Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikan adalah merupakan suatu ikatan yang paling suci dan paling kokoh antara suami istri.

Oleh karena itu, islam menetapkan bahwa akad nikah diadakan untuk selamanya.Langgengnya

pernikahan merupakan suatu tujuan yang sangat diinginkan islam.

Pergaulan suami istri dalam suatu rumah tangga merupakan persenyawaan jiwa raga dan cinta

rasa. Suami istri yang hidup seatap, sekasur, setempat tidur dan sedapur itu memerlukan suatu

persesuaian cita-cita, persesuaian watak dan persesuaian tabi’at agar bahtera rumah tangganya

dapat berjalan dengan serasi. Dengan persesuaian di atas diharapkan rumah tangga suami istri

tersebut mendapat rahmat dari Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian perceraian

2. Pengertian poligami

3. Pengertian perkawinan campur

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui tentang perceraian

2. Untuk mengetahui tentang poligami

3. Untuk mengetahui tentang perkawinan campur

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perceraian

Putusnya perkawinan akibat perceraian dapat terjadi karena talak atau gugatan perceraian, talak

atau khuluk, zihar, ‘ilak, li’an. Pengertian Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri

sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini

perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri

kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Perceraian merupakan

terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling

meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

1. Talak

a. Pengertian talak

Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau

ikatan tawanan ataupun ikatan ma’nawi seperti nikah.1

b. Macam-macam Talak

Ditinjau dari segi lafaz yang digunakan untuk mengucapkan talak, talak dapat di bagi

menjadi : talak raji’ dan talak ba’in.

1.Talak Raj’i

Adalah talak yang d jatuhkan oleh suami kepada istrinya yang telah dikumpulinnya

secara nyata. Ia menjatuhkan talak bukan sebagai ganti dari mahar yang dikembalikan oleh

istrinya, dan sebelumnya belum pernah ia menjatuhkan talak sama sekali atau baru

menjatuhkan talak sekali saja.

1
Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Bengkulu, Toha Putra Group, 1993), hlm. 134

2
Jelasnya talak raj’I adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya sebagai talak satu

atau talak dua.

2. Talak Ba’in

Adalah apabila istri berstatus tertalak ba’in, maka suami tidak boleh rujuk kepadanya.

Suami boleh melaksanakan akad nikah baru kepada bekas istrinya itu dan membayar mahar

baru dengan menggunakan rukun dan syarat yang baru pula.

Talak ba’in ada 2 macam, yaitu talak ba’in sughra dan talak ba’in kubra.

1. Talak Ba’in Sughra

Adalah talak yang menghilangkan hak-hak rujuk dari bekas suaminya, tetapi tidak

menghilangkan hak nikah baru kepada bekas istrinya itu.

2. Talak Ba’in Kubra

Adalah talak yang menghilangkan hak suami untuk nikah kembali kepada istrinya,

kecuali kalau bekas istrinya itu telah kawin lagi dengan orang lain dan telah berkumpul

sebagai suami istri secara nyata dan sah. Disamping itu istri tersebut telah menjalankan

iddahnya telah habis pula.

Ditinjau dari cara menyampaikan talak :

a. Talak dengan ucapan,yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan ucapan lisan

dihadapan istrinya mendengar secara langsung ucapan suaminya itu.

b. Talak dengan tulisan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara tertulis, lalu

disampaikan kepada istrinya, kemudian istri tersebut membacanya serta memahami

maksud dan isinya.

3
c. Talak dengan isyarat, yaitu talak yang dilakukan dalam bentuk isyarat oleh suami

yang tuna wicara.

d. Talak dengan utusan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada istrinya

melalui perantaraan orang lain sebagai utusan darinya untuk menyampaikan

maksud mentalak istrinya tersebut.

Ditinjau dari segi waktu menjatuhkan talak:

1. Talak sunni

Adalah talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntunan sunnah.Dikatakan

sebagai talak sunni jika memenuhi 3 syarat berikut:

a. Istri yang ditalak sudah pernah dikumpuli. Bila talak dijatuhkan pada istri yang

belum dikumpuli, tidak termasuk talak sunni.

b. Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak, yaitu istri dalam

keadaan suci dari haid.

c. Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci. Dalam masa suci itu suami

tidak pernah mengumpulinya.

