Anda di halaman 1dari 11

ADAT UGARI DAN UHUM DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pendahuluan
Adat sudah dikenal dengan lama dalam masyarakat karena adat merupakan
tata cara yang sudah terpakai lazim, sudah dipakai dan berdasarkan keisyafan
bahwa itu dapat dan patut untuk diaplikasikan. Dan juga adat merupakan tingkah
laku yang oleh dan dalam suatu masyarakat, sudah, sedang, dan akan diadatkan.
Maka dari itu perlu adanya hukum dalam mengatur tingkah laku dari pada
masyarakat itu sendiri agar kehidupan masyarakat lebih terarah kedepannya.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai dasar hukum adat,
terjadinya luat, pembagian warisan, dan saksi- saksi adat seperti sappal dila,
roppak tutur dan lain-lain. Untuk menambah pengetahuan kita dalam memahami
hukum adat di tapanuli ini.
B. Pengertian Adat
Adat berasal dari bahasa Arab yaitu al’-adat yang artinya kebiasaan. Ada juga
yang berpendapat bahwa adat berasal dari bahasa sansekerta yaitu a berarti bukan
dan dato berarti sifat kebendaan. Dengan demikian adat berarti sifat immaterial,
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan. Kusumadi
Pudjosewarjo mendefenisikan adat sebagai tata cara yang sudah terpakai lazim,
sudah dipakai, dan berdasarkan keisyafan bahwa itu patut diaplikasikan. Adat juga
merupakan tingkah laku yang oleh dan dalam suatu masyarakat, sudah, sedang,
dan akan diadatkan.1
C. Hukum Adat
R. Van Dijk dalam bukunya Pengantar Adat Indonesia yang diterjemahkan
oleh A. Soehardi dijelaskan bahwa manusia dengan manusia lainnya saling
membutuhkan tidak bisa hidup menyendiri. Karena itu harus hidup bersama dan
membentuk suatu masyarakat agar masyarakat hidup teratur, rukun, damai harus
ada sila, yakni peraturan-peraturan tingkah laku yang dianut dan jadikan pedoman

1
Parsadaan Marga Harahap Duhot Anak Boruna, Horja Adat Dalihan Natolu (Jakarta:
Kencana, 1993), hlm. 12.

1
hidup bagi setiap anggota masyarakat. Di samping itu terdapat juga peraturan
lainnya seperti norma kesusilaan, kesopanan, adat agama (kepercayaan) dan
hukum.
Setiap pelanggaran terhadap norma yang telah digariskan dan disepakati harus
siap menerima sanksi. Siapa yang melanggar peraturan hukum, merugikan,
melalaikan kepentingan orang lain, mengganggu kesimbangan kepentingan-
kepentingan orang lain tentu akan mendapatkan reaksi dari masyarakat. Peraturan-
peraturan itu dirumuskan dan ditetapkan oleh alat-alat perlengkapan masyarakat
tertentu.
Selanjutnya istilah hukum adat telah digunakan oleh Snouke Hurgronje pada
tahun 1983. Perkataan adat di Indonesia dapat diartikan dengan kebiasaan. Jadi
dengan nama adat itu termasuk dimaksudkan semua kesusilaan, kebiasaan di
semua lapanga hidup rakyat bangsa Indonesia. Semua peraturan tentang tingkah
laku melingkupi dan mengatur hidup sesama orang-orang Indonesia. Hukum adat
mengandung sifat yang sangat tradisional yang secara turun temurun diwarisi dai
Nenek Moyang daerah setempat.
Hukum adat dapat berubah mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak tiba-
tiba. Dia berubah dengan kejadian yang terjadi disekitarnya, tokoh adat generasi
penerus sebagai alat dan pewaris yang berhak dan bertanggung jawab.
Kesangggupan hukum adat untuk menyesuaikan diri sesuai mengikuti
perkembangan zaman, tergantung kepada respon tokoh-tokoh adat sebagai genersi
penerus dengan musyawarah mengadakan perkembangan dan perubahan. Generasi
peneruslah sebagai penerus pewaris Nenek Moyang yang berhak dan
bertanggunga jawab atas hukum dan adat secara keseluruhan.
Selanjutnya persekutuan rakyat yang terdapat dalam masyarakat adat terdiri
dari: marga, suku, desa/huta, dan daerah dan lain-lain. Persekutuan hukum
maksudnya dalam hidup bersama bukan hanya berurusan dengan seorang yang
berdiri sendiri dengan individu-individu melainkan manusia adalah orang-orang
bagian dari keluarga.

