Anda di halaman 1dari 15

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. KETENTUAN DALAM PERNIKAHAN

PENGERTIAN PERNIKAHAN

 Menurut bahasa Nikah bermakna al-jam’u yang berarti menggabung, mencampur,

menghimpun, atau mengumpulkan.

 Menurut syariat nikah berarti akad yang menghalalkan pergaulan dan hubungan

lebih intim antara pasangan suami-istri atas dasar agama

 Menurut UU RI No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pernikahan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa

DASAR HUKUM PERNIKAHAN

 Q.S an-Nur Ayat 32

 Q.S ar-Rum Ayat 21

 H.R Jamaah Ahli Hadis


HUKUM NIKAH

Pada dasarnya hukum pernikahan adalah sunnah menurut pandangan jumhur ulama atau

kebanyakan ulama, namun apabila didasarkan pada kondisi dan niat seseorang untuk

menikah, maka hukum pernikahan dapat diperinci sebagai berikut

a. Sunnah, bagi orang-orang yang sudah berkehendak untuk menikah dan telah

mampu memberi nafkah baik sandang, pangan, papan, maupun yang lainnya

b. Wajib,bagi orang-orang yang telah mampu memberi nafkah sandang, pangan, papan

dan lainnya dan ia khawatir akan terjerumus kedalam lembah perzinaan jika tidak

segera menikah.

c. Makruh (dibenci), bagi orang yang tidak bisa memberi nafkah dan belum memiliki

dorongan untuk menikah

d. Haram (dilarang), bagi orang yang memiliki maksud tidak baik dan menyimpang

dari tujuan menikah yang suci dan mulia.

e. Mubah (dibolehkan), bagi orang yang pada dasarnya belum memiliki dorongan

untuk menikah dan tidak ada kekhawatiran jika tidak segera menikah akan

terjerumus ke lembah perzinaan atau mendatangkan mudarat bagi siapapun

RUKUN NIKAH

a. Adanya calon pengantin (pria dan wanita)

b. Adanya wali dari calon pengantin wanita

c. Ada dua orang saksi

d. Sigat(akad), atau yang dikenal ijab dan qabul antara wali dari mempelai wanita

dengan pengantin pria

e. Mahar atau mas kawin


SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN

a. Pengantin laki-laki

Syarat :

1. Islam;

2. Balig dan berakal;

3. Tidak dipaksa/terpaksa;

4. Tidak dalam ihram haji atau umrah.

b. Pengantin perempuan

Sayart :

1. Tidak dalam masa idah;

2. Tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain;

3. Halal untuk dinikahi, artinya bukan termasuk muhrimnya;

4. Tidak dalam ihram haji atau umrah;

5. Bukan perempuan musyrik.

c. Wali (dari calon pengantin perempuan)

1) Wali Nasab

Wali nasab adalah wali yang memiliki hubungan darah dengan mempelai wanita, urutan

wali nasab dari yang terdekat adalah sebagai berikut.

a) Ayah

b) Kakek (Bapaknya bapak calon memperlai wanita)

c) Saudara laki-laki sekandung

d) Saudara laki-laki sebapak

e) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung


f) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

g) Saudara laki-laki sebapak yang sekandung(paman dari pihak bapak)

h) Anak laki-laki paman dari pihak bapak yang asekandung

i) Anak laki-laki paman dari pihak bapak yang sebapak.

2) Wali Hakim

Wali hakim adalah kepala negara yang beragama islam, dan dalam hal ini kekuasaannya

dilaksanakan oleh kepala pengadilan agama.

Syarat :

1. Islam;

2. Laki-laki;

3. Balig dan berakal

4. Merdeka

5. Punya hak perwalian

6. Tidak ada halangan saat menjadi wali

7. Adil.

Syarat mempelai wanita yang berhak berwali hakim.

1. Tidak ada wali nasab

2. Tidak cukup syarat wali bagi yang lebih dekat(nasabnya) dan wali yang lebih jauh

tidak ada.

