Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam. Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana dalam masyarakat. Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada perceraian. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentuan agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok yaitu mencapai kehidupan rumah tangga yang tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan perpecajhan antara suami istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian dapat dilaksanakan, yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk yang menimpa suami atau istri. Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai biasa atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi dengan lakilaki lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu lebih dahulu.

20

Masa menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah. Diadakan masa iddah itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama masa iddah itu wanita tersebut hamil atau tidak, dan jika ternyata hamil maka anak tersebut masih sebagai anak dari suami yang pertama. Selain itu, iddah dimaksudkan sebagai masa untuk berpikir ulang bagi suami istri untuk menetukan kelanjutan hubungan mereka. Jika ternyata dalam masa iddah itu, suami istri menyesali perceraian mereka, mereka bias rujuk atau kembali ke ikatan pernikahan mereka yang lama. Aturan-aturan tentang talak, iddah, dan rujuk telah diatur dengan lengkap dalam agama islam. 1.2 Rumusan Masalah Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana hakikat talak? 2. Bagaimana hakikat iddah? 3. Bagaimana hakikat rujuk?

20

BAB II PEMBAHASAN 1.1 THALAK

2.1.1 Pengertian Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya; saya thalak engkau, atau engkau kucerai, walaupun mengucapkannya tanpa niat, atau dengan main-main, maka hukumnya tetap jatuh thalaq, dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.

)( :
Tiga hal yang seriusnya dianggap serius dan main-mainnya dianggap serius: nikah, thalaq, dan ruju (HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Al Hakim menyatakan sanad haditsnya shahih). 2.1.2 Hukum Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW: Yang Artinya: Perbuatan yang halal, tetapi dibenci Allah adalah talak (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah). 2.1.3 Lafal dan Bilangan Talak Lafas talak itu dapat diucapkan atau dituliskan dengan kata-kata yang jelas dan kata-kata sindiran. Talak dengan kata yang jelas misalnya : saya ceraikan engkau. Talak dengan kata-kata yang jelas seperti itu tidak memerlukan niat. Sedangkan talak dengan kata-kata sindiran, misalnya: pulanglah engkau ke rumah orang tuamu. Talak dengan menggunakan kata-

20

kata sindiran tersebut memerlukan niat. Jika suami berniat mentalak, maka jatuh talak, tetapi jika ia tidak berniat, maka tidak jatuh talaknya. Adapun bilangan talak maksimal tiga kali, artinya suami berhak menjatuhkan talak kepada istrinya sampai tiga kali. Pada talak satu dan talak dua, suami berhak rujuk (kembali) kepada istrinya sebelum habis masa iddahnyaatau nikah lagi apabila iddahnya sudah habis. Pada talak tiga, suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah kembali, sebelum istrinya itu nikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta sudah ditalak olehsuami keduanya itu. Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, perceraian hanya dapat dilakukan di depan siding Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Oleh karena itu talak merupakan ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Selanjutnya dinyatakan, seorang suami yang menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan prmohonan baik lisan maupun tulisan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alas an serta memeinta diadakan siding untuk keperluan. Dan prceaian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan siding pengadilan. 2.1.4 Macam-macam Talak A. Talak menurut bentuknya Talak yang dijatuhkan suami kepada istri ada beberapa macam bentuknya, yaitu: ila, lian, dzihar, dan fasakh. Ila Ila ialah sumpah suami bahwa tidak akan mencapuri istrinya. Ila merupakan adat Arab jahiliyah. Mereka bersumpahtidak akan menggauli istrinya dengan maksud menyakitinya dan membiarkan ia menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian dicerai atau tidak.

20

Jika seorang laki-laki tidak senang lagi kepada istrinya, dan iapun tidak suka pula kalau nanti istrinya dikawini orang lain, maka ia melakukan ila yaitu bersumpah tidak akan menggauli istrinya itu. Setelah Islam datang, adat tersebut dihapus, dengan cara membatasi waktu sumapah tersebut, selama-lamanya 4 bulan. Dalam masa 4 bulan tersebut suami harus mencabut sumpahnya dan kembali kepada istrinya dengan membayar kifarat sumpah. Jika masa 4 bulan itu sudahh lewat, maka ia wajib memilih antara kembali kepada istrinya atau menceraikannya. Jika kembali, maka ia hharus membayar kifarat sumpah, dan jika memilih menceraikan, maka jatuh talak bain sughra yang tidak boleh rujuk lagi. Perhatikan surat Al Baqarah 226 dan 227.

Artinya:
(Ayat 226). kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ayat 227). dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui

Lian Lian ialah saling melaknat antara suami dan istri. Lian terjadi karena salah satu (suami/isteri) menuduh yang telah berbuat zina, sementara yang dituduh bersikeras menolak tuduhan. Apabila tidak dapat diselesaikan secara baik-baik, keduanya datang ke Pengadilann Agama untuk diadakan sumpah dihadapan hakim. Di hadapan hakim penuduh disuruh bersumpah sebanyak lima kali,

20

empat kali sumpah bahwa Demi Allah, engkau (suami/isteri) telah berbuat zina. Yang kelima bersumpah bahwa Aku (suami/isteri) bersedia menerima laknat Allah jika berdusta. Apabila penuduh tidak mau bersumpah, ia ditahan sampai mau bersumpah atau mencabut tuduhannya. Untuk itu perhatikan surat An Nur ayat 6 9 :Artinya:

(Ayat 6). dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar.

(Ayat 7). dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia Termasuk orang-orang yang berdusta[1030].

(Ayat 8). Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar Termasuk orang-orang yang dusta.

(Ayat 9). dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu Termasuk orang-orang yang benar.

Dzihar Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan ibunya seperti kata suami; Engkau seperti punggung ibuku. Pada zaman jahiliah, Dzihar dianggap

20

sebagai salah satu cara menceraikan istri. Kemudian islam melarangnya, dan menyatakan haram hukumnya. Suami yang terlanjur mendzihar istrinya sebelum mencampuri membayar kifaratnya adapun kifarat dzihar adalah memerdekakan budak, jika tidak mampu, harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak kuat puasa, wajib memberi makan 60 orang miskin.untuk dzihar ini perhatikan surat Al Mujadalah ayat 2 4. Artinya:
(Ayat 2). orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Ayat 3). orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ayat 4). Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

Fasakh Fasakh adalah pembatalan nikah yang dilakukan oleh pengadilan karena salah satu pihak (suami atau isteri) tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Pada dasarnya, fasakh adalah hak suami dan isteri. Tetapi karena suami sudah mempunyai hak talak, maka fasakh biasanya diusulkan oleh pihak isteri. Alasan yang dapat digunakanuntuk mengajukan fasakh, antara lain:

20

a) suami cacat tubuh yang serius; b) suami tidak memberi nafkah kepada isteri; c) suami berselingkuh dengan wanita lain; d) suami murtad atau pindah agama. B. Thalak menurut hukumnya Ditinjau dari segi keadaan isteri, thalakitu dibagi dua macam, yaitu talak sunni dan talak bidi. Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan seorang suami kepada isterinya, ketika isterinya sedang suci sedang suci, yaitu tidak sedang haid; atau isteri dalam keadaan suci dan tidak dicampuri; atau sama sekali belum dikumpuli; atau dalam keadaan hamil. Hhukumnya bolehh dilakukan. Talak bidi adalah talak yang dijatuhkan suami, ketika isterinya sedang haid, atau sedang suci tetapi telah dicampuri, atau thalak dua/tiga sekaligus.thalak bidI hukumnya haram. C. Thalak menurut sifatnya Ditinjau dari segi sifatnya atau cara menjatuhkannya talak itu terbagi dua, yaitu talak sarih dan talak kinayah Talak sarih adalah talak yang diucapkan suami dengan ucapan yang jelas, yaitu ucapan talak (cerai), firak (pisah), atau sarah (lepas).talak yang diucapkan dengan menggunakan kata-kata tersebut dinyatakan sah dengan tidak diragukan lagi keabsahannya.

