Anda di halaman 1dari 28

IDAH , RUJUK , NAFKAH

MESSY
SARI RAHMAYANI
SISI ARIANTI
SRI MULIYA WULANDARI
PENGERTIAN IDAH
• Iddah adalah berasal dari kata al-add
dan al-ihsha’ yang berarti bilangan.
Artinya jumlah bulan yang harus
dilewati seorang perempuan yang
telah diceraikan (talak) atau ditinggal
mati oleh suaminya.

Menurut Ulama Hanafiyah iddah adalah ketentuan masa penantian bagi


seorang perempuan untuk mengukuhkan status memorial pernikahan
(atsar al-nikah) yang bersifat material, seperti memastikan kehamilan.
Atau untuk merealisasikan hal-hal yang bersifat etika–moral, seperti
menjaga kehormatan suami.
Iddah wajib bagi seorang istri yang dicerai oleh
suaminya, baik cerai karena kematian maupun
cerai karena faktor lain. Dalil yang menjadi
landasannya adalah firman Allah Swt dalam  
Firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab 49:
• Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu menikahi perempuan- perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampurinya maka sekali-
Dasar sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu
yang kamu minta menyempurnakannya. Maka
hukum idah berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka
itu dengan cara yang sebaik- baiknya.
LARANGAN MASA IDAH
1. Haram menikah dengan laki-
laki lain

Seorang perempuan yang sedang menjalani iddah baik karena dicerai, fasakh
maupun ditinggal mati oleh suami tidak boleh menikah dengan selain dengan
laki-laki yang meninggalkan atau menceraikannya itu. Jika ia menikah maka
pernikahannya dianggap tidak sah, dan jika ia melakukan hubungan badan
maka dia terkena hukuman al-hadd. . Allah berfirman dalam surat al-Baqarah
ayat 235:
Artinya : dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam
hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam
pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara
rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang
ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah,
sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa
yang ada dalam hatimu maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
2. Haram Keluar Rumah Kecuali Karena
Alasan Darurat

Para ulama penganut madzhab Hanafi berpendapat, bahwasanya tidak


diperbolehkan bagi seorang istri yang dithalak raj‟i maupun ba ‟in keluar dari
rumah pada siang maupun malam hari. Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati
oleh suaminya boleh keluar siang hari dan sore hari. Ulama penganut madzhab
hanbali memperbolehkanya keluar pada siang hari, baik karena dithalak maupun
ditinggal mati oleh suaminya. Sedangkan Ibnu Qudamah berpendapat: “bagi istri
yang sedang menjalani masa „iddah boleh keluar rumah untuk memenuhi
kebutuhannya pada siang hari, baik itu karena ditalak maupun karena ditinggal
mati oleh suaminya”.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Thalaq ayat 1:
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar)45dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang46.
Itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap
dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu
sesuatu hal yang baru
Wajib
Melakukan
Ihdad

• Perempuan yang ditinggal mati


suaminya wajib melakukan ihdad
(menahan diri) sampai habis masa
„iddahnya. Kata ihdad berarti
tidak memakai perhiasan,
wewangian, pakaian bermotif,
pacar dan celak mata.
MACAM MACAM IDAH
1. Iddah Karena Perceraian ,
• Yang pertama adalah perempuan yang diceraikan dan
belum disetubuhi. Dalam hal ini ia tidak wajib
menjalani masa iddah.
• Kategori kedua adalah perempuan yang diceraikan dan
sudah disetubuhi. Bagi perempuan yang dalam kategori
seperti ini, dia memiliki dua keadaan.
» Perempuan itu dalam keadaan hamil
» Perempuan itu tidak dalam keadaan hamil
• 2. Iddah Karena Kematian
Dalam kasus ini ada dua kemungkinan yang
dapat terjadi, yaitu:
• Perempuan yang ditinggal mati suaminya itu tidak
dalam keadaan hamil. Masa iddah baginya adalah
empat bulan sepuluh hari, baik dia telah melakukan
hubungan badan dengan suaminya yang telah
meninggal itu maupun belum.
• Perempuan yang ditinggal mati suaminya itu dalam
keadaan hamil. Masa iddah baginya adalah sampai dia
melahirkan kandungannya
HIKMAH IDDAH

