaka
Setia.

Nursobah, Ahmad. 2019. Perencanaan Pembelajaran MI/SD.


Pemekasan: Duta Media Publishing.

Nursobah, Ahmad. 2019. Perencanaan Pembelajaran MI/SD.


Pemekasan: Duta Media Publishing.

Pane, Aprida, dan Muhammad DarwisDasopang. “BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN.” FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-
IlmuKeislaman 3, no. 2 (30 Desember 2017): 333–52.

Parhusip, R. L, Holmes dkk. 2021. Manajemen Kelas. Malang: CV.


Literas Nusantara Abadi.

Pengabean, Supriadi. 2021. Konsep dan Strategi Pembelajaran.


Medan: Yayasan kita menulis.

Pranowo, Galih. 2019. Monograf Penelolaan Pembelajaran.


Jawa Tengah, Anggota IKAPI No. 181/JTE/2019.

174
Rachmah, Huriah Rachmah. 2012. Strategi Pembelajaran Aktif di
Sekolah Dasar, Dalam artikel STKIP, 39 No. 319, hal 11.
Pasundan Cimahi: STKIP.

Rahma, Fatih Inayathur. 2019. Media Pembelajaran.


Pancawahana: Jurnal Studi Islam Vol.14. No.2.

Rahmat, Pupu Saeful. 2019. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya:


Scopindo Media Pustaka.

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


Kalam Mulia.

Ratnawati, Dianna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan


Karakter Holistik Siswa Smkn Di Kota Malang.” Jurnal
Taman Vokasi 3, no. 2

Riyani, Yani. 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi


Belajar Mahasiswa (Studi pada mahasiswa Jurusan
Akuntansi Politeknik Negeri Pontianak). Jurnal
EKSOS.Vol. 8 No. 1.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Intruksional Edukatif, Jakarta:


PT. Rineka Cipta.
175
Rohani, Ahmada. 1997. Pengelolahan pengajaran. Jakarta.
Rieneka Cipta.

Rooljakkers, Add. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT


Grasindo.

S, Arief Sadiman. 2008. Media Pendidikan: Pengertian,


Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Saleh, Abdul Rahman. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan


Watak Bangsa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi Dalam Birokrasi


Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan


Balik. Jakarta: PT Grasindo.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit


Semester. Jakarta: Bumi Aksara.

Suardi, Moh. 2018. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta:


Deepublish.

Sulistyastuti dan Purwanto. 1991. Analisis Kebijakan dari Formulasi


ke Implementasi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV.


Wacana Prima.
176
Suyono. 2013. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya

Syarifuddin, Ahmad. 2011 “Penerapan Model Pembelajaran


Cooperative Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya.” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam Vol.
16 No. 01.

Tafsir, Ahmad. 2007. Metodologi Pengajaran Agama Islam.


Jakarta: PT Remaja Rosda Karya

Thobroni, Muhammad. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan


Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan
Nasional.

Trianto, S.Pd., M.Pd.. 2007. ”Model Pembelajaran Terpadu dalam


Teori dan Praktik”. Jakarta: Prestasi Puskata.

Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses


Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: Bumi
Aksara.

Usman Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama


Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kuirkulum.


Jakarta: Grasindo
177
Usman, Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Wati, Avinda Yuda. 2020. Pendidikan Agama Islam Interdisipliner


Untuk Pergutuan Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Widiasworo, Erwin. 2018 Cerdas Pengelolaan Kelas.


Yogyakarta: DIVA Press.

Yumnah, Siti. 2018. Strategi dan Pendekatan Pengelolaan


Kelas dalam Pembelajaran, Jurnal Studi Islam Vol.
13, No. 1, 2018.

Anonymous. 2012. Kedudukan Macam-macam Strategi Belajar. “


http://shriy-hanny.blogspot.com/2012/05/kedudukan-
macam-strategi-belajar.html “ diakses pada Selasa 09
November 2021, Pukul 20.12 WIB.

Berpendidikan.Com. “PengertianMengajar (Pengertian Lama dan


Baru) dan TujuanMengajar,” 5 Februari 2020.
https://www.berpendidikan.com/2020/02/pengertian-
mengajar.html. diakses pada Rabu, 10 November 2021,
Pukul 08:01 WIB.

http://alfaptfu.blogspot.co.id/2012/01/manfaat-strategi-
pembelajaran-ptfu.html,diakses pada 22 November 2021,
Pukul 22.40 WIB.

178
http://simutmaniz.blogspot.com/2012/12/komponen-media
pembelajaran.html, (Diakses pada Senin, 11
September 2021 pukul 08:00 WIB).

http://simutmaniz.blogspot.com/2012/12/komponen-media-
pembelajaran.html, (Diakses pada Senin, 22 November
2021 pukul 22:30 WIB).

http://www.m-edukasi.web.id/2013/06/. Pendekatan Pembelajaran.


diakses pada 22 Novemver 2021, pukul 10.00 wib

https://idcloudhost.com/metode-pembelajaran-pengertian-macam-
macam-fungsi-dan-tujuannya, diakses pada 23 November
2021, pukul 14.00

Rizal, Wahyu. 2013. Desain dan Strategi Pembelajaran.


“https://www.scribd.com/doc/210545551/2-Desain-dan-
Strategi-Pembelajaran-PDF “

Robina, Dani. makalah teknik mendapatkan umpan balik,


http://robbinadani.blogspot.com/2015/05/makalah-
teknik-mendapatkan-umpan-balik.html, diakses pada
tanggal 27 September 2021. pukul 13 : 30

179
1

Anda mungkin juga menyukai