Anda di halaman 1dari 33

Ahmad Yusuf (2021116248)

Enis Khoirotunnsak (2021116370)


Winda Mudhiatul Anisah (2021116375)
Nur Khomsiyah (2021116376)
Amir Farisi (2021116362)
Ulama Malikiyah menyebutkan lima macam
rukun nikah yaitu:
(1)wali perempuan
(2) maskawin
(3) suami
(4) istri
(5) sighat akad
Ulama Syafiiyah menyebutkan lima macam rukun
nikah yaitu:
(1) suami
(2) istri
(3) wali
(4) dua orang saksi
(5) sighat akad.
Menurut jumhur ulama, rukun pernikahan ada
lima. Masing-masing rukun memiliki syarat-syarat
tertentu, yakni :
1.Calon suami, syaratnya beragama islam, laki-
laki, jelas orangnya, dapat memberi persetujuan,
tidak terdapat halangan pernikahan.
2.Calon istri, syaratnya beragama, perempuan,
jelas orangnya, dapat dimintai persetujuan, tidak
terdapat halangan pernikahan.
3. Wali nikah, syaratnya laki-laki, dewasa,
mempunyai hak perwalian, tidak terdapat
halangan perwalian.

4.Saksi nikah, minimal dua orang laki-laki, hadir


dalam ijab kabul, mengerti maksud akad, islam,
dewasa.
5.Ijab kabul, syaratnya ada pernyataan
mengawinkan dari wali, adanya pernyataan
penerimaan dari calon mempelai, memakai kata
nikah, tazwid, atau terjemahan dari keduanya,
antara ijab dengan kabul bersambungan, antara
ijab dan kabul jelas maksudnya, orang yang
terkait dengan ijab kabul tidak sedang ihram haji
atau umrah, majlis ijab kabul harus dihadiri
minimal 4 orang yaitu calon mempelai, wali dari
mempelai wanita, dan dua orang saksi.
Syarat-syarat perkawinan, Menurut
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
sebagai berikut:
1. Perkawinan harus didasarkan atas
persetujuan kedua calon mempelai
2. Untuk melangsungkan perkawinan
seseorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin
kedua orang tua
3. Apabila Salah seorang dari kedua orang
tuanya sudah meningal duniaa, izin cukup
diperoleh dari orang tua yang masih hidup
atau dari orang tua yang mampu
menyatakan kehendaknya.

4. Apabila kedua orang tua sudah meninggal


dunia atau dalam keadaan tidak mampu
untuk menyatakan kehendaknya, maka izin
diperoleh dari wali;
5. Dalam hal ada perbedaaan pendapat
antara orang-orang yang disebut dalam ayat
(2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang
atau lebih di antara mereka tidak
menyatakan pendapatnya, maka pengadilan
dalam daerah hukum tempat tinggal orang
yang akan melangsungkan perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat
memberikan izin setelah lebih dahulu
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat
(2), (3), dan (4) pasal ini
5. Dalam hal ada perbedaaan pendapat
antara orang-orang yang disebut dalam ayat
(2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang
atau lebih di antara mereka tidak
menyatakan pendapatnya, maka pengadilan
dalam daerah hukum tempat tinggal orang
yang akan melangsungkan perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat
memberikan izin setelah lebih dahulu
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat
(2), (3), dan (4) pasal ini
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan
ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya
itu dari yang bersangkutan tidak
menentukan lain.
Tujuan pernikahan itu ialah menjalankan
Perintah Allah SWT, Mengharapkan ridho-
Nya serta sunnah Rasul-Nya, demi
memperoleh keturunan yang sah dan terpuji
dalam masyarakat, dengan membina rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera antara
suami istri
‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َجعَ َل‬
ٍ ‫بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدة ً َو َر ْح َمةً ۚ ِإ َّن ِفي َٰذَ ِل َك ََليَا‬
َ ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُر‬
‫ون‬
Tujuan pernikahan itu ialah menjalankan
Perintah Allah SWT, Mengharapkan ridho-
Nya serta sunnah Rasul-Nya, demi
memperoleh keturunan yang sah dan terpuji
dalam masyarakat, dengan membina rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera antara
suami istri
‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َجعَ َل‬
ٍ ‫بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدة ً َو َر ْح َمةً ۚ ِإ َّن ِفي َٰذَ ِل َك ََليَا‬
َ ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُر‬
‫ون‬
Artinya:
Dan diantara tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan-Nya ialah Dia telah
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh
pada yang demikian itu benar-benar tedapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Hikmah Pernikahan :
1.Hidup bersuami istri akan mendatangkan rezeki
2.Pengalaman agama bertambah sempurna
3.Dorongan seksual tersalurkan dengan benar
4.Anak akan terlahir dengan benar
5.Lebih terlindungi kehormatannya
6.Lebih tentram jiwanya
7.Lebih terjaga kesehatannya
8.Menumbuhkan sikap bertanggung jawab
• Fasakh artinya putus atau batal.
Maksudnya adalah memutuskan atau
membatalkan ikatan hubungan antara
suami istri