Talak kinayah

20

adalah ucapan yang tidak jelas maksudnya, tetapi mengarah kepada perceraian. Misalnya dengan ucapan yang bernada mengusir, menyuruh pulang atau ucapan yang bernada tidak memerlukan lagi dan sejenisnya. Jika ucapan itu diniatkan thalak, maka talaknya jatuh.karena itu untuk menghindari terjadinya talak kinayah, sebaliknya suami berhati-hati dalam menggunakan kata-kata kepada isterinya, nabi bersabda yang Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulllah bersabda: Ada tiga perkara yang apabila disungguhkan jadi dan bila main-mainpun tetap jadi, yaitu nikah, talak, dan rujuk. D. Talak menurut hak rujuk suami isteri Ditinjau dari segi dapat rujuk atau tidaknya, maka talak terbagi dua, yaitu talak rajI dan talak bain. Talak raji adalah talak dimana suami bisa kembali kepada bekas isterinyadengan tidak memerlukan nikah kembali, yaitu talak satu dan talak duayang dijatuhkan oleh suami kepada isterinya. Talak bain adalah talak dimana suami tidak boleh merujuk kembalibekas isterinya, kecuali dengan persyaratan tertentu, talak bain ada dua macam, yaitu talak bain sugra dan talak bain kubra. 1. Talak bain sugra adalah talak yang dijatuhkan kepada isteri yang belum dicampuri dan talak khuluk atau tebus. pada talak ini suami tidak boleh merujuk kembali kepada bekas isterinya, kecuali menikahinya dengan pernikahan baru. Sedangkan talak khuluk adalah talak yang dijatuhkan suami atas permintaan isteri dengan alasan tertentu. Dalam hal ini suami tidak perlu memperhatikan keadaan isterinya, apakah sedang haid atau suci, semuanya itu ditanggung isteri karena permintaannya sendiri.

20

Talak khuluk disebut juga talak tebus karena isteri wajib membayar iwad atau tebusan ke pengadilan. 2. Talak bain kubra adalah talak tiga di mana bekas suami tidak boleh merujuk atau mengawini kembali bekas ieterinya, kecuali bekas isterinya itu telah dinikahi oleh laki-laki laindan telah dicampuri. Jika suaminya itu menceraikannya, maka bekas suami pertama boleh mengawininya kembali. Pernikahan dan perceraian kedua dengan suami barunya tidak boleh direkayasa. Semuanya harus terjadi secara kebetulan.

1.2

IDDAH

2.2.1 Pengertian Iddah Secara bahasa, kata Iddah dalam bahasa arab diambil dari kata al-Adad dan al-Ihsha yang berarti Bilangan, yakni sesuatu yang dihitung oleh perempuan (istri) dari hari-hari dan haid atau hitungan dari haid atau suci, atau hitungan bulan. Secara istilah , Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur,Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.

2.2.2 Hukum

20

Iddah wajib bagi seorang isteri yang dicerai oleh suaminya, baik cerai karena kernatian maupun cerai karena faktor lain. Dalil yang menjadi landasan nya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala: Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan mening galkan
isteri-isteri, maka hendaklah para isteri itu menangguhkan diri nya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.(Al-Baqarah: 234)

Dan firman-Nya yang lain:


Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian menikahi wanita- wanita yang beriman, kemudian kalian hendak menceraikan mereka sebelum kalian mencampurinya, maka sekali-kali tidak Wajib atas mere ka iddah bagi kalian yang kalian minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. (A1-Ahzab: 49)

