Anda di halaman 1dari 31

FIKIH MUNAKAHAT

OLEH
DR. DEWI SRI INDRIATI MHI
I. PENGERTIAN NIKAH
• Arti nikah menurut bahasa adalah
bercampur
Menghimpun atau mengumpulkan
• Arti nikah menurut istilah ilmu fikih
adalah akad antara seorang calon suami
dengan seorang wali nikah yang akan
menjamin halalnya persetubuhan antara
istri dan suaminya dengan kalimat
nikah/kawin. (I’anatuththolibin. Juz.III.
h.253)
• Ulama Mazhab Syafi’i Nikah
adalah akad yang mengandung
kebolehan melakukan hubungan
suami istri dengan lafal
nikah/kawin atau yang semakna
dengan itu.
• Ulama Mazhab Hanafi Nikah
adalah akad yang memfaedahkan
halalnya melakukan hubungan
suami istri antara seorang lelaki
dan seorang wanita selama tidak
ada halangan syarak.
• Imam Muhammad Abu Zahra Nikah
adalah akad yang menjadikan halalnya
hubungan seksual antara seorang lelaki
dan seorang wanita, saling tolong
menolong antara keduanya serta
menimbulkan hak dan kewajiban antara
keduanya.
• UU No: 1 Tahun 1974. Nikah adalah
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan KETUHANAN YANG
MAHA ESA.
II. LINGKUP FIKIH MUNAKAHAT
• 1. Azas dan tujuan nikah
• 2. Hukum Nikah
• 3. Memilih calon suami atau calon istri
• 4. Tentang khitbah atau melamar
• 5. Rukun nikah
• 6. Wali hakim dan tahkim
• 7. Wali muzbir
• 8. Tentang kufu’
• 9. Tentang kewajiban suami istri
• 10.Kedudukan dan kewajiban suami istri
• 11.Poligami
• 12. Persetubuhan
• 13.Hikmah bersetubuh
• 14. Memelihara anak dan anak yatim
• 15. Kedudukan anak angkat
III. DALIL-DALIL TENTANG
PERKAWINAN
• QS. An-Nisa’/4:3
• QS. Ar-Rum /30 : 21
• Hadis Nabi
• “Wahai pemuda! Barang siapa diantara kamu sekalian
yang mampu kawin, kawinlah; maka sesungguhya
kawin itu lebih memejamkan mata (menenangkan
pandangan) dan lebih memelihara kemaluan. Barang
siapa yang belum kuat kawin sedangkan sudah
mengingininya maka berpuasalah! Karena puasa itu
dapat melemahkan sahwat”. (muttafaku alaihi)
• “ Barang siapa yang mencintai agamaku, maka
mengejakanlah dia akan sunnahku,dan sebagian sunnahku
adalah nikah”. (abi Ya’la)

• “Barang siapa tidak mau kawin karena takut menjadi


miskin karena membiayainya, maka ia bukan umatKU”.
(Abu Daud)

• “ Bila seorang hamba Allah telah kawin, sungguh telah


menyempurnakan setengah agamanya, maka bertakwalah
kepada Allah pada setengah sisanya”. (Thabrani)
• “ Kawinlah kamu sekalian! Berketurunanlah kamu
sekalian, berkembangbiaklah kamu sekalian! Maka
sesungguhnya aku akanmerasa bangga dengan
banyaknya umatku terhadap umat lain kelak di hari
kiyamah sehingga dengan keguguran”. (Baihaqi)

• “ Kawinilah kamu sekalian kepada wanita yang pengasih


lagi yang berketurunan banyak, karena sesungguhnya
aku akan merasa bangga dengan banyaknya jumlah
kamu terhadap para nabi dihari kiyamah”. (Ahmad)
IV.HUKUM NIKAH
• Hukum nikah asalnya sunnat, yaitu bagi orang
yang menginginkannya serta terpenuhi
persyaratannya, seperti biayanya dan
sebagainya.
• Akan tetapi hukum itu dapat berubah
tergantung illatnya atau penyebabnya yaitu :
• 1. Wajib, bagi orang yang mampu serta hampir
tak kuasa menahan syahwatnya.
• 2. Mubah, bagi orang yang mampu serta kuat
menahan nafsu syahwatnya.
• 3. Makruh, bagi orang yang tak mampu biaya
serta kuat menahan syahwatnya
• 4. Haram, bagi yang tak ada kesanggupan
memenuhi kewajibannya atau dengan nikahnya
itu bermaksud jahat terhadap istrinya, seperti
untuk menyakitinya, menipu barang- barangnya
dan sebagainya.
V. SYARAT DAN RUKUN NIKAH

