Lawas: Terjemahannya:
Maknanya:
Semua pujian hanya milik Allah SWT, pujian bukan untuk maanusia, namun
semuanya itu tergantung pada kita (manusia).
Maknanya:
Meskipun pujian ada pada manusia, satu yang menjadi pujian, jangan pikir tidak
akan kita tinggalkan
Maknanya:
Patutlah jika ditinggalkan, semuanya terserahkan pada kita, amal baik tidak
mengakui
Maknanya:
Maknanya:
Karena berharap pujian akhirnya menjadi hilang kesadaran karena tertipu
Maknanya:
Kita tertipu oleh kejahatan yang samar-samar, kita kurang menyadarinya, tetap
ingat dan menjaga agar selalu ingat pada-Nya.
Maknanya:
Kalau salah pegangan, amal baik tidak ada gunanya, teruslah ingat agar tidak
makin rusak
Maknanya:
Amal kebaikan yang kita miliki tak berguna seperti orang riya berharap pujian,
apalagi jika ditambah dengan sipat takabur.
Maknanya:
Sikap takabur ada dalam hati, memisahkan diri dengan orang banyak, tidak ingat
akan terhina
Maknanya:
Tidak ingat akan kehinaan, meskipun ada yang namanya kehinaan, hidup ini
diiringi kematian.
Maknanya:
Jika ingat kehinaan, takabur dihilangkan dalam hati, amal kebaikan tidak akan
rusak.
Maknanya:
Sipat takabur hanya milik Allah SWT, janganlah kita turuti, amal kebaikan bisa
rusak tak ada guna.
Maknanya:
Meskipun banyak amal kebaikan, janganlah dianggap sudah kita peroleh, karena
itu bentuk kesombongan.
Maknanya:
Maknanya:
Maknanya:
Maknanya:
Amal kebaikan akan bermanfaat, jika lepas dari kebinasaan, kita tak dapat
memperkirakannya
Maknanya:
Amal kebaikan itulah ibadah, sebagai bentuk ibadah kita pada Sang Khalik,
janganlah makin dikurangi.
Maknanya:
Bagaimanakah jalan akan dikurangi, disuruh dan diperintahkan oleh Allah SWT,
yang kurang takut akan mendapatkan balasannya.
Maknanya:
Maknanya:
Sakit nanti di akhirat, siang dan malam dipikirkan, itulah saatnya akan dihampiri
rasa takut.
Maknanya:
Kalau sudah tidak lagi dipikirkan, tidaklah takut serta tidak menyesal,
kebimbangan karena tipuan setan.
Maknanya:
Rasa penyesalan kita pada Yang Kuasa, tidak seperti di dunia, di akhirat akan kita
petik
Maknanya:
Jika sudah saatnya, itulah masa akan kita sesali, karena itulah yang kita harapkan
Maknanya:
sikap sesal atas dosa yang kita perbuat, jangan harap akan kembali, sebelum ajal
akan menjemput
Maknanya:
Maknanya:
meskipun diterima oleh Allah SWT, jika memang dengan ketulusan hati, itupun
saat sebelum ajal menjemput
Maknanya:
Jika sudah mendekati ajal, taubat sudah tidak berguna, perginya dengan
penyesalan
Maknanya:
Jika ajal sudah datang, hati susah tiada kegembiraan, itulah masanya kita ingat
Maknanya:
Dipikirkan ketika ajal menjelang, sudah tidak ada lagi yang akan kita peroleh,
itulah tanda kita dilalaikan saat yang lalu
Maknanya:
Lalai dan lupa pada hari akhir, terlalu mementingkan kesenangan dunia, padahal
umur sudah mulai mendekati ajal
Maknanya:
Umur kurang tidak kita pikirkan, terlalu mengikuti keinginan hati, itulah saatnya
akan kita sesali.
Maknanya:
Mengerjakan ibadah dengan baik, kamu kerjakan dengan penuh keikhlasan, tak
akan rugi karena akan bermanfaat
Maknanya:
Ingatlah dengan baik nasihat yang disampaikan, disamping didengar nasihat dan
petuah itu juga harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Maknanya:
Seorang umat muslim diharuskan untuk membaca Al-Quran setiap waktu dan
diharapkan mengamlkan apa yang dibaca itu, maka dia akan mendapatkan
kebaikan.
Maknanya:
Seseorang yang kurang pengetahuan tentang agama ditambah lagi tidak mau
mendengar kebaikan yang disampaikan, maka dia tidak akan mendapatkan
kebaikan di dunia dan di akhirat.
Maknanya:
Keburukan bagi mereka yang tidak mau berguru, pastinya mereka tidak
mendapatkan apa-apa, kecuali jika takut tidak mendapatkan apa-apa
Maknanya:
Dia hanya mengaku orang yang takut melakukan dosa, tetapi segala larangan tetap
saja dikerjakan. Itulah yang dimaksud dengan orang yang pendusta
Maknanya:
Selalu saja mengerjakan yang dilarang, namun selalu berharap untuk diampuni,
banyak hal-hal buruk yang dikerjakan yang tidak membawa kebaikan sama sekali
Maknanya:
Kebaikan apakah yang kita dapatkan, berharap kebaikan tetapi tetap saja
mengerjakan keburukan, hal ini dilandasi oleh iman yang kurang dan dilandasi
oleh tidak adanya rasa takut akan hari akhirat
Putuslah harapan untuk diampuni, maka merusak seluruh badan dan diasingkan
laksana iblis
Maknanya:
Sangat berharap untuk diampuni dan berusaha menjauhkan diri dari dosa waktu
masih dapat mengerjakan/sempat
Maknanya:
Dosa yang sudah banyak dikerjakan agar jangan lagi diperbuat kembali serta
jangan lupa tuk disesali
Maknanya:
Kerjakan saja meski susah segala jenis perintah-Nya agar kita mendapatkan
kesenangan di Akhirat
Maknaya:
Kesenangan di akhirat akan kita dapatkan Sejak kita meninggal dunia dan
akhirnya sampai ke liang kubur
Maknanya:
Meninggalnya orang yang taat beragama sangat indah. Tidak akan meninggalkan
nama buruk dan nyawanya lepas taka akan meninggalkan rasa sakit pada
tubuhnya
Maknanya:
Orang yang rajin beribadah akan disayang oleh Allah dan dia meninggal pun
dengan senang
Maknanya:
Perintah datang dari langit, sangat ramai dan mulia begitu pula mulianya perintah
yang dibawa oleh-Nya
Maknanya:
Maknanya:
Maknanya:
Nyawa lepas naik ke Arasy, meninggalkan jasad di tempatnya serta diiringi oleh
para malaikat
Maknanya:
Orang yang meninggal dalam kebaikan akan didatangi oleh para malaikat dan
pada tiap langit yang dilalui akan disertai dengan pemberian puji-pujian
Maknanya:
Para malaikat pun akan mendatangi manusia yang meninggal dalam kebaikan
disertai dengan puji-pujian atas apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia
Maknanya:
Setiap umat manusia yang disukai, lepas semua kesulitan, kesenangan yang
diperoleh tidak ada putus-putusnya
Maknanya:
Sejak meninggalnya sudah bebas, kuburannya pun terang benderang, duduknya
lapang dan ditemani oleh orang banyak
Maknanya:
Kelonggaran ada tergantung keinginan hati, semua jenis makanan ada disajikan,
amal kebaikanlah yang mengantarkannya
Maknanya:
Berapapun besarnya kebaikan yang kita lakukan di dunia maka sebanyak itu pula
yang kan kita dapatkan di akhirat kelak
Maknanya:
Kebaikan yang kita lakukan di dunia ibarat tempat kita menanam, dan kebaikan di
dunia itu akan kita petik di akhirat, sebesar apa kebaikan yang kita lakukan maka
sebesar itu pula yang kan kita dapatkan.
Maknanya:
Amal kebaikan yang kita lakukan di dunia akan kita tinggalkan karena memang
dunia bukan tempat yang kekal bagi kita
Maknanya:
Pikiran selalu tertuju pada kehidupan dunia, akhirnya amal ibadah ditinggalkan,
waktu menjelang ajal baru sadar tetapi sudah terlambat
Maknanya:
Diingatkan pada kita semua bahwa kita tidak akan abadi di dunia ini, kita sering
tertipu oleh kebahagiaan dunia, baru kita ingat mati ketika menjelang kematian
Maknanya:
Mendekati ajal baru kita sadar dan ingin melaksanakan ibadah hanya saja saat itu
kita sudah tak mampu mengerjakannya, inilah saat penyesalan tiba
Maknanya:
Penyesalan sudah tidak berguna, padahal sudah diingatkan, tetapi karena memang
tidak mempercayai
Maknanya:
Orang yang tidak percaya hari akhirat, waktu mau meninggal nyawanya sulit
untuk lepas dari badan, apakah akan bisa kembali ke pemilik-Nya
Ragam Penyampaian Sastra Lisan (Lawas) Etnis Samawa di Kalangan
Masyarakatnya
Tradisi lawas Samawa sampai saat ini masih hidup dalam masyarakat etnis
Samawa. Adapun cara penerusan dan penyebaran lawas melalui berbagai bentuk
pertunjukan untuk dipertontonkan. Ada pula yang memang disampaikan pada saat
orang-orang sedang bekerja di sawah, ladang, saat gotong royong membangun
rumah, mengasuh anak, saat upacara adat, dan saat karapan kerbau[12]. Berikut
ragam penyampain lawas etnis Samawa di kalangan masyarakatnya:
1. Balawas
2. Basakeco
Sakeco dilakukan oleh para lelaki (dua pria disatu pihak dan dua pria
dipihak lainnya) menembangkan lawas sambil membunyikan lawas. Lawas yang
ditembangkan berisi cinta kasih pemujaan, nasihat agama, sejarah masa lalu,
perjuangan yang penuh heroik, mengedepankan masalah pembangunan dan
perjuangan hidup yang dikaitkan dengan gotong royong berazaskan kekeluargaan.