2
Ada dua faktor pokok yang mengikat persekutuan hukumyaitu:
1. Faktor geneologi, yaitu faktor dasar pokok yang mengikat orang menurut
keturunan bersama, satu pancaran Nenek Moyang yang sama. Persekutuan
ini dapat dibagi kepada tiga: 1) tata susunan hukum bapak yaitu pertalian
darah menurut garis bapak yang menghubungkan anak cucu, satu
keturunan menurut garis bapak atau sama marga termasuk satu persekutuan
hukum. 2) tata susunan hukum ibu, semua orang berumbi pada ibu asal
yang sama, pertalian darah menurut garis ibu termasuk suatu persekutuan
hukum. 3) tata susunan orang tua, pertalian darah menurut garis ibu,
maupun dari garis bapak dan Nenek Moyang.
2. Persekutuan hukum secara faktor territorial. Dari persekutuan hukum
terutama hubungan bersama terhadap suatu daerah yang sama dan tertentu ,
tinggal bersama kehidupan dari daerah itu. Persekutuaan ini terbagi tiga:
persekutuan desa, persekutuan daerah, perserikatan desa.2
D. Terjadinya Luat (Wilayah Adat)
Terjadinya Luat atau huta induk yang semula makin lama penduduknya
semakin banyak dengan berkembangnya keturunan mereka. Dengan sendirinya
membutuhkan tempat kediaman yang semakin luas dan lokasi pertanian yang luas
pula. Perluasan tempat kediaman dan usaha membuat mereka mengadakan survey
di sekitar wilayah desa induk agar ikatan kesatuan baik hubungan darah keluarga
perkerabatan dan desa tetap terbina dan tidak putus.
Dicarilah lokasi yang cocok , tanah yang subur, air yang cukup, letak tanah
yang menyenangkan dan aman mengadakan hubungan dengan penghuni tanah,
seperi roh-roh dan dewa-dewa. Setelah berdirinya beberapa desa dalam wilayah
desa induk yang pertama, maka ikatan persekutuan semua desa yang ada dalam
naungan desa induk diperkuat, maka terjadi pulalah persekutuan dari semua desa
yang ada diwilayah itu yang disebut Ikatan Persekutuan Daerah.

2
Zainal Efendi dan Sutan Tinggi Perkasa Alam, Studi Komprehensif Adat dan Budaya Batak
Angkola (Padangsidimpuan: Mitra, 2013), hlm. 347-349.

3
Setelah semua merasa kuat dan raja pun semakin kuat membina kesatuan dan
persatuan baik di dalam wilayah menghadapi tantangan dari luar wilayah, maka
raja pun seluruh penduduk menentukan batas wilayah kekuasaan Adat mereka.
Setiap kerajaan wilayah yang berdampingan diadakan perjanjian perbatan yang
sama-sama diakui. Maka terjadilah LUAT. Nama luat sesuai dengan dasar
pemikiran mereka, mereka juga memperkenalkan hal-hal yang menonjol atau
merupakan idola dari wilayah adat itu, seperti Luar Marancar. Menurut cerita
sepanjang sungai Aek marancar sampai ke Gunung Lubukraya banyak berbgai
burung bersarang seperti: enggang, bangau, elang, kijang, sipan, bedu, harimau
dan lain.
Marancar berasal dari dialek Batak Marassar. Mar artinya ber sedangkan
marassar artinya bersarang. Lama-lama disebut Maratcar atau marancar. Pinggir
sungai marancar ini merupakan keistimewaanyang diperkenalkan kepada orang
banyak sekaligus nama sungai ini dibuat jadi nama luat, yaitu luat marancar.
Tapanuli Bagian Selatan terdiri dari beberapa luat yang sangat Luat antara
lain: 1) Luat marancar, 2)Lluat Padang Bolak/Padanglawas yang terdiri dari: Luat
haholongan, Luat Padang Bolak Harangan, Luat Barumun, Luat Sosa, 3)Luat
Mandailing yang terdiri dari Luat Mandailing Godang, Luat Mandailing Julu, Luat
pakantan, Luat Ulu Muarasipongi, dan Luat Batang Natal, 4) Luat Pesisir Natal.3
E. Macam-macam uhum (hukum) adat Tapanuli
1. Hukum Perkawinan.
Perkawinan syah menurut adat. Apabila penyerahan mas kawin telah
selesai diserahkan dalam sidang adat Mangampat Ruji-Mangkobar Boru.
2. Meminang
Apabila dalam peminangan yang dipersaksikan hatobangon harajaon telah
terjadi Patimbang Barang atau Tukar Cincin. Andai kata ada permasalahan atau
ingkar janji:

3
Ibid., hlm. 346-347.

4
a. Si wanita yang ingkar janji tidak mau dilanjutkan perkawinan, maka barang
yang diberikannya kepada si lelaki tidak pulang kepadanya. Berarti dibayar
si wanita sebesar 2 (dua) kali yang diberikannya kepada lelaki. Contoh: Bila
waktu dalam patimbang barang si wanita memberikan uang senilai Rp
10.000 jika si wanita ingkar dia harus membayar kepada lelaki sejumlah
nilai Rp 20.000.
b. Bila si lelaki ingkar tidak mau melanjutkan perkawinan, maka uang yang
diberikannya kepada si wanita tidak kembali lagi
3. Cerai sesudah kawin
Harta yang diperoleh dari usaha bersama dibagi dua. Barang bawaan hak
milik masing-masing dan harta warisan suami tetap pada suami. Sedangkan
hakn tanggung jawab anak-anak pada suami tetapi juga bisa dimusyawarahkan
demi keselamatan dan pemeliharaan anak- anak.
4. Rujuk atau hidup bersama kembali
Sebagai suami istri boleh rujuk kembali tetapi harus ada halang batang
yang merupakan ketentuan perjanjian yang harus dipatuhi dan tidak boleh
dilanggar. Semuanya ini diselesaikan dalam sidang adat Hatobangon- Harajaon.
5. Waris
Anak lelaki pewaris utama untuk memperoleh harta dan pemegang tugas
hak dan tanggung jawab terhadap urusan keluarga. Anak perempuan
memperoleh pemberian Holong Ate atau Ulos Naso Ra Buruk.
6. Perdata
Segala transaksi perjanjian maupun jual beli harus dipersaksikan keluarga
dan hatobangon harajaon walaupuin secara lisan, karena dahulu tidak ada
tulisan.
7. Pidana
Hukum berat segera terlaksana yang membunuh harus dibunuh tidak ada
dendam.

5
8. Sampail Dila
Orang yang menuduh seseorang berlaku salah atau tercela, orang yang
mengatakan apabila tidak benar ia segera dihukum dalam siding adat sesuai
dengan keputusan sidang.
9. Sumbang
Orang yang mengadakan perkawinan yang berlawanan dengan jalur tutur
dikeluarkan dari huta atau diusir supaya tidak jadi contoh selanjutnya, ditambah
hukum yang diputuskan siding adat Harajaon-Hatobangon.
10. Roppak Tutur
Kawin semarga dihukum dengan memotong kerbau dan diusir dari Huta/
Desa supaya jangan menjadi contoh. Keturunan selanjutnya tidak boleh
menyambung perkawinan pada pihak orang tua si wanita.
11. Hukum antar daerah
a. Perselisihan yang timbul dari pergaulan Naposo Bulung yang dianggap
menyalahi adat.
b. Perselisihan pendapat hukum dalam menyelesaikan perceraian yang kurang
menyenangkan.
c. Perselisihan perbatasan karena penjelajahan berburu atau mengambil hasil
hutan.4
F.Uhum (Hukum) Menurut pandangan islam
1. Hukum Perkawinan
Perkawinan syah menurut Islam yaitu harus ada beberapa komponen
yaitu, mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali nikah, dua orang saksi,
dan ijab Kabul.
2. Meminang
Peminangan dalam ilmu fiqh disebut dengan khitbah yang mempunyai
arti permintaan. Menurut istilah mempunyai arti menunjukkan (menyatakan)

4
Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Adat Budaya Batak Angkola (Padangsidimpuan: Mitra,
2013), hlm. 126-127.

6
permintaan untuk perjodohan dari seorang laki-laki pada seorang perempuan
atau sebaliknya dengan perantara seorang yang dipercaya. Andai kata ada
permasalahan atau pembatalan. Menurut Mazhab Maliki jika yang
membatalkan dari pihak pria maka tidak berhak lagi atas barang-barang yang
dihadiahkan. Tetapi jika perempuan yang membatalkan maka pihak laki-laki
berhak meminta kembali semua barang yang sudah dihadiahkan baik masih utu
atau sudah rusak.5
3. Cerai sesudah kawin
Harta yang diperoleh dibagi bersama dan tanggung jawab anak-anak
berada pada suami untuk menafkahinya kemudian mengasuh anak-anak bisa
dimusyawarahkan secara baik-baik.
4. Rujuk atau hidup bersama kembali
Bahwa istri yang telah ditalak tiga tak boleh dinikahi kembali oleh
mantan suaminya sebelum sang istri bersuami lain dan disetubuhi oleh
suaminya lain itu dalam nikah yang sah.6
5. Waris
Waris menurut Islam terdapat dalam surah An-nisa ayat 11

       


       
         
       
         
       
         
      

5
Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 277-287.
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang:
PT.Pustaka Rizki Putra, 20010, hlm.267-290.

