PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perceraian adalah suatu hal yang terkadang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan berumah tangga. Dalam konteks agama Islam, perceraian diatur
dengan ketentuan-ketentuan yang jelas dalam hukum syariah. Salah satu
aspek penting yang terkait dengan perceraian dalam agama Islam adalah masa
idah, yang menjadi bagian integral dari proses perceraian.
Masa idah memiliki makna yang mendalam dalam Islam, bukan hanya
sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi juga sebagai periode
introspeksi dan pertimbangan bagi kedua belah pihak yang bercerai. Selain
itu, masa idah juga memiliki tujuan untuk melindungi hak-hak perempuan
yang telah bercerai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Perceraian dan hukum perceraian?
2. Apa pengertian masa iddah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian perceraian dan hokum perceraian
2. Untuk mengetahui pengertian masa iddah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam
surat al-Baqarah ayat 232:
َ ضلُوهُنَّ أَن َينكِحْ َن أَ ْز َو
َّاجهُن ُ َْوإِ َذا َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َسآ َء َف َب َل ْغ َن أَ َج َلهُنَّ َفالَ َتع
“Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka
janganlah kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.
Meskipun tidak ada ayat al-Qur‟an yang menyuruh atau melarang
melakukan talak yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak itu
termasuk perbuatan yang tidak disenangi Nabi. Hal ini mengandung arti
perceraian itu hukumnya makruh. Adapun ketidak senangan Nabi kepada
perceraian itu terlihat dalam hadisnya dari Ibnu Umar. Menurut riwayat
Abu Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim. Sabda Nabi:
Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihat
keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah
sebagai berikut:
1) Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah
tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga
kemudaratan yang lebih banyak akan timbul;
2) Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi
perceraian dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan
perceraian itu sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya;
3) Wajib atau mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti
dilakukan oleh hakim terhadap seseorang yang telah bersumpah
untuk tidak menggauli istrinya sampai masa tertentu, sedangkan
ia tidak mau pula membayar kafarat sumpah agar ia dapat
bergaul dengan istrinya. Tindakan itu memudharatkan istrinya;
4) Haram talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam
keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.
3
3. Talak (perceraian) Berdasarkan Sifat
a. Talak Raj'i
Talak raj'i meliputi talak satu dan talak dua. Sepasang suami istri yang
melakukan talak raj'i dibolehkan rujuk kembali sebelum masa iddah
berakhir.
b. Talak Ba'in
Talak ba'in adalah talak yang menghalangi suami untuk rujuk. Talak ini
dapat dibedakan menjadi dua, antara lain adalah:
Talak ba'in kubra adalah talak yang dilakukan suami kepada istri untuk
ketiga kalinya. Apabila talak ini sudah dijatuhkan, maka suami tidak
boleh rujuk dan tidak boleh menikah lagi sebelum istrinya menikah
kembali dengan laki-laki lain dan sudah dicampuri, kemudian
diceraikan oleh suami keduanya.
Talak ba'in sugra menjadi talak yang sudah tidak boleh dirujuk kembali.
Hanya saja, mantan istri tersebut bisa dinikahi kembali dengan akad
serta mas kawin baru. Selain itu, mantan istri juga tak perlu menikah
terlebih dahulu dengan orang lain. Talak ini mencakup talak satu dan
dua yang sudah habis masa iddahnya, khuluk, serta talak terhadap istri
yang belum digauli.
4
Tahun 1994, Cetakan Pertama, jilid 1, halaman 423 dst.), telah
menguraikannya kepada kita. Berikut adalah uraian ringkasannya. “Iddah
adalah nama masa tunggu tertentu bagi seorang wanita guna mengetahui
kekosongan rahimnya. Kekosongan tersebut bisa diketahui dengan kelahiran,
hitungan bulan, atau dengan hitungan quru‟ (masa suci).”
Selanjutnya, secara global wanita yang menjalani masa iddah terbagi
menjadi dua:
1. wanita yang menjalani masa iddah karena ditinggal wafat suami, dan
2. wanita yang menjalani masa iddah bukan karena ditinggal wafat, seperti
dicerai, baik yang sudah bergaul suami-istri ataupun belum.
Pertama, wanita yang ditinggal wafat suami dan dalam keadaan hamil,
maka iddahnya adalah hingga melahirkan. Tidak ada bedanya, apakah
kelahirannya kurang atau lebih dari masa iddah pada umumnya. Misalnya,
seminggu setelah ditinggal wafat suaminya, sang wanita melahirkan. Maka
habislah masa iddah wanita tersebut. Hal ini berdasarkan keumuman makna
َ َوالت ْاْلَحْ َما ِل أَ َجهُه َُّه أَ ْن ي
ayat yang menyatakan: ض ْعهَ َح ْمهَه َُّه ُ ُ َوأDan perempuan-
5
perempuan yang hamil, waktu iddah mereka ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya, (Q.S. al-Thalaq [65]: 4).
Para ulama berbeda pendapat tentang makna quru. Para ulama al-
Syafi‟i memaknai quru dengan masa suci. Dan masa iddah dihitung dari masa
suci saat diceraikan. Sedangkan jika diceraikan sedang haid, maka masa
iddah dihitung sejak masa suci setelah haid itu.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa talak dan masa
iddah merupakan dua aspek penting dalam konteks perceraian dalam agama
Islam. Talak sebagai proses perceraian harus dilakukan dengan penuh
pertimbangan dan kehati-hatian sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam hukum syariah. Sementara itu, masa iddah memegang peran
penting dalam memberikan perlindungan dan kesempatan bagi kedua belah
pihak untuk mempertimbangkan kembali keputusan perceraian.
Konsep talak dan masa iddah juga menunjukkan bahwa Islam memberikan
perhatian besar terhadap keberlangsungan pernikahan dan kesejahteraan
keluarga. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai hukum-
hukum terkait talak dan masa iddah sangatlah penting dalam menjaga
kedamaian dan keberlangsungan rumah tangga.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa, dalam tulisan ini terdapat banyak
kekurangan. Disamping itu juga terbatas karena hanya merupakan makalah,
yang tidak mungkin memuat segala hal mengenai pembahasan sebagaimana
dalam judul. Dengan demikian, kiranya ke depan ada studi lanjut yang dapat
memaparkan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan lebih baik dan
konprehensip.
7
DAFTAR PUSTAKA