Anda di halaman 1dari 28

PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (PABP) 3

MUNAKAHAT (PERNIKAHAN DALAM ISLAM)

Oleh :Ahmad Subekhan, SE


SMAN 1 WAY JEPARA
2019
Pendahuluan
Allah Swt menciptakan sesuatu dalam keadaan berpasang pasangan.
Ada siang ada malam, langit dan bumi, bulan dan matahari, dan
sebagainya. Begitu juga dengan manusia ada laki laki dan
perempuan. Semua itu mengisyaratkan kepada kita bahwa
keharmonisan yang terjadi, kesinambungan hidup yang berarti, dan
kebahagiaan hidup yang dinanti bermula dari pasangan hidup yang
serasi. Oleh karena itu Islam mensyariatkan kepada umatnya untuk
menjalin hubungan dengan pasangan hidup dengan pernikahan,
Pernikahan merupakan salah satu sarana mendekatkan diri kepada
Allah Swt.sekaligus sebagai sarana agar manusia mampu
menemukan pasangan hidupnya yang ideal, serasi dan seiring
sejalan demi,mendapatkan keharmonisan dalam hidup dan
tercapainya hakikat kebahagiaan
Ketentuan Pernikahan Dalam Islam
Pengertian Nikah
Menurut bahasa, nikah bermakna Al-jama’u yang artinya
menggabung, mencampur, menghimpun atau mengumpulkan.
Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang menghalalkan
pergaulan dan hubungan lebih intim antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya atas dasar agama yang
menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun
1974, definisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah
"ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dasar Hukum Nikah
1. Q.S An-Nur : 32

Artinya : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
2. Q.S Ar-Rum : 21

Artinya: Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”
Dasar Hukum Nikah (Lanjutan)
3. Hadist Nabi saw
Tujuan Pernikahan
Seseorang yang akan menikah harus memiliki tujuan
positif dan mulia untuk membina keluarga sakinah dalam
rumah tangga, di antaranya sebagai berikut
1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
2. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
3. Untuk membentengi akhlak
4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
5. Untuk mendapatkan keturunan yang salih
6. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami
7. Mengikuti Sunah Rasulullah saw.
Hukum Pernikahan
Hukum asal melakukan pernikahan adalah mubah. Para ahli fikih sependapat
bahwa hukum pernikahan tidak sama penerapannya kepada semua mukallaf,
melainkan disesuaikan dengan kondisi masing-masing, baik dilihat dari
kesiapan ekonomi, fisik, mental ataupun akhlak. Karena itu hukum nikah bisa
menjadi wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh. Penjelasannya sebagai
berikut :
1. Wajib yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi
maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk
menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh pada
perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah. Karena menjauhi
zina baginya adalah wajib dan cara menjauhi zina adalah dengan menikah
2. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah
namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat, sekiranya
tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini seseorang boleh melakukan dan
boleh tidak melakukan pernikahan. Tapi melakukan pernikahan adalah lebih
baik daripada mengkhususkan diri untuk beribadah sebagai bentuk sikap taat
kepada Allah Swt..
Hukum Pernikahan (lanjutan)

3. Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya
atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut
usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan wanitanya rela dengan
syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal). Juga mubah bagi yang mampu
menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya atau
bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri dari
yang haram.
4. Haram yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkaitan
dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban
lainnya. Pernikahan seperti ini mengandung bahaya bagi wanita yang akan
dijadikan istri. Sesuatu yang menimbulkan bahaya dilarang dalam Islam.
5. Makruh yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan
menyakiti wanita yang akan dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri dan
buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau
tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan
Rukun dan Syarat Pernikahan
1. Calon suami syarat-syaratnya sebagai berikut:
a. Islam
b. Bukan mahram si wanita,
c. Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridhaan dari masing
masing pihak.
d. Mu’ayyan (beridentitas jelas)
e. Tidak sedang haji dan umrah
2. Calon Istri syaratnya adalah:
a. Bukan mahram si laki-laki.
b. Terbebas dari halangan nikah, misalnya, masih dalam masa iddah
atau berstatus sebagai istri orang.
c. Tidak sedang haji dan umrah
d. Bukan perempuan musyrik
Rukun dan Syarat Pernikahan (lanjutan)
3. Wali, baik wali nasab maupun wali hakim, syaratnya adalah :
a. orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci,
b. laki-laki, bukan perempuan atau banci,
c. mahram si wanita,
d. balig, bukan anak-anak,
e. berakal, tidak gila,
f. adil, tidak fasiq,
g. tidak terhalang wali lain,
h. tidak buta,
i. tidak berbeda agama,
j. merdeka, bukan budak
4. Dua orang saksi, syaratnya adalah
a. Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang fasik.
b. Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kwalifikasi sebagai
saksi.
c. Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
d. Islam
Rukun dan Syarat Pernikahan (lanjutan)
5. Akad (Ijab Kabul)
Ijab yaitu ucapan wali (dari pihak calon mempelai perempuan) atau wakilnya
sebagai penyerahan kepada calon mempelai laki laki. Adapun Qabul adalah
ucapan dari pengantin laki laki sebagai tanda penerimaan. Syarat shighat adalah:
a. Tidak tergantung dengan syarat lain.
b. Tidak terikat dengan waktu tertentu.
c. Boleh dengan bahasa asing.
d. Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam bentuk
kinayah (sindiran), karena kinayah membutuhkan niat sedang niat itu sesuatu
yang abstrak.
e. Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha” dan boleh
didahulukan dari ijab
6. Mahar (Mas kawin) Memberikan mas kawin hukumnya wajib karena
termasuk syarat nikah. Syarat mahar adalah berupa sesuatu yang suci, halal
dan bermanfaat, milik suami, sanggup menyerahkan, dan dapat diketahui sifat
dan jumlahnya.
Wanita Yang Haram Utuk di Nikahi
Mahram adalah sebuah istilah yang berarti wanita yang haram dinikahi. Mahram
berasal dari makna haram, yaitu wanita yang haram dinikahi. Tentang siapa saja
yang menjadi mahram, para ulama membaginya menjadi dua klasifikasi besar
sebagai berikut :
1. Mahram Yang Bersifat Abadi. Dibagi menjadi 3 golongan yaitu
A. Mahram Karena Nasab
a. Ibu kandung dan seterusnya keatas seperti nenek, ibunya nenek.
b. Anak wanita dan seteresnya ke bawah seperti anak perempuannya anak
perempuan.
c. Saudara kandung wanita.
d. Ammat / Bibi (saudara wanita ayah).
e. Khaalaat / Bibi (saudara wanita ibu).
f. Banatul Akh / Anak wanita dari saudara laki-laki.
g. Banatul Ukht / anak wnaita dari saudara wanita
Wanita Yang Haram Utuk di Nikahi(lanjutan)
B. Mahram Karena Mushaharah (besanan/ipar) Atau Sebab
Pernikahan.
a. Ibu dari istri (mertua wanita).
b. Anak wanita dari istri (anak tiri).
c. Istri dari anak laki-laki (menantu peremuan).
d. Istri dari ayah (ibu tiri).
C. Mahram Karena Penyusuan
e. Ibu yang menyusui.
f. Ibu dari wanita yang menyusui (nenek).
g. Ibu dari suami yang istrinya menyusuinya (nenek juga).
h. Anak wanita dari ibu yang menyusui (saudara wanita sesusuan).
i. Saudara wanita dari suami wanita yang menyusui.
j. Saudara wanita dari ibu yang menyusui
Wanita Yang Haram Utuk di Nikahi(lanjutan)
2. Mahram Yang Bersifat Sementara
Kemahraman ini bersifat sementara, bila terjadi sesuatu, laki-laki yang tadinya
menikahi seorang wanita, menjadi boleh menikahinya. Diantara para wanita yang
termasuk ke dalam kelompok haram dinikahi secara sementara waktu saja adalah
a. Istri orang lain
b. Saudara ipar, atau saudara wanita dari istri
c. Wanita yang masih dalam masa Iddah
d. Istri yang telah ditalak tiga
e. Menikah dalam keadaan Ihram
f. Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka
g. Menikahi wanita pezina
h. Menikahi istri yang telah dili`an, yaitu yang telah dicerai dengan cara dilaknat.
i. Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita musyrikah.
Macam Macam Pernikahan
1. Pernikahan Sirri
Pernikahan Siri adalah suatu pernikahan yang dilakukan oleh seseorang dengan
adanya wali, memenuhi rukun dan syarat nikah namun tidak didaftarkan di
Kantor Urusan Agama (KUA) dengan persetujuan kedua belah pihak
2. Pernikahan Mut`ah
yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu, baik sebentar
ataupun lama. Disebut juga kawin kontrak
3. Pernikahan syighar
yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar
4. Pernikahan muhallil
yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang
karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi
laki-laki lain dengan tujuan untuk menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan
suaminya
Kewajiban Suami dan Istri
Kewajiban Suami
Setelah terjadi akad nikah maka suami mempunyai kewajiban terhadap
istrinya, begitupula sebaliknya istri pun mempunyai kewajiban
terhadap suaminya1) Kewajiban suami terhadap istri sebagai berikut
1. Memimpin keluarga, istri dan anak-anaknya
2. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada istri dan anak-
anaknya sesuai dengan kemampuannya.
3. Bergaul dengan istrinya secara ma’ruf, yaitu dengan baik, penuh
kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
4. Mendidik keluarga terutama pendidikan agama agar istri dan anak-
anaknya menjadi orang-orang yang taat dan patuh menjalankan
agama Islam, seperti mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca
Al Qur’an. Dengan kata lain, menjalankan perintah agama dan
meninggalkan larangannya sehingga menjadi orang yang shaleh.
Kewajiban Suami dan Istri(lanjutan)
Kewajiban Istri
1. Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan dengan
ajaran agama Islam
2. Memelihara dan menjaga kehormatannya serta menjaga harta benda
suaminya.
3. Hemat, cermat dan selalu bersukur kepada Allah SWT atas pemberian
suami sehingga tidak memberatkan suami.
4. Mengatur rumah tangga. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai ibu
rumah tangga
5. Memelihara dan mendidik anak. Istri fungsinya lebih besar daripada
suami dalam mendidik dan mengasuh anak sebab pada umunya
hubungan istri dengan anak lebih dekat, terutama ketika anak masih
kecil.
6. Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan
sebaliknya.
Putusnya Pernikahan
1. Talak
Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang
dimaksud talak disini ialah melepaskan ikatan perkawinan
(pernikahan). hukum talak itu ada empat.
a. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim
memandang perlu keduanya untuk bercerai atau suami tidak
mampu untuk memenuhi hak-haka istri sebagaimana mestinya
b. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya
atau istri tidak menjaga kehormatannya.
c. Haram apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan
haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan
talak ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.
d. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara’
dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh
Putusnya Pernikahan (lanjutan)

