Islam.
Dosen pengampu:Sulkifli,S.Ag.
Pernikahan
A.Pengertian Pernikaha
Menikah
kamu sendiri dan menjadikan bagimu dan istri-
istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah.”
Allah Swt. Akan melapangkan rezeki yang baik dan halal untuk hidup berumah
tangga, sebagaimana dijanjikan Allah Swt. Dalam firman-Nya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah Swt. Akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Swt. Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” ( Q.S. An-Nµr: 32).
Rasulullah juga banyak menganjurkan kepada para remaja yang sudah mampu
untuk segera menikah agar kondisi jiwanya lebih sehat, seperti dalam hadis:
“Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian yang sudah mampu maka
menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Jika belum mampu maka berpuasalah, karena berpuasa
dapat menjadi benteng (dari gejolak nafsu).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hukum Pernikahan
01. 02.
Wajib Sunnah
Wajib bagi orang yang telah mampu baik Sunah bagi orang yang telah mempunyai
fisik, mental, ekonomi maupun akhlak keinginan untuk menikah namun tidak
untuk melakukan pernikahan, mempunyai dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada
keinginan untuk menikah, dan jika tidak maksiat, sekiranya tidak menikah.Dalam
menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh kondisi seperti ini seseorang boleh
pada perbuatan maksiat, maka wajib melakukan dan boleh tidak melakukan
baginya untuk menikah. pernikahan. Tapi melakukan pernikahan
adalah lebih baik daripada mengkhususkan
diri untuk beribadah sebagai bentuk sikap
taat kepada Allah Swt..
Lanjutan..
03. 04. 05.
Haram Mubah Makruh
Haram yaitu bagi orang yang Mubah bagi yang mampu dan Makruh yaitu bagi seseorang yang
yakin bahwa dirinya tidak aman dari fitnah, tetapi tidak mampu menikah tetapi dia khawatir
akan mampu melaksanakan membutuhkannya atau tidak akan menyakiti wanita yang akan
kewajiban-kewajiban memiliki syahwat sama sekali dinikahinya, atau menzalimi hak-hak
pernikahan, baik kewajiban seperti orang yang impoten istri dan buruknya pergaulan yang dia
yang berkaitan dengan atau lanjut usia, atau yang miliki dalam memenuhi hak-hak
hubungan seksual maupun tidak mampu menafkahi, manusia, atau tidak minat terhadap
berkaitan dengan kewajiban- sedangkan wanitanya rela wanita dan tidak mengharapkan
kewajiban lainnya. dengan syarat wanita tersebut keturunan.
harus rasyidah (berakal).
Orang yang tidak boleh dinikahi.
Keturunan Pernikahan
a.Ibu dan seterusnya ke atas. a.Ibu dari istri (mertua).
b.Anak perempuan dan b.Anak tiri, bila ibunya
seterusnya ke bawah. sudah dicampuri.
c.Bibi, baik dari bapak atau ibu. c.Istri bapak (ibu tiri).
d.Anak perempuan dari saudara d.Istri anak (menantu).
perempuan atau saudara laki-laki.
Persusuan Dimadu
a.Ibu yang menyusui. a.Saudara perempuan dari
b.Saudara perempuan istri.
sepersusuan. b.Bibi perempuan dari istri.
c.Keponakan perempuan
dari istri.
Rukun dan Syarat Pernikahan
2.Calon Istri
Syaratnya;
1.Calon suami a. Bukan mahram si laki-laki.
b. Terbebas dari halangan nikah,
Syaratnya; misalnya, masih dalam masa idah
a. Bukan mahram si wanita, atau berstatus sebagai istri orang.
calon suami bukan termasuk
yang haram dinikahi karena
adanya hubungan nasab atau 3 .Dua orang saksi
sepersusuan. Syaratnya;
b. Orang yang dikehendaki, a. Berjumlah dua orang, bukan budak,
yakni adanya keredaan dari bukan wanita, dan bukan orang fasik.
masing-masing pihak. b. Tidak boleh merangkap sebagai saksi
c. Mu’ayyan (beridentitas jelas) walaupun memenuhi kualifikasi sebagai
saksi.
c. Sunah dalam keadaan rela dan tidak
terpaksa.
Lanjutan...
4.Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak
dan menjaga kehidupannya.