7
          
 
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya
bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
6. Perdana
Menjual sesuatu ialah mengalihkan hak pemilikan sesuatu barang kepada
orang lain dengan menerima harga atas dasar kerelaan kedua belah pihak.
Melakukan jual beli pada saat memberikan barang dan menerima harga
haruslah dengan ijab Kabul oleh penjual dan pembeli agar jual belinya sah
menurut hukum Islam.

7. Pidana
Bahwa seseorang yang membunuh seorang muslim yang sama-sama
merdeka, dan bukan pula terbunuh itu anaknya (anak pembunuh itu sendiri) dan

8
dibunuh itu dengan sengaja, wajiblah menerima balasan bunuhan, qisahsh (jika
dituntut oleh keluarga terbunuh).
8. Sampail Dila
Sampail Dila menurut Islam ialah Qadzaf yaitu menuduh yaitu apabila
seseorang muslim merdeka yang berakal dan telah sampai umur lagi
mempunyai ikhtiar (mampu melakukan sesuatu dengan kemauan sendiri),
apabila menuduh seseorang laki-laki yang berakal yang telah sampai umur dan
terpelihara belum pernah dijatuhkan hukuman had karena berzina atau
menuduh seseorang wanita merdeka yang telah sampai umur, berakal lagi
beragama Islam yang buka dalam berli’an belum pernah dijatuhkan had
lantaran berzina, dengan zina yang terang dan kedua-duanya dibukan negeri
Harb (Berdiam di Darul Islam dan dituntut oleh yang dituduh supaya dijatuhkan
hukum had atas yang menuduh maka wajiblah yang menuduh itu dicambuk
delapan puluh kali.7 Dan dalam al-qur’an juga dijelaskan untuk menjauhi
sampail dila yaitu dalam surah al-hujarat ayat 12

     


         
        
        
 
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
9. Roppak tutur
7
Ibid.,hlm. 328- 489.

9
Dalam islam kawin satu marga diperbolehkan dan tidak mendapatkan
hukuman.
G. Kesimpulan
Adat merupakan tingkah laku yang oleh dan dalam suatu masyarakat, sudah,
sedang, dan akan diadatkan. Dengan adanya Adat maka mesti ada hukum yang
ditetapkan dalam suatu adat tersebut, karena hukum merupakan peraturan seperti
norma kesusilaan, kesopanan, adat agama (kepercayaan). Setiap pelanggaran
terhadap norma yang telah digariskan dan disepakati harus siap menerima sanksi.
Hukum adat dapat berubah mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak tiba-tiba.
Dia berubah dengan kejadian yang terjadi disekitarnya, tokoh adat generasi
penerus sebagai alat dan pewaris yang berhak dan bertanggung jawab.
Dan terjadinya wilayah adat dimulai dari bertambah banyaknya keturuna yang
semakin semakin banyak maka semakin sempit wilayah yang ditempati
masyararak pada waktu itu, oleh karena itu mereka memerlukan wilayah yang
cukup luas. Dicarilah lokasi yang cocok , tanah yang subur, air yang cukup, letak
tanah yang menyenangkan dan aman mengadakan hubungan dengan penghuni
tanah, seperi roh-roh dan dewa-dewa.
Dan juga beberapa hukum adat antara lain: hukum perkawinan, meminang,
certain sesudah kawin, rujuk, waris, perdata, pidana, sampail dila, sumbang,
roppak tutur, dan hukum antar daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Parsadaan Marga Harahap Duhot Anak Boruna, Horja Adat Dalihan Natolu Jakarta:
Kencana, 1993.
Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Adat Budaya Batak Angkola Padangsidimpuan:
Mitra, 2013.
Zainal Efendi dan Sutan Tinggi Perkasa Alam, Studi Komprehensif Adat dan Budaya
Batak Angkola Padangsidimpuan: Mitra, 2013.

10
Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2010
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang:
PT.Pustaka Rizki Putra, 2010

11

Anda mungkin juga menyukai