20137043
Teknik Pertambangan
Asesment
Jawab:
1. Nikah secara bahasa artinya berhimpun. Menurut syara‟ seperti yang dikemukakan Wahbah
az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu bahwa pernikahan artinya aqad atau
perjanjian atau ikatan yang menghalalkan (membolehkan) pergaulan antara seorang laki-laki
dengan seorang wanita hidup bersama sebagai suami istri. Menurut kompilasi hukum Islam
dinyatakan bahwa pernikahan adalah akad atau perjanjian antara kedua belah pihak
diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul seseorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. A) Mubah, ini merupakan hukum asal bagi seseorang yang akan melakukan pernikahan.
Artinya, setiap orang yang telah memenuhi syarat pernikahan, maka mubah atau boleh atau
halal terhadap orang yang tidak khawatir melakukan zina atau tidak takut berbuat aniaya
bila tidak menikah.
B) Sunah, seseorang yang telah mencapai usia dewasa, berkeinginan untuk menikah dan
mempunyai bekal atau mata pencaharian untuk membiayai hidup berkeluarga.
C) Wajib, terhadap orang yang sudah dewasa, memiliki biaya kehidupan yang cukup dan bila
tidak melangsungkan nikah akan jatuh ke perbuatan tercela ( zina).
D) Makruh, bagi orang yang sudah dewasa, sudah layak untuk kawin, akan tetapi tidak
mempunyai biaya untuk bekal hidup untuk berumah tangga.
E) Haram, sesorang yang akan mengawini perempuan dengan maksud akan menyakiti,
menganiaya dan mempermainkanya. Motif perkawinan yang semacam ini, hukumnya
haram, meskipun perkawinanan sah karena telah memenuhi syarat dan rukun
pernikahannya.
3. Rukun nikah:
– Adanya calon suami ( penganten laki-laki).
– Adanya calon istri
– Wali dari calon pengantin perempuan. Orang yang dapat menjadi wali adalah:
-Bapak
-Kakek ( datuk )
-Saudara laki-laki seibu sebapak
-Saudara laki-laki sebapak
-Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
-Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
-Paman dari pihak bapak
-Anak laki-laki dari paman dari pihak bapak
-Wali hakim.
Yang menjadi wali harus laki-laki, sedangkan perempuan tidak boleh menjadi wali untuk
orang lain maupun untuk dirinya sendiri.
Seperti sabda Rasul Saw :
“Perempuan jangan menikahkan perempuan lain, dan jangan pula menikahkan dirinya
sendiri”. (H.R.Ibnu Majah dan daru Quthni).
-Saksi-saksi, jumlah minimal dua orang orang saksi, berdasarkan hadits Nabi Saw.
“Tidak nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R.Ahmad).
-Sighat akad (kalimat aqad) yang terdiri dari ijab dan kabul. Ijab adalah pernyataan wali
pengantin perempuan, seperti kata wali ” saya nikahkan engkau dengan anak kandungku
yang bernama .... dengan mahar....” Kabul adalah jawaban dari pengantin laki-laki, misalnya
dengan kata-kata ”saya terima nikahnya si .... binti .... dengan mahar ..... tunai/hutang.
b. Talak bain
Yaitu jenis talak di mana suami mengucapkan talak tiga pada istrinya. Dalam hal
ini, suami nggak diperbolehkan untuk rujuk dengan istrinya. Sang suami bisa
menikahi istrinya kembali dengan syarat sang istri sudah menikah lagi dengan
orang lain, kemudian bercerai. Jika masa iddah-nya telah habis, maka sang suami
pertama dapat menikahi istrinya kembali dengan akad nikah yang baru.
c. Talak sunni
Yakni jenis talak yang dijatuhkan suami saat istrinya dalam kondisi suci dari haid
dan belum disetubuhi. Jika sang istri sedang dalam masa haid, maka harus
menunggu sampai istrinya suci dan dalam masa suci tersebut mereka nggak
melakukan hubungan suami istri.
d. Talak bid’i
Yaitu talak yang dijatuhkan suami saat istrinya dalam keadaan haid, atau dalam
kondisi suci tapi sebelumnya mereka telah melakukan hubungan suami istri.
Talak semacam ini nggak dibenarkan dalam Islam dan pelakunya berdosa.
a. Fasakh
Yaitu pengajuan perceraian yang dilakukan istri kepada suaminya tanpa adanya
kompensasi yang diberikan oleh istri kepada suami. Fasakh dapat dilakukan jika
suami telah melanggar kewajibannya dalam rumah tangga. Misalnya, nggak
memberikan nafkah baik maupun batin kepada istrinya selama 6 bulan berturut-
turut, meninggalkan istrinya selama 4 tahun tanpa kabar, atau suami telah berlaku
buruk dan mengancam keselamatan sang istri.
b. Khulu
Yaitu proses perceraian atas permintaan dari istri dan suami setuju dengan hal
tersebut dengan syarat sang istri memberikan imbalan kepada suaminya. Dengan
begini, maka hilang hak suami untuk melakukan rujuk selama sang istri sedang
dalam masa iddah. Jika ingin kembali bersama, maka harus dilakukan proses akad
nikah lagi.
Itulah arti talak dan jenisnya. Ingatlah, talak bukanlah hal yang mudah dan memberikan
efek yang besar bagi suami, istri, maupun anak-anak.
Bukti Keaktifan dalam forum diskusi