Anda di halaman 1dari 3

NAMA : GUSJANDO TODING

NIM : 044185865

Mata Kuliah : Hukum Adat

Tugas 1 sesi 3

1. Hukum perkawinan dalam masyarakat adat sangat dipengaruhi oleh unsur kepercayaan leluhur
dalam upacara adatnya. Sehingga cara perkawinan dalam masyarakat adat bisa saja memiliki
perbedaan. Namun secara garis besar, cara perkawinan dalam hukum adat dilakukan dengan
melamar/meminang dan dengan tidak melamar/meminang.
Pertanyaan :
Berikan analisis Anda mengenai pelamaran dalam hukum perkawinan adat dan Undang-Undang
tentang Perkawinan !
Jawaban :
a) Secara umum definisi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Tuhan YME (UU No. 1/74).
Definisi Perkawinan Menurut Hukum Adat
Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat,
sebab perkawinan bukan hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua belah
pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga mereka masing-masing. Dalam hukum adat
perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penteng bagi mereka yang masih hidup saja.
Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta yang sepenuhnya
mendapat perhatina dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak.
Berikut ini akan dikemukakan definisi perkawinan menurut hukum adat yang dikemukakan oleh
para ahli: 1. Hazairin
Menurut Hazairin perkawinan merupakan rentetan perbuatan-perbuatan magis, yang bertujuan
untuk menjamin ketenangan, kebahagiaan, dan kesuburan.
2. A. Van Gennep
Perkawinan sebagai suatu rites de passage (upacara peralihan) peralihan status kedua mempelai.
Peralihan terdiri dari tiga tahap:
• Rites de separation
• Rites de merge
• Rites de aggregation
3. Djojodegoeno
Perkawinan merupakan suatu paguyupan atau somah (jawa: keluarga), dan bukan merupakan
suatu hubungan perikatan atas dasar perjanjian. Hubungan suami-istri sebegitu eratnya sebagai
suatu ketunggalan.
Definisi Perkawinan Menurut Hukum Islam
Menurut hukum islam perkawinan adalah perjanjian suci (sakral) berdasarkan agama antara
suami dengan istri berdasarkan hukum agama untuk mencapai satu niat, satu tujuan, satu usaha,
satu hak, satu kewajiban, satu perasaan: sehidup semati. Perkawinan adalah percampuran dari
semua yang telah menyatu tadi. Nikah adalah akad yang menghalalkan setiap suami istri untuk
bersenag-senang satu dengan yang lainnya.

b) Sedangkan perkawinan menurut peraturan perundang-undangan adalah Pasal 2 ayat (1) UU


Perkawinan menyatakan, “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu.” Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan menyatakan,
“Tiaptiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Serta Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk Page 5 ANOTASI 2018 2 keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

2. Dalam hukum Adat, antara perkawinan dan sifat susunan kekeluargaan terdapat hubungan
yang erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa suatu peraturan hukum perkawinan sukar untuk
dapat dipahami tanpa dibarengi dengan peninjauan hukum kekeluargaan yang bersangkutan. Di
Indonesia terdapat tiga macam sifat kekeluargaan yaitu, patrinial, matrinial dan parental, dan
corak-corak perkawinan dalam masing-masing sifat susunan kekeluargaan adalah berbeda satu
sama lain. Sifat kekeluargaan ini juga berpengaruh atas proses perkawinan dan kepada silsilah
keturunan, misalnya Suku Batak, garis keturunannya mengikuti garis dari Bapak, dan garis
keturunan tersebut berpengaruh terhadap marga calon istri.
Pertanyaan
Berikan analisis Anda mengenai perkawinan pada satu marga dalam hukum adat Batak !
Jawaban :

Perkawinan satu marga merupakan perkawinan yang dilarang dalam adat Batak Mandailing
karena dianggap sebagai perkawinan sedarah dari garis keturunan ayah (patrilinial), dimana
perkawinan itu tidak sah dan tidak diadatkan. Masyarakat Batak pada umumnya mengatur/
menganut paham perkawinan eksogami yang mengharuskan perkawinan dengan beda marga,
dengan kata lain perkawinan merupakan hal yang tabu apabila sesorang laki-laki dengan seorang
wanita semarga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Sdr. Erlyati Lubis, sebagaimana
dalam skripsinya tersebut dengan Tokoh Adat dan Toko Agama yang ada diwilayah Huta
Pungkut, alasan larangan perkawinan satu marga adalah sebagai berikut:

a. Hubungan Kerabat14 Yang dimaksud dengan hubungan kerabat secara umum adalah ayah, ibu
dan anak, lalu kakek, nenek, saudara ayah dan saudara ibu. b. Untuk menjaga Partuturan . Adat
Batak pada umumnya sangat kental dengan partuturan, tutur merupakan kunci dari kekerabatan
dalam masyarakat Batak, kata tutur pula yang menentukan posisi orang dalam jaringan Dalihan
Natolu. Disini setiap orang bertemu dengan halak hita maka ucapan yang pertama kali keluar
adalah pertanyaan dan jawaban masing-masing marga, dari situlah orang tersebut tahu tuturyang
tepat. Perkawinan satu marga dilarang alasannya , karena akan merusak tata cara tutur. Orang
yang melangsungkan perkawinan satu marga di hukum dengan hukuman adat yang berlaku, adat
yang diperlakukan adalah sesuai dengan kedekatan hubungan kekeluargaan yang mengawinkan
anaknya dan seiring dengan perkembangan jaman adat yang diberlakukan pun mengalami
perubahan .
Sumber :

-modul hukum 4202.06

- PPT inisiasi 3 hukum tentang orang dan keluarga

- http://www.lutfichakim.com/2012/01/perkawinan-menurut-hukum-adat-dan.html
http://repository.uki.ac.id/3030/1/ANALISAHUKUMPERKAWINANSATUMARGAMENU
R UTADATBATAKTOBA.pdf

Anda mungkin juga menyukai