PERTEMUAN 9
HUKUM PERKAWINAN
DALAM MASYARAKAT ADAT
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti Pembelajaran mata kuliah ini mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan pengertian perkawinan adat dengan tepat
2. Menjelaskan syarat-syarat perkawinan adat dengan benar
3. Menyebutkan bentuk-bentuk perkawinan adat dengan tepat
4. Menjelaskan macam-macam sistem perkawinan adat
B. Uraian Materi
1. Pengertian Perkawinan Adat
Hukum Adat 1
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Hukum Adat 2
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Hukum Adat 3
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Hukum Adat 4
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Hukum Adat 5
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Uang atau barang jujur dilakukan oleh pihak kerabat (marga atau
suku) calon suami kepada pihak kerabat calon isteri sebagai tanda pengganti
pelepasan mempelai wanita keluar dari kewargaan adat persekutuan hukum
bapaknya, pindah dan masuk ke dalam persekutuan hukum suaminya.
Setelah perkawinan, maka isteri berada di bawah kekuasaan kerabat suami,
hidup matinya menjadi tanggung jawab kerabat suami, berkedudukan hukum
dan menetap diam di pihak kerabat suami. Pada umumnya dalam bentuk
perkawinan jujur berlaku adat 'pantang cerai', jadi senang atau susah selama
hidupnya isteri di bawah kekuasaan kerabat suami.
2. Perkawinan Semanda.
4. Perkawinan Campuran.
Perkawinan campuran menurut hukum adat adalah perkawinan yang
terjadi di antara suami dan isteri yang berbeda suku bangsa, adat budaya,
dan atau berbeda agama yang dianut. Sedangkan perkawinan campuran
menurut Undang-Undang Nomor : 1 tahun 1974 tentang Perkawinan adalah
Hukum Adat 7
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5. Perkawinan Lari.
Perkawinan lari dapat terjadi di suatu lingkungan masyarakat adat,
tetapi yang terbanyak berlaku adalah di kalangan masyarakat Batak,
Lampung, Bali, Bugis atau Makasar, dan Maluku. Di daerah tersebut,
walaupun perkawinan lari itu merupakan pelanggaran adat, namun terdapat
tata tertib cara menyelesaikannya. Sesungguhnya perkawinan lari bukanlah
bentuk perkawinan, melainkan merupakan sistem pelamaran, oleh karena dari
kejadian perkawinan lari itu dapat berlaku bentuk perkawinan jujur, semenda,
atau bebas, tergantung pada keadaan dan perundingan kedua pihak. Sistem
perkawinan lari dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Hukum Adat 8
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
a. Sistim Endogami
a. Sistim Eksogami
a. Sistim Eleutherpgami
Hukum Adat 9
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
e. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur
atau masih anak anak. Begitu pula walauoun sudah cukup umur
perkawinan harus berdasarkan ijin orang tua/ keluarga dan kerabat.
f. Perceraian ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh.
Perceraian antara suami istri dapat berakibat pecahnya kekerabatan
antara kedua belah pihak.
g. Keseimbangan kedudukan antara suami dan istri berdasarkan ketentuan
hukum adat yang berlaku, ada istri yang berkedudkan sebagai ibu rumah
tangga dan ada istri yang bukan ibu rumah tangga.
8. Perceraian
Menurut Prof. Djojodiguno, perceraian di kalangan orang Jawa adalah
suatu hal yang tidak disukai. Cita- cita orang Jawa ialah berjodohan sekali, untuk
Hukum Adat 10
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
seumur hidup, sampai menjadi kaken- kaken ninen-ninen (kakek- kakek nenek-
nenek).
Masyarakat adat pada umumnya memandang perceraian sebagai suatu
yang wajib dihindari. Perceraian menurut adat merupakan problema sosial dan
yuridis.
Menurut ajaran agama Islam, perceraian itu merupakan perbuatan yang dibenci
Tuhan.
Pasal 39 mengatakan :
Bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan tidak mendamaikan kedua pihak, danuntuk
melakukan perceraian harus cukup alasan bahwa suami istritidak dapat hidup
rukun sebagai suami istri.
Alasan atau sebab- sebab perceraian di dalam penjelasan
Pasal 39 Undang- undang No. 1 Tahun 1974 :
1. Setelah satu pihak berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan.
2. Salah satu pihak menunggalkan yang lain selama dua tahun berturut-
turuttanpa ijin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal di
luar kemampuan.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hubungan
yang lebih erat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaanberat yang
membahayakan pihak lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami- istri.
6. terjadi perselisihan terus menerus antara suami istri an tidak ada harapan
akan hidup lagi dan tidak ada harapan akan hidup lagi dalam rumah
tangga.
o Perzinahan
o Tidak memberi nafkah
o Penganiayaan
o Cacat tubuh/ kesehatan
Hukum Adat 11
Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
o Perselisihan
1.
a. Talak
b. Khul/ Chul/ Kuluk
c. Taklik/ Ta‟lieq
d. Faskah/ Fasch/ Pasah
B. Latihan Soal
1. Jelaskan Macam-Macam perkawinan dalam hukum adat!
2. Sebutkan asas-asas Perkawinan adat!
C. Referensi
Hukum Adat 12