H UKUM ISLAM
Disusun Oleh:
Indra Yuliawan, SH.,MH.
]
Indra Yuliawan S.H.,M.H
Budiati, S.Pd.,M.Pd NIDN: 0614077603
NIDN.0607038201
PENDAHULUAN
Ada 3 sistem yang berlaku antara lain, hukum barat (eropa),
hukum adat dan hukum Islam. Ketiga sistem hukum itu mulai berlaku di
Indonesia pada waktu yang berlainan. Hukum adat telah lama ada dan
berlaku di Indonesia, walaupun sebagai sistem hukum baru dikenal pada
permulaan abad ke-20. Hukum Barat mulai diperkenalkan di Indonesia
oleh Pemerintah VOC setelah menerima kekuasaan untuk berdagang dan
menguasai kepulauan Indonesia dari pemerintah Belanda pada tahun
1602. Mula-mula hukum barat hanya diberlakukan terhadap orang-orang
Belanda dan Eropa saja, tetapi kemudian dengan berbagai peraturan dan
upaya, dinyatakan berlaku bagi orang Asing dan dianggap berlaku juga
bagi orang Indonesia yang menundukkan dirinya pada hukum barat
dengan sukarela atau karena melakukan suatu perbuatan hukum tertentu
di lapangan keuangan, perdagangan, dan ekonomi pada umumnya.
Ketiga sistem hukum itu diakui oleh peraturan perundang-undangan,
tumbuh dalam masyara’at, dikembangkan oleh ilmu pengetahuan dan
praktik peradilan.
Hukum Islam merupakan salah satu sistem hukum yang berlaku di
dunia sekarang. Indonesia juga memberlakukan sistem hukum islam,
selain sistem hukum yang lain. Untuk itulah hukum Islam harus diajarkan
sebagai mata kuliah tersendiri dan sejajar dengan mata kuliah lain pada
Program Studi Hukum di seluruh Indonesia, dengan alasan:
a. Alasan Sejarah
b. Alasan Praktis
c. Alasan Positif
d. Alasan Kriteria Hukum
a. ALASAN SEJARAH
Pada awalnya fakultas hukum di Indonesia didirikan oleh Belanda.
Saat itu materi hukum Islam sudah diajarkan, orang Belanda
menyebutnya dengan sebutan Muhammedanseh Recht. Selain
itu, tradisi penyebaran Hukum Islam pada masa Belanda tetap
diteruskan sampai setelah Indonesia Merdeka;
b. ALASAN PRAKTIS
Alasan Praktis menunjukkan bahwa penduduk Indonesia
mayoritas adalah pemeluk dan penganut agama Islam, oleh
karena itu alasan ini biasanya disebut juga Alasan Penduduk.
Prof. Dr. HM. Rasyidi dalam Pidato pengukuhan sebagai Guru
Besar Hukum dan Lembaga Islam di Universitas Indonesia
terletak pada fakta bahwa Indonesia adalah Negara Islam yang
terbesar di dunia dengan penduduknya yang beragama Islam
hampir 100 juta bertebaran di seluruh kepulauan Nusantara ini.
Jadi, seluruh kepulauan bahkan jumlah penduduk Indonesia
paling banyak adalah menganut agama Islam. Karena alasan
tersebut maka, pemimpin Indonesia selalu dibekali Hukum Islam;
c. ALASAN POSITIF
Dasar berlakunya Hukum Islam di Indonesia setelah proklamasi
17 Agustus 1945 adalah UUD 1945 Pasal 29 ayat (1) yakni
“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mnurut
Prof Hazairin, SH., merupakan sebuah garis hukum yang
mengandung kewajiban bagi Negara untuk menjalankan hukum
Agama dan hukuman agama yang bersumber dari wahyu Ilahi,
yaitu pernyataan-pernyataan rasul-rasul atas nama Allah sebagai
duta Allah kepada manusia pada umumnya dan kepada
penguasa-penguasa pada khususnya. Untuk dapat menjalankan
sebuah garis hukum dalam suatu Pasal Undang-Undang yang
didasarkan atas Pasal UUD yang bersangkutan.
Adad beberapa bidang tertentu dari Hukum Islam berlaku di
Indonesia sebagai hukum positif, artinya diatur dan dicantumkan
dalam tata hukum Indonesia serta berlaku dalam masyarakat
seperti:
1 Hukum Perkawinan
B. HUKUM ISLAM
Kata hukum jika disandarkan kepada kata Islam, maka menjadi
hukum Islam. dengan demikian dapat dipahami bahwa hukum Islam
adalah peraturan atau ketetapan dari Allah SWT melalui Rasul-Nya, baik
berbentuk tuntutan, larangan maupun petunjuk guna untuk tercapainya
suasana kedamaian, ketenangan, dan terhindar dari kemafsadatan
lainnya.
Hukum Islam sangat luas pengertiannya berdasarkan dalil-dalil
yang ada di dalam Al-Qur’an hukum Islam mengatur tentang apa-apa
yang ada di dalam masyara’at dan apa-apa yang ada di di luar
masyara’at. dalam ajaran Islam hal ini dikenal natural law (hukum alam)
disebut dengan sunnatullah yaitu ketentuan atau hukum-hukum Allah
yang berlaku untuk alam semesta. Sunnatullah yang mengatur alam
semesta itulah yang menyebabkan ketertiban hubungan antara benda-
benda yang ada di alam raya ini. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang
menunjukkan ada dan berlakunya sunnatullah atas alam semesta
termasuk manusia di dalamnya.
