Anda di halaman 1dari 3

PERCERAIAN DAN RUJUK

A. Perceraian
1. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah pemutusan hubungan suami istri dari hubungan pernikahan yang sah
secara agama dan negara. Dalam Islam, perceraian disebut juga dengan istilah talak.
Islam memang tidak melarang perceraian, tetapi perbuatan itu tidak dianjurkan. Allah SWT
pun tidak menyukai perceraian sebab perbuatan itu sama saja dengan memutus silaturahmi.
Bercerai dapat menjadi pilihan terakhir bagi pasangan suami istri apabila memang tidak ada
lagi jalan keluar lainnya.Rasulullah SAW juga telah menegaskan perihal perceraian melalui
sabdanya,

‫ِإَّن َأْبَغ َض اْلَح اَل ِل ِإَلى ُهَّللا الَّطاَل ُق‬

Artinya: "Sesungguhnya sesuatu yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah
perceraian." (HR Abu Dawud)

2. Hukum bercerai dalam Islam


Hukun bercerai dalam Islam pada dasarnya makruh. Namun, hukum bercerai dapat
berubah menjadi wajib, sunnah, mubah, dan bahkan haram. Berikut ini penjelasan
selengkapnya.
1) Wajib
Bercerai menjadi wajib hukumnya dalam Islam dikarenakan adanya perpecahan yang tidak
mungkin untuk bersatu kembali atau suami istri tidak dapat didamaikan lagi.
2) Sunnah
Bercerai yang disunnahkan hukumnya, yaitu talak yang disebabkan karena sang istri tidak
memiliki sifat afifah (menjaga kehormatan diri) dan tidak lagi memperhatikan perkara-
perkara yang wajib dalam agama (seperti tidak memperhatikan salat lima waktu), serta sulit
diperingatkan. Selain itu, perceraian juga dapat menjadi sunnah apabila suami tidak mampu
menanggung nafkah istri.
3) Makruh
Bercerai hukumnya makruh apabila talaknya tidak memiliki sebab yang jelas dan
pernikahannya masih memungkinkan untuk diteruskan. Jika seorang suami menjatuhkan
talak kepada istrinya yang baik, berakhlak mulia, dan mempunyai pengetahuan agama,
perbuatan ini juga termasuk bercerai yang dimakruhkan.
4) Mubah
Bercerai hukumnya mubah atau diperbolehkan apabila suami istri memiliki tingkah laku,
akhlak yang buruk, serta dalam berdampak negatif jika keduanya terus bersama.
5) Haram
Perceraian hukumnya diharamkan apabila termasuk talak bid'i (bid'ah) yang tidak sesuai
dengan tuntunan syariat. Misalnya menceraikan istri ketika sedang haid atau nifas,
menceraikan ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalangi istrinya daripada
menuntut harta pusakanya, atau menceraikan istrinya dengan talak tiga sekaligus atau talak
satu tetapi disebut berulang kali.

3. Macam-macam talak(perceraian)
Macam-macam talak (perceraian) ditinjau dari segi kebolehan rujuk atau menikah
kembali dapat dibedakan menjadi dua macam, berikut di antaranya.
1) Talak Raj'i
Talak raj'i adalah talak yang boleh dirujuk kembali sebelum masa iddahnya berakhir. Talak
raj'i meliputi talak satu dan talak dua. Hal ini juga telah diterangkan Allah SWT dalam
firman-Nya,

‫ٱلَّطَٰل ُق َم َّرَتاِن ۖ َفِإْمَس اٌۢك ِبَم ْعُروٍف َأْو َتْس ِر يٌۢح ِبِإْح َٰس ٍن ۗ َو اَل َيِح ُّل َلُك ْم َأن َتْأُخ ُذ و۟ا ِمَّم ٓا َء اَتْيُتُم وُهَّن َش ْئًـا ِإٓاَّل َأن َيَخ اَفٓا َأاَّل ُيِقيَم ا ُح ُد وَد‬
‫َٰٓل‬
‫ٱِهَّللۖ َفِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل ُيِقيَم ا ُح ُد وَد ٱِهَّلل َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ا ِفيَم ا ٱْفَتَد ْت ِبِهۦۗ ِتْلَك ُح ُدوُد ٱِهَّلل َفاَل َتْعَتُدوَهاۚ َو َم ن َيَتَع َّد ُح ُد وَد ٱِهَّلل َفُأ۟و ِئَك ُهُم‬
‫َّٰظ‬
‫ٱل ِلُم وَن‬

Artinya: "Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan
baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus)
diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-
orang zalim." (QS Al-Baqarah: 229)
2) Talak Ba'in
Talak ba'in adalah talak yang menghalangi suami untuk rujuk kembali. Talak ba'in dibedakan
menjadi dua macam, yaitu talak ba'in kubra dan talak ba'in sugra.

