Munakahat
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab timbulnya hak dan kewajiban
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri, istri kepada suami serta kewajiban
bersama antara suami dan istri.
BAB II PEMBAHASAN
Artinya : “ketahuilah, sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib) ditunaikan oleh
isteri kalian dan kalianpun memiliki hak yang harus (wajib) kalian tunaikan” (HR; Shahil ibnu
Majh no.1501, Tirmidzi II 315 no.1173 den Ibnu Majah I 594 no.1815).
2.2 Macam- Macam Hak Suami Dan Isteri
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak bersama, hak
isteri yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang menjadi kewajiban
isteri.
1. Hak bersama-sama
Hak bersama-sama antara suami dan isteri adalah sebagai berikut:
a. Halal bergaul antara suami isteri dan masing masing dapat bersenang-senang
antara satu sama lain.
b. Terjadi mahram semenda : isteri menjadi mahram ayah suami, kakeknya, dan
seterunya ke atas, demikian pula suami menjadi mahram ibu isteri, neneknya, dan
seterusnya ke atas.
c. Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah di
laksanakan. Isteri berhak menerima waris atas peninggalan suami. Demikian pula,
suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun mereka belum pernah
melakukan pergaulan suami isteri.
d. Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya (apabila pembuahan terjadi
sebagai hasil hubungan setelah menikah).
e. Bergaul dengan baik antara suamidan isteri sehingga tercipta kehidupan yang
harmonis dan damai. Hal ini telah di jelaskan dalam Al-quran surah An.nisa ayat 19
yang memerintahkan:
2. Hak-hak isteri
Hak- hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi dua, yatu: hak- hak
kebendaan, yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan hak-hak bukan bendaan,
misalnya berbuat adil di antara para isteri (dalam perkawanan poligami), tidak berbuat
hal-hal yang merugikan isteri dan sebagianya.
a. hak-hak kebendaan
a) Mahar (maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada perempuan-
perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan
senang hati memberikan berbagia maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan
sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa maskawin itu
adalah harta pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi
isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami, suami hanya di benarkan ikut makan
maskawin apabila diberikan oleh isteri dengan sukarela.
b) Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan, pakaian, tempat
tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana kamu tinggal
menurut kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan
hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah
nafkah kepada mereka hingga bersalin….”
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan kewajiban suami
dalam membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin dengan cara mencukupkan
kebutuhan yang dapat memcukupkan segala kekurangannya dengan maksud
meringankan beban padanya.
3. Hak-hak suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan
sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan
untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakan isteri tidak
usah ikut bekerja mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban
nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar isteri dapat mencurahkan
perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban membina keluarga yang sehat dan
mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban ini cukup berat bagi isteri yang
memang benar-benar akan melaksanakan dengan baik.
Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar
isteri tidak pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang
dimaksud ialah agar isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah
berat itu dengan ikut mencari nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan
memang mendesak, usaha suami tidak dapat menghasilkan kecukupan nafkah
keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, isteri dapat diajak ikut berusaha
mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal
yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri dengan
cara yang baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
1) Hak di taati
Bagian kedua dari ayat 34 Q.S. An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi kekhwatiran
suami bahwa isterinya bersikap membangkang (nusyus), hendaklah nasihat secara
baik-baik. Apabila dengan nasihat, pihak isteri belum juga mau taat, hendaklah suami
berpisah tidur dengan isteri. Apabila masih belum juga kembali taat, suami dibenarkan
memberi pelajaran dengan jalan memukul (yang tidak melukai dan tidak pada bagian
muka).
3.1 Kesimpulan
kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi
untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan
dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu
yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang
harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh
suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri.
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak bersama, hak isteri
yang menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang menjadi kewajiban isteri.
3.2 Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat
berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman.
Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Audah, Abdul Qadir. Tanpa tahun. At-Tasyri’ Al-Jina’iy Al-Islamy. Beirut: Dar Al-Kitab
Al-‘Araby.
Basyir, Ahmad Azhar, H., 2007. Hukum Perkawinan Islam. Cet. 11 Yogyakarta: UII
Press.
Furqan, H. Arif, dkk. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta: Departemen
Agama RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Ghozali, Abdul Rahman, Prof., DR., M.A., 2008. Fiqih Munakahat. Cet. 3 Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Hanafi, Ahmad. 1990. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Cet. 4. Jakarta: Bulan Bintang.
Kumpulan Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. 2002.
Prof. Dr. H.M.A Tihami, M.A., M.M , Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Fiqh Munakahat
(kajian Fiqh Nikah Lengkap). Jakarta: Rajawali Pers, 2010, cet. ke-2.