• Fasakh bisa terjadi karena tidak


terpenuhinya syarat-syarat ketika
berlangsungnya akad nikah, atau karena
hal-hal lain yang kemudian dan
membatalkan kelangsungnya perkawinan
Batal yaitu rusaknya hukum yang ditetapkan terhadap
suatu amalan seseorang, karena tidak memenuhi syarat dan
rukunnya, sebagaimana yang ditetapkan oleh syara’.
Hal-hal yang dapat membatalkan pernikahan (Fasakh) antara
lain:
1. karena syarat-syarat tidak terpenuhi ketika akad nikah.
2. Setelah akad nikah, ternyata diketahui bahwa istrinya
adalah saudara kandung atau saudara sesusuan pihak
suami.
3. Bila salah seorang dari suami istri murtad (keluar dari
agama Islam) dan tidak mau kembali sama sekali, maka
akadnya batal karena kemurtadan yang terjadi belakangan.
Jika suami yang tadinya kafir masuk islam, tetapi istri masih
tetap dalam kekafirannya, maka akadnya batal.
a. Setelah akad nikah, ternyata diketahui
bahwa istri merupakan saudara sepupu
atau saudara sesusuan pihak suami

a. Suami istri masih kecil, dan diadakannya


akad nikah oleh selain ayah atau
datuknya. Kemudian setelah dewaasa ia
berhak meneruskan ikatan
perkawinannya dahulu atau
mengakhirinya.
a. Bila salah seorang dari suami istri murtad
yang terjadi setelah akad.
b. Jika suami yang tadinya kafir masuk
islam, tetapi istri masih tetap dalam
kekafirannya, Lain halnya kalau istri
orang ahli kitab, maka akadnya tetap sah
seperti semula. Sebab perkawinannya
dengan ahli kitab dari semulanya
dipandang sah.
1. Hak suami terhadap istri diantaranya:
a. Suami berhak untuk mendapatkan istri
seutuhnya
b. Suami berhak untuk meminta hajatnya kepada
istri kapan saja dia mau
c. Suami berhak untuk memberi izin dan melarang
istri pergi
d. Suami berhak untuk menjaga dan melindungi
istrinya
e. Suami berhak untuk memberi nasehat kepada
istrinya
2. Kewajiban suami terhadap istri diantaranya:
a. Suami wajib membimbing istrinya dalam hal
agama dan berumah tangga.
b. Suami wajib melindungi istrinya
c. Suami wajib memberikan nafkah lahir dan
bathin kepada istrinya sesuai dengan
kemampuannya.
d. Suami wajib memberikan pendidikan agama
kepada istrinya.
e. Suami wajib memuliakan istrinya.
3. Hak Istri terhadap suami,
a. Istri berhak menerima mahar dari suami
b. Istri berhak digauli dengan baik dan dimuliakan
c. Istri berhak menerima nafkah lahir dan batin
dari suaminya
d. Istri berhak dibimbing dan diajarkan ilmu
agama oleh suaminya
e. Istri berhak diberi keadilan diantara para istri
apabila suaminya beristri lebih dari satu
4. Kewajiban istri terhadap suami diantaranya:
a. Istri wajib untuk taat dan patuh kepada suami
b. Istri wajib untuk mengurus suami dan rumah
tangganya
c. Istri wajib menjaga harta dan kehormatan suami
saat suami tidak ada di rumah
d. Istri wajib untuk selalu berhias dan bersolek
untuk suami agar tampil cantik dihadapan
suami
e. Istri wajib menghormati suami dan keluarga
suami.
5. Hak dan kewajiban bersama suami istri
a. Hak (dihalalkan) untuk melakukan hubungan
seksual.
b. Hak untuk saling menikmati satu sama lain.
c. Hak untuk saling mendapatkan waris akibat
dari adanya ikatan pernikahan yang sah.
d. Wajib memelihara kepercayaan dan tidak saling
membuka aib mereka kepada orang lain.
