DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
2019
i
Kata Pengantar
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, dimana sumbernya kami
proleh dari berbagai buku dan internet yang telah kami telusuri, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami berharap semoga makalah
yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
pembaca.
(Kelompok 8)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemutusan hubungan pernikahan dalam
Islan?
5. Untuk mengetahui pewarisan dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hukum Pernikahan
Dalam agama islam pernikahan memiliki hukum yang disesuaikan dengan
kondisi atau situasi orang yang akan menikah. Berikut hukum pernikahan
menurut islam :
Wajib, jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk meinkah
dan jika tidak menikah ia bisa tergelincir perbuatan zina
Sunnah, berlaku bagi seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menikah namun jika tidak menikah ia tidak akan tergelincir
perbuatan zina
Makruh, jika ia memiliki kemampuan untuk menikah dan mampu
menahan diri dari zina tapi ia tidak memiliki keinginan yang kuat
untuk menikah. Ditakutkan akan menimbulkan mudarat salah
satunya akan menelantarkan istri dan anaknya
2
Mubah, jika seseorang hanya menikah meskipun ia memiliki
kemampuan untuk menikah dan mampu menghindarkan diri dari
zina, ia hanya menikah untuk kesenangan semata
Haram, jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menikah
dan dikhawatirkan jika menikah ia akan menelantarkan istrinya
atau tidak dapat memenuhi kewajiban suami terhadap istri dan
sebaliknya istri tidak dapat memenuhi kewajiban istri terhadap
suaminya. Pernikahan juga haram hukumnya apabila menikahi
mahram atau pernikahan sedarah.
2. Rukun Nikah
Rukun nikah merupakan hal-hal yang harus dipenuhi agar pernikahan
menjadi sah. Rukun nikah dalam islam itu ada 5, yaitu sebagai berikut:
3
perwalian, tidak ada menjadi wali, adil.
halangan untuk
4
dengan cara yang halal agar hajat mereka terpenuhi, dan memelihara diri,
dan berpaling dari yang haram.
2. Hikmah Pernikahan
Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan brkembang
biak dan keturanan.
Mampu menjaga suami istri agar tidak terjurumus dalam perbuatan nista
dan mampu mengekang syahwat serta menjaga pandangan dari yang
haram.
Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa.
Mampu membuat wanita menjalankan tugasnya sesuai tabiat kewanitaan
diciptakan.
Pernikahan dapat menjaga ketinggian martabat seorang perempuan.
Dengan pernikahan, agama dapat terpelihara.
Talak dalam islam halal tapi dibenci. Apabila si istri ditalak suami, maka
si istri wajib manunggu, tidak boleh menikah lagi selama 3 kali suci (3 bulan)
atau si istri sudah monopause. Saat menunggu, si suami juga berkewajiban
menafkahi istrinya. Begitu pula jika pada saat menunggu, si suami atau si istri
5
meninggal, maka masih terdapat harta waris. Khulu’ talak tebus, perceraian
yang inisiatifnya dari istri dengan kesediaan istri membayar sejumlah uang
tertentu. Masa iddahnya 4 bulan. Karena islam memandang pernikahan adalah
untuk beribadah kepada Allah, saling membahagiakan. Talak boleh terjadi
rujuk (Talak Raj’i). Khulu’ tidak boleh, tapi harus kawin lagi (ba’in).
“Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran
yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,
maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim.”
2. Iddah
Iddah wanita yang ditalak, sedang dia dalam keadaan hamil, maka
waktunya adalah sampai dia melahirkan sesuai firman Allah Swt.
Iddah wanita yang ditalak sedang dia tidak hamil, waktunya adalah 3
kali haid atau suci.
Iddah wanita yang ditinggal oleh suaminya sedang dia tidak dalam
keadaan hamil masanya adalah 4 bulan 10 hari. mereka berbuat
terhadap diri mereka menurut yang patut.
6
Iddah wanita yang dtimggal mati oleh suaminya sedangkan dia dalam
keadaan hamil. Tentang hal ini terdapat dua pendapat, yaitu : Pertama,
para sahabat dan ulama yang mengikuti pendapat Abdullahm bin Abbas
r.a., mereka berpendapat bahwa masa iddahnya adalah masa yang
terpanjang antara menunggu sampai melahirkan atau ketentuan 4 bulan
10 hari. Kedua, para sahabat dan ulama yang mengikuti pendapat
Abdullah bin Mas’ud yang menyatakan bahwa masa iddahnya adalah 4
bulan 10 hari.
Iddah Wanita Mustahadhah
Bagi wanita mustahadhah (penderitaan keputihan), maka masa
iddahnya berdasarkan pengalamannya haidnya, yaitu memerhatikan
masa haidnya dan berapa lama masa sucinya.
Iddah Wanita yang Belum Sempat Disetubuhi
Bagi wanita yang diceraikan oleh suaminya, dan belum sempat
disetubuhi (jima’), maka baginya tidak ada masa iddah walau sehari
pun.
3. Rujuk
a) Jenis Rujuk :
Rujuk talak raf’i: cukup dengan ucapan atau langsung menggauli
istrinya dan tidak diwajibkan atas suami memberikan mahar, ada wali,
dan tidak perlu izin dari istrinya, selama masa iddahnya belum berakhir.
Rujuk talak ba’in: rujuk yang dilakukan seorang suami kepada istrinya
setelah masa iddahnya habis, wajib baginya melakukan akad, mahar,
wali, dan hal lainnya sebagaimana lazimnya dalam sebuah pernikahan.
7
b) Syarat Sahnya Rujuk
Suami yang hendak rujuk haruslah mempunyai syarat-syarat
sebagaimana orang yang hendak menikah sperti baligh, berakal, tidak
murtad dari agama, tidak gila, tidak keadaan mabuk, dan tidak sedang
menunaikan ibadah haji atau umrah, serta bukan rujuknya nikah anak.
Demikian pendapat madzhab Syafi’i, Maliki, dan Hanbali. Sedang
Hanafi berpendapat, rujuknya anak kecil sah dengan walinya.
Talak raj’i bukan talak ba’in atau iwadh.
Rujuk yang dilakukan saat masa iddah, bukan setelahnya.
Istri yang dirujuk adalah istri yang dari pernikahan yang sah dan sudah
digauli (jima’).
Rujuk untuk seterusnya bukan sementara dan tidak disertai dengan
syarat – syarat tertentu, atau untuk waktu yang tertentu.
8
maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua
orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)
kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.(Q.s an-Nisa ;176)
Hadist
Dari Ibnu Abbas ra. Nabi Muhammad Saw bersabda” berikanlah
harta pusaka kepada orang-orang yang berhak sesudah itu sisanya
untuk laki-laki yang lebih utama. (HR.Muslim)
9
Perbedaan Agama.
Adapun yang dimaksud perbedaan agama ialah keyakinan yang
dianut antara ahli waris dan muaris (orang yang mewarisi) ini
menjadi penyebab hilangnya hak kewarisan.
Pembunuhan
Pembunuhan menghalangi seseorang untuk mendapatkan warisan
dari pewaris yang dibunuhnya.
Murtad
Adapun yang dimaksud Murtad ialah orang yang keluar dari agama
Islam, dan tidak dapat menerima harta pusaka dari keluarganya
yang muslim. Begitu pula sebaliknya.
4. Rukun Kewarisan
Pewaris baik secara haqiqy, hukmy (misalnya dianggap telah
meninggal) maupun secara taqdiri.
Adanya ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai
atau menerima harta penenggalan pewaris dikarenakan adanya
ikatan kekerabatan (nasab),atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalankan pewaris baik berupa uang, tanah.
5. Syarat Kewarisan
Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau
orang, yang mewariskan hartanya. Syaratnya adalah muwaris
benar-benar telah meninggal dunia.
Waris (ahli waris)
Yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan kekerabatan
baik hubungan darah (nasab), hubungan sebab semenda atau
perkawinan, atau karena memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya
adalah pada saat meninggalnya muwaris, ahli waris diketahui
benar-benar dalam keadaan hidup.
10
Al –Mauruts
Adalah segala sesuatu harta benda yang menjadi warisan. Baik
berupa harta atau hak yang termasuk dalam kategori warisan.
6. Golongan Waris
a) Dari kalangan laki-laki
Anak laki-laki Saudara laki-laki dari
Cucu laki-laki dari ayah
anak laki-laki Paman
Ayah Anak laki-laki
Kakek dan terus ke Suami
atas Tuan laki-laki yang
Saudara laki-laki memerdekakan
sekandung budak.
11
Saudara laki-laki Paman
seayah Anak laki-laki paman
Anak laki-laki dari Jika Ashabah tidak
saudara laki seayah ada, maka tuan yang
dan seibu memerdekakan
Anak laki-laki dari budaklah yang
saudara laki-laki mendapatkannya.
seayah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban
dan hak di antara keduanya melalui kata-kata secara lisan,
sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwajibkan secara Islam. Pernikahan
merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Rasulullah: “Nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia
bukanlah ummatku”.
Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan
yang mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun
cangkupan pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun
Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan. Islam sangat
membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada
hal-hal yang menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara
terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan
dalam Islam pun dijelaskan mengenai talak, rujuk, dan masa iddah bagi kaum
perempuan.
12
3.2 Saran
Demikianlah maklaah tentang nikah yang dapat kelompok kami
sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kesalahan. Untuk itu mohon maaf dan kritikannya yang membangun
untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.
Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.materikelas.com/nikah-pengertian-hukum-rukun-dan-syarat-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
13