Dosen Pengampu :
Ratnawati, SH., MH
Mata Kuliah :
Hukum Adat
Di Susun Oleh :
Muhammad Farhan Azzahro
Nim :
202111500047
1. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Kekerabatan Parental
Setelah kawin keduanya menjadi satu keluarga, baik keluarga
suami maupun keluarga isteri. Dengan demikian dalam susunan
keluarga parental suami dan isteri masing-masing mempunyai dua
keluarga yaitu keluarga suami dan keluarga isteri.
Dalam susunan kekerabata Parental terdapat juga kebiasaan
pemberian-pemberian oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan. Namun pemberian disini tidak mempunyai arti seperti
Jujur tetapi lebih mempunyai arti hadiah perkawinan.
Suku yang menganut sistem kekerabatan Parental adalah suku
Dayak Kanayat.
4. Perceraian
5. Larangan Perkawinan
RESUME
HUKUM PERKAWINAN ADAT
Perceraian
Perceraian menurut hukum adat merupakan peristiwa yang luar biasa
dan merupakan sebuah problema sosial dan yuridis yang penting dalam
kebanyakan daerah.
Pada dasarnya setiap keluarga, kerabat, serta masyarakat adanya pun
menghendaki perkawinan itu dapat dipertahankan selama hidupnya, namun
apabila perceraian itu adalah untuk kepentingan keseluruhan maka dapat
dijalankan.
Adapun sebab-sebab dibenarkannya perceraian menurut hukum
adat, adalah :
a. Istri berzinah
b. Kemandulan istri
c. Impotensi Suami
d. Suami meninggalkan istri sangat lama ataupun istri berkelakuan tidak
sopan
e. Adanya keinginan dari kedua belah pihak untuk bercerai
Larangan Perkawinan
Larangan perkawinan dalam hukum adata adalah segala sesuatu yang
dapat menyebabkan perkawinan itu tidak dapat dilaksanakan karena tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum adat atau
larangan agama yang telah masuk menjadi ketentuan hukum adat.
Beberapa larangan itu adalah :
a. Karena hubungan kekerabatan
b. Karena perbedaan kedudukan
c. Karena perbedaan agama
KECERDASAN EMOSIONAL
A. Kecerdasan Emosional
A.1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional pertama kali dipublikasikan pada tahun 1995 oleh
seorang dosen psikologi, Daniel Goleman. Pada awal kemunculannya, banyak
kalangan yang tertarik dan kemudian terpengaruh dengan berbagai pandangan
dalam teori tersebut. Di dalam sejumlah ulasan tentang kecerdasan emosional,
dikemukakan kecerdasan emosional jauh lebih penting daripada kecerdasan dan
kemampuan intelektual seseorang dalam mempengaruhi kesuksesan hidupnya.
Salah satu hal yang mendasari pandangan ini adalah gejolak perasaan sangat
mempengaruhi proses berpikir. Misalnya, saat individu sedang marah,
konsentrasinya mulai terganggu dan kemudian mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Kecerdasan emosional jika secara tradisional diartikan sebagai kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka
yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah). Kecerdasan emosi atau
Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur
dan mengendalikannya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir
(Goleman, 2004: 45).
B. Pengalaman Kerja
Oleh karena didukung oleh pengalaman kerja dimilikinya maka seorang pegawai
yang berpengalaman dapat menduga akan adanya kesulitan dan siap
menghadapinya.
Bekerja dengan tenang Seorang pegawai yang berpengalaman akan
memiliki rasa percaya diri yang cukup besar.
D. Hipotesis
Shipley, Jackson dan Segrest (2010: 4), dalam buku Working with Emotional
Intelligence, Daniel Goleman menulis tingkat kecerdasan emosional itu tidak
terjadi.
secara genetik dan tidak berkembang hanya pada anak usia dini. Tidak seperti
kecerdasan intelektual, yang berubah seiring dengan pertumbuhan, misalnya
setelah masa remaja, kecerdasan emosional justru sebagian besar dipelajari dan
terusmenerus berkembang seiring dengan menjalani dan belajar dari
pengalaman. Penelitian telah mempelajari tingkat kecerdasan emosional orang-
orang dari tahun ke tahun semakin baik kemampuannya saat bertumbuh, lebih
mahir dalam menangani emosi, memotivasi diri sendiri, mengasah empati dan
kemampuan sosial.
RESUME
KECERDASAN EMOSIONAL EQ
Kecerdasan emosional pertama kali dipublikasikan pada tahun 1995 oleh
seorang dosen psikologi, Daniel Goleman. Pada awal kemunculannya, banyak
kalangan yang tertarik dan kemudian terpengaruh dengan berbagai pandangan
dalam teori tersebut. Di dalam sejumlah ulasan tentang kecerdasan emosional,
dikemukakan kecerdasan emosional jauh lebih penting daripada kecerdasan dan
kemampuan intelektual seseorang dalam mempengaruhi kesuksesan hidupnya.
Salah satu hal yang mendasari pandangan ini adalah gejolak perasaan sangat
mempengaruhi proses berpikir. Misalnya, saat individu sedang marah,
konsentrasinya mulai terganggu dan kemudian mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Dalam hal penerimaan karyawan, pihak perusahaan harus benar-benar jeli
dalam melaksanakan seleksi kepada para karyawan yang akan diterima dan
dipekerjakan di perusahaannya. Sudarsono pada tahun 2001 dalam Mulyawati
(2008: 4) menyatakan dalam organisasi perusahaan, manusia merupakan faktor
penentu keberhasilan organisasi. Perusahaan yang ingin menjadi sukses,
membutuhkan syaratsyarat tertentu yang harus dimiliki oleh para karyawannya.
Pengukuran pengalaman kerja digunakan sebagai sarana untuk
menganalisis dan mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas
pekerjaan. Beberapa hal yang digunakan untuk mengukur
pengalaman kerja seseorang menurut Asri pada tahun 1986 dalam
Ismanto.
Selain itu ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi pengalaman
kerja karyawan. Beberapa faktor lain mungkin yang berpengaruh
dalam kondisi-kondisi tertentu menurut Handoko pada tahun 1984
dalam Mulyawati.