I
PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Kata hukum Islam dan Islam merupakan kata majernuk yang
terdiri dari kata-kata Hukum dan Islam“ Depenisi tentang
hukum banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandangan
dari masing-masing Sarjana hukum tsb mereka mberikan
depenisi tentang hukum dikemukakan secara umumum yaitu
bahwa hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat
memakasa yang menentukan tingka laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib. Pelanggaran mana terhadap peraturan-
peraturan tersebut berakibat diambilnya tindakan-tindakan
hukum tertentu.
Pengetian Islam
sebagaimana yang diatur didalam
Al-Qur’an Surah Al Baqarah (2) ayat
112, Surah Al Imran ayat 20, Surah Al
Maidah ayat 16, dan dalam Hadis
sahih.
Islam dapat membuktikan kedamaian ,
ketenangan batin, kemampuan rohani dan
mental sehingga harus memenuhi tiga aspek
antara lain:
1. Aspek hubungan secara pertikal yaitu
hubungan antara manusia dengan Allah
2. Aspek hubungan secara horizontal yaitu
hubungan antara sesama manusia ( manusia
dengan manusia), manusia dengan alam
lingkungannya yang menghendaki saling
menyelamatkan.
3. Aspek hubungan dengan diri dalam diri
sendiri.
II HUKUM ISLAM DALAM KURIKULUM
FAKULTAS HUKUM
Hukum islam sebagai salah satu sistem
hukum yang juga berlaku di Indonesia
disamping sistem hukum lainnya yaitu sistem
Hukum Adat dan sistem hukum Barat dimana
hukum Islam juga mampunyai kedudukan
tersendiri dalam Kurikulum Fakultas Hukum
di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
sejarah perkembangan mata kuliah ini, baik
sebelum Indonesia merdeka maupun sesudah
Indonesia merdeka.
Akan tetapi dengan nama tersebut untuk Hukum Islam
dipandang tidak tepat karena Hukum Islam berbeda dengan
Hukum lain yakni hukum Islam adalah bersumber dari
Agama Islam Allah Swt ( AL Qur`an dan sunnah Rasullulah)
demikian pula Agama Islam berbeda dengan Agama lain
olekarena Agama Islam bukanlah agama yang didasarkan
pelbagai penyebarannya tetapi Agama Islam itu semata mata
berasal dari Allah dan Rasul nya Muhammad Sesuai utusan
Allah untuk menyampaikan ajaran dan pokok-pokok hukum
yang berasal dari Allah Swt oleh karena itu perkembangan
selanjtnya istilahhukum islam diistilakan Muhammadan
Rechts kemudian dirubah namanya lagi menjadai Islamologi
tetapi nama ini pun kurang tepat karena terlalu luas
jangkauannya yakni meliputi seluruh Ilmu Ilmu Islam .
Sesudah Indonesia merdeka
Kurikulum Rechst huges school tersebut
diatas diambil operali oleh Pemerintah
Indonesia dan diajarkan pada Fakultas
Hukum dan Pengetahuan masyarakat
pada Univrsitas Indonesia yang didirikan
oleh Permerintah Indonesia (RIS) th 1950
demikian pula pada Fakultas hukum
lainnya yang di dirikan oleh Pemerintah
maupun Swasta termasuk Fakultas
hukumUnhas yang didirikan oleh
pemerintah disulawesi selatan/Makassar
Dalamrangkausaha mengembangkan
Kurikulum Fakultas Hukum diseluruh
Indonesia maka pada tahun 1972
keluarlah Kepmen Diknas No,
0189/U/1972 tentang pedoman Kurikulum
Fakultas Hukum Negri maupun Suasta
sesuai pada.Pasal 5 dan 6 dari Kepmen
tersebut menyebutkan mata kuliah
Islamologi dan Asas-Asas Hukum Islam
untuk Program Sarjana muda sedangkan
Hukum Islam untuk Program Sarjana .
Sementara Kurikulum ini berjalan timbul
kebijaksanaan baru dari Pemerintah di bidang
Pendidikan yang mengarah kepada sistem
kredit semester (sks) dengan sistim ini sudah
barang tetu memerlukan pula penyesuain dalam
kurikulum . untuk maksud tersebut maka pada
tahun 1982 keluarlah Kepmen Diknas No.