3. Wali yang lebih dekatada di tempat yang jauh, sejauh perjalanan safar yang

memperbolehkan mengqasar shalat

4. Wali yang lebih dekat sedang melaksanakan haji atau umrah

5. Wali yang lebih dekat masuk penjara dan belum boleh keluar
6. Wali yang lebih dekat menolak untuk menikahkan

7. Wali yang lebih dekat hilang dan tidak diketahui keberadaannya.

d. Dua orang saksi

Syarat :

1. Balig dan berakal

2. Minimal dua orang

3. Laki-laki

4. Merdeka

5. Beragama Islam

6. Dapat melihat

7. Adil

e. Akad (Ijab dan Qabul)

Ijab adalah ucapan wali(dari pihak mempelai wanita) atau wakilnya sebagai

penyerahan kepada calon mempelai laki-laki. Qabul adalah ucapan dari pengantin

laki-laki sebagai tanda penerimaan

f. Mahar

Syarat :

1. Berupa sesuatu yang suci, halal, dan bermanfaat

2. Milik suami

3. Sanggup menyerahkan

4. Dapat diketahui sifat dan jumlahnya


MACAM-MACAM PERNIKAHAN

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkn ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun berbagai macam perkawinan yang

dikenal masyarakat selain pernikahan yang biasa dan sah serta legal secara formal

adalah sebagai beriku

a) Nikah Sirri

Pernikahan yang dilakukan tanpa proses pencatatan oleh petugas KUA( Kantor Urusan

Agama)

b) Nikat Mut’ah

Nikah Mut’ah adalah nikah dengan batasan waktu tertentu atau biasa disebut dengan

kawin kontrak. Hukum dari Nikah Mut’ah adalah haram.

c) Nikah Muhalil

Nikah Muhalil adalah pernikahan yang dilakukan seseorang dengan maksud sekedar

menjadi penghalal bagi kembalinya pasangan suami-istri yang telah bercerai atau

melakukan yalak sebanyak tiga kali.

d) Nikah Syigar

Nikah Syigar adalah pernikahan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki yang saling

menikahi anak perempuan dari laki-laki lain dan masing-masing menjadikan pernikahan

itu sebagai maharnya.


e) Poligami

Poligami adalah menikahnya seorang laki-laki dengan perempuan lebih dari satu sampai

empat.

HIKMAH PERNIKAHAN

a) Untuk Melestarikan Keturunan

b) Membentengi Diri dari Setan dan Menolak Bencana Syahwat Yang Menjerumuskan

c) Menjaga Kebahagiaan Jiwa Bersama Pasangannya

d) Menjadikan Bertambahnya Rezeki yang Berkah

e) Menjadi Sarana Penggembelengan Jiwa

B. PUTUSNYA PERNIKAHAN

Ada empat kemungkinan yang menyebabkan terputusnya hubungan pernikahan atau

perkawinan, yaitu meninggal dunia, talak (cerai), khulu’(talak tebus),

dan faskah(keputusan hakim)

1. Talak

a. Pengertian

Secara bahasa talak artinya memudar atau membuka ikatan, maksudnya membuka atau

memutus hubungan pernikahan.

b. Hukum Talak

Hukum talak pada dasarnya adalah makruh (sesuatu yang dibenci Allah SWT).

Meskipun hukum talak adalah makruh, akan tetapi pada kondisi tertentu dapat berubah
menjadi sunnah ketika kemudaratan akan lebih banyak munculnya jika perceraiana

tidak dilakukan. Dalam kondisi tertentu hukum talak dapat berubah menjadi mubah jika

perceraian bisa mendatangkan manfaat dan tidak ada pihak yang dirugikan.

c. Rukun Talak

1) Suami yang mentalak, dengan syarat baligh, berakal dan kehendak sendiri;

2) Istri yang ditalak

3) Ucapan yang digunakan untuk menalak

d. Bentuk Ucapan Talak

1) Ucapan Sarih, ucapan talak yang diucapkan secara jelas dan tidak perlu ditafsirkan lagi

2) Ucapan kinayah, ucapan talak yang berbentuk kiasan

e. Sebab-sebab Lain yang Termasuk dalam Talak

1) Ta’liq Talak

2) Li’an

3) Ila’

f. Macam-Macam Talak

Dilihat dari kesesuaian cara melakukan talak dengan tuntunan syariah, talak dibagi

menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut

1) Talak Sunny

2) Talak Bid’i

Dilihat dari segi boleh tidaknya mantan suami rujuk atau kembali pada mantan istri,

maka talak dibagi menjadi dua yaitu sebagi berikut

1) Talak Raj’i

Yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri sebanyak satu atau dua kali
2) Talak Bain

Talak bain yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri, dan suami boleh kembali

kepada mantan istri dengan akad nikah atau mahar baru

(a) Talak Bain Sugra adalah talak satu atau dua dengan menggunakan tebusan dari pihak

istri atau melalui putusan pengadilan dalam bentukfaskh.