2. Talak Bid’i

Adalah talak yang dijatuhkan tidak sesuai dengan tuntunan sunnah, dengan

demikian berarti tidak memenuhi persyaratan talak sunni diatas.

Talak bad;i antara lain :

a. Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu istri tersebut haid

(menstruasi).

b. Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu istri dalam keadaan suci,

tetapi sudah pernah dikumpuli suaminya ketika dia dalam keadaan suci

tersebut.

4
3. Talak la sunni wala Bid’i

a. Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah dikumpuli.

b. Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid atau istri telah

lepas dari masa haid (menopause).

c. Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.

Ditinjau dari segi lafaz atau kata-kata yang digunakan untuk menjatuhkan talak :

a. Talak sharih

Adalah talak yang apabila seseorang menjatuhkan talak kepada istrinya

dengan mempergunakan kata-kata.

b. Talak kinayah atau kiasan

Adalah talak yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan kata-kata

selain kata-kata lafaz sharih tersebut diatas. Suami mentalak istrinya dengan

menggunakan kata-kata sindiran atau samar-samar.

c. Rukun dan Syarat Talak

1. Suami

Adalah orang memiliki hak talak dan yang berhak menjatuhkannya. Selain suami

tidak ada yang berhak menjatuhkannya. Suami baru dapat menjatuhkan talak kepada

istrinya apabila suami tersebut telah melakukan akad nikah sah.

Ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi oleh suami agar talak yang dijatuhkannya itu sah :

a. Hendaklah ia orang yang berakal

5
b. Baliq

c. Atas kemauan sendiri

2. Istri

Syarat istri yang jatuh talak kepadanya :

a. Istri tersebut masih berada dalam lingkungan kekuasaan suami, walaupun dia dalam

keadaan iddah talak raj’i.

b. Istri yang ditalak bukanlah budak yang bersangkutan

c. Istri tersebut masih terikat dalam suatu ikatan pernikahan yang sah.

3. Sighat talak

Ada 2 syarat sighat talak :

a. Lafaz itu menunjukkan talak, baik sharih maupun kinayah, oleh karena itu tidak sah

talak dengan perbuatan.

b. Lafaz itu dimaksudkan sebagai ucapan talak bukan karena keliru.

4. Al- Qashdu (kesengajaan)

Artinya ucapan talak itu memang dimaksudkan oleh yang bersangkutan untuk

menjatuhkan talak, bukan untuk maksud lain.

d. Talak di tangan suami

Meskipun kekuasaan talak di tangan suami, istri tidak perlu berkecil hati dan khawatir

akan kesewenang-wenangan suami menggunakan hak talak tersebut. Islam juga memberikan

kesempatan kepada istri untuk meminta talak kepadaa suaminya dengan mengembalikan

6
mahar atau dengan menyerahkan sejumlah harta tertentu kepada suami. Istri yang meminta

talak kepada suami dalam istilah fiqih disebut khuluk.

e. Persaksian talak

Para ahli fiqih berpendapat bahwa talak dapat terjadi tanpa persaksian. Menurut hukum

islam talak tanpa persaksian adalah sah, sebab talak itu adalah hak suami dan untuk

menggunakan hak tersebut dia tidak perlu menghadirkan saksi.

Dinegara kita Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 39 yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14, 16 dan 19 lebih condong terhadap

keharusan adanya persaksian dalam pelaksanaan talak ini. Undang –undang Nomor 1 Tahun

1974 pasal 39 ayat 1 mengatakan:

1. Bercerai hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.2

Peraturan pemrintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14.16 :

(14) Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama islam, yang akan

menceraikan istrinya mengajukan surat kepada pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisi

pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya disertai dengan alasan-alasannya

serta meminta kepada pengadilan agar diadakan siding untuk keperluan itu,.

(16) Pengadilan hanya memutuskan untuk memutuskan sidang pengadilan untuk

menyaksikan perceraian.3

2
Djamaan Nur, op-cit, hlm. 146
3
Djamaan Nur, op-cit, hlm.147

7
f. Hukum menjatuhkan talak

Talak menjadi wajib hukumnya apabila suami telah meng’ilak istrinya dan telah habis masa

tenggang waktu tunggu 4 bulan. Talak juga wajib dijatuhkan oleh suami apabila pihak hokum

atau penengah antara perpecahan suami istri menganggap bahwa permasalan suami istri itu

sudah berat dan tidak ada jalan lain kecuali bercerai.

