Anda di halaman 1dari 13

Judul:

Tentang pengertian iddah

Dan hukum hukum iddah

Nama klompok : mr ramdan ramdanai

: meli

: moh hamdan

XII-A
: moh farid
Apa itu iddah
Iddah berasal dari kata"addad, menurut bahasa artinya menghitng.
Sedangkan menurut istilah syara' ialah masa menunggu seorang istri
selama waktu tertentu setelah terjadi talaq atau ditinggal mati oleh
suami. Seorang istri mendapatkan talaq atau perceraian dengan
suaminya tidak bleh dengan segera menikah dengan laki2 lain, ia harus
menunggu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan syariat Islam.
Tujuannya iddah ini adalah untuk mengetahui secara lebih nyata tentang
kesucian kandungan perempuan yang ditalaq. Masa suci atau menunggu
sampai anak dalam kandungannya dilahirkan.
Tujuan iddah

1.Untuk mengetahui secara pasti kondisi rahim perempuan, sehingga tidak terjadi percampuran nasab janin yang ada di
dalam rahimnya.

2.Memberi kesempatan kepada suami istri yang bercerai untuk kembali membina rumah tangga selama hal itu baik
dalam pandangan mereka.

3.Menjunjung tinggi nilai pernikahan. Hal itu tidak mungkin terjadi kecuali dengan melibatkan banyak orang dan tidak
akan hancur kecuali dengan menunggu pada masa yang cukup lama.

4.Jika terjadi sesuatu yang mengharuskan untuk bercerai, tetap harus ada upaya untuk menjaga ikatan pernikahan dan
mesti diberi waktu untuk berfikir kembali dan mempertimbangkan kerugian yang akan dialaminya jika terjadi perceraian.
Macam-Macam Iddah dan Masanya yang Perlu Dipahami
 
Dalam Islam, seorang wanita yang telah bercerai dengan suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati,

memiliki masa iddah. Masa iddah adalah masa yang ditentukan syariat terjadinya perceraian

Muhammad Ajib dalam buku Kupas Habis Hukum Iddah Wanita menjelaskan, tujuan masa iddah adalah

untuk memastikan kekosongan rahim wanita dari sperma suami yang bercerai dengannya. Jika rahim itu

kosong, dia dihalalkan untuk menikah dengan laki-laki lain setelah masa iddah selesai.
Macam-Macam Iddah
1. Iddah Talak

Sesuai namanya, iddah talak adalah iddah yang disebabkan oleh jatuhnya talak
kepada perempuan (istri). Ketika seorang suami menjatuhkan talak, sejak itu
istri berada dalam masa iddah. Iddah talak terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
 Wanita yang telah dicampuri dan belum putus dalam masa haid, masa
iddahnya tiga kali suci (tiga kali haid atau tiga kali quru’).
 Wanita yang dicampuri dan tidak haid, masa iddahnya adalah tiga bulan
menurut penanggalan.
 Wanita yang tertalak dan belum disetubuhi, tidak wajib iddah. Namun, jika
istri ditalak karena suami mati dan belum sempat disetubuhi, tetap wajib
baginya untuk ber-iddah. Iddahnya sama seperti orang yang telah
disetubuhi.
2. Iddah Hamil
Seorang wanita wajib iddah jika sedang hamil saat talak dijatuhkan. Masa iddah
wanita hamil adalah sampai waktu melahirkan kandungannya. Ketentuan ini sesuai
dengan firman Allah yang berbunyi:
“Dan, perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai
mereka melahirkan kandungannya.” (QS. ath-Thalaaq: 4)
Masa iddah hamil berlaku untuk semua jenis talak, baik talak hidup maupun talak
mati. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika Sabi’ah binti Harits melahirkan seorang
anak beberapa hari setelah kematian suaminya, Rasulullah SAW berkata padanya,
‘Engkau telah halal, maka menikahlah.’” (HR. Bukhari)
3. Iddah Wafat
eorang wanita yang ditinggal mati suaminya wajib ber-iddah selama 4
bulan 10 hari. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al Quran.
Allah berfirman:

“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan


meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan
dirinya (ber-iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila
telah habis masa iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang
patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah:
234)
4. Iddah Wanita yang Kehilangan Suami

Kehilangan suami maksudnya keberadaan suami tidak jelas diketahui.


Misalnya, suami pergi bekerja ke luar negeri dan tidak pernah memberi
kabar sehingga tidak jelas masih hidup atau sudah meninggal. Dalam
kondisi ini, sang istri termasuk wanita yang kehilangan suami.