A. Syarat Nikah
1. Calon mempelai pria, syarat-
syaratnya:
a). Beragama Islam
b). Laki-laki
c). Jelas orangnya
d). Dapat memberikan persetujuan
e).Tidak terdapat halangan perkawinan
B. Calon mempelai wanita:
1). Beragama Islam
2).Perempuan
3). Jelas orangnya
4).Dapat dimintai persetujuaanya
5). Tidak terdapat halangan perkawinan
C. Wali nikah
1).Laki-laki
2). Dewasa
3). Mempunyai hak perwalian
4).Tidak terdapat halangan perwalian

D. Saksi nikah
1). Minimal 2 orang laki-laki
2). Hadir ketika ijab qabul
3). Dapat mengerti maksud akad
4). Islam
5).Dewasa
E. Ijab Qabul, syarat-syaratnya
• 1). Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
• 2). Adanya pernyataan penerimaan dari calon
mempelai.
• 3). Memakai kata-kata nikah, tazwij atau
terjemahannya.
• 4). Antara ijab dan qabul bersambungan
• 5). Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
• 6). Orang yang terkait ijab qabul tidak dalam ihran
haji/umrah
• 7). Majelis ijab qabul harus dihadiri minimum empat
orang, yaitu: calon mempelai pria atau wakilnya, dari
mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi
B.Rukun Nikah
• 1). Sighat (akad) ijab kabul
ijab adalah suatu pernyataan dari perempuan
sebagai kehendak untuk mengikatkan diri
dengan seorang laki-laki sebagai suamiyang sah.
Qabul adalah pernyataan penerimaan dari
calon pengantin laki-laki atau ijab calon
pengantin perempuan.
• Teknik mengijab qabulkan akad nikah
1. Wali sendiri yang menikahkan perempuan
baik wali mujbir atau wali nasab
2. Wakil wali yang menikahkan
3. Suami sendiri yang menikahkan
4. Wakil suami yang memerima nikah
• 2. Wali
a. Wali Mujbir yaitu wali nikah yang mempunyai
hak memaksa anak gadisnya menikah dengan
seorang laki-laki dalam batas yang wajar.
wali mujbir ini adalah mereka yang
mempunyai garis keturunan keatas dengan
perempuan yang akan menikah (ayah dan
seterusnya menurut garis patrineal).
• 2. Wali nasab yaitu wali nikah yang
mempunyai hubungan keluarga dengan calon
pengantin perempuan. Mereka saudara laki-
laki sekandung, sebapak, paman beserta
keturunan menurut garis keturunan patrineal.
• 3. Wali Hakim. Yaitu wali yang ditunjuk
dengan kesepakatan kedua belah pihak calon
suami istri. (qadi dipengadilan)
• 3. Dua orang saksi
Termasuk salah satu rukun perkawinan
minimal dua orang laki-laki.
VI. NIKAH, THALAK, IDDAH, RUJUK
• Nikah adalah aqad antara seorang calon suami
dengan seorang wali nikah yang akan menjalin
hubungan persetubuan antara istri dengan
suaminya dengan kalimat nikah/kawin.
• Thalaq, dari kata “ithlaq” artinya melepaskan
atau meninggalkan.
• Menurut thalaq artinya melepaskan ikatan
perkawinan atau bubarnya hubungan
perkawinan.
• Hukum Thalak
Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa
thalak terlarang kecuali karena alasan penting
(Hanafi& Hambali). Alasannya Hadis Nabi yang
artinya :
Rasulullah bersabda : Allah melaknat tiap - tiap
orang yang merasai dan bercerai (maksudnya
suka kawin cerai)
• Kadang hukum thalak ada wajib, sunnah.
• Thalak wajib Yaitu thalak yang
dijatuhkan oleh pihak hakam (penengah)
karena perpecahan antara suami istri
yang sudah berat.
• Thalak sunnah yaitu karena istri
mengabaikan kewajiban kepada Allah
(shalat, puasa dll) padahal suami tidak
memaksanya.
• Thalak Raji’I yaitu thalak yang dijatuhkan
