Macam-Macam Iddah
1. Iddah Talak
Sesuai namanya, iddah talak adalah iddah yang disebabkan oleh
jatuhnya talak kepada perempuan (istri). Ketika seorang suami
menjatuhkan talak, sejak itu istri berada dalam masa iddah. Iddah
talak terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
Wanita yang telah dicampuri dan belum putus dalam masa haid,
masa iddahnya tiga kali suci (tiga kali haid atau tiga kali quru’).
Wanita yang dicampuri dan tidak haid, masa iddahnya adalah tiga
bulan menurut penanggalan.
Wanita yang tertalak dan belum disetubuhi, tidak wajib iddah.
Namun, jika istri ditalak karena suami mati dan belum sempat
disetubuhi, tetap wajib baginya untuk ber-iddah. Iddahnya sama
seperti orang yang telah disetubuhi.
2. Iddah Hamil
Seorang wanita wajib iddah jika sedang hamil saat talak dijatuhkan.
Masa iddah wanita hamil adalah sampai waktu melahirkan
kandungannya. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah yang
berbunyi:
“Dan, perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka
itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS. ath-
Thalaaq: 4)
Masa iddah hamil berlaku untuk semua jenis talak, baik talak hidup
maupun talak mati. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika Sabi’ah binti
Harits melahirkan seorang anak beberapa hari setelah kematian
suaminya, Rasulullah SAW berkata padanya, ‘Engkau telah halal,
maka menikahlah.’” (HR. Bukhari)
3. Iddah Wafat
eorang wanita yang ditinggal mati suaminya wajib ber-iddah selama
4 bulan 10 hari. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al
Quran. Allah berfirman:
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan
dirinya (ber-iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila
telah habis masa iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang
patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. Al
Baqarah: 234)
4. Iddah Wanita yang Kehilangan Suami
Kehilangan suami maksudnya keberadaan suami tidak jelas
diketahui. Misalnya, suami pergi bekerja ke luar negeri dan tidak
pernah memberi kabar sehingga tidak jelas masih hidup atau sudah
meninggal. Dalam kondisi ini, sang istri termasuk wanita yang
kehilangan suami.
Masa iddah bagi istri yang kehilangan suaminya adalah empat
tahun. Ini merupakan masa penantian, karena bisa jadi sang suami
akan kembali. Namun, jika selama waktu tersebut tidak ada kabar
sama sekali, istri harus ber-iddah lagi selama 4 bulan 10 hari
sebelum benar-benar keluar dari masa iddah.
5. Iddah Wanita yang Di-ila’
Ila’ adalah sumpah yang dilakukan seorang suami atas nama Allah,
atau salah satu nama-Nya atau sifat-Nya, untuk tidak menyetubuhi
istri selamanya atau lebih dari empat bulan.
Jika mengacu pada segi ibadah, wanita yang di-ila’ wajib ber-iddah.
Sedangkan, jika dilihat dari segi maslahat, para ulama tidak
mewajibkan seorang wanita ber-iddah.
Iddah menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh Sunnah adalah istilah
untuk masa-masa bagi seorang perempuan menunggu dan mencegah
dirinya dari menikah setelah wafatnya sang suami atau setelah cerai.
Kenapa Harus Ada Masa Iddah?
Dalam buku Hukum Kekeluargaan Indonesia karangan Sayuti Thalib
tertulis beberapa hal yang dikemukakan langsung oleh Tuhan dalam
surah mengenai kegunaan adanya masa iddah ini. Yakni sebagai berikut:
2. Melihat Kehamilan
Selama masa iddah itu berkisar antara tiga atau empat bulan, sehingga
akan dapat diketahui dengan agak kuat apakah sang istri sedang hamil
atau tidak. Dengan demikian akan menjadi suatu kepastian hukum
mengenai bapak si calon bayi.