Anda di halaman 1dari 9

Hukum Adat

Perkawinan
Disusun Oleh:
ZAHRA NURFADHILLAH (04020200348)
EKA HIKMAH BAHARUDDIN (04020200349)
ANDI FARDHIA TRINANDA (04020200351)
AVIFAH ANNISA MARSYA RESPATI (04020200353)
NATASYA SALSABILA KHAIRUN (04020200354)
LIDIAWATI (04020200355)
DIAN ALFITRAYANI.M (04020200357)
SITTI HUSNUL KHATIMAH ICHWANSYAH (04020200358)

KELAS B6
PENGERTIAN
PERKAWINAN
ADAT
Definisi Perkawinan Menurut Hukum Adat
Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat,
sebab perkawinan bukan hanya menyangkut
kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua
belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan
keluarga mereka masing-masing. Dalam hukum
1

adat perkawinan itu bukan hanya merupakan


peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup
saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa
yang sangat berarti serta yang sepenuhnya
mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah
para leluhur kedua belah pihak.

1 Setiady, Tolib. 2018. Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung:

Alfabeta, cv. Halaman 206


MENURUT PARA AHLI
● Prof. Dr. BAREND TER HAAR, B.Zn. (1991:159)
“Perkawinan adalah suatu usaha atau peristiwa hukum yang menyebabkan terus berlangsungnya
golongan dengan tertibnya dan merupakan suatu syarat yang menyebabkan terlahirnya angkatan baru
yang meneruskan golongan itu tersebut”.2
● DJAREN SARAGIH, S.H. (1992:1)
“Hukum Perkawinan Adat adalah keseluruhan kaidah hukum yang menentukan prosedur yang
harus ditempuh oleh dua orang yang bertalian kelamin dalam menciptakan kehidupan bersama dalam
suatu rumah tangga dengan tujuan untuk meneruskan keturunan”. 3
● Prof. HILMAN HADIKUSUMA, S.H. (1992:182)
“Hukum Adat perkawinan adalah aturan – aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk –
bentuk perkawinan, cara – cara pelamaran. Upacara perkawinan dan putusnya perkawinan di Indonesia”. 4

2 Setiady, Tolib. 2018. Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung: Alfabeta, cv. Halaman 206-207

3 Setiady, Tolib. 2018. Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung: Alfabeta, cv. Halaman 207

4 Setiady, Tolib. 2018. Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung: Alfabeta, cv. Halaman 207
Prof. Dr. HAZAIRIN, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul “REDJANG“
menguraikan peristiwa pernikahan sebagai tiga
rangkaian tindakan magis yang bertujuan untuk A VAN GENNEP
memastikan:
1. Ketenangan (koelte); Beliau menyebut semua upacara pernikahan sebagai "Rites De
2. Kebahagiaan (welvaart); Passage" (upacara transisi) yang melambangkan transisi status
3. Kesuburan (vruchtbaar heid). 5 masing-masing pengantin yang pernah hidup sendiri dipisahkan
setelah melampaui upacar yang diperlukan untuk hidup bersama
sebagai suami istri, adalah somah itu sendiri, keluarga baru yang
berdiri dan mereka membangun diri. Rites De Passage terdiri dari 3
level:
1. Rites De Separation adalah upacara perpisahan dari statusnya
saat ini;
2. Rites De Marga adalah ritual baru perjalanan;
3. Rites D'agreegation adalah upacara penerimaan dalam status
baru.6

5 http://www.lutfichakim.com/2012/01/perhttp://repository.umy.ac.id/bitstream/kawinan-menurut-hukum-adat-dan.html

6 https://serlania.blogspot.com/2012/01/hukum-perkawinan-adat.html
BENTUK DAN
#2

SISTEM
PERKAWINAN
ADAT
BENTUK PERKAWINAN ADAT
• Bentuk perkawinan menurut susunan kekerabatan
Secara garis besar terdapat 3 macam susunan kekeluargaan golongan masyarakat adat yaitu PATRILINEAL (menurut
garis keturunan Bapak), MATRILINEAL (menurut garis keturunan Ibu), serta PARENTAL (menurut garis keturunan Ibu-
Bapak).7
• Bentuk perkawinan anak-anak
Perkawinan ini baru dilaksanakan apabila anak telah mencapai umur yang pantas yaitu 15 atau 16 tahun bagi
perempuan dan 18 atau 19 tahun bagi laki-laki. Apabila terjadi perkawinan dimana kedua mempelai kurang dari umur yang
ditentukan maka setelah menikah, hidup bersama akan ditangguhkan sampai keduanya mencapai usia yang telah ditentukan
sebelumnya.8
• Bentuk perkawinan permaduan
Permaduan adalah ikatan perkawinan antara seorang pria dengan dua atau lebih wanita dalam waktu bersamaan. 9
• Bentuk perkawinan tanpa lamaran (kawin lari)
• Bentuk perkawinan campuran
Menurut Prof. H. Hilman Kusuma, S.H. (1995:96) bahwa perkawinan campuran
adalah perkawinan yang terjadi antara pria dan wanita yang berbeda keanggotaan masyarakat
hukum adatnya atau dapat dikatakan bahwa kedua belah pihak memiliki hukum
adat masing – masing.10

7 Soerjono, Soekanto. 1992. Intisari Hukum Keluarga. Bandung: Citra Aditya Bakti, Hlm.132.

8 Poasponto, K. Ng. Soebakti. 2017. Asas – Asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka (Persero), Hlm. 178.

9 https://www.kajianpustaka.com/2013/11/sistem-dan-bentuk-perkawinan-adat.html?m=1

10 Setiady, Tolib. 2018. Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung: Alfabeta, cv. Hlm. 234
SISTEM PERKAWINAN ADAT
1. Sistem Endogamie
2. Sistem Eksogamie
Dalam sistem ini orang hanya diperbolehkan Dalam sistem ini, orang diharuskan
kawin dengan seseorang dari suku keluarganya menikah dengan suku lain. Menikah
sendiri. Sistem perkawinan ini jarang terjadi di dengan suku sendiri merupakan
Indonesia.11 larangan.12

3. Sistem Eleutherogemie

Sistem ini berbeda dari 2 sistem lainnya dimana


larangan – larangan yang terdapat dalam sistem ini
adalah larangan yang bertalian dengan ikatan
kekeluargaan.13

11 Hajati, Sri dkk. 2018. Buku Ajar Hukum adat. Jakarta Timur: Kencana. hlm 236

12 Hajati, Sri dkk. 2018. Buku Ajar Hukum adat. Jakarta Timur: Kencana. hlm 236 - 237
THANKS
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai