Anda di halaman 1dari 13

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DAN HARTA KEKAYAAN DALAM

PERNIKAHAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Makalah Fiqh Munakahat Dan Mawaris
Yang Dianpu Oleh Bapak Romli, M.pd

Disusun Oleh
Kelompok 4 :

Laura Okta Adella 1920202085


Nurul Hikmah 1910202043
Virlie Da Silva 1930202341

Dosen Pengampu:

Romli, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas, mata kuliah Fiqh Munakahat dan
Mawaris dengan judul makalah “HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DAN HARTA
KEKAYAAN DALAM PERNIKAHAN”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di yaumul akhir.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga Penulis dapat
menyelesaikam makalah ini dengan baik. Khususnya, Penulis ucapkan terima kasih kepada
bapak Romli, M.Pd selaku dosen mata kuliah Fiqh Munakahat dan Mawaris yang telah
memberi tugas makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Palembang, 25 Februari 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................................ 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri ...................................................................... 2

B. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri......................................................................... 3

C. Kewajiban Istri Terhadap Suami ....................................................................................... 5

D. Hak Bersama Suami Istri................................................................................................... 7

E. Kewajiban Bersama Suami Istri ....................................................................................... 7

BAB III................................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 9

B. Saran .................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pernikahan merupakan dambaan bagi seluruh umat manusia, dimana hampir
seluruh umat manusia menginginkan hal itu. Bahkan dalam pembahasan anak muda
pernikahan sendiri sering disebut sebagai representasi atau gambaran dari surga dunia.
Disamping itu kita harus ingat bahwa pernikahan bukan hanya sebatas
kesenangan dan kenikmatan, tetapi ada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi dalam pernikahan.
Perlu diketahui bahwa kehidupan rumah tangga tidak lepas dari permasalahan,
baik masalah yang sepele hingga masalah yang membutuhkan kedewasaan berpikir
agar terhindar dari pertengkaran yang berkepanjangan. Sehingga hal ini
membutuhkan rasa saling memahami antar suami istri, perlu mengetahui hak dan
kewajiban suami terhadap isteri atau hak dan kewajiban isteri terhadap suami.
Di zaman ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan masyarakat,
apapun alasannya, mengapa kalangan masyarakat sering terjadi kasus perceraian,
mungkin mereka belum banyak memahami hak dan kewajiban suami terhadap istri
atau sebaliknya. Maka perlu untuk kita mengkaji dan membahas hal tersebut secara
mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hak dan kewajiban suami istri?
2. Bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya?
3. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh
Munakahat dan Mawaris, selain itu juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua tentang hak dan kewajiban suami terhadap istri atau sebaliknya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hak memiliki
pengertian milik dan kepunyaan, sedangkan kata kewajiban memiliki pengertian
sesuatu yang harus dilakukan dan merupakan suatu keharusan.1
Yang dimaksud hak disini adalah hal-hal yang diterima seseorang dari orang
lain, sedangkan yang dimaksud kewajiban disini adalah apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain.2
Dapat disimpulkan bahwa hak adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang
dari orang lain, sedangkan kewajiban adalah apa yang harus dilakukan seseorang
terhadap orang lain.3 Singkatnya hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus di kerjakan.
Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam kehidupan rumah tangga
dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Contoh dalam Al-
Qur’an pada surat al-baqarah ayat 228:

َُّ ‫عهَ ْي ِه‬


ُ‫هُدَ َر َجة‬ َ ُ‫ل‬ ُِ ‫هُ ِب ْان َم ْعزُ ْو‬
ُِ ‫فُ َو ِن ِهز َجا‬ َُّ ‫عهَ ْي ِه‬ ُْ ‫َون َههُُ ِمثْمُُانَّذ‬
َ ُ‫ِي‬
"Bagi istri itu ada hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya secara makruf
dan bagi suami setingkat lebih dari istri.”

Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai
kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun demikian, suami
mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai kepala keluarga.
Contoh hak dan kewajiban suami dan istri dalam hadits Nabi, hadits yang
diriwayatkan oleh Amru bin al-ahwash:

‫أالُأنُنكمُعهيُوسائكمُعهيكمُحقا‬
1
KBBI Offline, diakses pada 06 Juni 2020
2
Amir Syarifuddin, Hukum Perekonomian Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,
2006), 159.
3
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 159

2
“Ketahuilah bahwasannya kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan
istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul."

Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing,


maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah
kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan berkeluarga akan
terwujud sesuai dengan tujuan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah.4

B. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri


Adapun kewajiban suami terhadap istri terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Kewajiban yang bersifat materi yang di sebut nafaqah.
2. Kewajiban yang tidak bersifat materi, Contohnya :
 Menggauli istrinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 19:
‫ّٰللاُ فِ ْي ِه َخي ًْرا َكثِي ًْرا‬ َ ‫ف ۚ فَ ِب ْن ك َِر ْهت ُ ُم ْوهُهَّ فَعَ ٰۤسى اَ ْن تَك َْره ُْوا‬
‫شيْـئ ًـب َّويَجْ عَ َل ه‬ ِ ‫ش ُر ْوهُهَّ ِبب ْل َم ْع ُر ْو‬
ِ ‫َوعَب‬
“Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
 Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah
untuk terwujud, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk itu suami
wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat ar-Rum ayat 21:
“Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Ia menjadikan untukmu pasangan
hidup supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan menjadikan di
antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian merupakan tanda-
tanda agi kaum yang berfikir.”5
 Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum dalam
hadits Bukhariyang artinya :
 Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum dalam
hadits Bukhariyang artinya :

4
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155
5
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 160-161

3
“Nasihatilah para wanita (istri) itu dengan baik. Sesungguhnya wanita itu
tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau biarkan akan tetap
bengkok, tapi jika engkau luruskan akan patah. Maka nasihatilah wanita itu
dengan baik.”(HR Bukhari)6
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami terhadap istr dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
Pasal 80
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh
suami istri bersama.
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan member
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, dan
bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
 Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
 Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.
 Biaya pendidikan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di
atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istri.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istri nusyuz.

