Dengan dilangsungkan akad nikah, antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan
yang dilakukan oleh Walinya, terjalinlah hubungan suami istri dan timbu hak kewajiban masing-
maasing timbal balik1
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi 3, yaitu : hak bersama, hak istri yang
menjadi kewajiban suami, dan hak suami yang menjadi kewajiban istri
HAK-HAK BERSAMA
1. Halal bergaul antara suami dan istri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu
sama lain
2. Terjadi hubungan mahram semenda
3. Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan istri sejak akad nikah dilaksanakan
4. Anak yang lahir dari istri bernasab pada suaminya
5. Bergaul dengan baik antara suami dengan istri sehingga tercipta hubungan yang harmonis
dan damai
HAK-HAK ISTRI
1. Hak-hak kebendaan
a. Mahar
1
K.H.Ahmad Azhar Basyir,MA., Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Uli Press, 2000),hlm. 53-54
2
Ibid., hlm. 54-57
Harta pemberian wajib dari suami kepada istri, dan merupakan hak penuh bagi
istri yang tidak boleh diganggu oleh suami, suami hanya dibenarkan ikut maka mas
kawin apabila diberikan oleh istri secara sukarela. Mahar dapat diberikan secara
langsung saat ijab-qabul, dan dapat diberikan setelah perkawinan dengan
menggunakan istilah “hutang” wajib yang harus tetap diberikan kepada istri.
Macam-macam mahar :
Ketentuan Mahar
Apabila telah terjadi persetubuhan, beralasan QS. An-Nisa 2:20-21 yang
mengajarkan, “apabila kamu akan mengganti istri dengan istri yang lain,
padahal kamu telah membayarkan mahar, kepada salah seorang istri-stri
itu, betapapun jumlahnya, janganlah kamu mengambil kembali sedikitpun
dari mahar itu; apakah kamu akan mengambil kembali dengan jalan
p.tuduhan dusta dengan menanggung dosa yang nyata? Bagaimana kamu
akan mengambil kembali padahal antara kamu suami-istri telah bergaul
(bercampur); dan istri-istri itu telah mengambil janji yang kuat dari
kamu?”.
Apabila terjadi kematian salahsatu, suami-istri sebelum terjadi
persetubuhan. Dengan demikian, apabila suami meninggal sebelum
memenuhi wajib maharnya, pembayaran mahar itu diambil dari harta
peninggalannya, sebagai pelunasan hutang. Apabila istri meninggal
sebelum menerima hak atas mahar, harus dipenuhi oleh suami dan
merupakan sebagian dari harta peninggalannya.
b. Nafkah
Mencakup segala keperluan istri, meliputi makanan, pakaina, tempat tinggal,
pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun istri tegolong kaya.
QS. Al-Baqarah :233, “….dan Ayah berkewajiban mencukupkan kebutuhan
pakaian dan makanan untuk para ibu anak-anak dengan cara yang makruf…”. Hadits
riwayat Muslim menyebutkan isi Khutbah Nabi dalam haji wada’, antara lain sebagai
berikut, “…takutlah kepada Allah dalam menunaikan kewajiban terhadap istri-istri;
kamu telah memperistri mereka atas nama Allah; adalah menjadi hak kamu bahwa
istri-istri itu tidak menerima tamu orang yang tidak engkau senangi; kalu mereka
melakukannya, boleh kamu beri pelajaran dengan pukulan-pukulan kecil yang tidak
melukai; kamu berkewajiban mencukupkan kebutuhan istri mengenai makanan dan
pakaian dengan makruf”.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah menceritakan bahwa Hidun
istri Abu Sufyan mengadukan kekikiran suaminya. Nafkah yang diberikan tidak
cukup untuk makan dirinya dan anak-anaknya. Apakah ia boleh mengambilnya tanpa
ijin? Nabi menjawab; ambillah uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anakmu
dan kamu.
2. Hak-hak bukan kebendaan
HAK-HAK SUAMI
Hak-hak suasmi dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang
menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi peajaran kepada istri dengan cara yang baik
dan layak dengan kedudukan suami-istri3
1. Hak ditaati
QS. An-nisa ayat 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban memimpin
kaum perempuan (istri) karna laki-laki memiliki kelebihan atas kaum perempuan (dari
segi kodrat kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk
3
Ibid., hlm. 58-61
keperluan keluarganya. Dari bagian pertama ayat 34 QS. An- nisa tersebut dapat
diperoleh ketentuan bahwa kewajiban suami memimpin istri itu tidak akan terselenggara
dengan baik apabila istri tidak taat kepada suami. Isi dari pengertian taat adalah :
a. Istri supaya bertempat tinggal bersama suami dirumah yang telah disediakan
Istri berkwajiban memenuhi hak suami bertempat tinggal dirumah yang telah
disediakan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
Suami telah memenuhi kewajiban untuk membayar mahar untuk istri
Rumah yang disediakan pantas untuk tempat tinggal istri serta dilengkapi
dengan perabot dan alat yang diperlukan untuk hidup berumah tangga
Rumah yang disediakan cukup menjamin keamanan jiwa dan harta bendanya,
tidak terlalu jauh dengan tetangga dan penjaga keamanan
Suami dapat menjamin keselamata itsri ditempat yang disediakan
b. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar larangan Allah
Istri wajib memenuhi hak suami, taat kepada perintah-perintahnya apabila memenuhi
syarat sebagai berikut :
Perintah yang dikeluarkan suami terasuk hal-hal yang ada hubungannya
dengan kehidupan rumahtangga. Dengan deamikian apabila misalnya suami
memerintahkan istri untuk membelanjakan harta milik pribadinya sesuai
dengan keinginan suami, istri tidak wajib taat sebab pembe;anjaan milik harta
pribadi istri sebenarnya menjadi hak istri yang tidak dapat dicampuri oleh
suami.
Perintah yang dikeluarkan harus sejalan dengan ketentuan syariat. Apabila
suami memerintahkan istri untuk menjalankan hal-hal yang bertentangan
dengan syariat, perintah itu tidak perlu ditaati.
Suami memenuhi kewajiban-kewajibannya yang menjadi hak istri, baik yang
bersifat kebendaaan maupun yang bersifat bukan kebendaan.
c. Berdiam dirumah, tidak keluar kecuali dengan ijin suami
Istri wajib beriam dirumah, dan tidak keluar kecuali dengan ijin suami apabila
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri
Larangan keluar rumah tidak berakibat memutuskan hubungan keluarga.
Degan demikian, apabila suami melarang istri menjenguk keluarganya, istri
tidak wajib taat. Ia boleh keluar rumah untuk berkunjung, tetapi tidak boleh
bermalam tanpa ijin suami.
d. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa ijin suami
Hak suami agar istri tidak menerimamasuknya seseorang tanpa ijinnya, dimaksudkan
agar ketentraman hidup rumah tangga tetap terpelihara. Ketentuan tersebut berlaku
apabila orang yang datang itu bukan mahram istri. Apabila orang yang datang
merupakan mahramnya, seperti ayah, saudara, paman dan sebagainya, dibenarkan
dengan menerima kedatangan mereka tanpa ijin suami.
Kewajiban taat yang meliputi empat hal tersebut, disertai dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan istri.
4
Ibid., hlm. 62-67
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Kewajiban suami dan istri itu diatur dalam Kompilasi Hukum Islam buku I tentang
Hukum perkawinan.
1. Kewajiban Suami
Kewajiban Suami diatur dalam pasal 80 yaitu5
1. Suami adalah pembimbing, terhadap istri dan rumahtangganya, akan tetap mengenai
hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami-istri
bersama
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi
kessempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan
bangsa
4. Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung :
Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri
Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak
Biaya pendidikan bagi anak
1. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) diatas, mulai berlaku
sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya
2. Istri dapat membebaskan suaminya dari keawjiban terhadap dirinya sebagaimana
tersebut pada ayat (4)
3. Kewajiban suami sebagaimana dmaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz
2. Kewajiban Istri
Kewajiban Istri diatur dalam Pasal 83 yaitu6
1. Kewajiban utam bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami
didalam yang dibenarkan oleh Hukum Islam
5
Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A., Hukum Perdata Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 150-151
6
Ibid., hlm. 153-154
2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumahtangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya
1. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah
2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut dalam pasal 80
ayat(4) tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya
3. Kewajiban suami tersebut, pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah istri nusyuz
4. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri, harus didasarkan atas bukti
yang sah