Pelaksanaan pengaturannya silih berganti, selesai disatu pihak disambung dan
dibalas oleh pihak lainnya.
Sakeco adalah sebuah syair lawas yang dilantunkan dengan lagu dan
diiringi nada rabana yang di dalamnya mengandung makna tersendiri.[15]
Sakeco adalah salah satu kesenian tradisional Samawa yang biasanya
dimainkan pada saat acara-acara sakral, seperti khitan, perkawinan, dan lain-
lainnya. [16]
Menurut Mustakim Biawan, sakeco adalah nada dan syair yang dimainkan
dalam satu komponen tertentu, sehingga membentuk variasi antara nada dan lagu
yang bisa memperjelas makna yang terkandung didalamnya.[17] Sedangkan
menurut A. Maulana, Sakeco adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia
dalam mengembangkan bakat dan minat yang ada pada diri individu dalam belajar
mengembangkan nilai-nilai seni atau budaya yang ada.
Sakeco adalah seni yang membuat orang terpesona dalam mendengar dan
menyaksikan segala ekspresi yang dilakukan. Dengan demikian, secara istilah,
sakeco adalah segala upaya yang dilakukan oleh manusia dalam berekspresi yang
diperagakan dengan berbagai gaya, sehingga membuat orang terlena dan
terpesona dengan segala lantunan yang begitu indah.[18]
Sakeco is played to celebrate the wedding party, the moriterious but not
obligatory prophet or other ritual ceremony (Sakeco ini diadakan untuk
memeriahkan upacara perkawinan dan upacara adat lainnya, seperti selamatan
atau kenduri)[19]. Contoh:
Kusamula ke bismillah
Kusasuda ke wassalam
Nanke salamat parana
(Ku mulai dengan bismillah
Kuakhiri dengan wassalam
Semoga aku selamat)
3. Bagandang
a. Gandang Suling
Pria dan wanita menembangkan lawas dengan alunan suara berirama dan
merdu berbarengan dengan suara suling mengikuti irama lawas yang
ditembangkan. Gandang ini disaksikan kala sekelompok orang bergembira ria,
karena panenan tahun ini menjadi baik. Jika, orang yang diliputi kesenangan
lahir dan batin, gandang ini ditembangkan pertanda syukur kepada Allah
SWT.[20] Dengan demikian, mutan nilai keagamaan juga sering muncul.
b. Gandang Nuja
Sekelompok wanita menembangkan lawas beramai-ramai sembari
menumbuk padi dalam suasana gotong royong yang berazaskan kekeluargaan.
Gandang nuja (menumbuk padi), merupakan bantuan sukarela terhadap suatu
keluarga yang akan menyelenggarakan kerja yang berhubungan dengan adat,
misalnya pengadaan pangan menghadapi upacara perkawinan atau menghadapi
kenduri. Bagandang ini biasanya dilakukan di halaman rumah kala terang bulan
dan disaksikan orang banyak. Para jejaka asyik mendengarkan lawas sembari
mengerling gadis yang menjadi intaian batinnya. Bagadang yang dibarengi lawas
nuja ini, hingga kini tetap bersemi di hati penduduk pedesaan.[21] Contoh :
Ajan sumpama kulalo
Kutarepa bale sia
Beleng ke rua e nanta
4. Basaketa
5. Ngumang
6. Malangko
Malangko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang antara pria
dan wanita dengan bersoal jawab (berbalas) lawas. Orang memegang peranan
dalam malangko ini adalah orang yang benar-benar menguasai lawas. Bagi yang
kurang mampu menyatakan isi hatinya lewat lawas segera diambil alih oleh orang
lain untuk melanjutkan langko.[27]
Malangko sering kita saksikan dalam rangkaian upacara perkawinan,
kenduri, pada saat bulan purnama di desa, dan disaat muda mudi tengah bekerja di
sawah, agar tiada terasa terik matahari menyengat kulit, sehingga kelelahan fisik
jadi sirna.