Pasal 81
Tentang Tempat Kediaman
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya, atau bekas istri
yang masih dalam iddah.

6
Miftah faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: GEMA INSANI 2005), Hal. 113

4
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan
pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat kediaman juga berfungsi
sebagai harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta
disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penujang lainnya.

Pasal 82
Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban member tempat tinggal
dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya
keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian
perkawinan.
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu
tempat kediaman.7

C. Kewajiban Istri Terhadap Suami


Dari istri tidak ada yang berbentuk materi secara langsung, yang ada adalah
kewajiban dalambentuk nonmateri. Yakni:
1. Menggauli suami secara layak dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami dari
ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik, karena perintah
untuk menggauli itu berlaku timbale balik.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-batas
kemampuannya.
3. Taat dan patuh kepada suami, selama suaminya tidak menyuruh untuk
melakukan perbuatan maksiat. Hal ini dapat dilihat dari isyarat firman Allah
dalam surat an-Nisa’ ayat 34:

7
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 162-163

5
”Perempuan-perempuan yang sholihah dalah perempuan yang taat kepada
Allah (dan patuh kepada suami) memelihara diri ketika suami tidak ada oleh
karena Allah telah memelihara mereka."
4. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh
suaminya.
5. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang
dan suara yang tidak enak didengar.8
6. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.
7. Mengatur rumah tangga dengan baik.
8. Menghormati keluarga suami.
9. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.
10. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.
11. Ridha dan syukur terhadap apa uyang diberikan suami.
12. Selalu berhias, bersolek untuk suami.
13. Selalu berhemat dan suka menabung.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban istri terhadap suami dijelaskan sebagai
berikut:
Pasal 83
Kewajiban Istri
1. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir batin kepada suami di dalam
batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya.

Pasal 84
1. Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban,
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 83 ayat (1), kecuali alasan yang sah.
2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istri yang disebut pada pasal 80
ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak
nusyuz.
4. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.9

8
Ibid

6
D. Hak Bersama Suami Istri
Hak bersama suami istri adalah timbal balik dari pasangan suami istri terhadap
yang lain. Diantaranya:
1. Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan baliknya hubungan istri
dengan keluarga suaminya, yang disebut hubungan mushaharah.10
2. Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual. Perbuatan
ini merupakan kebutuhan bersama suami istri yang dihalalkan secara timbal balik.
3. Haram melakukan perkawinan, yaitu istri haram dinikahi oleh ayah suaminya,
kakaknya, anaknya dan cucu-cucunya. Begitu pula ibu istri, anak perempuan, dan
seluruh cucunya haram dinikahi oleh suami.
4. Hak saling mendapat warisan akibat dari ikatan pernikahan yang sah, bila mana
salah seorang meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan pernikahan, pihak
yang lain dapat mewarisihartanya, meskipun belum pernah melakukan hubungan
seksual.
5. Keduanya wajib berperilaku yang baik, sehingga dapat melahirkan kemesraan
dan kedamaian hidup.11

E. Kewajiban Bersama Suami Istri


Hak dan kewajiban suami istri diatur secara tuntas dalam UU perkawinan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Pasal 30
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi
sendiri dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

9
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-164
10
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163
11
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155-156

7
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32
1. Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami istri
bersama.

Pasal 33
Suami istri wajib saling mencintai, hormat dan menghormati, setia, dan member bantuan lahir
batin satu sam lain.

Pasal 34
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya.[12]

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami istri dijelaskan secara rinci sebgai
berikut:
Pasal 77
1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah wa rahmah dan menjadi sendi dasar sari susunan masyarakat.
2. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik
mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan
agamanya.
4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami atau istri melalaika kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan
kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78
1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh suami istri bersama.

12
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan Undang
undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-165

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
hak suami dan kewajiban istri yang harus dijalankan terdiri atas melayani suami, taat
kepada suami, memenuhi ajakan suami berhubungan badan, menjaga rumah dan kemaluan
ketika ditinggal pergi, dan memperlakukan suami dengan baik. Meski istri memiliki jabatan,
gelar, atau gaji lebih tinggi daripada suaminya maka ia tetap harus taat kepada sang suami.
“Hak suami atas istri lebih besar daripada hak istri atas suami. Sebab suami memiliki satu
tingkat lebih tinggi daripada istri”.
Sedangkan suami memilki kewajiban untuk memberi mahar dan menafkahi istri baik
nafkah batin maupun nafkah berbentuk materi. Suami juga berkewajiban membimbing istri,
menjaga, dan menggauli istri dengan baik.

B. Saran
Dalam penulisan makalah tentunya masih terdapat banyak kesalahan, maka dari itu
kami sebagai penulis berharap adanya masukan yang membangun dari para pembaca, agar
kedepannya kami dapat membuat makalah uang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, 2006. Hukum Perekonomian Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,
Amir Syarifuddin, 2006. HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: KENCANA
Miftah faridl,2005. Rumahku Surgaku, Jakarta: GEMA INSANI 2005
Rahman Ghazaly, 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: KENCANA 2006

10

Anda mungkin juga menyukai