Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH PSIKOLOGI KELUARGA

Disusun Oleh:

Karina Ramadini Puspasari (20191770038)

Psikologi Reguler 5A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

TAHUN 2021/2022
Nama : Karina Ramadini Puspasari
Nim : 20191770038
Kelas : Regular 5A

SOAL UAS PSIKOLOGI KELUARGA.


Jawablah soal berikut dengan persepsi saudara dan di dukung oleh teori yang tepat.
1. Jelaskan Hukum Nikah!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan nikah menurut bahasa dan Istilah!
3. Sebutkan Rukun dan Syarat-syarat Nikah!
4. Dalam kondisi keluarga Apakah kelekatan, ketertarikan dan cinta yang merupakan fase
perkembangan sosioemosi berpengaruh terhadap tahap perkembangan keluarga masa
pengantin baru
5. Apa yang dimaksud dengan Poligami!
6. Jelaskan pola asuh otoriter orang tua bahwa pada pola asuh ini orang tua kadang kadang
menolak pendapat anak, sedangkan tidak sedikit anak pasti membutuhkan pertimbangan
dari orang dewasa termasuk orang tua sendiri sebelum menentukan sesuatu, menurut
klian bagaimana cara mengatasinya? Dan apa yang harus dilakukan oleh si anak tersebut?
7. Jelaskan dan sebutkan apa dampak negatif dari pola asuh otoriter pada anak?
8. Jelaskan bagaimana cara menanggulangi kecanduan gadget pada anak!
9. Jelaskan bagaimana cara orang tua mencegah anak agar tidak menonton hal yg negatif,
dan bagaimana pengawasan orang tua yang baik itu?
10. Jelaskan bagaimana cara ortu mencegah anaknya agar anaknya tidak mengakses konten"
negatif di sisi lain kebanyakan ortu sudah memberikan hp sendiri untuk anaknya dgn bgtu
anak mudah mengakses konten negatif. Kemudian juga dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya sehingga barada diluar pengawasan orang tua nya. Lalu apakah mediasi yang
tepat untuk menyikapi hal tersebut!?
JAWABAN :
1. Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan sesamanya yang menyangkut kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta
kewajiban yang berhubungan dengan perkawinan tersebut.
Menurut ahkamal khamsah (hukum pernikahan):
1) Nikah wajib. Nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu menambah takwa.
Nikah juga wajib bagi orang yang telah mampu, yang akan menjaga jiwa dan
menyelamatkannya dari perbuatan haram. Kewajiban ini tidak akan terlaksanakan
kecuali dengan nikah.
2) Nikah haram. Nikah diharamkan bagi orang yang tahu bahwa dirinya tidak
mampu melaksanakan hidup berumah tangga melaksanakan kewajiban lahir
seperti memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal, dan kewajiban batin seperti
mencampuri isteri.
3) Nikah sunnah. Nikah disunnahkan bagi orang-orang yang sudah mampu tetapi ia
masih sanggup mengendalikan dirinya dari perbuatan haram, dalam hal seperti ini
maka nikah lebih baik dari pada membujang karena membujang tidak diajarkan
dalam Islam.
4) Nikah mubah, yaitu bagi orang yang tidak berhalangan untuk nikah dan tidak ada
dorongan untuk menikah, belum membahayakan dirinya, ia belum wajib menikah
dan tidak haram bila untuk tidak menikah dulu.

2. Pengertian nikah menurut bahasa yaitu menghimpun atau mengumpulkan. Sedangkan


pengertian nikah menurut istilah syara’, pengertian nikah adalah suatu akad yang
menghalalkan seorang laki-laki dengan perempuan yang awalnya bukan mahram untuk
bersatu menjadi sepasang suami istri dengan memenuhi syarat dan rukun nikah.

3. Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan
(ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut. Adapun
syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut:
1) Calon suami.
Seorang calon suami yang akan menikah harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Bukan mahram dari calon istri
b) Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri)
c) Jelas orangnya (bukan banci)
d) Tidak sedang ihram haji

2) Calon istri
Bagi calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Tidak bersuami
b) Bukan mahram
c) Tidak dalam masa iddah
d) Merdeka (atas kemauan sendiri)
e) Jelas orangnya
f) Tidak sedang ihram haji

3) Wali
Untuk menjadi seorang wali dalam sebuah pernikahan, harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a) Laki-laki
b) Dewasa
c) Waras akalnya
d) Tidak dipaksa
e) Adil
f) Tidak sedang ihram haji

4) Ijab Qobul
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan kabul ialah sesuatu yang
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.
5) Mahar
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam. Fuqaha’ sependapat bahwa maskawin itu termasuk syarat sahnya
nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya.

Rukun Pernikahan adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan
tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur ulama sepakat ada empat,
yaitu:
a) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan.
b) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
c) Adanya dua orang saksi
d) Sighat akad nikah yaitu ijab dan kabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

4. Menurut saya kelekatan dan rasa mencintai sangat berpengaruh bagi seorang pengantin,
gaya kelekatan dapat memberikan pengaruh utama pada kemudahan seseorang pada cara
mereka berinteraksi dengan orang lain dan pada keberhasilan mereka dalam membina
hubungan. Gaya kelekatan orang dewasa memiliki karakteristik sebagai kombinasi dari
tingkat self-esteem seseorang dan derajat kepercayaan interpersonal (Bartholomew dan
Horowitz, dalam Baron dan Byrne 2005). Menurut bartholomew dan horowitz kelekatan
dimensi dibagi menjadi 2 yakni:
1. model kerja tentang self, seseorang dengan self image yang positif mengharapkan
agar orang lain dapat dengan mudah menerima dan menyukai mereka sementara
self image yang negatif akan mendorong ke arah harapan bahwa orang lain akan
merespon secara negatif.
2. model kerja tentang orang lain, yakni gambaran yang positif mengenai orang lain
yang mengakibatkan harapan positif mengenai intensi dan motif orang asing yaitu
kepercayaan (trust). Kemudian gambaran mengenai orang lain yang negatif
mengakibatkan harapan yang negatif sehingga apa yang diinginkan dan oleh
orang asing yaitu ketidakpercayaan (mistrust)
dalam hubungan pasangan pengantin yang masih baru, seseorang harus
mengetahui love language yang dimiliki pasangan. Memiliki keterbukaan
terhadap pasangan, jika terjadi suatu permasalahan dalam kehidupan yang
dimiliki pasangan baru tersebut love language dapat digunakan dengan
memahami kemauan, keinginan pasangan. Mengenali Bahasa cinta pasangan juga
penting dalam hal ini.

5. Menurut Dr. Fuad Moch Fachruddin, poligami adalah pengambilan lebih dari seorang
istri oleh seorang suami. Sedang menurut Soemiyati SH, poligami adalah perkawinan
antara seorang laki-laki dengan lebih seorang perempuan dalam waktu yang sama. Jadi
jelasnya poligami adalah perkawinan seorang laki-laki dengan orang perempuan yang
lebih dari satu dan dalam waktu yang sama. Tidak dapat dikatakan poligami apabila
perkawinan itu terjadi stelah perceraian dengan istri sebelumnya. Secara terminologis,
poligami dapat didefinisikan sebagai sistem perkawinan di mana salah satu pihaknya
mempunyai atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.
Dalam agama Islam, poligami diartikan sebagai perkawinan seorang suami dengan istri
lebih dari seorang dengan batasan maksimal empat istri dalam waktu bersamaan.

6. Pola Asuh Otoriter Menurut Gunarsa (2002), pola asuh otoriter yaitu pola asuh di mana½
orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada
anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri
pada kemampuannya. Senada dengan Hurlock, Dariyo (Anisa, 2005), menyebutkan
bahwa setengah anak yang dididik dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki
kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
Menurut saya, seseorang bisa menghadapi orang tua yang otoriter dengan
mengambil hati orang tuanya dan membujuk secara perlahan dengan menunjukkan rasa
tanggung jawab bahwa dapat menjadi seseorang yang lebih bertanggung jawab dari
sebelumnya. Sebelum meembicarakan hal yang dalam dengan orang tua, kita harus
mengetahui emosi yang kita miliki agar dapat mengontrol ketika berbicara dengan
mereka. Beberapa hal yang dapat menjadikan diri lebih dekat dengan cara komunikasi,
jika orang tua menolak pendapat kit akita harus memahami bagaimana orang tua dapat
diambil hatinya.
7. Dampak negatif perilaku orang tua yang otoriter terhadap anak dalam skripsi yang ditulis
oleh Ayu Rukmini dala judul “DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA YANG
OTORITER TERHADAP PSIKOLOGIS REMAJA DI KELURAHAN SALO
KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG”
a) Anak menjadi agresif : Efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat
buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak
berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu. Agresivitas ini akan
terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk. Jadi,
ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia
menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk
agresivitas pada orang lain.
b) Kurang Memiliki Motivasi : pola asuh yang mengekang kebebasan anak,
ujung-ujungnya bisa membuat anak kurang memiliki motivasi dalam diri
untuk menentukan perilaku yang tepat ke depannya, anak akan merasa
takut dan cemas serta kurang terpenuhi rasa aman dan kasih sayang yang
mendasar. Pola asuh yang mengekang kebebasan anak bisa membuat
anak kurang memiliki motivasi internal untuk menentukan perilaku yang
tepat. Kedepannya anak akan merasa takut dan cemas serta kurang
terpenuhi rasa aman dan kasih sayang.
c) . Takut berpendapat : Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter
cenderung takut mengemukakan pendapat. Pasalnya, orang tua mereka
selalu menutup rapat-rapat ruang untuk berdiskusi. Itulah sebabnya anak
akan merasa ragu atau takut salah ketika mengutarakan pendapatnya
pada orang lain.
d) Egoisme: Pola asuh orang tua yang otoriter bisa membentuk anak
menjadi pribadi yang egois, tidak tumbuh kepedulian kepada orang lain.
Anak akan hanya focus pada kepentingan dirinya sendiri karena
menuntut perhatian yang tidak pernah dia peroleh.
8. Dalam jurnal Sunita dan Mayasari (2018) Cara Untuk Mengatasi Anak Yang Sudah
Ketergantungan Gadget Apabila anak sudah kecanduan dengan gadget maka hal-hal yang
bisa dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:
a. Beri waktu batasan menggunakan gadget.
Dengan memberi batasan/mengurangi waktu untuk menggunakan gadget
maka lama kelamaan anak akan mulai lupa dengan gadgetnya.
b. Kembangkan bakat anak
Misalnya adalah dengan mengembangkan bakat yang dimiliki anak. Entah
itu bermain musik, menggambar/melukis, dan yang lainnya. Sering-seringlah
bermain dengan anak. Orang tua yang sering bermain dengan anaknya akan
membuat sang anak lebih fokus kepada orang tuanya dibanding dengan gadgetnya
c. Ajaklah anak Anda bermain di luar rumah.
Hal ini akan mempercepat tumbuh kembang anak.
d. Ajaklah anak ikut beraktivitas dengan anda
Misalnya adalah ketika memasak maka ajaklah anak anda dan aktivitas-
aktivitas lain yang memungkinkan anaka anda untuk diajak.
e. Ajaklah anak Anda berekreasi
Dengan berekreasi pikiran anak Anda akan fresh dan lupa dengan dengan
gadgetnya karena rekreasi membuat anak anda merasa senang dan gembira.
Apalagi ketika Anda mengajak anak anda berekreasi ke tempattempat yang
memiliki pemandangan yang bagus, seperti pegunungan, pantai, kebun binatang
dan yang lainnya.
9. Dalam hal ini orang tua dapat melakukan hal ini
 Komunikasi
Komunikasi antara anak dan orang tua sangat penting, dari komunikasi yang
ringan dapat membuat anak menjadi lebih terbuka kepada orang tua. Komunikasi
efektif yang berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing
menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Menurut
Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai dengan
adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.

 Mengetahui teman dan lingkungan sekitar anak


Pengembangan karakter melalui orangtua bisa dilakukan melalui tahap
pengetahuan(knowing) dan acting menuju kebiasaan(habit). Hal ini dapat
berpengaruh kepada anak, tidak hanya lingkungan rumah saja, orang tua juga
harus mengetahui lingkungan yang dimuliki oleh anak mereka, sehingga orang
tua bisa mengontrol dan mengetahui penyebab apa yang membuat perilaku anak
menjadi menyimpang.

 Mengajarkan apa yang boleh diakses dan yang tidak boleh diakses di internet
Memberikan batasan kepada anak pada link yang boleh diakses mereka
sesuai umur mereka dengan hal tersebut anak tidak dapat mengakses
sembarangan. Dan dampingi mereka ketika memengang handpone, atau orang tua
bisa mengaktifkan mode kids di hp orang tua, sehingga anak tidak dapat
mengakses sembarangan link.

 Mengajarkan sex education sejak dini


Dengan mengajarkan sex education sejak dini anak akan menjadi lebih
aware terhadap hal hal negative.

 Mengontrol atau mendampingi anak ketika menonton youtube atau televisi


Teknologi pada saat inni sangatlah canggih, kita bisa mengaktifkan youtube kids
untuk mmereka agar tidak mengakses hal hal yang belum pantas ditonton sesuai
umur mereka. Dan orang tua dapat mengalihkan adegan yang tidak pantas
ditonton oleh anak-anajk. Orang tua bisa mendampingi mereka atau mengajak
anak mereka untuk menonton hal yang disukai oleh anak mereka agar dapat
memiliki waktu quality time bersama-sama.

10. Dalam hal ini orang tua harus bisa mengontrol anaknya agar tidak mengakses hal hal
yang negative, dan orang tua bisa mengajarkan sedini mungkin tontonan yang baik dan
buruk untuk anaknya agar anak mengerti mana yang tidak boleh dan yang boleh diakses
olehnya. Orang tua harus tegas terhadap hal hal yang negative terhadap lingkungan
sekitar. Menurut Rachmatullah, R. (2017) terdapat dampak negatif juga yang mungkin
saja sebagai orangtua anda merasakannya pada anak – anak anda khususnya. di mana
anak – anak cenderung lebih banyak terkena dampak negatifnya, seorang anak akan lebih
malas untuk belajar dan melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat karena mereka terlalu
sibuk memainkan perangkat canggih dengan berbagai fitur permainan dan fitur lainnya
yang tersedia. Mengingat dampak negatif tersebut akan berkelanjutan hingga jangka
waktu yang panjang, maka akan lebih baik jika kita sebagai orangtua dapat bersikap
bijaksana dan mengontrol serta mengawasi dan membatasi penggunaan gagdet khususnya
pada anak – anak anda yang masih bersekolah. bisa dilihat digadget.(Suci: 2016).
Sebagai orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun
lihatlah cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya.
Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian
melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan
baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi kenyataan. Di sinilah peran
orang tua dalam mengontrol dan mengawasi sang buah hati. Menjadi orang tua bukan
soal siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan. Pengasuhan tidak hanya mencakup tindakan
tetapi juga mengenai apa yang kita inginkan terhadap buah hati kita dalam mengerti dan
menjalani kehidupannya. Perhatian dan kasih sayang merupakan hal yang mendasar bagi
anak. Lingkungan rumah selain sebagai tempat berlindung, sebaiknya merangkap sebagai
tempat mendapatkan kebutuhan hidup, bergaul, dan tempat untuk mendapatkan rasa
aman, mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana membesarkan anak hingga dewasa
dalam perkembangan psikologisnya (Rachmatullah, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Fitrizia, S. (2019). Hubungan Antara Gaya Kelekatan dan Cinta Sempurna Dengan Kepuasan
Pernikahan Pada Pasangan yang Dijodohkan. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah
Psikologi, 7(1).
Gunarsa, Dr Singgih D.2002 , Psikologi Perkembangan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta
https://sepedaku.org/pengertian-nikah/
Rachmatullah, R. (2017). Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Penggunaan
Gadget Pada Anak Di Desa Cikatomas Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak
Provinsi Banten (Doctoral dissertation, FKIP Unpas).
Rukmini, G. A. (2019). Dampak Pola Asuh Orang Tua yang Otoriter terhadap Psikologis
Remaja di Kelurahan Salo Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Sunita, I., & Mayasari, E. (2018). Pengawasan orangtua terhadap dampak penggunaan gadget
pada anak. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(3), 510-514.

Anda mungkin juga menyukai