Yang dimaksud dengan mutah di sini adalah pemberian untuk menyenangkan hati isteri yang diceraikan sebelum dicampuri. 2.2.3 Massa Iddah Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan sebagai berikut: Wanita yang dicerai suaminya, kalau ia sedang mengandung maka masa iddahnya sampai dengan lahirnya anak yang dikandungnya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 4:

Artinya:
[4]. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuanperempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang

20

-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak

mengandung (hamil), maka iddahnya empat bulan sepuluh hari. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 234:

Artinya:
[234]. orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

Wanita yang dicerai oleh suaminya. Sedangkan ia masih dalam

keadaan haid, maka iddahnya tiga quru (3 kali suci). Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 228:

Artinya:

20

[228]. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Lama masa quru` ada dua pendapat. Pertama, masa suci dari haidh. Kedua, masa haid sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW Dia (isteri) beriddah (menunggu) selama tiga kali masa haid. (HR Ibnu Majah) Demikian pula sabda beliau yang lain: Dia menunggu selama hari-hari qurunya. (HR Abu Dawud dan Nasai) Wanita yang tidak pernah datang haid lagi, misalnya karena ia masih

kecil atau sudah manupause ( usia yang sudah lanjut), maka iddahnya tiga bulan. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 4:

Artinya: [4]. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuanperempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang

20

-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

Wanita yang dicerai suaminya sebelum dicampuri maka baginya

tidak ada iddah, dalam arti begitu heri itu cerai, maka hari itu pula ia boleh menikah dengan laki-laki lain. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT Al-Ahzab ayat 49:

Artinya: [49] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuanperempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah1226 dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.

2.2.4 Hak istri selama masa iddah Wanita yang dalam masa iddah rajiah (iddah talak satu atau talak dua berhak menerima tempat tinggal, pakaian dan belanja dari suaminya. Karena pada hakekatnya mereka masih belum putus tali perkawinannya, dan masih berstatus suami isteri. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya: perempuan berhak mengambil nafkah dan rumah kediaman dari bekas suaminya yang masih boleh rujuk kepadanya (H.R. Ahmad dan An Nasai) Wanita dalam iddah bain (talak tiga atau khuluk) tetapi tidak hamil hanya berhak mengambil tempat tinggal saja. Berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 6:

20

Artinya: [6]. tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Wanita dalam iddah wafat tidak mendapat hak seperti wanita dalam iddah lian tetapi ia dan anak kandungnya mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal dunia. Rasusullah SAW Bersabda yang artinya: wanita hamil yang kematian suaminya tidak berhak mengambil nafkah (H.R. Muslim). 2.2.5 Hikmah disyariatkannya iddah 1. Memberikan kesempatan kepada suami isteri untuk kembali kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya kebaikan di dalam hal itu. 2. Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada isteri yang dicerai kan. Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat bayi di dalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa ayah dan bayi tersebut. 3. Agar isteri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan yang dialami keluarga suaminya dan juga anak-anak mereka serta menepati

20

permintaan suami. Hal ini jika iddah tersebut di karenakan oleh kematian suami. 2.2.6 Larangan Bagi Wanita Yang Sedang Menjalani Masa Iddah. Di antara yang tidak boleh dilakukan oleh wanita yang sedang ber`iddah adalah: 1. 2. 3. 4. Tidak boleh menerima khitbah (lamaran) dari laki-laki lain kecuali dalam bentuk sindiran. Tidak boleh menikah Tidak boleh keluar rumah Tidak Berhias (Al-Hidad/Al-Ihtidad) Seorang wanita yang sedang dalam masa iddah dilarang untuk berhias atau bercantik-cantik. Dan di antara kategori berhias itu antara lain adalah:
o o o

Menggunakan alat perhiasan seperti emas, perak atau sutera Menggunakan parfum atau wewangian Menggunakan celak mata, kecuali ada sebagian ulama yang membolehkannya memakai untuk malam hari karena darurat. Memakai pewarna kuku seperti pacar kuku (hinna) dan bentukbentuk pewarna lainnya. Memakai pakaian yang berparfum atau dicelup dengan warna-warna seperti merah dan kuning.

