Anda di halaman 1dari 6

NAMA : GRECIA IMELDA

KELAS : C-1
NIM : 032111133222

1. Jelaskan pengertian perkawinan adat menurut pendapat para ahli Hukum Adat!
Soerjono Soekanto menyebut perkawinan itu bukan hanya suatu peristiwa yang
mengenai yang bersangkutan (perempuan dan laki-laki yang kawin) saja, akan tetapi juga
bagi orangtua saudara-saudaranya dan keluarganya. Menurut van Dijk, perkawinan
menurut hukum adat sangat bersangkutpaut dengan urusan famili, keluarga, masyarakat,
martabat dan pribadi. Ter Haar menyebutkan bahwa perkawinan sebagai suatu usaha
atau peristiwa hokum yang menyebabkan terus berlangsungnya golongan dengan
tertibnya dan merupakan suatu syarat menyebabkan terlahirnya angkatan baru yang
meneruskan golongan itu. Hilman Hadikusuma menyebutkan bahwa perkawinan
merupakan suatu perikatan adat dan sekaligus merupakan kekerabatan dan ketetanggaan.
Soerojo Wignodipero menyebutkan bahwa perkawinan suatu peristiwa yang sangat
penting dalam penghidupan masyarakat sebab perkawinan tidak hanya menyangkut
wanita dan pria bakal mempelai saja, bahkan keluarga kedua mempelai.
2. Bandingkan pengertian perkawinan menurut Hukum Adat dan bandingkan
menurut UU No. 1 tahun 1974 jo. UU No. 16 tahun 2019 tentang perkawinan,
Burgerlijk Wetboek dan Hukum Islam!
Hukum perkawinan adat adalah aturan-aturan yang mengatur tentang bentuk-bentuk
perkawinan, cara pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya pekawinan di Indonesia.
Hukum perkawinan adat merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam
penghidupan masyarakat sebab dalam perkawinan itu tidak hanya menyangkut urusan
yang kawin saja melainkan melibatkan keluarga atau kerabat kedua belah pihak.
Menurut UU No. 1 tahun 1974 perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang wanita
dan seorang pria sebagi suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan pada Ketuhanan YME. Tujuan perkawinan hukum adat yakni
membentuk keluarga yang bahagia, kekal, untuk membangun,membina, memelihara
hubungan keluarga/kekerabatan yang rukun dan menjaga kehormatan keluarga dan
kerabat maka proses pelaksanaan perkawinan harus diatur dengan tertib adat agar dapat
terhindar dari penyimpangan dan pelanggaran yang memalukan yang akhirnya akan
menjatuhkan martabat, kehormatan keluarga dan kerabat yang bersangkutan. Adapun
tujuan perkawinan
menurut Undang-Undang Perkawinan yang terdapat pada pasal 1 tentang definisi
perkawinan yaitu untuk menciptak keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Maha Esa, kekal di sinilah yang menjadi nilai-nilai yang dihayati bangsa
Indonesia, yaitu bahwa perkawinan untuk selama- lamanya. Pada masyarakat hukum adat
yang masih kuat mempertahankan prinsip kekerabatan berdasarkan ikatan keturunan
darah (genealogis), maka fungsi perkawinan merupakan suatu nilai-nilai yang hidup
untuk dapat meneruskan keturunan, mempertahankan silsilah dan kedudukan keluarga
yang ber sangkutan. Adakalanya suatu perkawinan merupakan suatu sarana untuk
memperbaiki hubungan kekerabatan yang telah retak dan merupakan sarana pendekatan
dan perdamaian antar kekerabatan dan begitu pula dengan perkawinan bersangkut paut
dengan kedudukan, harta kekayaan dan masalah pewarisan. Tujuan perkawinan bagi
masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan selalu mempertahankan dan
meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan-bapakan, untuk
kebahagiaan rumah tangga/kerabat, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan
kedamaian, dan untuk mempertahankan kewarisan. Oleh karena sistem keturunan dan
kekerabatan antara suku bangsa Indonesia yang satu dan lain berbeda. Menurut
Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 2 menjelaskan bahwa : Perkawinan menurut hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat miitsaqan ghaliizhan untuk menaati
perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah. Pengertian tentang perkawinan
menurut BW dapatlah di artikan sebagai hubungan hukum antara subyek-subyek yaitu
laki-laki dan perempuan yang mengikatkan diri dalam perkawinan. Hubungan tersebut
didasarkan pada persetujuan diantara mereka dan mengikat satu sama lain.

3. Jelaskan keabsahan perkawinan menurut Hukum Adat dan bandingkan menurut


UU No. 1 tahun 1974 jo. UU No. 16 tahun 2019 tentang perkawinan, Burgerlijk
Wetboek dan Hukum Islam!
Sahnya perkawinan menurut hukum adat sama dengan syarat sahnya perkawina menurut
UU perkawinan yaitu jika telah dilaksanakan menurut tata tertib hukum agamanya maka
perkawinan tersebut adalah sah menurut hukum adat. Namun tidak semua masyarakat
adat di Indonesia menganut hal yang demikian seperti masyarakat adat Lampung dan
Batak, oleh karena itu terebih dahulu mereka melakukan upacara adat agar bisa masuk
dalam lingkungan masyarakat adat dan diakui menjadi salah satu warga masyarakat adat.
Keabsahan perkawinan jika menurut UU perkawinan diatur didalam Pasal 2 yaitu
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan
kepercayaannya. Jadi, perkawinan dalam UU perkawinan adalah sah selama menurut
hukum masig-masing agama dan kepercayaannya mengatakan perkawinan itu sah. Dalam
hukum islam perkawinan dianggap sah bila memenuhi rukun dan syarat perkawinan.

4. Jelaskan bentuk-bentuk perkawinan Adat!


JUJUR : perkawinan yang dilakukan setelah pihak pria memberikan uang jujur kepada
keluarga pihak wanita
MENERUSKAN : perkawinan antara seeorang duda dengan saudara dari mmendiangg
istri
SEMENDO : masing-masing mempelai tetap berada di marganya, tapi anak akan
mengikuti garis keturunan ibu (biasa terjadi di matrilineal)
GANTUNG : perkawinan yang diadakan ketika istri masih kecil sehingga masih harus
diasuh orang tuanya.

5. Jelaskan Sistem Perkawinan Adat dan bandingkan dengan system perkawinan


dalam UU No. 1 Tahun 1974 (Pasal 8 UU No. 1 tahun 1974)!
- System endogamy : system perkawinan ini rang hanya diperbolehkan kawin dengan
seorang dari suku keluarganya sendiri. Menurut Van Vollenhoven hanya ada satu
daerah di Indonesia yang secara praktis mengenal system endogamy yakni Toraja
- Sistem Eleutherogami: Dalam sistem perkawinan ini seorang pria tidak lagi
diharuskan atau dilarang untuk mencari istri diluar atau didalam lingkungan
kekerabatannya. Melainkan dalam batas hubungan dekat atau nasab dan pariparan
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh hukum Islam dalam UU yang berlaku. Ex:
Sistem perkawinan yang dilakukan oleh orang daerah Aceh, Bali, Lombok, dll
- Sistem Exogami: Dalam sistem perkawinan ini seorang pria harus mencari calon istri
diluar marga (clan patrilineal) dan dilarang kawin semarga. Contoh sistem
perkawinan dalam masyarakat hukum adat Batak
-
6. Jelaskan pengertian perkawinan nyeburin pada masyarakat Bali dan akibat
hukumnya terhadap pewarisan !
Perkawinan nyeburin adalah nama jenis atau bentuk perkawinan menurut adat dan agama
Hindu di Bali dimana si wanita berstatus sebagai purusa yang ditetapkan sebagai sentana
rajeg dan si pria selaku predana keluar dari rumpun keluarga asalnya dan melakukan
(mecebur) atau masuk kedalam lingkungan keluarga istrinya. Dalam adat bali yang
berstatus purusa dapat mengurus dan meneruskan swadharma (tanggung jawab) keluarga.
Sedangkan, untuk yang berstatus predana tidak mungkin dapat meneruskan swadharma,
sehingga dapat disamakan dengan orang yang meninggalkan tanggung jawab keluarga
(ninggal kadaton). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan dan dapat berakibat
hukum terhadap pewarisan bahwa anak yang lahir dari perkawinan nyeburin akan masuk
kedalam marga keluarga ibunya, dan ia sebagai pelanjut keturunan ibunya dan leluhur
dalam garis lurus keatas dari ibunya, oleh karena itu ia sebagai ahli waris ibunya. Itu
berarti si anak tidak ada hubungan kepurusa dengan keluarga asal bapaknya. Maka anak
ini akan mempunyai hak dan kewajiban terhadap ibu dan keluarga dalam garis lurus
keatas ibu.

7. Jelaskan pengertian perkawinan jujur dan akibatnya terhadap anak dan harta
perkawinan !
Perkawinan jujur merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara si calon suami
memberikan uang jujur kepada keluarga istri, perkawinan yang dilakukan dengan
pembayaran jujur dari pihak pria kepada wanita dengan diterimanya uang atau barang
jujur maka berarti setelah perkawinan si wanita akan mengalihkan kedudukannya
menjadi keanggotaan kerabat suami. segala harta yang dibawa oleh istri ketika
perkawinan dilangsungkan akan berada dibawah kuasa suami.
8. Jelaskan pengertian harta perkawinan Adat !
Dalam hukum adat dikenal harta gono gini dan harta pusaka atau harta asal. Gono gini
diartikan harta peroleha bersalam selam bersuami isteri sedangkan harta asal lebih
dikenal dengan harta bawaan yaitu harta yang dimiliki oleh masing-masing suami isteri
sebelum menikah. Menurut hukum adat yang dimaksud dengan harta perkawinan ialah
semua harta yang dikuasai suami dan istri selama mereka terikat dalam ikatan
perkawinan, baik harta perseorangan yang berasal dari harta warisan, harta hibah, harta
penghasilan sendiri, harta pencaharian hasil bersama suami-istri dan barang-barang
hadiah. Harta benda perkawinan yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 mempunyai
prinsip yang sama dengan hukum adat karena ada harta gono gini atau harta bersama dan
harta bawaan masing-masing tetap terpisah.

9. Jelaskan fungsi harta perkawinan adat !


Secara yuridis, harta benda sebuah lembaga perkawinan mempunyai fungsiyang
mendasar, terutama sebagai objek pewarisan yang merupakan hak dankebawajiban
subjek waris, sebagai sarana atau instrumen membayar jujur, belisdari keluarga/kerabat
calon suami kepada kerabat pihak calon istri yang dapat berupa uang, emas, tanah, dan
sebagainya, dan sebagai sarana penyelesaiansengketa. Selain fungsi tersebut, pada
dasarnya harta benda bagi sebuahlembaga keluarga adalah sebagai berikut.
a. Sebagai dasar materil keberlangsungan keluarga, untuk sandang, pangandan papan;
b. Sebagai sarana untuk meningkatkan status sosial;
c.Sebagai sarana yang digunakan dalam upacara keagamaan;
d. Sebagai simbol identitas dari suatu suku atau klan

10. Jelaskan macam-macam harta perkawinan Adat dan berikan contohnya!


Dalam hukum adat dikenal harta gono gini dan harta pusaka atau harta asal. Gono gini
diartikan harta peroleha bersalam selam bersuami isteri sedangkan harta asal lebih
dikenal dengan harta bawaan yaitu harta yang dimiliki oleh masing-masing suami isteri
sebelum menikah. Dalam suatu perkawinan terdapat beberapa jenis harta benda yaitu :
harta bawaan, harta bersama, harta yang diperoleh karena hadiah dan harta yang
diperoleh karena warisan. Dari beberapa jenis harta benda tersebut mempunyai status
hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya. Begitupun mengenai harta kekayaan
usaha sendiri-sendiri, sebelum perkawinan dan harta yang berasal bukan dari usaha salah
seorang mereka atau bukan dari usaha mereka berdua, tetapi berasal dari pemberian atau
warisan atau lainnya yang khusus teruntuk mereka masing-masing, dapat tetap menjadi
milik masing-masing baik yang diperolehnya sebelum perkawinan maupun yang
diperolehnya sesudah mereka dalam ikatan suami istri.

11. Jelaskan pengertian harta perkawinan dalam Pasal 35 dan 36 UU No. 1 Tahun
1974!
Harta bersama merupakan harta benda yang diperoleh suami dan isteri selama
perkawinan berlangsung, dengan tidak mempermasalahkan pihak mana yang
menghasilkannya (baik suami atau istri saja, ataupun suami dan istri secara bersama-
sama), maka harta tersebut menjadi milik bersama diantara suami dan isteri. Pasal 35
(1)Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. (2) Harta
bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-
masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing
sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Pasal 36 (1)Mengenai harta bersama, suami
atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. (2) Mengenai harta
bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Anda mungkin juga menyukai