2. Khulu’

a. Pengertian

Artinya menanggalkan ikatan pernikahan atau perceraian yang terjadi atas permintaan istri

dengan memberikan tebusan kepada suami untuk dirinya dan perceraian disetujui oleh suami.

b. Dasar hukum khulu’

Dasar hukumnya boleh dilakukan khulu’ adalah Al-qur’an, Al-hadits dan pendapat para ulama.

3. Zihar

a. Pengertian

Zihar diambil dari kata zahr yang berarti punggung.Kalau seseorang suami mengatakan

kepada istrinya engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku, berarti si suami telah menzihar

istrinya.

b. Dasar hukum zihar

Para ulama bersepakat mengatakan bahwa zihar itu hukumnya haram.Seseorang yang

menzihar istrinya akan berakibat :

1. Haram menyetubuhi istrinya itu sebelum ia membayar kafarat zihar.

2. Penzihar wajib membayar kafarat zihar.

8
4. Ila’

a. Pengertian

Adalah suami bersumpah untuk tidak mencampuri istrinya baik menyebut waktu atau tidak

menyebut waktu.

5. Li’an

a. Pengertian

Adalah kutukan, jauh, dan laknat. Li’an mengakibatkan perceraian antara suami istri untuk

selama-lamanya.

2.2. Pengertian Poligami

Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus yang berarti banyak dan

gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini digabungkan, maka poligami berarti suatu

perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang.4

a. Poligami Dalam Islam

Poligami dalam islam dibatasi dengan syrat-syrat tertentu, baik jumlah maksimal maupun

persyaratan lain seperti:

1. Jumlah istri yang boleh dipoligami paling banyak empat orang wanita. Seandainya salah

satu diantaranya ada yang meninggal atau diceraikan, suami dapat mencari ganti yang lain

asalkan jumlahnya tidak melebihi empat orang pada waktu yang bersamaan.

2. Laki-laki itu dapat berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya, yang menyangkut

masalah-masalah lahiriah seperti pembagian waktu jika pemberian nafkah, dan hal-hal yang

4
Tihami, fikih munakahat, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008), hlm. 351

9
menyangkut kepentingan lahir. Sedangkan masalah batin, tentu saja, selamanya manusia

tidak mungkin dapat berbuat adil secara hakiki.

b. Syarat-syarat Poligami

Syariat islam memperbolehkan poligami dengan batasan sampai empat orang dan

mewajibkan berlaku adil kepada meraka, baik dalam urusan pangan, pakaian, tempat tinggal,

serta lainnya yang bersifat kebendaan tanpa membedakan antara istri yang kaya dengan istri

yang miskin, yang berasal dari keturunan tinggi dengan yang rendah dari golongan bawah. Bila

suami khawatir berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi semua hak-hak mereka, maka ia

diharamkan berpoligami. Bila yang sanggup dipenuhinya hanya tiga maka baginya haram

menikah dengan empat orang. Jika ia hanya sanggup memenuhi hak dua orang istri maka

haram baginya menikahi tiga orang.Begitu juga kalau ia khawatir berbuat zalim dengan

mengawini dua orang perempuan, maka haram baginya melakukan poligami.

c. Batasan Poligami

Tidak adanya perhatian yang sungguh-sungguh terhadap ajaran islam merupakan suatu

alasan yang digunakan oleh mereka yang ingin membatasi poligami dan melarang seorang

lelaki untuk menikahi lagi dengan perempuan lain, kecuali setelah pengadilan atau instansi

lainnya meneliti tentang kemampuan hartanya dan kondisinya serta memberikan izin

kepadanya untuk berpoligami. Hal ini dikarenakan kehidupan rumah tangga memerlukan biaya

yang cukup besar.

d. Prosedur Poligami

1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari pengadilan

agama, yang pengajuannya telah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

10
2. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga, atau keempat tanpa izin dari

pengadilan agama tidak mempunyai kekuatan hukum.5

Pengadilan agama hanya memberi izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari

satu orang apabila.

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Untuk memperoleh izin pengadilan agama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-

anak mereka.