suami kepada istri yang telah sama-sama
berkumpul, yang ia jatuhkan bukan sabagai
ganti mahar yang dikembalikannya dan belum
pernah sama sekali dijatuhkan thalak.
• Thalak Bain yaitu thalak yang karena cacat
suami atau pergi yang tanpa diketahui kabar
dan tempatnya atau dipenjarakan atau
membahayakan
• Hukum thalak Raji’i
• Thalak raji’i tidak melarang bekas suami
berkumpul dengan beks istri, sebab akad
prkawinannya telah hilang, tidak
menghilangkan hak pemilikan dan tidak
mempengaruhi hubungannya yang halal
(kecuali persetubuhan).
• Thalak Bain ada dua
• 1. Bain shughra yaitu thalak yang kurang dari tiga kali.
• Hukumnya Memutuskan tali suami istri begitu thalak
diucapkan.
• Karena ikatan perkawinannnya telah putus maka istrinya
kembali menjadi orang asing.
• Bekas suami berhak kembali pada istrinya yang terthalak
ba’in sugra dengan akad nikah dan mahar yang baru
selama ia belum kawin dengan laki-laki lain.
• 2. Thalak Bain Kubra yaitu thalak tiga kali penuh.
• Hukumnya sama dengan bain shugrha yaitu
memutuskan tali perkwinan. Tetapi thalak bain
kubra tidak menghalalkan suami meruju’
perempuannya lagi, kecuali setelah
perempuannya tersebut kawin dengan laki-laki
lain dalam arti kawin yang sebenarnya dan pernah
bersetubuh tanpa ada maksud kawin tahlil.
IDDAH
• Iddah berasal dari kata adad artinya
menghitung. Maksudnya perempuan
menghitung hari - hari masa
bersihnya.
• Iddah dalam istilah agama adalah
masa lamanya istri menunggu dan
tidak boleh kawin setelah pisah atau
kematian suaminya.
Hikmah Iddah
• 1. mengetahui bersihnya rahim seseorang
perempuan sehingga tidak tercampur antara
keturunan seorang dengan yang lain.
• 2.Memberi kesempatan kepada suami istri
yang berpisah untuk kembali pada
kehidupan semula, jika mereka menganggap
hal itu baik
• 3.Menjunjung tinggi masalah perkawinan
yaitu agar dapat menghimpun orang-orang
yang aktif mengkaji masalahnya dan tempo
berpikir panjang.
• 4.Kebaikan perkawinan tidak akan terwujud
sebelum suami istri sama - sama hidup lama
dalam ikatan akadnya.
Macam - macam Iddah
• 1. Iddah istri yang masih haid yaitu, tiga kali
haid.
• 2. Iddah istri yang tidak haid lagi yaitu, tiga
bulan
• 3. Iddah istri yang kematian suami, yaitu
empat bulan sepuluh hari
• 4.Iddah istri yang hamil, yaitu sampai
melahirkan
Hikmah bilangannya karena dalam masa ini
sempurnahnya janin dari peniupan ruh sesudah
120 hari. Menurut jumhur tidak halal kawin
dengan laki-laki lain.
RUJU’
• Ruju’ adalah salah satu hak laki - laki selama masa
iddah.
• Hak ini ditetapkan agama kepadanya. Karena itu ia
tidak berhak membatalkannya, meskipun ia
berkata tidak ada rujuk bagiku. Namun sebenarnya
ia tetap mempunyai hak ruju’. (al-Baqarah 229)
• Artinya: Dan bekas suami - suami mereka lebih
berhak ruju’ kepada mereka selama masa iddah
itu
• Meruju’ tidak perlu syarat kerelaan, tidak perlu saksi.
• Ruju’ boleh dengan ucapan “saya ruju’ kamu” atau
dengan perbuatan menyentuhnya dengan penuh nafsu,
merangsangnya.
• Imam Syafi’i : ruju’ hanya boleh dengan ucapan yang
terang, jelas dan dimengerti
• Ibnu Hazm : kalaupun langsung menyentuhnya bukan
berarti meruju’nya sebelum kata ruju’ diucapkan dan
menghadirkan saksi, serta istrinya itu diberitahunya
terlebih dahulu sebelum masa iddahnya habis.

Anda mungkin juga menyukai