Di dalam kitab Fiqhus-Sunnah, As-Sayyid Sabiq mengatakan: Isteri yang sedang menjalani masa iddah berkewajiban untuk menetap di rumah yang ia dahulu tinggal bersama sang suami, hingga selesai masa iddahnya. Dan tidak diperbolehkan baginya keluar dan rumah tersebut. Sedangkan suaminya juga tidak diperbolehkan untuk mengeluarkannya dari rumahnya. Seandainya terjadi perceraian di antara mereka berdua, sedang isterinya tidak berada di rumah di mana mereka berdua menjalani kehidupan

20

rumah tangga, maka si isteri wajib kembali kepada suaminya untuk sekedar suaminya mengetahuinya di mana ia berada. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah SWT (Qs.Ath-Thalaq : 1)

[65:1] Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)1482 dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang1483. Itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru1484

Apabila isteri yang dithalak itu melakukan perbuatan keji secara terangterangan memperlihatkan sesuatu yang tidak baik bagi keluarga suaminya, maka dibolehkan bagi suami untuk mengusirnya dari rumah tersebut, demikian menurut Ibnu Abbas. Pendapat Sayyid Sabiq di atas juga ditentang oleh Aisyah Radhiyallahu Anha, Ibnu Abbas, Jabir bin Zaid, Hasan, Atha, dan diriwayatkan Ali dan Jabir; di mana Aisyah sendiri pernah mengeluarkan fatwa kepada isteri yang ditinggal mati suaminya untuk keluar dan rumah pada saat menjalani masa iddahnya. Lalu isteri tersebut keluar rumah bersama dengan saudara perempuannya,

20

Ummu Kultsum berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah umrah, yaitu ketika Thalhah bin Ubaid terbunuh. 1.3 RUJUK

1.3.1 Pengertian Ruju dari segi bahasa berarti kembali. Manakala dari segi

syara pula ialah mengembalikan isteri kepada nikah dalam waktu iddah yang bukan talaq bain dengan syarat-syarat tertentu. Ruju adalah hak yang diberikan oleh Islam kepada bekas suami untuk melanjutkan ikatan perkawinannya dengan bekas isteri yang diceraikannya sebelum habis waktu iddah isteri. Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri terlebih dahulu. talak satu atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri. Rujuk digalakkan oleh Islam. Dalam Firman Allah:

(Surah Al-Baqarah, 2:228) Maksudnya: Dan suami-suami, mereka lebih berhak untuk mengambil kembali (ruju) akan isteri-isteri di dalam masa iddah itu jika mereka bertujuan mahu membuat perdamaian. (Surah At-Talaq, 65:2) Maksudnya: Maka apabila mereka telah mendekati akhir iddah, rujulah mereka dengan cara yang maruf (baik) atau ceraikan mereka dengan cara yang maruf (baik). Rasulullah sallallahu alayhi wasallam telah bersabda kepada Umar ketika dikhabarkan bahawa anaknya (Abdullah) telah menceraikan isterinya ketika haidh maka Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda yang bermaksud:

20

Suruh anakmu supaya (Maksud Al-Hadith)

dia

rujuk

kepada

isterinya.

1.3.2 Hukum Rujuk 1. Wajib Suami yang menceraikan salah seorang daripada

isteri-isterinya dan dia belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu. 2. 3. 4. Haram Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan Harus Jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kemudaratan kepada isteri tersebut. daripada rujuk. kedua-dua belahpihak. 5. Sunat Sekiranya mendatangkan kebaikan. Suami boleh merujuk isteri yang ditalakkannya dengan syaratsyarat berikut: Belum habis iddah. Isteri tidak diceraikan dengan talak tiga. Talak itu setelah persetubuhan. 1.3.3 Rukun Rujuk 1. Suami yang merujuk Syarat-syarat suami sah merujuk: Berakal. Baligh. Dengan kemahuan sendiri. Tidak dipaksa tidak sah rujuk suami yang murtad. 2. Isteri yang dirujuk. Syarat isteri yang sah dirujuk: Telah disetubuhi. Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh. Tidak bercerai dengan khuluk tidak sah dirujuk isteri yang bercerai dengan khuluk. belum dijatuhkan talak tiga 3. Ucapan yang menyatakan rujuk.