e. Wajib untuk sabar dan rela atas kekurangan dan
kelemahan masing-masing.
f. Wajib untuk saling menghormati orang tua dan
keluarga kedua belah pihak.
 Nafkah berasal dari kata al-anfaaqa yang artinya
mengeluarkan. Nafkah juga berarti belanja.
 Maksudya, sesuatu yang diberikan oleh seorang
suami kepada istri, seorang bapak kepada anak,
dan kerabat dari miliknya sebagai keperluan
pokok bagi mereka.
 Dasar hukum nafkah merupakan kewajiban
suami terhadap istri (sekalipun si istri orang
kaya), orang tua terhadap anak-anak, terhadap
orang tuanya serta terhadap orang-orang yang
tidak mampu sebagaimana tertera dalam QS. At-
Thalaq ayat 6
Untuk mendapatkan nafkah, harus dipenuhi
beberapa syarat. Adapun syarat bagi istri berhak
menerima nafkah antara lain:
1. Ikatan pernikahannya harus sah
2. Istri taat dan patuh kepada suami
3. Istri memberi dan melayani suami sepanjang
waktu yang diperbolehkan
4. Keduanya masih mampu melaksanakan
kewajiban mereka sebagai suami istri
5. Istri tidak keberatan untuk pindah tempat
apabila suami menghendakinya kecuali apabila
suami bermaksud jahat.
Suami boleh tidak memberikan nafkah kepada istri
apabila terjadi hal sebagai berikut:
1.Istri kabur atau pindah dari rumah suaminya ke
tempat lain tanpa seizin suami atau alasan yang
dibenarkan agama
2.Istri bepergian tanpa izin suaminya
3.Istri ihram pada aktu ibadah haji tanpa seizin
suami
4.Istri menolak melakukan hubungan suami istri
5.Istri dipenjara karena melakukan tindak pidana
6.Suami meninggal, sehingga ia menjadi janda
 Imam syafi’i berpendapat bahwa besarnya
nafkah ditentukan atas kemampuan suami.
 Imam maliki dan imam abu hanifah berpendapat
bahwa besarnya nafkah bukan ditentukan
berdasarkan ketentuan syara’ tetapi berdasarkan
keadaan masing-masing suami istri dan berbeda-
beda sesuai waktu, keadaan dan tempat.
 Walimah ‫الو ِلي َمة‬
َ artinya Al – Jam’u = Kumpul, Sebab antara
suami istri berkumpul.

 Walimah berasal dari bahasa arab “Al – Walima” artinya


makanan pengantin. Maksudnya makanan
yangdisediakan khusus dalam acara pesta perkawinan
atau sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainnya
 Walimah adalah salah satu bentuk rasa syukur setelah
diadakannya akad nikah dengan jamuan makan bagi para
tamu undangan, kerabat dan sanak saudara. Walimah
tidak harus dilaksanakan setelah akad nikah langsung,
disunnahkan mengadakan walimah tiga hari setelah akad
nikah.
 Hukum menyelenggarakan walimah adalah sunnah
muakkad
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:
‫ا َ ْو ِل ْم َولَ ْو ِبشَا ٍة‬
Artinya:
Adakanlah walimah, walaupun hanya dengan seekor
kambing. (HR.Al-Bukhori No. 2048 dan Muslim No. 1427)
 Wujud rasa syukur kepada Allah SWT
 Tanda pergerakan penyerahan anak gadis kepada
suami dari kedua orang tuanya
 Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami
istri
 Sebagai realisasi arti sosiologis dari akad nikah
1. Suami Merantau, Apa saja hal yang dilarang dan
wajib dilakukan oleh suami dan istri ?
2. (6229) Saksi nikah menyaksikan dari VidCall,
Apakah pernikahannya sah?
3. Istri keluar rumah tanpa seizin suami,
hukumnya bagaimana? Apablia istri melakukan
kesalahan bagaimana tindakan suami?

Anda mungkin juga menyukai