• Memberi kesempatan yang cukup bagi kedua belah pihak untuk


kembali merajut ikatan perkawinan yang sebelumnya terberai
• Terdapat nilai-nilai transendental berupa ajaran agama yang
bernuansa ibadah (ta’abbudi).
• Agar istri dapat merasakan kesedihan yang dialami oleh keluarga
suaminya dan juga anak-anak mereka serta menepati permintaan
suami. Hal ini jika iddah tersebut dikarenakan oleh kematian
suami.
• Mengetahui dan menjaga keberadaan rahim agar tidak terjadi
campuran sperma antara dua pria yang kelak dapat
mengakibatkan kerancuan nasab sang anak.
• Mengagungkan urusan nikah, karena ia tidak sempurna kecuali
dengan terkumpulnya kaum laki-laki dan tidak melepas kecuali
dengan penantian yang lama.
RUJUK
PENGRTIAN RUJUK
• Secara etimologis rujuk berasal dari kata raja’a yang
artinya pulang atau kembali. Sedangkan rujuk dalam
pengertian terminology adalah kembalinya suami
kepada hubungan nikah dengan istri yang telah di cerai
raj’i dan di laksanakan selama istri masih dalam masa
iddah. Kata rujuk menurut bahasa Arab berasal dari
kata raja’a - yarji’u - rujk’an yang berarti kembali dan
mengembalikan. Menurut syara’ adalah kembalinya
seorang suami kepada mantan istrinya dengan
perkawinan dalam masa iddah sesudah di talak raj’i.
DASAR HUKUM RUJUK
Firman Allah surat al- Baqarah ayat 228 yang berbunyi:
Artinya: wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan
diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan
tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
dari pada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
• Berdasarkan firman Allah tersebut, para
ulama’ sepakat bahwa jika suami- istri berada
dalam masa iddah talak raj’i, maka bekas
suami mempunyai hak untuk rujuk kepada
bekas istrinya. Akan tetapi jika sudah habis
masa iddahnya maka istilah yang berhak untuk
menentukan, sebab dia menjadi wanita
ajnabiyah bagi bekas suaminya dan sudah
tidak halal lagi baginya kecuali, harus dengan
akad yang baru.
HUKUM RUJUK
• Hukum rujuk dengan demikian sama dengan hukum
perkawinan dalam mendudukkan asal dari rujuk itu
ulama’ berbeda pendapat.
• Hukum rujuk ada beberapa macam yaitu:
• Haram, apabila rujuknya menyakiti sang istri.
• Makruh, jika perceraian itu lebih baik bagi
keduanya.
• Jaiz, boleh dan ini adalah hukum yang asli.
• Sunnah, jika dengan rujuk suami bermaksud untuk
memperbaiki keadaan keduanya.
• Rukun Dan Syarat Rujuk
• Rukun Rujuk Menurut ulama’ jumhur rukun
rujuk ada 3 macam yaitu:
• Murtaji atau mantan suami.
• Murtaja’a atau mantan istri.
• Sigat atau ijab rujuk.
• Syarat Rujuk
– Laki-laki yang merujuk adalah suami bagi
perempuan yang di rujuk yang dia menikahi
istrinya itu dengan nikah yang sah.
– Laki-laki yang merujuk itu mestilah seorang yang
mampu melaksanakan pernikahan dengan
sendirinya yaitu telah dewasa, sehat akalnya dan
bertindak dengan kesadarannya sendiri yaitu telah
dewasa dan sehat akalnya dan bertindak dengan
kesadarannya sendiri.
– Perempuan yang dirujuk adalah perempuan yang
telah dinikahi dan kemudian diceraikannya tidak
dalam bentuk cerai tebus atau khuluk dan tidak
pula dalam talak tiga, sedangkan dia telah digauli
selama dalam perkawinan itu dan masih berada
dalam masa iddah
• Ucapan rujuk
• Rujuk dalam pandangan fiqh adalah tindakan
sepihak dari suami. Tindakan sepihak itu di
dasarkan kepada pandangan ulama’ fiqh bahwa
rujuk itu merupakan hak khusus seorang suami.
Kesaksian dalam rujuk
• Tentang kesaksian dalam rujuk ulama berbeda
pendapat ada yang sebagian ulama’ termasuk
salah satu pendapat dari Imam al- Syafi’i
mensyaratkan adanya kesaksian dua orang saksi
sebagaimana yang berlaku dalam akad nikah.
• Hikmah Rujuk
• Bertaubat dan menyesali kesalahan-kesalahan yang lalu untuk
bertekat memperbaikinya.
• Menghindari murka Allah SWT karena perceraian itu sesuatu
yang sangat dibenci.
• Untuk menjaga keutuhan keluarga dan menghindari perpecahan
keluarga.
• Terlebih lagi adalah untuk menyelamatkan masa depan anak,
bagi pasangan yang telah mempunyai keturunan. Telah diketahui
bahwa perceraian yang terjadi dengan alasan apapun tetap saja
menimbulkan ekses negatif pada anak.
• Mewujudkan is}lah atau perdamaian. Meskipun hakikatnya
hubungan perkawinan suami-istri bersifat antar pribadi, namun
hal ini sering melibatkan keluarga besar masing-masing.
NAFKAH
• Pengertian Nafkah
• Menurut bahasa, nafkah berasal dari isim mufrad ‫فقة‬%‫) ن‬
nafaqah), yang jamaknya adalah‫فقات‬%‫ ) ن‬nafaqah) yang
artinya barang-barang yang dibelanjakan seperti uang.
Demikian pula dalam Kamus al-Munawwir, ‫نفقة‬%%‫ لا‬yang
artinya biaya, belanja. Salah satu ayat al-Qur’an dan
hadis yang di dalamnya terdapat kata nafaqah yaitu
Firman Allah dalam surat at - Talaq (65) ayat 7:
• Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi
nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari
harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seorang melainkan (sekedar)
apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.
• Nafkah adalah suatu pemberian dari seorang
suami kepada isterinya. Dengan demikian,
nafkah isteri berarti pemberian yang wajib
dilakukan oleh suami terhadap isterinya dalam
masa perkawinannya. Itulah sebabnya
Mahmud Yunus menandaskan bahwa suami
wajib memberi nafkah untuk isterinya dan
anak-anaknya, baik isterinya itu kaya atau
miskin, maupun muslim atau Nasrani/Yahudi.
Landasan Hukum Nafkah