20

Syarat-syarat lafaz: Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami aku rujuk engkau atau aku kembalikan engkau kepada nikahku. Tidak bertaklik tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik,misalnya kata suami aku rujuk engkau jika engkau mau. Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mau. Tidak terbatas waktu - seperti kata suami aku rujuk engkau selama sebulan. Isteri yang telah habis tempo iddahnya atau diceraikan dengan Talak Bain termasuklah Talak Tiga tidak boleh dirujuk semula. Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah dengan akad yang baru. 1.3.4 Syarat Rujuk 1. 2. 3. 4. iddah) 5. Setelah tamat iddahnya, suami pertama boleh kembali bekas isterinya itu dengan akad nikah yang baru mengikut syarat-syarat dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan 6. Rujuk secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara main-main dan tanpa saksi. 1.3.5 Prosedur Rujuk 1. Jika selepas perceraian yang boleh dirujukan (dalam iddah Selesai iddah dari suami pertama. Bekas isteri berkawin dengan lelaki lain. Suami kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya. Bercerai dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis

rajiyy) dan ruju telah berlaku dengan persetujuan bersama, pihakpihak itu hendaklah melaporkan hal perujukan tersebut kepada Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah berkenaan dalam tempoh tujuh (7) hari daripada tarikh perujukan berlaku serta menerangkan butir-butir yang berkaitan dengannya dalam borang yang ditetapkan. 2. Bagi pihak-pihak yang ingin memohon ruju atas persetujuan bersama semasa di dalam iddah rajiyy, pemohon hendaklah hadir

20

di hadapan Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah bersama isteri dan dua orang saksi lelaki. 3. Cerai Setiap ruju yang hendak dibuat di hadapan Pendaftar Nikah, dan Ruju Daerah hendaklah memastikan pemohon

mengemukakan sijil cerai asal atau keputusan bercerai daripada Mahkamah Syariah berkaitan sebelum ruju dijalankan. 4. Apabila Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah berpuashati bahawa ruju tersebut berlaku secara sah dari segi hukum syara, baharulah pendaftaran atau permohonan ruju diterima setelah pemohon menyertakan bersama-sama borang permohonan, salinan resit pendaftaran kes perceraiannya di Mahkamah atau Sijil Cerai yang asal. 5. 6. Pendaftaran atau permohonan ruju hendaklah dilakukan di Setiap ruju yang telah didaftarkan, Sijil Cerai asal tersebut hadapan Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah. akan diambil oleh Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah berkaitan dan dihantar kepada Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah yang mengeluarkan untuk dibatalkan dan direkodkan di dalam Buku Daftar Cerai Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju Daerah berkaitan. 7. Pemohon yang telah didaftarkan ruju mereka akan diserahkan kepada mereka Surat Keterangan Ruju (Borang 2D) dan direkodkan di dalam Buku Daftar Serahan Keterangan Ruju. 8. Butir-butir perujukan tersebut hendaklah dicatitkan dan disimpan oleh Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju 1.3.6 Hikmah Rujuk 1. 2. Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun

kepentingan kerukunan numah tangga. telah berlaku perceraian.

20

3.

Dapat

menimbulkan

kesadaran

untuk

lebih

bertanggungjawab dalam soal rumahtangga.

BAB III KESIMPULAN 1. Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya; saya thalak engkau, dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian. Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT 2. Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir. 3. Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.

20

Anda mungkin juga menyukai