Suami dilarang memadu istrinya dengan seorang wanita yang memiliki hubungan nasab

atau susunan dengan istrinya:

a. Saudara kandung seayah atau seibu serta keturunanya.

b. Wanita dengan bibinya atau kemenakannya.

e. Hikmah Poligami

1. Merupakan karunia Allah dan Rahmat-nya kepada manusia, yaitu diperbolehkannya

berpoligami dan membatasinya sampai dengan empat.

2. Islam, sebagai agama kemanusiaan yang luhur, mewajibkan kaum muslimin untuk

melaksanakan pembangunan dan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia.

3. Negara merupakan pendukung agama, sering kali Negara menghadapi bahaya peperangan

yang mengakibatkan banyak penduduknya yang meninggal.

5
Tihami, op-cit, hlm. 369

11
4. Adakalanya seorang istri sakit keras yang tidak memiliki harapan untuk sembuh, padahal ia

masih berkeinginan untuk melanjutkan hidup berumah tangga dan suami masih

menginginkan lahirnya anak yang sehat dan pintar dan ia juga mengeluarkan orang istri

yang bias mengurus rumah taangganya.

5. Ada segolongan laki-laki yang memiliki dorongan seksual tinggi, yang merasa tidak puas

dengan hanya seorang istri, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah tropis.

2.3 Pengertian perkawinan Campur

Perkawinan campur, yaitu perkawinan antara seorang baptis Katolik dan pasangan yang bukan

Katolik (bisa baptis dalam gereja lain, maupun tidak dibaptis). Gereja memberi kemungkinan untuk

perkawinan campur karena membela dua hak asasi, yaitu hak untuk menikah dan hak untuk memilih

pegangan hidup (agama) sesuai dengan hati nuraninya.

a. Persyaratan mendapatkan Ijin atau Dispensasi

1. Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan iman serta memberikan

janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua

anaknya dididik dalam Gereja Katolik.

2. Pihak yang non-Katolik diberitahu pada waktunya mengenai janji-janji yang harus dibuat pihak

Katolik, sedemikian sehingga jelas bahwa ia sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.

3. Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan-tujuan serta sifat-sifat hakiki

perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun dari keduanya

b. Soal Larangan Nikah Ganda

1. Dalam Pernikahan Beda Gereja

12
Terbuka perkawinan ekumenis di hadapan pendeta dan pelayan Katolik, kalau perlu bahkan

dengan dispensasi dari tata peneguhan kanonik (bila pernyataan konsensus tidak diterimakan

oleh pelayan Katolik). Maka perlu disepakati pembagian tugas yang jelas antara pendeta dan

pelayan Katolik, misalnya firman dan berkat diserahkan kepada pendeta, sedangkan

pelaksanaan tata peneguhan kanonik dipercayakan kepada pelayan Katolik, demi sahnya

perkawinan.

2. Dalam Pernikahan Beda Agama

Terutama pihak non-Katolik dapat mempunyai keberatan, mungkin bahkan menurut hati

nuraninya: sebelum menikah menurut agamanya, perkawinan tidak sah, dan hubungannya

dirasakan sebagai zinah. Atau dapat juga terjadi bahwa fakta ini dipakai sebagai kesempatan

untuk berpisah (menceraikan jodohnya) dengan alasan: belum menikah sah.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Putusnya perkawinan akibat perceraian dapat terjadi karena talak atau gugatan

perceraian, talak atau khuluk, zihar, ‘ilak, li’an. Pengertian Perceraian adalah cerai hidup

antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran

masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan

perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui

oleh hukum yang berlaku. Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau

kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti

melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus yang berarti

banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini digabungkan, maka

poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang.

Perkawinan campur, yaitu perkawinan antara seorang baptis Katolik dan pasangan yang

bukan Katolik (bisa baptis dalam gereja lain, maupun tidak dibaptis). Gereja memberi

kemungkinan untuk perkawinan campur karena membela dua hak asasi, yaitu hak untuk

menikah dan hak untuk memilih pegangan hidup (agama) sesuai dengan hati nuraninya.

3.2. Saran

14
Pernikahan merupakan hal yang sakral, maka dari pada itu hendaknya seseorang itu

benar-benar menjaga hubungan pernikahannya, karena pernikahan itu sunnah rasul.

DAFTAR PUSTAKA

Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Bengkulu, Toha Putra Group, 1993)

Tihami, fikih munakahat, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008)

15

Anda mungkin juga menyukai