0212/D/U/1982 tentang penyusunan kurikulum
Pendidikan tinggi yang penjabarannya
ditetapkan dengan surat Keputusan Dirjen
Dikti No,30/DJ/KEP/1983 tentang kurikulum
inti Program pendidikan Sarjana bidang Ilmu
Hukum
Pasal 3 dan 4 menyebut Hukum Islam I
dan hukum Islam II akan tetapi walaupun
namanya telah dirubah namun
hubungan antara keduanya tetap seperti
semula yakni matakuliah hukum Islam I
merupaka mata kuliah dasar bagi
matukuliah Hukum Islam II sehingga
baru bisa mengikuti makuliah Hukum
Islam II apabila telah selesai mengikuti
kuliah dan ujian mata kuliah hukum
Islam I.
Setelah Kurikulum tersebut diatas berlaku
untuk beberapa tahun lamanya timbul kembali
kebijaksanaan baru dari Pedmerintah untuk
lebih mernyempurnakan kurikulum Fakultas
Hukum yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembqangan terakhir hukum yang
seharusnya berlaku di Indonesia. Untuk
maksud tersebut keluarlah Kepmen Diknas
No. 17/D/KEP/1993 tentang kurikulum yang
berlaku secara Nasional terhadap pendidikan
Perguruan tinggi pada progm sarjana bidang
Ilmu hukum pada Fakultas hukum ketentuan
ini ditetapkan pada Pasal 7, menyebut Hukum
Islam yang berlaku secra nasional,
sedangkan hukum Islam lainnya
yang dulunya disebut Hukum Islam II
dapat dukembangkan lebih lanjut
dalam kurikulum muatan Lokal yang
akan ditentukan masing-masing oleh
Perguruan tinggi. Contohnya seperti
padaFakultasHukum. Unhas
danberlakujuga padaFakultas
HukumUMI dalam kurikulum
barunya yangberlakusekarangini
menetapkan7, Matakuliah yaitu :
* Hukum Perkawinan Islam
* Hukum kewewarisan Islam
* Hukum Perwawakafan
* Peradilan Agama
*Hukum Acara tentang masaalah,
Ribah,Bank dan masalah Asuransi
* Hukum Perbankan
* Hukum Ekonomi syariah
masing-masing 2 bobot ,Sks
Sehubungan dengan itu apa yang
menjadi materi pokok matakuliah
hukum islam yang berlaku secara
nasional dan matakliah muatan lokal
hendaknya di sesuaikan dengan
materi sebgaimana yang
diprogramkan oleh konssursium Ilmu
hukum dan perkembangan terakhir
hukum islam di Indonesaia yang
dalam kenyatan anya sudah menjadi
bagian dari hukum positip di
Indonesia.
Setelah membahahas keberadaan
hukum Islam dalam kurikulum
Fakultas hukum .
Timbul pertanyaan mengapa mata
kulih hukum Islam termasuk pula
salah satu matakuliah yang wajib
dipelajari pada Fakultas
hukumNegrimaupunPerguruantinggi
Suasta diseluruh Indonesia ?.
Untuk menjawab pertanyaan ini ada
dua pendapat yang perlu di kemukakan
disini yakni pendapat dari dua pakar
hukum Islam yaitu :
1.Mura P, Hutagalung yang
dikemukakan dalam bukunya yang
berjudul Hukum Islam dalam Era
pembangunan (1985 : 141 ) menyebut
ada 3 alasan yang menyebabkan Hukum
Islam dimasukkan kedalam Kurikulum
Fakultas hukum .
2. Alasan dari Prof, Dr, Muhammad Daud
Ali sebagai mana yany teleh di tetapkan
dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas
Hukum lam (1990 : 7,10) sehingga alasan
tersebut menjadi lima yaitu:
1 karena alasan Sosiologis, yaitu masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang mayoritas
beragama Islam sehingga mahaasiwa fakultas
hukum perlu di berikan bekal tentang
pengetahunan tentang Ilmu Hukum Islam
karena munkin kelak ada yang ingin menjadi
praktisi hukum seperti Jaksa, Hakim, Polisi ,
Atvokat ataupun penegak hukum lainnya
dalam rangka pelaksanaan tugasnya sebagai
penegak hukum karena hukum Islam adalah
suatu hukum yang hidup dan berkembang
dalam masyakat muslim diIndonesia.
2. Karena alasan Historis yaitu ternyata
bahwa hukum islam telah menjadi
cabang dari ilmu hukum yang sudah
diajarkan sejak zaman penjajahan Hindia
Belanda dahulu. dimana pada
mahasiswa RechtsHugeschool (RHS)
baik yang mengikuti kuliah di Bastavia
jakarta sekarang maupun di Leuden atau
Unversitas lainnya di Negri Belanda
telah memperoleh mata kuliah Islamologi
( Hukum Islam)dari Guru besar .
3. Karena alasan Yuridis yaitu bahwa hukum
Islam sudah lama dipraktekkan oleh
masyarakat Islam Indonesia terutama di
daerah daerah yang penduduknya sangat ber
pegang teguh pada ajaran Agama Islam
seperti:masyarakat Aceh, Minangkabau,
Banten, Banjar, Makasssar, dan daerah
lainnya di Indonesia . pada dasarnya hukum
Islam yang berlaku di Indonesia dalam hal ini
adalah termasuk hukum keluarga yang
meliputi: Hukum Perkawinan, hukum
Perceraian, hukum kewarisan dan di sana sini
berlaku juga ketentuan-ketntuan mengenai
Zakat dan Wakaf.
Jawaban yang dikemukakan oleh
Prof Dr. Muhammad Daud Ali
didalam Bukunya yang berjudul
Azas-Azas Hukum Islam (1990 :
7,10) beliau mengemukakan dua
alasan yaitu:
1. Karena Alasan Konsti tusional yaitu bahwa
hukum Islam secara jelas sudah diatur
dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa Negara berdasasr atas
Ketuhanan yang Maha Esa apa yang
dimaksud dengan Ketuhanan yang Maha
Esa itu? Prof Dr. Hazairin Dalam Bukunya
yang berjudul Demokrasi Panca sila
(1981 :18) mengemukakan bahwa Norma
dasar sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 29 Ayat (1) UUD 1945 yaitu
dapat ditafsirkan dalam 3 hal antara lain:
A. Dalam Negara Republik
Indonesia, tidak boleh terjadi
atau berlaku sesuatu yang
bertentangan dengan kaidah–
kaidah Islam bagi Umat Islam
atau yang bertentangan
dengan kaidah-kaidah agama
lain bgi Umat-Umat lain atau
bagi Agama yang diakui di
Indonesia.
B. Negara Republik Indonesia weajib
melaksanakan atau menjalankan
Syariat –Syariat Islam bagi pemeluk
Agama Islam atau pemeluk Agana
Keristen bagi orang Keristen wajib
malaksanakan Syariat Nasrani bagi
pemeluk Agasma Nasrani dan wajib
melaksanakan Syariat Hindu dan
Budha bagi pemeluk Agama Hindu
Budha Konputsu,Tao Dan Agama lain
bagi pemeluknya yang telah diakui
oleh Negara Indonesia.
C. Syariat-Syariat yang wajib
dilaksanakan itu tidak boleh
menggunakan bantuan atas
kekuasaan Negara untuk
melaksanakan Syariat –Syariat
tersebut bagi pemeluk-pemeluk
Agama akan tetapi hanya dapat
dijalankan sendiri-sendiri oleh setiap
pemeluk Agama tersebut dan menjadi
kewajiban bagi pemeluk agama itu
sendiri untuk di jalankan menurut
Agamanya masing-masing.
2 . Karena Alasan Ilmiah Yaitu Hukum Islam
sebagai salah satu bidang ilmu yang berdiri
sendiri disamping ilmu lainnya sudah lama
dipelajari secara Ilmiah bukan saja oleh
orang-orang Islam itu sendiri tetaspi oleh
orang-orang non Muslim ini kita dapat lihat
didunia Barat non muslim di maksudkan
adalah khususnya yang tergolong kaum Orian
talis mereka itu mempelajari ilmu Islam dan
hukum Islam dengan tujuan-tujuan tertentu
yang disesuaikan dengan politik hukum yang
dianut oleh Negara itu, antara lain:
A. Untuk mempertahankan
kesatuan wilayah negara
mereka dari pengaru
kekuasaanIslam . Contohnya
Turki pada abad ke 16
sampaiNegaraIslam
mempunyaiwilayah
kekuasaanya yang cukup
luas sampai ke Eropa Timur.
b. Untuk tujuan politik guna mempertahankan
dan menujukkan penjajahan Barat di benua
Afrika Timur tengah, Asia dan lainya yang
mana penduduknya sebagian mayoritas
beragama Islam, termasuk Indonesia oleh
karena itu contoh kongkrik yang di
kemukakan disini adalah C. Snouk
Hougronye yang tekenal dengan Tori
Receptio Incomplexsu dan politik Islamnya
yang memuat garis garis besar
kebijaksasnaan Pemerintah Kolonial
Belanda dahulu dalam menghadapi dan
mengendalikan Islam di Indonesia.
DASAR HUKUM ISLAM DAN PERBEDAAN ALIRAN
DALAM ISLAM
Sesungguhnya dasar hukum Islam bersumber dari Al
Qur'an dan Hadits. Al Qur'an merupakan kumpulan firman
Allah yang berisi petunjuk bagi orang yang bertakwa,
sedang Hadits merupakan penjelasan dari Nabi
Muhammad SAW. Jika ada masalah yang tak ada
solusinya dalam Al Qur'an dan Hadits, barulah para ulama
Mujtahid bisa melakukan ijtihad untuk mencapai Ijma'
Ulama (Kesepakatan ulama) yang tentunya tak boleh
bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits. Hal ini sama
dengan peraturan camat tak boleh bertentangan dengan
peraturan Walikota, peraturan pemerintah, dan UUD:.
"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa," [Al Baqoroh:2]
Sebagai Muslim, kita dilarang kafir (mengingkari)
perintah Allah dalam Al Qur'an:
"Dan berimanlah kamu kepada apa yang
telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang
membenarkan apa yang ada padamu
(Taurat), dan janganlah kamu menjadi
orang yang pertama kafir kepadanya, dan
janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku
dengan harga yang rendah, dan hanya
kepada Akulah kamu harus bertakwa" [Al
Baqoroh:41]
Kafir terhadap Al Qur'an bukan cuma
berarti dia terang-terangan menyatakan
kafir terhadap isi Al Qur'an, tapi juga dia
Berusaha menafsirkan isi Al Qur'an
sehingga berbeda dengan maknanya.
Padahal Allah menegaskan bahwa
dalam Al Qur'an itu ada ayat yang
jelas yang wajib kita amalkan,
sedang ayat yang tak jelas hanya
Allah saja yang mengetahuinya.
"Dia-lah yang menurunkan Al
Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di
antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat itulah pokok-
pokok isi Al Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat yang
mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah
dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan
tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal." [Ali Imron:7]
Hanya orang yang sesat yang
berusaha menafsirkan ayat yang tak
jelas (mutasyabihat) dengan maksud
menimbulkan perpecahan. Adapun
ayat yang Muhkamaat (jelas), orang
kebanyakan bisa langsung memahami
maknanya. Bukankah zaman dulu
meski belum ada IAIN, Al Azhar atau
para doktor, toh penduduk Arab yang
rata-rata Cuma penggembala bisa
memahami makna Al Qur'an yang
Muhkamaat dan melaksanakannya?
Coba lihat 2 ayat di bawah ini,
jelas bukan maknanya?
"Laki-laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri,
potongtangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." [Al Maa-idah:38]
"Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu Berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa," [Al Baqoroh:183]
Jika kita mempelajari Al Qur'an dan
Hadits, niscaya kita bisa mendapatkan
penjelasan yang lebih detail
bagaimana pelaksanaannya, misalnya
jumlah minimal curian sehingga
seorang pencuri bisa dipotong
tangannya.
"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah
dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan." [An Nuur:52]
Ada baiknya dalam menafsirkan atau
menjelaskan Al Qur'an itu dengan
memakai ayat Al Qur'an sendiri. Jika tak
ada, baru dengan hadits. Setelah itu baru
dengan pikiran sendiri. Bukan sebaliknya
kita malah memakai pikiran sendiri dan
meninggalkan Al Qur'an dan Hadits.
Dengan memakai pikiran semata yang
bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits cuma
akan menimbulkan perpecahan, karena setiap
orang itu berbeda-beda pendapatnya.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk." [Ali Imron:103]
Seorang ulama sekalipun tak boleh
mengharamkan apa yang
dihalalkan Allah atau menghalalkan
apa yang diharamkan Allah atau
menafsirkan Al Qur'an dengan
hawa nafsunya sendiri. Ummat
Yahudi yang bertaqlid buta pada
ulamanya meski ulamanya
melanggar perintah Allah, disebut
oleh Allah sebagai
mempertuhankan para ulama.
"Mereka menjadikan orang-orang
alimnya, dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan)
Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci
Allah dari apa yang mereka
persekutukan." [At Taubah:31]
Jadi jika ummat Islam konsisten
berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits
serta tidak mentafsirkan ayat-ayat yang
Mutasyabihat (tak jelas), niscaya tidak
akan timbul perpecahan. Akan lebih baik
bagi kita untuk mempelajari dan
mengamalkan ayat-ayat yang
Muhkamaat (jelas) serta Hadits
ketimbang melakukan penafsiran seenak
sendiri sehingga hasilnya hukum Islam
versi mereka tak lebih seperi hukum
sekuler yang dipakai di negara-negara
Barat.
III PENGERTIAN SYASRI’AH & FIQHI (HUKUM
ISLAM)
1.SYARI’AH/
Dilihat dari segi Etimologisnya
syariat berarti “jalan tempat keluarnya
air untuk di minum” yang kemudian di
dalam perkembangannya diartikan
sebagai jalan yang lurus yang harus di
tempu untuk memperoleh kebahagian di
dunia dan akhirat kelak (Daud Ali1 993 :
2-7 ).
Dilihat dari segi Terminologis nya terdapat
pandangan dari beberapa pandangan dari
para Fuqahah (ahli hukum Islam) antara lain
yang menarik perhatian untuk dikemukakan
disini ialah T.M. Hasbi Assiddiqi dalam
bukunya Falsasfah Hukum Islam (1975: 9)
menge\mukakan bahwa Syari’ah adalah
hukum yang Allah tetapkan untuk para hamba
–hambanya dengan perantaraan Rasul nya
agar dapat diamalkan dengan penuh
keimanan baik hukum itu berpautan dengan
Amaliah atau berpautan dengan Aqidah dan
Ahlakiah
Sedangkan menurut Muhammad Syal tut
dalam bukunya berjudul Al Islam Al; aqidah
Wal Syari’ah (1966 : 12) menulis bahwa:
Syari’ah itu adalah ketentuan ketentuan yang
di tetapkan oleh LLAH atau hasil pemahaman
atas dasar ketentuan-ketentuan tersebut
untuk di jadikan pedoman umat manusia baik
dalam hubungannya dengan Tuhan dan
maupun hubungannya dengan sesama
Manusia dan antara umat Islam dengan Umat
lainnya non Islam maupun hubungan nya
dengan Alam dalam rangka menata kehidupan
ini.
Dari kedua pandangan tersebut
diatas apabila kita teliti lebih lanjut
jelas bahwa Syasri’at itu mempunyai
ruang lingkup yang cukup luas
karena bukan saja memuat
ketetapan-ketetapan Allah dan
kertentuan Rasulnya tetapi juga
meliputi seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia dalam usaha
mencapai kebahagian di dunia dan
dfi Akhirat kelak.
Berdasarkan Uraian diatas maka Syari ‘ah ‘
itu dapat dibagi atas tiga bagian pokok al:
1. Syari ‘at yang bertalian dengan Aqidah n
berarti Syasri ‘at ini termasuk dalam
Ilmu Kalam atau ilmu Tauhid.
2. Syari‘at yang bertalian dengan
Pendidikan dan perbaikan moral berarti
Syari‘at termasuk dalam bagian Ilmu
Ahlak