Talak ba'in kubra ialah talak yang dilakukan suami kepada istri ketiga kalinya sehingga suami
tidak boleh rujuk. Apabila hendak rujuk, istrinya harus menikah lagi dengan laki-laki lain dan
sudah dicampuri kemudian diceraikan oleh suaminya yang kedua.

Sedangkan talak ba'in sugra ialah talak yang tidak boleh dirujuk lagi, tetapi bekas istrinya
boleh dinikahi kembali dengan akad dan mas kawin baru dan bekas istri tidak harus menikah
terlebih dahulu dengan suami lain. Talak ba'in sugra meliputi talak satu dan dua yang telah
habis masa iddahnya, khuluk (menggugat), dan talak terhadap istri yang belum digauli.

Dengan demikian, bercerai dalam Islam hukumnya tidak dianjurkan. Namun, dapat menjadi
wajib, sunnah, boleh, makruh, dan bahkan diharamkan tergantung dengan kondisi dari
pasangan suami istri yang memiliki masalah.

B. Rujuk
1. Pengertian Rujuk
Rujuk artinya kembali. Yang dimaksud dengan rujuk adalah kembalinya suami istri
ikatan perkawinan setelah terjadi talak raj’i dan masih dalam masa iddah. Dasar hukum rujuk
adalah Q.S. Al- Baqarah/2: 229, yang artinya sebagai berikut: “Dan suami-suami berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki rujuk”.

2. Hukum Rujuk
1.) Asal hukum rujuk adalah mubah
2.) Haram apabila si istri dirugikan serta lebih menderita
dibandingkan dengan sebelum rujuk.
3.) Makruh bila diketahui meneruskan perceraian lebih
bermanfaat.
4.) Sunat bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibandingkan
meneruskan perceraian.
5.) Wajib khusus bagi laki-laki, jika ditakutkan tidak dapat menahan
hawa nafsunya, sedangkan dia masih memiliki hak rujuk dalam masa Iddah istri.
3. Syarat Rujuk
Ada beberapa syarat rujuk yang perlu dipenuhi dalam ajaran Islam, antara lain:
1) Syarat rujuk yang pertama adakah istri yang telah ditalak pernah melakukan hubungan
seksual dengan suaminya. Apabila suami menalak istri yang belum pernah
melakukanhubungan intim, para ulama sepakat bahwa istri tidak berhak menerima rujukan
tersebut.
2) Kesepakatan rujuk tidak boleh merasa terpaksa dan atas persetujuan kedua belah pihak.
3) Pasangan yang rujuk adalah yang telah akil balig, dewasa, serta berakal sehat.
4) Talak yang dilakukan bukanlah talak tiga atau talak raj’i.
5) Talak tersebut terjadi tanpa adanya tebusan. Apabila dengan tebusan, istri sudah menjadi
talak bain, atau talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa iddahnya,
sehingga suami tidak berhak mengajak istrinya rujuk.
6) Rujuk ini dilakukan pada masa iddah atau masa menunggu istri. Apabila sudah lewat
masa iddah, suami tidak dapat mengajak istrinya rujuk kembali dan ini sudah menjadi
kesepakatan para ulama.
7) Adanya ucapan yang jelas untuk rujuk atau kembali.
8) Terdapat saksi yang menyaksikan suami serta istri untuk rujuk kembali.

Ketika suami memutuskan untuk rujuk kembali dengan istrinya, keduanya tak perlu
melangsungkan lagi akad nikah. Soalnya akad nikah yang dimiliki oleh keduanya belum
sepenuhnya putus. Namun pada pelaksanaannya, perlu memerhatikan beberapa syarat yang
telah dijelaskan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai