PENDATANG BARU
(makalah)
oleh
INDAH MAULIDIYAH MSK
142-2011-181
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup.......................................
a.
Rumusan Masalah.....................................................................
b.
Ruang Lingkup..........................................................................
3
5
5
5
PEMBAHASAN
A.
B.
6
12
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
14
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem adat atau disebut juga sistem hukum adat merupakan sistem hukum tertua
pada masyarakat Indonesia. Sistem hukum ini bersama-sama dengan sistem
kepercayaan masyarakat, agama, telah memainkan peranan yang sangat berarti
dalam pengendalian sosial1. Hukum adat sebagai hukum yang hidup (living law)
dikonsepsikan sebagai suatu sistem hukum yang terbentuk dan berasal dari
pengalaman empiris masyarakat pada masa lalu, yang dianggap adil dan telah
mendapatkan legitimasi dari penguasa adat sehingga mengikat atau wajib dipatuhi
(bersifat normatif). Proses kepatuhan terhadap hukum adat, mula-mula muncul
karena adanya asumsi bahwa setiap manusia, sejak lahir telah diliputi oleh normanorma yang mengatur tingkah laku personal untuk setiap perbuatan hukum dan
hubungan-hubungan hukum yang dilakukannya dalam suatu interaksi harmonis2.
Masyarakat hukum adat yang dijumpai di daerah Lampung memiliki adat istiadat
Lampung dapat dibedakan dalam dua golongan adat, yaitu adat istiadat Pepadun
dan adat istiadat Peminggir. Adat istiadat Pepadun dianut oleh orang-orang
Lampung yang tempat kediamannya dahulu meliputi daerah Abung, Way Kanan/
Sungkai, Tulang Bawang, dan Pubiyan. Sedangkan adat istiadat Peminggir dianut
oleh orang-orang Lampung yang tempat kediamannya dahulu meliputi daerah di
sepanjang pantai pesisir Teluk Lampung, Teluk semangka, Krui-Belalau, yang
disebut orang Melinting sebagai Meninting Rajabasa, Peminggir Teluk, Peminggir
Semangka, Peminggir Krui-Belalau. Orang-orang Ranau/ Muaradua, Komering/
Kayu Agung yang berdiam di daerah Sumatera Selatan juga menganut adat
istiadat Peminggir3.
Adat istiadat tersebut memiliki sistem hukum dan sosial. Hal ini merupakan
susunan daripada unsur-unsur yang berisikan dasar-dasar hakiki dari masyarakat,
yaitu nilai-nilai. Sistem tersebut pada hakikatnya merupakan pengaturan tindakan
manusia yang dibatasi lingkungan alam. Apabila interaksi sosial diulang-ulang
menurut pola yang sama, dan bertahan selama jangka waktu yang relatif lama,
maka terjadilah hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial tersebut dilakukan
secara sistematis dan menurut kaidah-kaidah tertentu, maka hubungan sosial tadi
berubah menjadi sistem sosial (social system)4.
Dari uraian-uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelaahan
tentang Adat Istiadat Lampung Dalam Sistem Sosial Kemasyarakatan.
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan
rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa kegiatan masyarakat yang mengandung sistem sosial dalam adat
istiadat masyarakat Lampung?
2. Apa yang menjadi relasi dalam sistem sosial adat di daerah Lampung?
b. Ruang Lingkup
Penelitian ini berada di dalam kajian Sosiologi Hukum pada umumnya, dan lebih
dikhususkan lagi pada lingkup Adat Istiadat Lampung dan Sistem Sosial
Kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
b.
c.
d.
e.
10
11
berganti (pulu ni ulai), jeruk purut dan jeruk mandi (limau kunci), buah
limau hutan (kambang diang), kakambang (kembang tali). Bahan-bahan
syarat ini dimasukkan ke dalam wadah berisi air panas suam-suam kuku,
kemudian sang bayi dimandikan dengan air tersebut tiga kali pada siang
hari secara berturut-turut pada pukul sebelas siang13.
c. Tradisi Gotong Royong, yaitu upacara adat yang bersifat sosial dan
kekerabatan. Seperti upacara adat Nyecung, yaitu tradisi mendirikan
rumah. Pada acara Nyecung atau disebut memasang kerangka atap,
kerangka tersebut digantungi tebu, sasuang, gelita kelapa, padi, ketupat,
pisang setandan, dan alat dapur. Ketika akan menaikkan bahan sajian
tersebut ke atas kerangka bubungan tersebut, maka tua-tua adat atau dukun
pada setiap gerakan untuk membawa, menaikkan dan mengikat sajian pada
gantungannya,membacakan doa atau mantera. Setelah upacara adat
Nyecung usai, para hadirin bersantap makan bersama, terutama para
tukang dan anggota kerabat tetangga14.
12
16 Op.Cit. Hilman Hadikusuma dkk. Adat Istiadat Daerah Lampung. Hal. 28.
17 Op.Cit. Hilman Hadikusuma dkk. Adat Istiadat Daerah Lampung. Hal. 32.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat adat yang terdapat di daerah Lampung memberikan batasan-batasan
atau pembagian tugas dalam segala hal sosial maupun adat. Kegiatan masyarakat
sejak zaman batu hingga sekarang yang dilakukan secara berulang-ulang dan
kegiatan tersebut menjadi sebuah tradisi yang masih dianggap sakralnya. Namun
karena adanya perpindahan penduduk yang terjadi di Provinsi Lampung
mengakibatkan adanya relasi antara masyarakat pribumi dan masyarakat
transmigran namun tidak saling mempengaruhi dalam hal adat istiadat mereka.
B. Saran
Pancasila merupakan asas yang berdasarkan kekeluargaan yang merupakan sendi
hukum adat bangsa Indonesia sejak zaman leluhurnya.dengan demikian maka
menjadi kewajiban kita semua untuk menggali dan mengangkat kembali, menilai
14
15