• Dengan demikian, hukum membayar nafkah untuk isteri, baik dalam bentuk
perbelanjaan, pakaian adalah wajib. Kewajiban itu bukan disebabkan oleh
karena isteri membutuhkannya bagi kehidupan rumah tangga, tetapi
kewajiban yang timbul dengan sendirinya tanpa melihat keadaan isteri.
Bahkan di antara ulama Syi'ah menetapkan bahwa meskipun isteri orang
kaya dan tidak memerlukan bantuan dari suami, namun suami tetap wajib
membayar nafkah.
•  Kewajiban suami memberi nafkah memiliki landasan hukum sebagai
berikut: Di antara ayat al-Qur’an yang menyatakan kewajiban perbelanjaan
terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 233:
• Artinya: “Kewajiban ayah untuk memberikan belanja dan pakaian untuk
isterinya. Seseorang tidak dibebani kecuali semampunya, seorang ibu tidak
akan mendapat kesusahan karena anaknya, dan seorang ayah tidak akan
mendapat kesusahan karena anaknya”.
• Kewajiban Suami Memberi Nafkah Isteri
• Adapun sebagai syarat isteri berhak menerima nafkah
dari suaminya, sebagai berikut:
• Telah terjadi akad yang sah antara suami dan isteri. Bila
akad nikah mereka masih diragukan kesahannya, maka
isteri belum berhak menerima nafkah dari suaminya.
• Isteri telah sanggup melakukan hubungan sebagai suami
isteri dengan suaminya.
• Isteri telah terikat atau telah bersedia melaksanakan
semua hak-hak suami.
• Bila syarat-syarat tersebut di atas telah dipenuhi, maka
pelaksanaan pemberian nafkah itu dilakukan suami
apabila:
hak isteri menerima nafkah menjadi gugur apabila:
• Bila ternyata akad nikah mereka batal atau fasid (rusak), seperti
dikemudian hari ternyata kedua suami isteri itu mempunyai
hubungan mahram dan sebagainya, maka isteri wajib
mengembalikan nafkah yang telah diberikan suaminya jika nafkah
itu diberikan atas dasar keputusan pengadilan. Bila nafkah itu
diberikan tidak berdasarkan keputusan pengadilan, maka pihak
isteri tidak wajib mengembalikannya.
• Isteri masih belum baligh dan ia masih tetap di rumah orang
tuanya. Menurut Abu Yusuf isteri berhak menerima nafkah dari
suaminya jika isteri telah serumah dengan suaminya, karena
dengan serumah itu berarti isteri telah terikat di rumah suaminya.
• Isteri dalam keadaan sakit karena itu ia tidak bersedia serumah
dengan suaminya. Tetapi jika ia bersedia serumah dengan
suaminya ia tetap berhak mendapat nafkah.
• Bila isteri melanggar larangan Allah yang
berhubungan dengan kehidupan suami isteri,
seperti meninggal tempat kediaman bersama
tanpa seizin suami, bepergian tanpa izin suami
dan tanpa disertai mah}ram, dan sebagainya.
• Bila isteri nusyuz, yaitu tidak lagi
melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai
isteri.

Anda mungkin juga menyukai