Seloto)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat Sumbawa dalam bentuk yang asli memiliki struktur
hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat hukum tersebut berbeda antara
kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Kelompok-kelompok
tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah lain di Sumbawa. Perbedaan
kelompok tersebut tecermin dalam upacara adat dalam perkawinan tradisional.
Prosesi Pernikahan Tau Samawa atau masyarakat Sumbawa
sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan masyarakat lain di Indonsia. Namun
tentu adat istiadat yang menyertai prosesi itu sangat berbeda dan punya keunikan
tersendiri. Beberapa prosesi tersebut di antaranya: Bajajak, Bakatoan, Basaputis,
Bada, Nyorong, Nikah, Basai.
Sejak adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (UU Perkawinan)
telah ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang perkawinan yang berlaku bagi semua
warga Negara Indonesia. Dengan demikian, berlakulah system lex Specialis
Derogat Lex Generalis, di mana undang-undang khusus menyampingkan undang-
undang umum, sehingga setiap perkawinan mengacu kepada undang-Undang
tersebut bersifat khusus. Di dalam UU Perkawinan pada pasal 1 menyatakan
bahwa perkawinan diartikan sebagai ikatan lahir batin seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut R. Soetojo Prawirohamidjo,pasal 1 UU Perkawinan, mengandung unsur:
1. Ikatan Lahir Batin
Ikatan lahir batin merupakan yang dapat lihat dan mengungkapkan adanya
hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri, hal
ini disebut sebagai hubungan formal.
2. Antaran seorang pria dengan seorang wanita
Ikatan perkawinan hanya boleh terjadi antara seorang pria dan seorang wanita.
Perkawinan seorang pria dengan seorang pria atau antara seorang wanita dengan
seorang wanita atau seorang wadam dengan seorang wadam tidak mungkin
terjadi.
a. Maleseng (perkenalan)
Apabila seorang pemuda menaruh hati pada seorang gadis, biasanya keinginan
itu tidak disampaikan secara lansung kepada si gadis akan tetapi keinginannya itu
disampaikan kepada ketua remaja atau orang lain yang dapat dipercaya supaya
melakukan pengamatan atau penelitian terhadap si gadis guna mengatahui
beberapa hal antara lain:
- Keluarganya;
- Tingkah laku serta tabiat si gadis baik di rumah maupun di dalam masyarakat;
- Apakah si gadis blom ada yang melamar
Apabila hasil pengamatan tesebut menunjukan tidak terdapat hambatan,
pemuda itu lansung mengutarakan kepada orang tuanya supaya meminang gadis
yang dimaksud untuk dirinya.
b. Bakatoan (menyampaikan kehendak pada orang tua si gadis)
Setelah semuanya dapat disetujui, selanjutnya pihak keluarga laki-laki
mengutus lagi orang yang melakukan pengamatan tadi untuk menyampaikan
maksud tersebut kepada keluarga (orang tua) si gadis. Orang tua gadis tidak
lansung menerima begitu saja maksud tersebut akan tetapi terlebih dahulua akan
dimintakan persetujuan dari si gadis sendiri apakah dia mau meneriama lamran
tersebut atau tidak. Bila lamran ini diterima oleh si gadis, orang tua si gadi
meminta waktu (ditegal) kepada utusan tadi untuk memberitahukan rencaba ini
kepada seluruh keluarga, dan setelah itu baru dapat memberikan keputusan.
Kemudian utusan tadi kembali kepada pihak keluarga pemuda untuk
menyampaikan berita tersebut dengan kalimat “Roa tapi tegal dunung mudi
regam” artinya mau juga tapi jangan dulu dipastikan karena dua atau tiga hari ini
orang tua si gadis akan member tahukan dulu kepada seluruh keluarganya. Setelah
semuanya telah diberitahu dan bisa menyetujuinya, diutuslah salah seorang dari
keluarga si gadis untuk menyampaikan kepastian kepada orang tua pemuda.
Kegiatan ini disebut “Antat ling putis” (memberitahukan kepastian).
c. Ngajak (berdandang)
Selanjutnya si pemuda dating untuk pertama kalinya ke rmah si gadis yang
telah resmi menjadi pacaranya, pada malam hari yang telah ditentukan dengan
membawa “Mako Mama” (tembako dan siri pinang) yang dibungkus dengan sapu
tangan serta “Ade Pang Bao Mama” yaitu barang keperluan si gadis seperti bakal
baju, batik dan sebagainya yang dianggap cocok untuk dipakai oleh si gadis.
Kedatangan si pemudah kerumah pacarnya ini ditemani oleh satu atu dua orang
pemuda yang sudah mempunyai pengalaman ngajak (berdandang). Semaentara itu
di rumah si gadis telah disiapan penyambutan khusus dengan mengundang para
keluarga dekat, pemuka adat dan pemuka masyarakat yang akan menyampaikan
nasihat kepada si pemuda. Adapun isi nasihat yang sering disampaikan oleh
pemuka yang telah ditunjuk antara lain sebagai berikut:
“Ao tu, telu to’na ta-d saksi apap kro’a bai baletana, ka kalekt
mangan.tapi si-ong ka nan karo’a dadi’. Ka surut. Kami tloka ta mat saksi ke mat
skuet bna tak jangim nene-e tu karo tau rua dngan ta. Dadi naa mu sling bri-I ba-
e tapi num saling pdi-i. nan de bra’ kmdi-n, sin kmri siom yat ba’u ukur dadi-i.
tapi kmandita tbau tao jangka karoa tau nan.
Dadi mha kam saling bri-I nanm sling bri-I nanm sling pdi’ na’a snenge
ling pia skayu. Ma’m slamat sama rua-rua. Ba nand nasa det bau beang lako
neneke. Sangkad dunu mudi saling skued kbali”.
Artinya: yah anak-anak. sekang ini kamu saksikan, kenapa kami orang tua ini
dipanggil oleh siempunya rumah ini. Maksudnya adalah supaya kami dapat
menyaksikan dan memberikan nasuhat pada kalian yang sudah saling mengenal
dengan putrinya, siempunya rumah ini. Jadi sekarang jangan sampai kamu hanya
mengenal dan menyayangi saja, tetapi kamu harus mempunyai rasa cinta dan
kasih yang dalam seperti yang dituntut oleh agama kita (islam). Jangan sampai
kalian dengar pengaruh-pengaruh yang akan marusak hubungan kalian berdua,
supaya kalian selamat samapai tujuan. Jadi cukuplah yang bisa kami berikan, yang
penting walaupun sedikit, tetapi harus selalu diingat. Sekian dulu nanti kita
tambah pada kesempatan yang lain.
Selepas acara menasihati pemuda sebagai pacar resmi sang gadis di rumah itu
maka selsai pulalah rankaian acara Ngajak ini. Hal ini bukan berarti si pemuda
boleh dating bermain-main ke rumah pacarnya, kerena sang pemuda masih harus
menjalani satu acara kunjungan yang disebut “Ngajak mesa”.
d. Ngajak Mesa
Pada malam berikutnya si pemuda dating lagi ke rumahpacarnya setelah
suasana desa sepih dan semua warga desa sudah tertidur. Kedatangan yang kedua
kali ini hanya diterima oleh sang pacar dan orang tuanya. Pada kunjungan ini
sengaja diperlambat supaya ada kesempatan kepada kedua orang yang sedang
pacaran ini untuk bicara berdua yang dilanjutkan bicara dengan orang tua si gadis.
Pembicaraan ini dimaksudkan sebagai peringatan kepada keduanya supaya
hubungan yang telah terjalin jangan sampai putus ditengah jalan. Untuk itu harus
dijaga adalah masalah tingkah laku dan tidak boleh begitu sajamempercayai
hasutan orang lain.
Setelah acara ini selsai, pada hari-hari berikutnya si lelaki sudah dapat bebas
mendatangi rumah pacaranya, namun belum bisa tampil berdua atau
berjalanberduaan karena orang yang berpacaran sangat dilarang oleh adat untuk
pergi bersama sekalipun dalam suasana keramaian desa. Dalam hal ini menurut
adat, pihak laki0laki mempunyai kewajiban untuk menjenput sang pacar supaya
dating ke acara pengantinan atau keramaian lainnya, namun hal itu harus
ditemani oleh orang lain baik laki-laki ataupun perempuan.
e. Lalo Batemung (saling berkunjung)
Dalam menjalani masa pacaran (rabulung) ini, orang tua kedua belah
pihak saling berkunjung ke rumah masing-masing yang didahului oleh oleh
orang tua pihak laki-laki untuk kemudian pihank orang tua wanita akan membalas
kunjungan itu. Saling mengujungi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mempererat hubungan yang telah terjalin melalui anak-anak mereka dan menepis
hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya kesalah pahaman antara keduanya.
Setelah beberapa saat masa pacaran dimulai dan tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan serta semua persiapan untuk melansungkan acara perkawinan
sudah ada, pihak orang tua perempuan akan melakukan “buyalin”
(menanyakan) kepada anak gadisnya apakah sudah bersedia dikawinkan dengan
pacaranya. Apabila sudah dinyatakan bersedia, mulailah pihak orang tua si gadis
mempersiapkan segala sesuatu dalam memasuki acara inti daripada perkawinan
tersebut.[1]
2. Upacara Perkawinan
setelah melalui proses yang begitu panjang, maka direncanakan pelaksanaan
upacara inti perkawinan. Rangkaian upacara inti dalam perkawinan adat Sumbawa
adalah sebagai berikut:
a. Basedak (menyampaikan keinginan)
Apabila si gadis sudah menyatakan bersedia untuk dikawinkan, pihak keluarga
akan melakukan “basedak” (menyampaikan keinginan agar anak-anak yang
sedang berpacaran ini boleh dikawinkan) kepada orang tua laki-laki. Setelah pihak
keluarga laki-laki menyatakan kesiapannya, dengan sendirinya kedua belah pihak
telah sepakat untuk melansungkan acara perkawinan tersebut. Adapun keputusan
mengenai hari pelaksanaan sertapenunjukan terhadap beberapa anggota keluarga
yang ditugasi sebagai penghubung, ditentukan melalui kegiatan sebagai berikut:
- Batemung (melakukan pertemuan)
Kedua belah pihak mengadakan pertemuan di rumah pihak perempuan untuk
membicarakan berbagai masalah yang menyangkut rencana perkawinan anak-
anak mereka. Dalam pertemuan ini pembicaraan berkisar pada penentuan hari
perkawinan oleh keluarga yang berhajat yang nantinya akan dipandukan dengan
penentuan hari yang dilakukan oleh (Kepala Dusun) selaku pengatur sejumlah
acara perkawinan yang dilaksanakan tersebut.
- Basaputis (mengambil keputusan)
Kegiatan ini disebut juga “Repulung Bale” (musyawarah keluarga dimasing-
masing pihak) untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan berbagai
keperluan agar acara perkawinan terlaksana dengan baik. Dalam pertemuan
tersebut juga ditunjuk masing-masing salah seorang keluarga yang dipercaya
sebagai “Tau bang angkang boat” (wakil keluarga sebagai penghubung selama
acara berlansung).
- Basangatas (memberitahukan kepada pemnagku adat)
Kedua penghubung yang telah ditunjuk akan bertugas menghubungi pemangku
adat (Kepala Dusun) untuk memberitahukan rencana perkawinan putra putrid
kedua keluarga merkasekaligus meminta petunjuk mengenai waktu yang tepat dan
baik bagi pelaksanaan perkawinan tersebut.
b. Repulung (musyawarah)
Kegiatan musyawarah ini dihadiri oleh seluruh keluarga kedua belah
pihakserta pemuka masyarakat dan pemuka adat. Musyawarah tersebut
dilaksanakan untuk menyatukan pendapat mengenai pelaksanaan acara
perkawinan. Musyawarah ini dipimpin oleh salah seorang yang telah ditunjuk
oleh kedua belah pihak yang disebut “Otak Pulung” (pemimpin rapat). Adapun
keputusan yang dihasilkan dalam musyawarah ini menyangkut
pengangkatan beberapa orang petugas untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
dengan keahlian masing-masing. adapun para petugas yang ditetapkan melalui
musyawarah tersebut adalah:
- Namong merupakan orang yang ditunjuk untuk menyampaikan undangan secara
lisan kepada segenapa anggota masyarakat agar ikut dalam setiap tahap yang
dilalui dalam acara perkawinan tersebut. Namong ini biasanya sudah bisa
menentukan siapa yang harus diundang untuk hadir dalam acara dan siapa pulang
yang tidak peril diundang untuk hadir dalam acara perkawinan tersebut.
- Jarum (penghubung) yang ditunjuk oleh pihak keluarga laki-laki yang bertugas
mengkoordinir jalanya upacara secara keseluruhan serta bertanggung jawab atas
baik buruknya acara perkawinan tersebut.
- Tukang Jangan yaitu orang yang diberi tugas untukmengurus sayur dan lauk
pauk serta membaginya secara adil kepada pihak laki-laki dan pihak perempuan.
Penyaluran kepada masing-masing pihak ini dilakukan melalui Tukang Jangan
yang telah ditunjuk oleh masing-masing pihak.
- Panatia (panitia) orang yang bertugas mengatur pelaksanaan upacara dirumah
masing-masing pihak dan selanjutnya bertanggung jawab kepada “jarum”.
- Sawi merupakan penghubung antara keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak
perempuanyang mempunyai kedudukan setingkat dengan panitia.
- Saneng adalah seorang pemuda yang ditunjuk dari keluarga dekat pihak laki-laki
yang akan duduk mendampingi pengantin wanita dalam setiap tahap upacara yang
akan dilalui serta berta bertanggungjawab atas keamanan di rumah tempat
pelaksanaan upacara perkawinan. Penunjukan seneng sebagai pengawal ini
berkaitan dengan adanya kekhawatiran atas keselamatan pengantin wanita
terhadap usaha pemuda lain untuk merebut penganten wanita atau usaha dukun
yang ingin menggagalkan acara perkawinan tersebut. Kadang-kadang Seneng ini
berperan sebagai perantara antara “sandro” (dukun) yang khusus menjaga
pengantin wanita dengan pengantin yang dikawalnya.
- Pesuru yaitu orang yang ditunjuk oleh pihak pengantin laki-laki sebagai
pendamping pengantin wanita selama acara berlansung.
- Bapak Praja yaitu orang yang ditunjuk dari keluarga dekat kedua pengantin yang
akan duduk mendampingi “seneng” bertugas sebagai pembantu seneng.
- Ina Praja yaitu beberapa orang gadis dari keluarga dekat kedua pengantin yang
akan duduk menemani pengantin masing-masing. diantara Ina Praja yang duduk
bersama pengantin ada tiga orang yang diberi tenpat duduk yang tetap sebagai:
Tau Ronan yaitu Ina Praja yang duduk disamping pengantin baik pengantin wanita
maupun pria.
Tau Tegal yaitu Ina Praja yang duduk di depan sebelah kiri atau kanan pengantin
masing-masing.
Ina Praja Pang Katokal Senang yaitu Ina Praja yang duduk di samping Tau Rona
sebagai pembantu Tau Rona.
c. Ano Ai-Kayu (mempersiapkan)
Setelah para petugas ditunjuk maka masing-masing mengambil pekerjaan
sesuai tugas masing-masing. sehari sebelum acara berlansung ada tiga hal yang
perlu dipersiapkan pada masing-masing rumah pengantin tersebut, yakni:
- Antat Kayu Jangan yaitu mengumpulkan atau mengatur kayu api dan sayur-
sayuran ke rumah seorang yang telah ditentukan oleh masing-masing pihak
sebagai tempat untuk memasak.
- Gagas bale yakni kegiatan memperbaiki, mengatur serta menghias rumah yang
telah ditetapkan sebagai tempat berlansung acara perkawinan seperti rumah untuk
tempat memasak, rumah tempat pengantin serta rumah untuk tempat “managan
tau loka”.
- Sole Isi yakni kegiatan kaum ibu untuk meminjam/mengumpulkan wadah
memasak serta wadah untuk makan.
d. Ano Tama Pengantan
Kegiatan yang akan dilakukan adalah:
- Batene adalah Kegiatan kaum ibu yang mendatangi rumah tempat memasak
dengan membawa bahan yang akan disumbangkan dalam acara perkawinan
berupa beras, kelapa, gula, tikar, bantal, dan lain-lain.
- Ngukus Ngenang adalah kegitana mengukus ketan yang dikrjakan secara
bersama oleh ibu-ibu yang dating untuk Batane (memberi sumbangan). Nasi ketan
ini disipkan untuk pelaksanaan acara “Taek Tau Nempu” (naiknya pemuda dan
pemudi yang sudah bersetatus taruna dan dedara untuk meramaikan acara tokal
mesa’).
- Mongka-ngela adalah kegitan memasak nasi dan sayur yang dipersiapkan untuk
acara “Pateha Loto” (do’a bersama)
- Eta Seneng, Bapak Praja, Ina Praja serta Pries adalah kegitan menjemput para
pemuda dan pemudi (Seneng, Bapak Praja, dan Ina Praja), yang akan
mendampingi pengantin, serta Parias penganti oleh seorang yang telah ditunjuk
untuk kemudian diantar ke rumah yang telah disiapkan untuk mengantin (rumah
plemainan)
- Entek Seneng, Bapak Praja/Tokal pangaten yaitu sebelum duduk di rumah
plaminan terlebih dahulu pengantin putrid dimandikan guna menyucikan diri
sebagai persiapan memasuki upacara perkawinan yang dianggap suci oleh
masyarakat ini. Selanjutnya dengan didampingi oleh Seneng, Bapak Praja dan Ina
Praja sang pengantin menuju tempat duduknya.
- Entek Tau Nempu Petang, sampainya para pemuda dan pemudi yang sudah
berstatus Taruna-Dedara di rumah pelaminan menandai dimulainya acara Tokal
Mesak. Kedatangan pemuda pemudi tersebut untuk ikut meramaikan acra
perkawinan. Oleh karena itu acara ini disebut “Entek Tau Nempu”. Dalam acara
ini para pemuda tersebut akan menyajikan hiburan berupa “ratib” (zikir) yang
diiringi bunyi “Rebana kebo” (Rebana besar). Acara ratib rebana kebo ini
berlansung dari jam 8.00 sampai dengan menjelang tengah malam dan diahiri
dengan makan malam bersama di tempat itu dengan sajian nasi ketan yang
dibumbui dengan campuran gula merah dan kelapa.
- Beling Rebana / Basarame, setelah itu dilanjutkan dengan acara hiburan dengan
melantunkan Ratib Rebana Ode (rebana kecil) seta “Balawas” (melantunkan
semacam pantun bahasa Sumbawa) secara bergantian antara para pemuda dan
pemudi untuk menghibur pengantin dan berlansung hingga larut malam.
- Pateha Loto yakni kegiatan do’a dan makan bersama, berlansung pada pagi hari
setelah sholat subuh yang diikuti oleh para pemuka adat, pemuka masyarakat serta
pemuka agama. Acara ini dilaksanakan dengan maksud memohon kepa Allah
SWT. Semoga acara perkawinan dapat berlansung dengan aman dan tetap
mendapat ridha dari-Nya.
- Waked (Akad) yaitu acara akad atau meresmikan hubungan antara pemuda dan
gadis menjadi sepasang suami istri biasanya dilansungkan di masjid dihadiri oelh
parah pemuka agama dan hadirin yang akan menyaksikannya. Adapun yang
melakukan akad adalah pengantin laki-laki dengan orang tua atau wali pengantin
wanita sendiripun ikut menyaksikan dengan ditemani oleh semua Tau Tegal (para
pendamping).[2]
3 3. Upacara Sesudah Nikah
Acara adat yang dilansungkan setelah Wakat (akad nikah) dikenal dengan
nama “Ano Karea” yang rangkainya terdiri atas:
a. Basarame
Adalah kegitan menghibur pengantin baru yang dilakukan oleh para pemuda
baik sedang (usia 17 tahun) maupun Taruna (usia 20 tahun). Acara hiburan yang
disajiakan adalalah ratib rabana yang dilakikan sejak pagi hingga menjelang
tengah hari atau pukul 10:00. Saat acara selanjutnya dimulai.
b. Entek Tau Nempu Ano
Acara hiburan ini menjadi resmi bila memasuki acara Entek Tau Nempu Ano
(acara husus untuk mereka yang telah memasuki status Taruna-Dedara dengan
sajian hiburan Ratib Rebana Kebo yang digunakan adalah rebana yang husus
dipakai untuk acara ente tau nempu petang dan entek tau nempu ano.
Menurut kepercayaan masyarakat, rebana kebo yang terdiri dari enam buah
tersebut merupakan rebana bertuah yang tidak boleh diperlakukan secara
semberangan. Rebana tersebut biasanya dibagi menjadi duayaitu satu set (tiga
buah), dipakai pada acara yang dilaksanakan di rumah pengantin peria dan tiga
buah lainnya dipakai di rumah pengantin wanita. Apabila terjadi perlakuan yang
tidak wajar terhadap rebana kebo biasanya akan menimbulkan mala petaka baik
pengantin, keluarga, bahkan masyarakat disekitarnya.
c. Mangan Sama
Merupakan acara makan bersama khusus kaum ibu yang hadir di rumah
pengantin (tempat memasak) yang dilaksanakan sektar pukul 11 siang. Acara
makan bersama ini dimaksudkan untuk menjamu para ibu-ibu. Acara tersebut
dipimpin oleh seorang ibu yang dianggap sesepuh atau istri kepal desa sambil
memberikan wejangan sebagai peringatan untuk tetap melaksanakan acra-acara
yang telah dituntun oleh adat istiadat yang berlaku dalam desa, dengan harapan
agar terhindar dari mala petaka akibat tidak tertibnya masyarakat dalam
melaksanakan adat itu sendiri.
d. Nyorong
Adalah pergi mengantarkan uang mahar yang dilakukan oleh pihak keluarga
pengantin laki-laki kepada pengantin wanita. Orang yang mengantar mas kawin
pada saat nyorong ini sebelum pergi ke tempat pengantin wanita terlebih dahulu
singga ditempat “Mangan Tau Loka” guna mendapatkan kesaksian besarnya
jumlah maskawin tersebut dan setelah dinyatakan cukup barulah rombongan ke
rumah pengantin wanita untuk menyerahkan uang tersebut kepada seneng yang
memang bertugas untuk menerima mahar.
e. Mangan Tau Loka
Adalah acara makan bersama segenap kaum laki-laki yang dilaksnakan pada
sore hari. Sebelum acara makan dimulai dilaksanakan tahlilan adan do’a bersama,
dengan harapan semoga acara yang dilaksanakan mendapat rahmat dan berkah
dari Allah SWT. Para hadirin yang dating pada acara makan ini juga membawa
“tane” berupa uang sebagai sumbangan kepada pengantin dan keluarganya. Pada
saat inilah rombongan yang melaksankan kegiatan nyorong singgah untuk
memberikan kesaksian kepada pemuka adat dan hadirin mengenai jumlah uang
mahar yang akan diserahkan kepada pengantin wanita.
f. Ngiring
Selepas acara mangan tau loka dilaksanakan acara ngiring yaitu penngantin
laki-laki meninggalkan rumahnya menujuh rumah pegantin wanita dengan diiringi
olehorang tua, dan handai tolan. Sebagai pendamping pengantin adalah saneng
dan bapak praja serta ina praja sambil berjalan pelan-pelan dalam alunan suara
dendang ratib yang diiringi tabuhan rabana ade (rebna kecil).
Setelah pengantin pria brada di depan rumah pengantin wanita, pengantin
wanita didampingi oleh pries dan tau tegal (ina praja) menjemput pengantin laki-
laki di depan pintu dengan membawa (air ceret) untuk mencuci kaki pengantin
pria. Pada saat pengantin pria samapai di depan pintu, pengantin wanita yang
dituntun oleh pengiringnya membersikan kaki pengantin laki-laki sebagai tanda
kesetian dimulai. Selanjutnya mempersilahkan pengantin laki-laki untuk menuju
tempat yang sudah disiapkan.
Sebelum pengantin laki-laki dipersilahkan duduk terlebih dulu sang isteri
mengatur sembah sambil duduk berlutut dihadapan pengantin laki-laki untuk
menunjukan kesiapannya hidup bersama, baik dalam keadaan senang maupun
susah serta pernyataan kesetiaan untuk membantu suami dalam mencari nafkah
hidup keluarga. Pada saat bersamaan pengantin laki-laki mengibaskan saputangan
memutar di atas kepala istrinya sambil membaca mantra (do’a) “Saturin Sato”
(menurunkan hawa nafsu) agar sang istri tetap tunduk dan taat kepada suami.
Sehabis membaca mentera tersebut pengantin laki-laki duduk dihadapan
pengantin wanita yang masi tetap berlutut dan menerima pengantin wanita
seutuhnya.
Setelah selsai acara tersebut disiapkan sebuah dulang (nampan) yang berisi
nasi disebut “Dulang Me Pangantan” (dulang nasi pengantin) untuk melakukan
kegiatan saling menyiapi nasi. Dalam acara tersebut istri terlebih dahulu menyuapi
suaminya dalam menjalani kehidupan yang baru, untuk selanjutnya sang suami
menyiapkan nafkah lahir batin untuk kebutuhan istrinya. Acara ini diahiri dengan
bersalaman dengan pengantin baru. Dimulai oleh para seneng, Bapak Praja, Ina
Praja, Pries serta hadirin yang selanjutnya.
Dengan berakhirnya acara bersalaman, selsai pulalah seluruh rangkaian acara
perkawinan adat yang dilaknakan oleh masyarakat Sumbawa atau tau Samawa.
DAFTAR PUSTAKA
Yamin Mohamad, Drs, Upacara Adat Perkawinan di Desa Tapel Sumbawa,
Perpustakaan Museum Negeri NTB, Mataram, 2000.
[1] Drs. Moh. Yamin, Upacara Adat Pekawinan di Desa Tepal Sumbawa (Mataram; 1999)hal. 7-11
[2] Ibid.
[3] Drs. Moh. Yamin, Upacara Adat Pekawinan di Desa Tepal Sumbawa (Mataram; 1999) hal. 36
http://surya-muamalah.blogspot.com/2014/03/hukum-adat-perkawinan-sumbawa-tau-
seloto.html