This is done as an entertainment is villages, after hard-work , done by
women-villagers (makna budaya dari malangko adalah sebagai hiburan, syukuran
setelah selesai bekerja keras).[28] Contoh:
Putra: Kusamula ke bismillah
Kusasuda ke wassalam
Nan ke salamat parana
(Kumulai dengan bismillah
Ku akhiri dengan salam
Agar diri jadi selamat)
8. Basual
Basual adalah tanya jawab dengan lawas. Seorang mengajukan soal lawas
(menyebut sampiran dari sebuah lawas) dan yang mengetahui segera menjawab
soal tadi. Jelasnya, seorang mengemukakan sampiran lawas dan seorang lagi
menjawab dengan isi lawas itu.
Basual make/ask the question. This ceremony wo can find when/put the
house on, crop the rice in the rice-field or when the people die. Itis relax just to
obstacle the time. (Basual adalah menyampaikan soal. Acara ini bisa kita jumpai
saat membuat atap rumah, ketika memotong padi di sawah atau di tempat orang
meninggal. Sifatnya santai, yaitu untuk perintang waktu belaka).[32] Contoh:
Ayam buri desa utan
Parak ke desa samamung
Ana badi kuring rate
Meporiri ku ta intan
Jarang ku bau batemung
Rosa dadi rusak ate
(Ayam burik desa utan
Dekat dari desa samamung
Ada badik ku di rate
Betapa caraku duhai saying
Sangat jarangku bertemu
Hancur luluhlah hatiku)
Lalo mancing ko pamulung
Entek lako desa pungka
Ku pandang desa malili
Alo kau manjeng urung
Ku klek no balik bungkak
Mu mandang ada si lili
(Pergi mancing ke pamulung
Naik ke desa pungka
Kupandang desa malili
Pergilah engkau bekas kekasih
Kupanggil tak menoleh
Kau kawin ada pengganti)[33]
III
SIMPULAN
Tradisi lawas Samawa sampai saat ini masih hidup dalam masyarakat etnis
Samawa. Adapun cara penerusan dan penyebaran lawas melalui berbagai bentuk
pertunjukan untuk dipertontonkan. Ada pula yang memang disampaikan pada saat
orang-orang sedang bekerja di sawah, ladang, saat gotong royong membangun
rumah, mengasuh anak, saat upacara adat, dan saat karapan kerbau[34]. Ada 8
ragam penyampain lawas etnis Samawa di kalangan masyarakatnya, yaitu:
1. Balawas
adalah menembangkan lawas secara beramai-ramai atau seorang diri.
2. Basakeco
Yaitu, dilakukan oleh para lelaki (dua pria disatu pihak dan dua pria dipihak
lainnya) sambil menembangkan lawas.
3. Bagandang ada dua jenis, yaitu:
a. Gandang Suling
Pria dan wanita menembangkan lawas dengan alunan suara berirama dan merdu
berbarengan dengan suara suling mengikuti irama lawas yang ditembangkan.
b. Gandang Nuja
Sekelompok wanita menembangkan lawas beramai-ramai sembari menumbuk
padi dalam suasana gotong royong yang berazaskan kekeluargaan.
4. Basaketa
Pernyataan kegirangan dari sekelompok penduduk pedesaan kala gotong
royong atau ketika melaksanakan permainan rakyat. Tampil seorang pria yang
fasih lidahnya mengumandangkan lawas. Di sela-sela lengkingan suara merdu itu,
anggota rombongan lainnya serempak menyambut dengan suara: -ho-ham-hoham-
ho-ham dan seterusnya.
5. Ngumang
Seorang pria mengancungkan kedua tangannya sembari menembangkan
lawas (seperti seorang penari) dengan suara merdu, sehingga ia menjadi pusat
perhatian orang banyak. [35]
6. Malangko
Malangko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang antara pria dan
wanita dengan bersoal jawab (berbalas) lawas.
7. Badede ada dua jenis, yaitu:
a. Badede Adat
Babede ini khusus dilakukan dikalangan kaum bangsawan. Apabila
berlangsungnya upacara perkawinan, maka badede ini dilaksanakan. Beberapa
wanita menembangkan lawas sambil membunyikan kosok kancing (sejenis
maracas).
b. Badede Anak-anak
Badede ini dilakukan untuk meninabobok ananak-anak.
8. Basual
seorang mengemukakan sampiran lawas dan seorang lagi menjawab dengan isi
lawas itu.