(b) Talak bain Sugra yaitu talak tiga kali baik secara ucapan atau berturut-turut.

2. Khulu’

Khulu’ atau talak tebus merupakan talak yang diucapkansuami atas permintaan istri

dengan caraistri membayar ganti rugi atau mengembalikan mahar yang telah diterima

dari suami.

Syarat melakukan khulu’ :

a. Suami yang menceraikan istrinya adalah berakal, baligh, dan berbuat atas kehendaknya

sendiri serta dengan penuh kesadaran

b. Istri yang di khulu’ adalah masih dalam starus istrinya

c. Adanya uang ganti dalam bentuk sesuatu yang berharga dan memiliki nilai , serta

nilainya sebanding dengan nilai mahar yang diterima

d. Sigat atau ucapan oleh suami dengan menyatakan ‘uang ganti’

3. Fasakh

Merupakan batalnya akad atau lepasnya ikatan perkawinan antara suami dengan istri

yang disebabkan terjadinya cacat atau kerusakan pada akad itu sendiri.

Contohnya :
a. Setelah akad dilakuka, diketahui bahwa pasangan itu ternyata saudara

sekandung, seayah seibu, atau saudara sepersusuan

b. Seorang yang belum baligh

Adapun fasakh yang diakibatkan sesuatu yang datang kemudian pada akad sehingga

akad tersebut tidak dapat dilanjutkan

a. Laki-laki non islam dan perempuan nya islam

b. Jika salah seorang dari suami istri murtad dan keluar dari islam untuk selamanya

C. Ketentuan Pernikahaan Menurut Perundang undangan di Indonesia

Penikahan dan perceraian diatur dalam undang undang nomor 1 taahun 1974

tentang

perkawinan. Undang undang nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang :

1. Tujuan Pernikahan

Dalam pasal undang undang dijelaskan tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Larangan Terjadinya Perkawinan

Pasal 8 undang undang perkawinan menjelaskan tentang orang orang yang dilarang

menikah antara lain yaitu :

Perkawinan dilarang antara dua orang yang

a.berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau pun ke atas;

b.berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,

antara seorang dengan saudara orang tua, dan antara seseorang dengan saudara

neneknya;
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan ibu/bapak tiri;

d. berhubungan susunan, anak susuan, saudara susuan, dan bibi/paman susuan;

e. berhubungan saudara denga istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri,

dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang

f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku,

dilarang kawin;

3. Sebab-sebab putusnya perkawinan

Adapun yang menjadi sebab dari terputusnya ikatan perkawinan sebagaimana di

jelaskan dalam pasal 38 :

a.Kematian salah satu pihak

b.Perceraian

c.Atas putusan peradilan

4. alasan alasan menggugat perceraian

Berdasar pasal 39 ayat 2 beserta penjelasannya dan dipertegas lagi dalam pasal

19 P.P. No. 9/1975, alasan mengugat perceraian :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain

sebagainya yang sukar di sembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut turut tanpa izin pihak

lain yanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat

setelah perkawinan berlangsung.


d. Salah satu phak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan

pihak lain

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran adan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

5. Tata Cara Perceraian

Dalam pasal 39-41 undang undang perkawinan dan dalam peraturan pemerintah

no. 9/1975 pasal 14-36 perceraian ada dua macam :

a. Cerai talak

Suami yang hendak mentalak istrina diatur dalam PP. No. 9/1975 pasal 14-18 yang pada

dasarnya adalah sebagai berikut

1. Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama islam yang akan

menceraikan istrinya, mengajukan surat kepada Pengadilan Agama di tepat tinggalnya ,

yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya disertai alasannya

serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu.

2. Setelah terjadi perceraian di muka pengadilan, maka ketua pengadilan membuat surat

keterangan terjadinya perceraian

3. Setelah pegadilam nenerima surat pemberitahuan tersebut, kemudian setelah

mempelelajarinya selambat lambatnya 30 hari setelah menenrima surat perceraian,

pengadilan memangil seami istri yang akan bercerai untuk dimintai penjelasan
4. Setelah pengadilan mendapat penjelasan dari suami istri, ternyata memang ada terdapat

alasan alasan untuk bercerai dan pengadila berpendapat bahwa pasangan suami istri

tersebut tidak memungkinkan untuk di damaikan untuk hidup ruun lagidalam rumah

tangga, maka pengadilan memutuskan untuk mengadakan sidang untuk menyaksikan

perceraian itu

5. Sidang perceraian tersebut, setelah meneliti dan berpendapat adanya alasan alasan

untuk perceraian dan berudaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dan tidak

berhasil, kemudiann menyaksikan perceraian yang dilakukan oleh suami itu dalam

sidang terebut.

6. Kemudian ketua pengadilan memberi surat keterangan tenteng terjadinya perceraian

tersebut, dan surat perceraian tersebut di kirimkan ke pada pegawai pencatat di tempat

perceraian itu terjadi untuk diadakn pencatatan perceraian.

7. Perceraian terjadi terhitung pada saat terjadi perceraian itu dinyatakan di depan sidang

pengadilan.

b. Cerai gugat

Cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan adanya suatu gugatan yang lebih

dulu oleh salah satu pihak kepada pengadilan , dan perceraian itu terjadi atas putusan

pengadilan.

Langkah langkah pengadilan dalam memutuskan perceraian ini diatur dalam

P.P. No. 9/1975 pasal 20-36 yang pada dasarnya adalah sebagai berikut

1. Mengajukan gugatan

2. Melakukan pemanggilan pihak pihak yang bersangkutan

3. Persidangan
4. Putusan pengadilan

Perceraian yang terjadi dengan segala akibatnya terdapat perbedaan antara orang

yang beragama Islam dengan yang lain . Bagi agama islam perceraian tercadi seteah

putusan pengadilan agama yang memiliku keputusan hukum yang tetap. Untuk agama

lain perceraian terjadi sejak pendaftaran pada dafrat pencatatan kantor pencatatan oleh

pegawai pencatat.

6. Akibat putusnya perceraian

Hal yang perlu dilaksanakan oleh pihak isti atau suami setelah terjadi perceraian dimana

diatur dalam pasal 41 undang undang perkawinan

a. Baik ibu mapun bapak tetao berkewajiban memelihara dan mendidik anak anaknya

semata mata berdasar kepentingan anak. Bila mana terjadi perselisihan terhadap

penguasaan anak pengadilan memberi keputusannya .

b. Biaya pemeliharan dan pendidikan anak menjadi pihak bapak, kecuali dalam

kenyataannya bapak dalam keadaan tidak mampu sehingga tidak melakukan kewajiban

tersebut, maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu juga ikut memikul biaya

tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan terhadap mantan suami untuk memberikan biaya

penghidupan daan/atau menentukan suatu kewajiban bagi mantan istri

7. Perkawinan Campuran
Menurut pasal 57, yang dimaksud perkawinan campuran adalah dua orang yang

melangsungkan pernikahan di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena

adanya perbrdaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berwarga negaraan indonesia.

8. Perkawinan yang dilaksanakan di luar Indonesia

Pasal 56 undang undang No. 1 Tahun 1974 menjelaskan tetang perkawinan yang

dilaksanakan di luar Indonesia bisa dilakukan oleh dua orang warga negara indonesia

yang salah satunya warga negara asing. Perkawinan dilaksanakan menurut hukum yang

berlaku di tempat perkawinan tersebut dilangsungkan dan bagi warga negara indonesia

tidak melanggar undang undang pasal 56 ayat 1 dan 2

a. Perkawinan dilangsungkan di luar indonesia antara dua orang warga negara indonesia

atau seorang warga negara asing adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang

berlaku di negara tempat menikah dan bagi warga negara tidak melanggar ketentuan

undang undang

b. Dalam waktu satu tahun setelah suami istri kembali ke indonesia, surat bukti

perkawinan harus di daftarkan kekantor pencatatan perkawinan tempat tinggal mereka

Anda mungkin juga menyukai