Masa iddah bagi istri yang kehilangan suaminya adalah empat tahun. Ini
merupakan masa penantian, karena bisa jadi sang suami akan kembali.
Namun, jika selama waktu tersebut tidak ada kabar sama sekali, istri
harus ber-iddah lagi selama 4 bulan 10 hari sebelum benar-benar keluar
dari masa iddah.
5. Iddah Wanita yang Di-ila’

Ila’ adalah sumpah yang dilakukan seorang suami atas nama Allah, atau
salah satu nama-Nya atau sifat-Nya, untuk tidak menyetubuhi istri
selamanya atau lebih dari empat bulan.

Jika mengacu pada segi ibadah, wanita yang di-ila’ wajib ber-iddah.
Sedangkan, jika dilihat dari segi maslahat, para ulama tidak mewajibkan
seorang wanita ber-iddah.

 
Pernikahan Dalam Masa Idah Istri
pernikahan di masa ‘iddah tidak sah, sebagaimana  ketentuan UU
Perkawinan 1/1974 pasal 2 ayat (1) “perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya
itu”.  Artinya, pernikahan yang dilangsungkan dalam masa ‘iddah,
bertentangan dengan ketentuan ajaran Islam, sebagaimana tertuang
dalam KHI pasal 40 huruf (b) yang melarang perkawinan wanita yang
masih dalam masa ‘iddah dengan pria lain.
Apa itu massa iddah
Iddah dalam buku Fiqih Wanita karangan Muhammad Fuad, ialah
penantian (masa menunggu) yang harus (wajib) dilakukan seorang
wanita, atau wali anak perempuan yang masih kecil, ketika kehilangan
janji perkawinan.

Baca artikel detikjabar, "Berapa Lama Masa Iddah Perempuan Setelah

Suami Meninggal atau Cerai Hidup" selengkapnya 

Iddah menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh Sunnah adalah istilah
untuk masa-masa bagi seorang perempuan menunggu dan mencegah
dirinya dari menikah setelah wafatnya sang suami atau setelah cerai.
Ke napa Harus Ada Masa Iddah?
Dalam buku Hukum Kekeluargaan Indonesia karangan Sayuti Thalib
tertulis beberapa hal yang dikemukakan langsung oleh Tuhan dalam
surah mengenai kegunaan adanya masa iddah ini. Yakni sebagai berikut:

1. Menenangkan Kedua Pihak


Memberikan suatu jangka waktu kepada suami isteri yang mungkin
masih tersulut emosi menghadapi suatu kekeruhan rumah tangga,
 
sampai terjadi perceraian. Masa iddah berfungsi untuk menenangkan
pikiran kedua belah pihak. Maka akan timbul kejernihan pikiran
kembali, sehingga mereka mampu membina kembali rumah tangganya.

2. Melihat Kehamilan
Selama masa iddah itu berkisar antara tiga atau empat bulan, sehingga
akan dapat diketahui dengan agak kuat apakah sang istri sedang hamil
atau tidak. Dengan demikian akan menjadi suatu kepastian hukum
mengenai bapak si calon bayi.

Dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 dinyatakan bahwa, perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya. Kemudian bagi seorang wanita yang putus
perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.
Kapan seorang pria bisa menikah lagi setelah bercerai?

Para ulama menjelaskan, pada dasarnya masa iddah merupakan ketentuan yang hanya


diwajibkan atas wanita. Para fuqaha berpendapat bahwa setelah bercerai dari istrinya,
seorang pria bisa menikah lagi dengan orang lain tanpa ada masa iddah, terlebih bagi pria
yang istrinya meninggal dunia. Namun, memang ada dua kondisi yang membuat seorang
pria harus menjalani masa tunggu untuk menikahi wanita lain.
Kondisi tersebut adalah jika ada seorang laki-laki yang menalak istrinya dengan talak raj'i ,
kemudian dia ingin menikahi seorang yang tidak boleh dikumpulinya, seperti saudara
perempuan istri, maka pria tersebut tidak boleh menikah hingga iddah istri pertama selesai.
Kondisi kedua adalah jika seorang suami mempunyai empat istri, dan dia menalak raj'i salah
satunya untuk menikah yang kelima, maka dia tidak boleh menikah dengan yang kelima
hingga iddah istri yang ditalak selesai.
Adapun pemakaian istilah iddah bagi laki-laki, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikan masa penantian yang harus dijalani seorang laki-laki dalam dua kondisi
tersebut. Ulama dari kalangan Hanafiyah berpendapat bahwa penantian tersebut tidak
dikatakan iddah secara syar'i. 
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili dalam kitab 'al-Fiqh al-Islami
wa Adillatuhu' bahwasanya seorang laki-laki tidak mempunyai masa iddah, penantian
tersebut hanyalah penantian wajib yang harus dilalui disebabkan adanya Mani'
syar'i (larangan syar'i).
Dr. Hamdallah al-Safty, anggota World Organization of Al-Azhar Graduates menekankan
istilah iddah hanya untuk wanita. Adapun jika ada yang menyebut periode penantian untuk
dua kondisi di atas disebut adalah perumpamaan saja.

Anda mungkin juga menyukai