Rukun Talak
1. Suami yang mentalak, dengan syarat balig, berakal dan kehendak
sendiri
2. Istri yang ditalak
3. Ucapan talak, terbagi menjadi 2
a. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali
ikatan pernikahan, seperti kata si suami “ Engkau tetalak atau
saya ceraikan engkau”, dengan niat atau tidak.
b. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-
kata yang tidak tegas) sehingga boleh diartikan untuk perceraian
atau bukan, seperti “Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu”
atau “Pergilah engkau dari sini”
Putusnya Pernikahan (lanjutan)
Macam macam Talak
Dari sisi kesesuian cara melakukan talak dengan tuntunan Syariat
a. Talak sunnah, adalah talak yang dijatuhkan suami sesuai dengan
Syariat Islam, yaitu suami menalak istri pada masa suci yang
tidak digauli didalamnya.
b. Talak bid’ah, adalah talak yang dijatukan suami yang
bertentangan dengan Syariat Islam, yaitu suami menalak istrinya
ketika haid atau menjalani masa nifas, atau menalaknya dalam
keadaan suci yang ia gauli didalamnya,atau menalaknya dalam
talak tiga dengan satu ungkapan atau tiga ungkapan
Putusnya Pernikahan (lanjutan)
Talak dari segi boleh tidaknya suami kembali pada istri
a. Talak raj’i, yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada suami sebanyak
satu atau dua kali. talak dimana suami berhak rujuk dengan istrinya
meskipun istrinya tidak menghendaki
b. Talak bai’in,yaitu suami yang menyeraikan tidak akan rujuk pada
istrinya. Dengan jatuhnya talak tiga, maka apabila bekas suami ingin
kembali dengan istri yang telah diceraikannya, maka ia dapat menerima
dengan akad dan mahar baru.Talak Bain terbagi menjadi 2 yaitu
1. Talak Bain Sugro yaitu talak satu atau dua dengan menggunakan
tebusan dari pihak istri atau melaluiputusan pengadilan dalam bentuk
fasakh
2. Talak Bain Kubro yaitu talak tiga sekali ucapan taupun berturut turut.
Talak ini menyebabkan suami tidak bisa kembali lagi pada istri
meskipun melalui akad dan mahar yang baru
Putusnya Pernikahan (lanjutan)
2. Li’an
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina(karena
suami tidak dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya
berzina). Sumpah suami istri seperti diatas, secara otomatis
menyebabkan mereka bercerai serta tidak boleh rujuk atau menikah
kembali untuk selana-lamanya. Bahkan, kalau setelah itu si istri
hamil, anak tersebut tidak boleh diakui sebagai anak bekas suaminya.
3. Ila’
Ila’  berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan
mecampuri istrinya selama 4 bulan atau lebih atau dalam masa yang
tidak ditentukan. Sumpah suami tersebut hendaknya ditunggu sampai
4 bulan. Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan
baik, naka dia diwajibkan membayar denda ,sumpah (khafarat)
Putusnya Pernikahan (lanjutan)
4. Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya,
seperti suami berkata kepada istrinya, “punggungmu sama dengan punggung
ibu ku.” Jika suami mengucapkan kata tersebut, maka dan tidak
melanjutkanya dan mentalak istrinya, wajib bagi nya membayar kafarat dan
haram meniduri istrinya sebelum kafarat di bayar
5. Khulu’
Menurut bahasa khulu’ berarti tanggal. Dalam ilmu fikih khulu’adalah talak
yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri,
baik dengan jalan mengembalikan mas kawin atau dengan memberikan
sejumlah uang ( harta) yang disetujui oleh mereka berdua.Khulu’
dipekenankan dalaam islam, dengan maksud untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi istri, karena adanya tindakan –tindakan suami yang
tidak wajar(umum) Akibat perceraian dengan cara khulu’ suami tidak dapat
rujuk, walaupun bekas istrinya masih dalam masa iddah.  Akan tetapi, kalau
bekas suami istri itu ingin kembali, harus melalui akad nikah baru
Putusnya Pernikahan (lanjutan)
6. Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami dan istri
karena sebab –sebab tertentu. Fasakh dilakukan oleh agama ,
karena adanya pengaduan dari pihak istri atau suami dengan
alasan yang dapat dibenarkan.
Akibat perceraian dengan fasakh, suami tidak boleh rujuk
kepada bekas istrinya. Namun kalau ia ingin menikahinya lagi
harus dengan cara melalui akad nikah baru
Masa Iddah
Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai
dari suaminya untuk dibolehkan menikah lagi dengan laki-laki lain.
Tujuan iddah antara lain untuk melihat perkembangan, apakah istri yang
bercerai itu hamil atau tidak. Kalau ternyata hamil, maka anak yang
dikandungnya berarti anak suami yang baru saja bercerai dengannya. Bagi
suami yang mempunyai hak rujuk masa iddah merupakan masa untuk
berfikir ulang, apakah ia akan kembali ( rujuk) pada istrinya atau mau
meneruskan perceraianya.
Lama masa iddah
1. Iddah karena suami wafat
Bagi istri yang tidak sedang hamil, baik sudah campur dengan suaminya
yang wafat atau belum  wafat, masa iddahnya adalah empat bulan
sepuluh hari. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-
Baqarah,2: 234.
Bagi istri yang sedang hamil, masa iddahnya adalah sampai melahirkan.
Ketentuan ini berdasarkan Al-Qur’an surah At-Talaq,65:4
Lama Masa Iddah (lanjutan)
2. Iddah karena talak, fasak, dan khuluk
a. Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja
bercerai dengannya, Tidak ada masa iddah  
b. Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa iddah-nya
ialah tiga kali suci. Ketentuan itu berdasarkan Al-Qur’an
surah Al-Baqarah;2:228.
c. Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, , misalnya
karena usia tua( menopause ), masa iddah-nya tiga bulan.
Ketentuan ini berdasarkan Al-Qur’an surah At-Talaq; 65: 4
d. Bagi istri yang sedang mengandung, masa iddahnya ialah
sampai dengan melahirkan kandunganya. Ketentuan ini
bedasarkan Al-Qur’an surah At-Talaq, 65:4.
Rujuk
Pengertian Rujuk
Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun
yang dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi talak raj’i yang dilakukan
oleh mantan suami terhadap mantan istrinya dalam masa iddahnya
dengan ucapan tertentu.
Hukum Rujuk
a. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu
jika salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya
b. Haram apabila rujuk itu, istri akan lebih menderita
c. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami
istrid. Jaiz, hukum asal Rujuke. Sunah jika rujuk akan membuat
lebih baik dan manfaat bagi suami istri
Rujuk (lanjutan)
Rukun Rujuk
a. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raj’i, dan
masih dalam masa iddah
b. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak
dipaksa
c. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil
d. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu
1) terang-terangan , misalnya “Saya rujuk kepadamu”
2) perkataan sindiran, misalnya “Saya pegang engkau”

Anda mungkin juga menyukai