DISUSUN OLEH :
NAMA :
NIM :
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM OKI (UNISKI) KAYUAGUNG
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan Maha penyayang, puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-
Nya, dan semua yang telah dianugrahkan-Nya kepada penulis. Salawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW, rasul yang berjasa besar kepada kita semua dalam membuka
gerbang ilmu pengetahuan. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama
Islam dengan judul Hak dan kewajiban suami istri .
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
hubungan terkaitan tentang kerja sama dan hak-hak dalam berkeluarga, khususnya
menjalin hubungan dan hak-hak kewajiban dalam suatu rumah tangga yang akan
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi,
dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Islam OKI (UNISKI) Kayuagung. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu demi kesempurnaan makalah ini dalam penyajiannya kami
mohon bimbingan dan pengarahan dari para pembaca, dosen pembimbing dan
teman-teman sekalian. Demikian, semoga makalah ini dapat bermafaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam memandang hubungan antara suami dan istri bukan hanya sekedar
kebutuhan semata, tetapi lebih dari itu Islam telah telah mengatur dengan jelas
bagaimana sebuah hubungan agar harmonis dan tetap berlandaskan pada tujuan
hubungan tersebut, yakni hubungan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah
Swt.
Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga yang diliputi oleh
ketenangan, diselimuti cinta kasih dan jalinan yang diberkahi, Islam telah
mengajarkan kepada Sang Nabi bagaimana jalinan antara suami dan istri ini bias
sejalan, dapat seia dan sekata.
Maka, melalui makalah ini insyaAllah penulis akan mengupas beberapa
yang berkaitan tentang hak dan kewajiban antara seorang suami dengan istri. Hak
yang didasarkan pada kesadaran bukan sekedar kebutuhan, dan kewajiban yang
didasari pada kasih sayang dan bukan hanya menjalankan tugas belaka.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian hak dan kewajiban serta apa yang menimbulkan
terjadinya hak dan kewajiban ?
b. Apa sajakah hak dan kewajiban suami terhadap istri?
c. Apa sajakah hak dan kewajiban istri kepada suami?
d. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab timbulnya hak dan kewajiban
b. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri, istri kepada
suami serta kewajiban bersama antara suami dan istri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
D. MACAM- MACAM HAK SUAMI DAN ISTERI
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak
bersama, hak isteri yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang
menjadi kewajiban isteri.
1. Hak bersama-sama
Hak bersama-sama antara suami dan isteri adalah sebagai berikut:
a. Halal bergaul antara suami isteri dan masing masing dapat bersenang-
senang antara satu sama lain.
b. Terjadi mahram semenda : isteri menjadi mahram ayah suami, kakeknya,
dan seterunya ke atas, demikian pula suami menjadi mahram ibu isteri,
neneknya, dan seterusnya ke atas.
c. Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah
di laksanakan. Isteri berhak menerima waris atas peninggalan suami.
Demikian pula, suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun
mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri.
d. Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya (apabila pembuahan
terjadi sebagai hasil hubungan setelah menikah).
e. Bergaul dengan baik antara suamidan isteri sehingga tercipta kehidupan
yang harmonis dan damai. Hal ini telah di jelaskan dalam Al-quran surah
An.nisa ayat 19 yang memerintahkan:
...
) (...
3
2. Hak-hak isteri
Hak- hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi
dua, yatu: hak- hak kebendaan, yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan
hak-hak bukan bendaan, misalnya berbuat adil di antara para isteri (dalam
perkawanan poligami), tidak berbuat hal-hal yang merugikan isteri dan
sebagianya.
a. Hak-hak kebendaan
a) Mahar (maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, dan berikanlah maskawin
kepada perempuan-perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai
pemberian wajib. Apabila mereka dengan senang hati memberikan
berbagia maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan
sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Quran tersebut dapat di peroreh suatu pengertian
bahwa maskawin itu adalah harta pemberian wajib dari suami
terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak
boleh diganggu oleh suami, suami hanya di benarkan ikut makan
maskawin apabila diberikan oleh isteri dengan sukarela.
b) Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi
makan, pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan
pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan tempatkanlah isteri-isteri
dimana kamu tinggal menurut kemampuanmu; jangalah kamu
menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan hati mereka.
Apabila isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil,
berikanlah nafkah kepada mereka hingga bersalin.
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah
merupakan kewajiban suami dalam membahagiakan isterinya baik
lahir maupun batin dengan cara mencukupkan kebutuhan yang
4
dapat memcukupkan segala kekurangannya dengan maksud
meringankan beban padanya.
3. Hak-hak suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak
bukan kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban
kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.
5
Bahkan, lebih diutamakan isteri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami
memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini
dimaksudkan agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan
kewajiban membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang saleh.
Kewajiban ini cukup berat bagi isteri yang memang benar-benar akan
melaksanakan dengan baik. Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan
demikian menghendaki agar isteri tidak pernah melihat dunia luar, agar isteri
selalu berada di rumah saja. Yang dimaksud ialah agar isteri jangan sampai
ditambah beban kewajibannya yang telah berat itu dengan ikut mencari nafkah
keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan memang mendesak, usaha suami tidak
dapat menghasilkan kecukupan nafkah keluarga. Dalam batas-batas yang tidak
memberatkan, isteri dapat diajak ikut berusaha mencari nafkah yang diperlukan
itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai
hal-hal yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada
isteri dengan cara yang baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
1) Hak di taati
Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban
memimpin kaum perempuan (isteri) karena laki-laki mempunyai kelebihan
atas kaum perempuan (dari segi kodrat kejadiannya), dan adanya kewajiban
laki-laki memberi nafkah untuk keperluan keluarganya.
Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada suami-
suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak suami,meskipun
suami-suami mereka dalam keadaan tidak hadir, sebagai hasil pemeliharaan
Allah serta taufik-Nya kepada isteri-isteri itu. Hakim meriwayatkan dari
Aisyah r.a. :
. :
:
:
) ( :
:
Artinya:Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW :
Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap perempuan? Jawabnya :
6
Suaminya. Lalu saya bertanya lagi: Siapakah orang yang paling besar
haknya terhadap laki-laki? Jawabannya: Ibunya.
Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh
ketentuan bahwa kewajiban suami memimpin isteri itu tidak akan
terselenggara dengan baik apabila isteri tidak taat kepada pimpinan suami. Isi
dari pengertian taat adalah :
1. Isteri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah
disediakan
2. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar
larangannya
3. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami
4. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan
penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri
laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak
suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak
isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian
kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak
isteri.
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak
bersama, hak isteri yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang
menjadi kewajiban isteri.
B. SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini
dapat berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-
teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar, H., 2007. Hukum Perkawinan Islam. Cet. 11 Yogyakarta:
UII Press.
Furqan, H. Arif, dkk. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta:
Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Ghozali, Abdul Rahman, Prof., DR., M.A., 2008. Fiqih Munakahat. Cet. 3
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Hanafi, Ahmad. 1990. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Cet. 4. Jakarta: Bulan
Bintang.
Kumpulan Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. 2002.
http://robiepalkoris.blogspot.com
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com
http://yunisundari.blogspot.com
Prof. Dr. H.M.A Tihami, M.A., M.M , Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Fiqh
Munakahat (kajian Fiqh Nikah Lengkap). Jakarta: Rajawali Pers, 2010,
cet. ke-2.