Anda di halaman 1dari 14

Pernikahan dalam

Islam.
Dosen pengampu:Sulkifli,S.Ag.
Pernikahan
A.Pengertian Pernikaha

• Secara bahasa, arti nikah berarti mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan.


• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau pernikahan.
• Sedang menurut syariah, nikah berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki
dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-
masing.
• Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi atau
pengertian perkawinan atau pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Tujuan Pernikahan
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia
yang Asasi.
2. Untuk Mendapatkan Ketenangan Hidup.
3. Untuk Membentengi Akhlaq.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah kepada Allah
SWT.
5. Untuk Mendapatkan Keturunan yang
Saleh.
6. Untuk Menegakkan Rumah Tangga yang
Islami.
Anjuran Allah Swt. Mensyariatkan pernikahan sebagaimana
difirmankan dalam surat an-Nahl ayat 72:

“Allah menjadikan dari kamu istri-istri dari jenis

Menikah
kamu sendiri dan menjadikan bagimu dan istri-
istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah.”
Allah Swt. Akan melapangkan rezeki yang baik dan halal untuk hidup berumah
tangga, sebagaimana dijanjikan Allah Swt. Dalam firman-Nya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah Swt. Akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Swt. Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” ( Q.S. An-Nµr: 32).

Rasulullah juga banyak menganjurkan kepada para remaja yang sudah mampu
untuk segera menikah agar kondisi jiwanya lebih sehat, seperti dalam hadis:
“Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian yang sudah mampu maka
menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Jika belum mampu maka berpuasalah, karena berpuasa
dapat menjadi benteng (dari gejolak nafsu).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hukum Pernikahan

01. 02.
Wajib Sunnah
Wajib bagi orang yang telah mampu baik Sunah bagi orang yang telah mempunyai
fisik, mental, ekonomi maupun akhlak keinginan untuk menikah namun tidak
untuk melakukan pernikahan, mempunyai dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada
keinginan untuk menikah, dan jika tidak maksiat, sekiranya tidak menikah.Dalam
menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh kondisi seperti ini seseorang boleh
pada perbuatan maksiat, maka wajib melakukan dan boleh tidak melakukan
baginya untuk menikah. pernikahan. Tapi melakukan pernikahan
adalah lebih baik daripada mengkhususkan
diri untuk beribadah sebagai bentuk sikap
taat kepada Allah Swt..
Lanjutan..
03. 04. 05.
Haram Mubah Makruh
Haram yaitu bagi orang yang Mubah bagi yang mampu dan Makruh yaitu bagi seseorang yang
yakin bahwa dirinya tidak aman dari fitnah, tetapi tidak mampu menikah tetapi dia khawatir
akan mampu melaksanakan membutuhkannya atau tidak akan menyakiti wanita yang akan
kewajiban-kewajiban memiliki syahwat sama sekali dinikahinya, atau menzalimi hak-hak
pernikahan, baik kewajiban seperti orang yang impoten istri dan buruknya pergaulan yang dia
yang berkaitan dengan atau lanjut usia, atau yang miliki dalam memenuhi hak-hak
hubungan seksual maupun tidak mampu menafkahi, manusia, atau tidak minat terhadap
berkaitan dengan kewajiban- sedangkan wanitanya rela wanita dan tidak mengharapkan
kewajiban lainnya. dengan syarat wanita tersebut keturunan.
harus rasyidah (berakal).
Orang yang tidak boleh dinikahi.
Keturunan Pernikahan
a.Ibu dan seterusnya ke atas. a.Ibu dari istri (mertua).
b.Anak perempuan dan b.Anak tiri, bila ibunya
seterusnya ke bawah. sudah dicampuri.
c.Bibi, baik dari bapak atau ibu. c.Istri bapak (ibu tiri).
d.Anak perempuan dari saudara d.Istri anak (menantu).
perempuan atau saudara laki-laki.

Persusuan Dimadu
a.Ibu yang menyusui. a.Saudara perempuan dari
b.Saudara perempuan istri.
sepersusuan. b.Bibi perempuan dari istri.
c.Keponakan perempuan
dari istri.
Rukun dan Syarat Pernikahan
2.Calon Istri
Syaratnya;
1.Calon suami a. Bukan mahram si laki-laki.
b. Terbebas dari halangan nikah,
Syaratnya; misalnya, masih dalam masa idah
a. Bukan mahram si wanita, atau berstatus sebagai istri orang.
calon suami bukan termasuk
yang haram dinikahi karena
adanya hubungan nasab atau 3 .Dua orang saksi
sepersusuan. Syaratnya;
b. Orang yang dikehendaki, a. Berjumlah dua orang, bukan budak,
yakni adanya keredaan dari bukan wanita, dan bukan orang fasik.
masing-masing pihak. b. Tidak boleh merangkap sebagai saksi
c. Mu’ayyan (beridentitas jelas) walaupun memenuhi kualifikasi sebagai
saksi.
c. Sunah dalam keadaan rela dan tidak
terpaksa.
Lanjutan...

4 .Wali 5.Ijab Qabul(sighat)


Syaratnya; Syaratnya;
a. Orang yang dikehendaki, a. Tidak tergantung dengan syarat lain.
bukan orang yang dibenci. b. Tidak terikat dengan waktu tertentu.
b. Laki-laki, bukan perempuan c. Boleh dengan bahasa asing.
atau banci. d. Dengan menggunakan kata tazwij
c. Mahram si wanita. atau nikah, tidak boleh dalam bentuk
d. Balig, bukan anak-anak. kinayah (sindiran), karena kinayah
e. Berakal, tidak gila. membutuhkan niat sedang niat itu
f. Adil, tidak fasik. sesuatu yang abstrak.
g. Tidak terhalang wali lain. e. Qabul harus dengan ucapan “qabiltu
h. Tidak buta. nikahaha/tazwijaha” dan boleh
i. Tidak berbeda agama. didahulukan dari ijab.
j. Merdeka, bukan budak.
Undang-undang Perkawinan
1.Kewajiban Timbal Balik antara Suami dan Istri
a.Saling menikmati hubungan fisik antara suami istri.
b.Timbulnya hubungan mahram di antara mereka berdua.
c.Berlakunya hukum pewarisan antara keduanya.
d.Dihubungkannya nasab anak mereka dengan suami (dengan syarat
kelahiran paling sedikit 6 bulan sejak berlangsungnya akad nikah
dan berhubungan suami istri).
e.Berlangsungnya hubungan baik dan harmonis antara keduanya
f.Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta
dan kasih sayang di antara keduanya.
2.Kewajiban Suami terhadap Istri
a.Mahar
b.Memberi Nafkah
c.Memimpin rumah tangga.
d.Membimbing dan mendidik.
3.Kewajiban Istri terhadap Suami
a.Taat kepada suami.
b.Menjaga diri dan kehormatan keluarga.
c.Merawat dan mendidik anak.
Hikmah Pernikahan
1.Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram, dalam ikatan suci yang halal dan diridai Allah Swt.

2.Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.

3.Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zina.

4.Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak
dan menjaga kehidupannya.

5.Terjalinnya silaturahmi antar keluarga besar pihak suami dan pihak


istri.
Thanks!
Kelompok 4;
1. Silva Diah Gayatri
2. Wini Putri Bar’annisa
3. Nadia Zoraya
4. Novita Putriani
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai