Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Al-Qur’an dan Hadis berfungsi sebagai petunjuk agar manusia dapat menjadi
khalifah yang baik di muka bumi ini. Untuk memperoleh petunjuk tersebut
diperlukan adanya pengkajian terhadap al-Qur’an itu sendiri, sehingga kaum
muslimin benar-benar bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari
kandungan al-Qur’an dan Hadis tersebut yang di dalamnya kompleks membahas
permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang
belum terjadi. Semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, maupun
keberadaan alam ini sudah termaktub dalam al-Qur’an. Termasuk permasalahan
mulai dari asal kejadian manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan manusia
dalam hal ini tentang Manajemen.

Dalam kehidupan berkeluarga, berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara,


manejemen merupakan upaya yang sangat penting untuk mencapai tujuan
bersana. Pendidikan yang salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia
sudah semestinya mendapat perhatian khusus dalam hal manejemennya.
Pendidikan yang baik merupakan tolok ukur bagi sebuah bangsa atau negara
dalam hal kemajuan yang di capai tidak terkecuali dalam Islam.

Berbicara masalah manajemen tentunya tidak lepas dari empat komponen


yang ada yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. empat komponen
tersebut di jelaskan di beberapa ayat al-Qur’an. Yang harus disadari adalah bahwa
pemahaman manusia terhadap al-Qur’an, bagaimanapun sepenuhnya bersandar
pada kapasitas akal, dan apapun yang bersandar pada akal tersebut tidak pernah
menjadi hal yang mutlak. Untuk itu dalam pembahasan ini penulis mencoba
menuangkan secara langsung salah satu fungsi manajemen yaitu actuating dalam
perspektif al-Qur’an dan Hadis serta implementasinya dalam pendidikan.

1
2.1 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi actuating?


2. Bagaimana Actuating menurut Al-Qur’an dan Hadis?
3. Bagaimana implementasi actuating dalam pendidikan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Actuating

Actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak
dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi ini
adalah directing, commanding, leading dan coordinating.1

Terry mendefinisikan actuating (penggerakan) sebagai tindakan untuk


menggusahakan agar semua anggota kelompok, mau bekerjasama dan bekerja
secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan
dan usaha pengorganisasian.2

Koontz dan O’Donnel mengartikan actuating dalam bentuk pengarahan yang


berarti hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata. Pengarahan ini
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing,
menggerakan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam
melaksanakan sesuatu kegiatan. Pengarahan ini dapat dilakukan dengan cara
persuasif atau bujukan dan instruktif, tergantung cara mana yang paling efektif.3
Actuating dalam organisasi juga biasa diartikan sebagai keseluruhan proses
pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka
bersedia bekerja secara sungguh- sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.

1
Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), Hal.74

2
Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta : Ar
Ruzz Media, 2013), hlm.287
3
D.Agus., Manajemen Prestasi Kerja.( Jakarta: Rajawali, 1986), hlm.26

3
Fungsi penggerakan ini menempati posisi yang penting dalam merealisasikan
segenap tujuan organisasi.4

Proses actuating adalah memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat


serta keterampilan dalam berkomunikasi.5 Actuating merupakan inti dari
manajemen yang menggerakkan untuk mencapai hasil. Sedangkan inti dari
actuating adalah leading.

Dengan demikian, Actuating adalah salah satu fungsi manajemen yang berfungsi
untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian. Actuating
merupakan upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja serta
mendayagunakan fasilitas yang ada untuk melaksanakan pekerjaan secara
bersama guna mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Actuating menurut Al-Qur’an dan Al- Hadis

1. Actuating dalam perspektif alqur’an


2. Surat Ali Imron Ayat 104

ُ ‫َويَ ْنه َْونَ ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُحونَ َو ْلتَك ُْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْد‬
ِ ‫عونَ إِلَى ا ْل َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِبا ْل َم ْع ُر‬
‫وف‬

Dan hendaklah ada diantara kamu (segolongan) umat yang mengajak pada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)6

Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya, agar umat islam berpegang
teguh pada agama allah dengan cara mengajak pada kebajikan , memerintah
kebaikan dan melarang kemunkaran.7

Kata minkum ((‫ منكم‬pada ayat di atas menurut Arrazi mempunyai arti penjelasan
(at-tabyin), sehingga ayat ini merupakan perintah kepada setiap orang untuk

4
Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan…, hlm.131
5
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi untuk Mengambil Keputusan, (Jakarta:Gunung Agung, 1997), Hal. 88.
6
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,2013),hlm.63
7
Wahbah Azzuhaili, attafsir al munir, juz 2,(Beirut: dar al fikr,2000), hlm. 354

4
melaksanakan tugas dakwah masing-masing sesuai kemampuannya, baik dengan
kekuasaannya, lisannya ataupun dengan hatinya8

Sedangkan menurut azzuhaili, kata minkum memiliki arti sebagian (at-tab’idl),


jadi tidak diperuntukkan bagi setiap umat.9 Dengan demikian perintah berdakwah
yang dipesankan oleh ayat ini tidak tertuju kepada setiap orang, bagi yang
memahaminya demikian maka ayat ini mengandung dua macam perintah; yang
pertama kepada seluruh ummat Islam agar membentuk dan menyiapkan satu
kelompok khusus yang bertugas melaksanakan dakwah, sedang perintah kedua
adalah kepada kelompok khusus itu untuk melaksanakan dakwah kepada
kebajikan dan ma’ruf serta mencegah kemungkaran10

Memang tidak semua orang dapat melaksanakan dakwah, disisi lain kebutuhan
masyarakat dewasa ini menyangkut informasi yang benar di tengah arus informasi
yang demikian pesat dengan sajian nilai-nilai baru yang seringkali
membingungkan. Semua itu menuntut adanya kelompok khusus yang menangani
dakwah dan membendung informasi yang menyesatkan, karena itu, adalah lebih
tepat memahami kata minkum pada ayat di atas dalam arti sebagian kamu.11

Selanjutnya ayat di atas menggunakan dua kata yang berbeda dalam rangka
perintah berdakwah. Pertama adalah kata ‫ ) يدعون‬yakni mengajak, dan kedua
(‫ )يأمرون‬yakni memerintahkan, mengajak dikaitkan pada al-khair, sedang
memerintah dikaitkan dengan al-ma’ruf, dan memerintah untuk tidak melakukan
atau melarang dikaitkan dengan al-munkar.

Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firmannya ini dengan kata (
‫ )الخير‬al-khair/kebajikan dan (‫ )المعروف‬al-ma’ruf. Al-khair adalah nilai universal
yang diajarkan oleh al-Qur’an dan sunnah, al-khair menurut Rasulullah adalah
mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, sedang al-ma’ruf adalah sesuatu yang baik
menurut pandangan umum masyarakat selama sejalan dengan al-khair. Adapun al-

8
Fakhruddin Al- Razi, Al- Tafsil Al-Kabir, juz 3, (Lebanon: dar al kutub al ilmiyyah, 2009),hlm 145
9
Wahbah Azzuhaili, at-tafsir…, hlm. 353
10
M. Quraish Shihab, Tafsil Al Misbah, Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm.162
11
M. Quraish Shihab, Tafsir,…,hlm.163

5
munkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta
bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.12

Menurut Azzuhaili al-khair diartikan sebagai sesuatu yang memberikan


kemanfaatan dan kebaikan bagi manusia baik dalam agama maupun dunia,
sedangkan al-ma’ruf berarti sesuatu yang dianggap baik oleh syara’ dan akal,
sedang al munkar adalah sesuatu yang dianggap buruk oleh Syara’ dan akal.13

Maka jelas terlihat betapa mengajak kepada al-khair didahulukan, kemudian


memerintah kepada al-ma’ruf dan melarang melakukan yang munkar. Ada dua hal
yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan ayat di atas, pertama nilai-nilai ilahi
tidak boleh dipaksakan, tetapi disampaikan secara persuasive dalam brentuk
ajakan yang baik. Hal kedua yang perlu digarisbawahi adalah al-ma’ruf, yang
merupakan kesepakatan umum masyarakat, ini sewajarnya diperintahkan,
demikian juga al-munkar seharusnya dicegah. Dengan konsep ma’ruf, al-Qur’an
membuka pintu yang cukup luas guna menampung perubahan nilai-nilai akibat
perkembangan positif masyarakat, dari sini filter al-khair harus benar- benar
difungsikan.14

1. Surat Al- Kahfi Ayat 2

َ ‫ت أَنَّ لَ ُه ْم أَجْ ًرا َح‬


‫س ًنا‬ ِ ‫شدِيدًا ِم ْن لَ ُد ْنهُ َويُبَش َِر ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّا ِلحَا‬ ً ْ ‫قَيِ ًما ِليُ ْنذ َِر بَأ‬
َ ‫سا‬

(Sebagai bimbingan) yang lurus, untuk memberi peringatan (kepada siapapun


tentang adanya) azab yang sangat keras dari sisi-Nya, dan menyampaikan kabar
gembira kepada orang-orang mu’min yang (selalu) mengerjakan amal-amal
saleh, bahwa bagi mereka ganjara yang baik. (QS. Al-Kahfi:2)15

12
M. Quraish Shihab, Tafsir…, hlm.164
13
Wahbah Azzuhaili, at-tafsir…, hlm. 354
14
M. Quraish Shihab, Tafsir…, hlm.165
15
M. Quraish Shihab, Membumikan…, hlm.293

6
pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah telah menurunkan Al-Kitab dan
tidak membuatnya kebengkokan sedikitpun, ketidakbengkokan kitab suci al-
Qur’an dikukuhkan lagi dengan firmannya, sebagai bimbingan yang lurus dan
sempurna yang mengatasi dan menjadi tolok ukur kebenaran semua kitab-kitab
suci sebelumnya dengan tujuan untuk memperingatkan kepada siapapum tentang
adanya siksa yang sangat pedih dari sisi Allah dan juga membawa berita gembira
kepada orang-orang mu’min yang mantap imannya dan yang selalu mengerjakan
amal-amal shaleh, bahwa bagi mereka ganjaran yang besar yaitu surga dan segala
kenikmatan.

Kata (‫ )قيما‬qoyyiman/lurus, terambil dari kata qoma yang berarti berdiri, dari sini
kemudian kata tersebut juga berarti lurus karena yang berdiri sama dengan tegak
lurus. Menurut Azzuhaili kata qoyyiman merupakan penguat/ta’kid dari kata
‘iwajan/bengkok.16 Ulama lain memahami kata qoyyiman dalam arti memberi
petunjuk yang sempurna menyaangkut kebahagiaan umat manusia, suatu kitab
menjadi qoyyim apabila kandungannya ssempurna sesuai harapan. Dalam konteks
ini adalah kandungan ayat al-Qur’an yang mengandung kepercayaan haq serta
petunjuk tentang amal saleh yang mengantar menuju kebahagiaan.17

Pada ayat tersebut ada beberapa kalimat yang merupakan inti actuating , yaitu
qoyyiman, yundziro, dan yubasyyiru, memberikan bimbingan merupakan hal
pokok yang harus dilaksanakan oleh pimpinan dalam menciptakan iklim
kerjasama dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan organisasi, selain itu
memberikan apresiasi atas keberhasilan dan peringatan akan potensi kegagalan
apabila tidak melaksanakan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya juga tidak boleh dilupakan oleh seorang pimpinan. Hal tersebut yang
merupakan isyarat pelaksanaan actuating yang termaktub dalam al-Qur’an
sebagai bagian dari manajemen.

16
Wahbah Azzuhaili, At-Tafsir al Munir, juz 8,(Beirut: dar al fikr,2000), hlm. 220
17
M. Quraish Shihab, Tafsil Al Misbah, Volume 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm.8

7
1. Surat An- Nahl ayat 125

‫سنَ ِة َوجَا ِد ْل ُهم‬ َ ‫س ِبي ِل َر ِبكَ ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع َظ ِة ا ْل َح‬


َ ‫ع ِإلَى‬ َ ‫سنُ ِإنَّ َربَّكَ ه َُو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
ُ ‫ض َّل ع َْن ْْا ْد‬ َ ْ‫ِبالَّتِي ِه َي أَح‬
َ‫س ِبي ِل ِه َوه َُو أ َ ْع َل ُم ِبا ْل ُم ْهتَ ِدين‬
َ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.18

Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzulayat ini. Al-Wahidi


menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah
70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman
Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika
adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata
(muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan
adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut. Meskipun demikian,
ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun
kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya.19

Pada ayat ini, Allah SWT. memberikan petunjuk tentang cara-cara melakukan
dakwah serta sikap orang Islam terhadap orang-orang di luar Islam, ayat ini
merupakan asas nabi Muhammad dalam berdakwah,metode atau langkah dalam
berdakwah yaitu dengan cara yang bijaksana, nasehat yang menyentuh hati dan
dengan berdiskusi dengan cara yang lebih baik.20 Dalam tafsir al Qurthubi
dijelaskan bahwa dalam mengajak pada agama Allah dan syari’atNYA harus
denngan cara yang lembut tanpa kekerasan dan kekejaman, dakwah ini dilakukan
sampai hari kiamat nanti21

18
M. Quraish Shihab, Membumikan…, hlm.143
19
Abul hasan ali bin ahmad bin Muhammad ali al wahidi, al wajiz fi kitabil aziz ,(al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar
3.51, 2013),hlm.281
20
Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,(al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar 3.51, 2013), hlm.158
21
Abu abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al Anshori, Tafsir Al Qurthubi, ,(al-Maktabah asy-Syamilah, al
ishdar 3.51, 2013),hlm.200

8
2. Actuating dalam perspektif Hadis
3. Hadis Riwayat Bukhari

‫ َع ِن‬،‫َّللاُ َع ْن ُه َما‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ِ ‫ِير َر‬ َ :ُ‫ َيقُول‬،‫ام ًرا‬
ٍ ‫س ِم ْعتُ ال ُّن ْع َمانَ بْنَ َبش‬ ِ ‫س ِم ْعتُ َع‬ َ :َ‫ َقال‬،‫ َحدَّثَنَا زَ ك َِريَّا ُء‬،‫َحدَّثَنَا أَبُو ُن َعي ٍْم‬
َ ‫ َك َمثَ ِل قَ ْو ٍم ا ْست َ َه ُموا َعلَى‬،‫الواقِعِ فِي َها‬
،ٍ‫س ِفينَة‬ َّ ‫ ” َمث َ ُل القَائِ ِم َعلَى ُحد ُو ِد‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
َ ‫َّللاِ َو‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫النَّبِي‬
ِ ‫ فَ َكانَ الَّذِينَ فِي أَ ْسفَ ِل َها إِذَا ا ْستَقَ ْوا ِمنَ ال َم‬،‫ض ُه ْم أ َ ْسفَلَ َها‬
،‫اء َم ُّروا َعلَى َم ْن فَ ْوقَ ُه ْم‬ ُ ‫ض ُه ْم أ َ ْعالَهَا َوبَ ْع‬
ُ ‫اب بَ ْع‬
َ ‫ص‬َ َ ‫فَأ‬
‫ َوإِ ْن‬،‫ فَإ ِ ْن يَتْ ُر ُكو ُه ْم َو َما أَ َراد ُوا َهلَ ُكوا َج ِميعًا‬،‫َصيبِنَا خ َْرقًا َولَ ْم نُؤْ ِذ َم ْن فَ ْوقَنَا‬
ِ ‫ لَ ْو أَنَّا خ ََر ْقنَا فِي ن‬:‫فَقَالُوا‬
‫ َونَ َج ْوا َج ِميعًا‬،‫“ أ َ َخذُوا َعلَى أَ ْيدِي ِه ْم نَ َج ْوا‬22

Perumpamaan orang yang mematuhi peraturan-peraturan Allah dengan orang-


orang yang melanggarnya adalah seperti segolongan orang yang mengundi
(untuk) naik kapal. Sebagian orang memperoleh tempat di bagian atas, dan
sebagian lagi dibagian bawah. Orang-orang yang menempati bagian bawah itu,
jika hendak mengambil air terpaksa melewati orang-orang yang diatas. Kata
mereka “Bagaimana kalau kita tembus saja lobang air di tempat kita sehingga
kita tidak perlu merepotkan orang-oang diatas‟ Jika orang-orang yang berada
diatas tadi menyetujui rencana tadi, celakalah mereka. Dan jika mereka
melarang, mereka akan tertolong, dan semua isi kapal akan selamat.(HR. Al-
Bukhori)

al qaim biamrillah, diartikan dengan orang yang memerintah kebaikan dan


melarang kemunkaran23, Makna Hadits di atas menerangkan tentang sesuatu yang
di terima bagi orang- orang yang menaati segala perintah dan larangan Allah serta
orang yang mengingkarinya, orang yang menaati perintah dan larangan Allah ia
akan selamat dan bagi orang-orang yang mengingkarinya ia akan mengalami
kerugian. Kandungan lain dari hadis ini adalah; dalam mengarungi kehidupan
bermasyarakat ataupun dalam sebuah organisasi agar senantiasa bersabar atas
tingkah laku tetangga/rekan sejawat yang terkadang membuat hati tak berkenan,
hadis ini juga mengisyaratkan pentingnya saling mengingatkan sesama untuk

22
Muhammad Bin Ismail al-Bukhori, Shahih Bukhari,juz 3, (al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar 3.51, 2013), hlm.139
23
Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa bin Ahmad bin Husain Al ghitabi,Umdatul Qori Syarhu Shohih
Bukhari, juz 13, (al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar 3.51, 2013), hlm.56

9
senantiasa mentaaati perintah allah dan menjauhi larangannya, karena sekelompok
orang bisa jadi akan terkena dampak negatif dari ulah segelintir manusia saja.24

Actuating dalam hadits di atas adalah pentingnya saling menghormati dan


mengingatkan antara satu dengan yang lainnya dalam melaksanakan tugas agar
terlaksana dengan efektif dan efisien, karena peran semua komponen
sangat berpengaruh dan saling mempengaruhi dalam pencapian tujuan.

1. Hadis Riwayat Muslim

‫ قَا َل‬:َ‫ قَال‬،‫ِير‬


ٍ ‫ان ب ِْن بَش‬ ِ ‫ َع ِن النُّ ْع َم‬،ِ‫ش ْع ِبي‬َّ ‫ َع ِن ال‬،‫ َحدَّثَنَا زَ ك َِريَّا ُء‬،‫ َحدَّثَنَا أ َ ِبي‬،‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْبنُ َع ْب ِد هللاِ ب ِْن نُ َمي ٍْر‬
َ ‫ط ِف ِه ْم َمث َ ُل ْال َج‬
ُ‫س ِد ِإذَا ا ْشتَكَى ِم ْنه‬ ُ ‫ َوتَ َعا‬،‫ َوت ََرا ُح ِم ِه ْم‬،‫ ” َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِفي ت ََو ِاد ِه ْم‬:‫س َّل َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫َر‬
25
‫س َه ِر َو ْال ُح َّمى‬ َ ‫سائِ ُر ْال َج‬
َّ ‫س ِد بِال‬ َ ُ‫عض ٌْو تَدَا َعى لَه‬
ُ

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang


dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa
sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan
demam(HR. Muslim)

Makna Hadis Perumpamaan rasulullah dalam menjelaskan tentang kasih sayang


sesama muslim sebagaimana sebuah tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
merasa sakit maka akan mempengaruhi kinerja dan fungsi anggota tubuh yang
lain. Kata” ‫ تداعى‬،‫ توادهم‬،‫ تراحمهم‬،‫“ تعاطفهم‬, apabila kita kaji dari segi kebasaan
merupakan kata yang mengandung arti musyarakah.26 (melibatkan lebih dari satu
orang/bermakna saling). Actuating adalah aktifitas yang melibatkan tim yang
saling berhubungan dan berkaitan untuk mencapai tujuan yang sama, apabila
terjadi kegagalan dalam satu tim maka akan berpengaruh pula pada tim yang lain.
Tanggungjawab pimpinan adalah untuk memberikan arahan, motivasi dan
bimbingan dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta sedangkan anggota tim

24
Ibnu Bathol Abu Hasan Ali bin Khalaf bin Abdul Malik , Syarah Shahih Bukhari libni Bathol, juz 7, (al-Maktabah asy-
Syamilah, al ishdar 3.51, 2013), hlm.13
25
Muslim bin HajjajAbul hasan al qusyairiy Annaisaburi, Shohih Muslim, juz 4,(al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar
3.51, 2013),hlm.1999
26
Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf Annawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, juz 16 (al-Maktabah asy-Syamilah,
al ishdar 3.51, 2013)hlm.140

10
bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan besar
yang telah dirumuskan.

1. Hadis Riwayat Muslim

‫ َح َّدث َ َنا أَبُو‬:‫ قَالُوا‬،‫ب‬


ٍ ‫ظ ِِلَ ِبي ك َُر ْي‬ ٍ ‫ َوأَبُو ك َُر ْي‬،َ‫ش ْيبَة‬
ُ ‫ َوا ْبنُ أ َ ِبي‬،‫ب‬
ُ ‫ َواللَّ ْف‬،‫ع َم َر‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو َبك ِْر ْبنُ أ َ ِبي‬
ِ ‫ جَا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّ ِبي‬:َ‫ َقال‬،ِ‫َاري‬ ِ ‫سعُو ٍد ْاِلَ ْنص‬ ْ ‫ ع َْن أ َ ِبي َم‬،ِ‫ش ْيبَانِي‬ َ ‫ ع َْن أَبِي‬،‫ ع َِن ْاِل َ ْع َم ِش‬،َ‫ُمعَا ِويَة‬
َّ ‫ع ْم ٍرو ال‬
‫ أَنَا‬،ِ‫سو َل هللا‬
ُ ‫ َيا َر‬:ٌ‫ َفقَا َل َر ُجل‬،»‫ « َما ِع ْندِي‬:َ‫ فَقَال‬،‫ع ِبي فَاحْ ِم ْل ِني‬
َ ‫ ِإ ِني أ ُ ْب ِد‬:َ‫ َفقَال‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ
‫علَى َخي ٍْر فَلَهُ ِمثْ ُل أَجْ ِر َفا ِع ِل ِه‬
َ ‫ « َم ْن َد َّل‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ُ‫«أ َ ُدلُّه‬27
ُ ‫ فَ َقا َل َر‬،ُ‫علَى َم ْن يَحْ ِملُه‬

Rasulullah saw bersabda : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan
berkata: tungganganku (kendaraanku) tidak bisa digunakan lagi, bawalah aku
dengan kendaraanmu! Rasulullah menjawab: saya tidak memiliki (tunggangan)
kendaraan. Kemudian ada seorang laki-laki yang menyahut dan berkata:
Rasulullah saya akan menunjukkan padanya kepada orang yang bisa
membawanya (mengangkutnya). Rasulullah saw pun berkata: barang siapa yang
menunjukan suatu kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sama dengan pahala
orang yang melakukan kebaikan itu. (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan keutamaaan dalam memberikan petunjuk pada kebaikan,


membantu orang lain, dan dalam hal menyampaikan ilmu. Orang yang
menunjukkan kebaikan tersebut akan mrendapatkan pahala yang sepadan dengan
orang yang melakuakan kebaikan, namun kadar pahalanya berbeda.28 Sebagian
ulama’ berpendapat bahwa pahala yang sepadan tersebut adalah tanpa lipat ganda,
namun imam qurtubi berpendapat bahwa pahala tersebut sepadan baik dalam

27
Muslim bin Hajjaj Abul hasan al qusyairiy Annaisaburi, Shohih Muslim, juz 3,(al-Maktabah asy-Syamilah, al ishdar
3.51, 2013),hlm.1506

28
Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf Annawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, juz 13 (al-Maktabah asy-Syamilah,

al ishdar 3.51, 2013)hlm.39

11
kadar maupun lipat gandanya, karena pahala dalam beramal merupakan anugrah
dari Allah terlebih jika niatnya benar.[29]29

Dalam sebuah organisasasi harus ada yang bertugas mengarahkan, Pahala bagi
yang mengarahkan kebaikan sama dengan pelaksana kebaikan itu. Hadis di atas
memotivasi untuk selalu saling mengarahkan.

2.2 Implementasi Actuating dalam pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber


daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat,
kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana, dan lingkungan.
Manajemen pendidikan dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang
tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam
fungsi ini adalah directing commanding, leading dan coordinating. Proses ini juga
memberikan motivasi untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap
dasar dari pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah
ditetapkan, disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau
pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja
dengan tekun dan baik .

Al-Qur’an dan hadis telah memberikan pedoman dasar yang jelas mengenai
actuating dalam manajemen pendidikan yakni proses pembimbingan, pengarahan
ataupun memberikan peringatan sebagaimana dalam ayat dan hadits yang telah
kami bahas dan sajikan secara sederhana di atas. Bimbingan menurut Hadari
Nawawi berarti memelihara, menjaga dan memajukan lembaga
pendidikan melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional,
agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.30

29
Abdurrahman bin Abu Bakar jalaluddin Assuyuti, Addibaj ala Syarhi Muslim juz 4 (al-Maktabah asy-Syamilah, al
ishdar 3.51, 2013)hlm.490
30
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan,( Jakarta:PT Gunung Agung, 1983), hlm. 36

12
Dalam realitasnya, actuating dapat berbentuk hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan dan menjelaskan perintah


2. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
3. Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau
kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai
kegiatan organisasi
4. Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran
untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-
masing
5. Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya
secara efisien.
6. Memberikan apresiasi bagi yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik
dan sanksi kepada pihak yang melanggar.

Actuating merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerja sama di antara


staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Fungsi ini tidak terlepas dari fungsi manajemen lainnya. Fungsi
penggerak dan pelaksanaan dalam al-Qur’an dan Hadits di atas diistilahkan
dengan memberi bimbingan, motivasi, memberikan arah, mempengaruhi,
memberikan komando atau perintah, serta mengingatkan.

actuating merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan,


kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan
sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepadanya.

Mereka dapat digerakkan dengan sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan
itu adalah kewajibannya yang harus dikerjakan dengan suka rela seperti
pekerjannya sendiri. Dengan adanya rasa memiliki, dan ikut bertanggung jawab,
mereka akan kecewa jika gagal, sebaliknya mereka akan merasa bahagia jika
tujuan berhasil dicapai. Jika perasaan mereka sudah demikian berarti fungsi
motivasi pemimpin berhasil

13
Fungsi actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, oleh karena itu
seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan dalam membina kerjasama,
mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami
faktor-faktor manusia dan pelakunya.

Dr. Muhammad Munir di dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sekolah:


Dasar-Dasar-Dasar dan Pelaksanaannya, mengatakan, “Penggerakkan tidak hanya
dengan kata-kata yang manis atau sekedar basa-basi yang diucapkan kepada orang
lain. Lebih dari itu, penggerakkan adalah pemahaman mendalam akan berbagai
kemampuan, kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang lain.
Selanjutnya, menjadikan semua faktor tersebut sebagai sarana penggerak mereka
dalam bekerja secara bersama-sama sebagai suatu kelompok. Sekaligus berupaya
mewujudkan tujuan yang sama di dalam situasi saling pengertian, saling kerja
sama, saling kasih sayang, dan saling mencintai31

Pada suatu lembaga pendidikan, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan


arah kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga
pendidikan, tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan
perseorangan dengan tujuan organisasi bisa kendur. Ini bisa mengakibatkan situasi
orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan pribadi mereka, sedang
organisasi sendiri tidak efektif dalam mencapai tujuan individual.

31
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Teras, 2002),hlm.32

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Actuating adalah salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk


merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian dengan cara
menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja serta mendayagunakan fasilitas
yang ada untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Al-Qur’an dan Hadis telah memberikan pedoman kepada para umat tentang segala
sesuatu yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam menggerakkan semua
anggota dalam sebuah lembaga atau organisasi, bagaimana tata cara memerintah,
membimbing, mengarahkan, mengapresiasi serta mengingatkan manakala terjadi
kesalahan.

Konsep actuating yang diberikan oleh Al-Qur‟an dan Hadits dalam pelaksanaan
manajemen pendidikan perlu diimplementasikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Disinilah peran manajer atau kepala sekolah sangat
jelas dalam melaksanakan fungsinya, yakni selalu memberikan bimbingan,
arahan, koreksi serta memberikan kesempatan kepada semua unsur yang masuk
didalamnya untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.

15

Anda mungkin juga menyukai