Amir Syarifuddin memberi pengertian hukum Islam adalah
seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani
kewajiban) yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang
beragama Islam. Ulama Ushul berpendapat bahwa hukum islam
merupakan tata cara hidup mengenai doktrin syariat dengan perbuatan
yang diperintahkan maupun yang dilarang. Pendapat tersebut jauh
D. RUKUN IMAN
Iman yang berarti kepercayaan Islam merupakan pokok Agama
Islam. Dalam buku-buku orientalist di antaranya menyebutkan sebagai
E. RUKUN ISLAM
Rukun iman tersebut di atas haruslah diamalkan, sebab apabila
tidak diamalkan, maka Iman hanyalah kehampaan belaka. Untuk
mengamalkan Rukun Iman tersebut Allah telah menetapkan kewajiban-
kewajiban bagi manusia yang disebut “RUKUN ISLAM”, yaitu:
a. Mengucapkan dua Kalimah Syahadad;
b. Sholat;
c. Puasa;
d. Zakat;
e. Haji.
a. Mengucapkan Dua Kalimah Syahadad
Mengucapkan dua kalimah Syahadad berarti mengakui bahwa tiada
Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah
Rasulullah. Firman Allah dalam Surat Al-A’raaf ayat 158 yang artinya:
“Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya Aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan Langit dan
Bumi; tidak ada Tuhan selain Allah, Yang menghidupkan dan yang
mematikan ”
B. Fiqh
Istilah yang terkait dengan syari’ah adalah fiqh. Fiqh menurut
bahasa (etimologi) berarti paham atau pengertian mendalam yang
memerlukan pengerahan potensi akal. Sementara pengertian fiqh dalam
Al-Qur’an berarti paham, memahami, mengerti, atau understanding,
diantaranya dalam surat an-Nisa ayat 78:
munafik) hampir- ...فمال هؤالءالقوم اليكادون يفقهون حديثا
Artinya: ..”maka mengapa orang-orang itu (orang
hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”
Secara terminologis (istilah) fiqh didefinisikan sebagai berikut:
syari’at (syara’) yang العلم باألحك ما الشرعية العملية المكتسبة من أدلتها التفصيلية
Artinya: “ilmu tentang hukum-hukum
bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.”
Ulama fiqh mendefinisikan fiqh sebagai sekumpulan hukum
amaliyah yang disyari’atkan Islam. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka fiqh itu dipakai untuk dua arti:
a. Nama ilmu
2. LAPANGAN MUAMALAT
Sedang lapangan Muamalat meliputi berbagai lapangan
hukum, dalam lapangan Muamalat ini justru ahli hukum Islam
belum ada kesatuan pendapat tentang struktur lapangan
hukumnya. Dalam garis besarnya, lapangan Muamalat dalam arti
luas meliputi:
2.1 HUKUM PERDATA
Hukum Perdata yang antara lain mengatur hal-hal:
a) Hukum Keluarga;
b) Hukum Waris;
c) Hukum Wakaf;
d) Hukum Perikatan dan Perjanjian;
e) Hukum Wasiat;
f) Hukum Jual Beli;
g) Hukum Sewa Menyewa;
h) Hukum Gadai (Rahn);
i) Hukum Hibah;
j) Hukum hutang piutang, pemindahan hutang piutang (al-
hawalah);
k) Hukum Jaminan (dhaman);
l) Hukum Perwakilan (wakalah).
2.2 HUKUM DAGANG
BAB IV
AL AHKAM AL KHOMSA
1. Al-Quran
2. As-Sunah
Dalam kajian hukum Islam as-sunah ini adalah sumber hukum
Islam yang kedua, hal ini dijelaskan pada beberapa ayat dalam Al-
Quran salah satunya pada surah Al-Anfal ayat 46 yaitu:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesunguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar”
Ayat di atas menetapkan bahwa setelah ketaatan kepada Allah
harus dibarengi dengan ketaatan kepada Nabi SAW, siapa yang taat
kepada Nabi SAW adalah telah taat juga kepada Allah. Secara logika
ketaatan kepada Allah mengikuti semua perintah-perintah-Nya dengan
merealisasikannya dalam kehidupan. Perintah-perintah adalah wahyu
yang tertuang di dalam Al-Quran, dengan demikian ketaatan kepada
Nabi SAW berarti mengikuti sunah-sunahnya.
As-Sunah adalah cara-cara hidup Nabi Muhammad SAW, yaitu
perkataan atau ucapan Nabi SAW (sunnah qauliyah), perbuatannya
(sunnah fi’liyah), dan keadaan diam beliau ketika ditanya atau melihat
sesuatu (sunnah sukuti atau taqririyah).
Berkaitan dengan kedudukan sunnah sebagai sumber hukum,
jika dilihat dari wujud ajaran Islam itu sendiri Rasulullah merupakan
tokoh setral yang sangat dibutuhkan, bukan sekedar untuk membawa
risalah ilahiyah dan menyampaikan ajaran Islam yang ada di dalamnya,
tetapi lebih dari itu, beliau dibutuhkan sebagai tokoh satu-satunya yang
dipercaya oleh Allah untuk menjelaskan, merinci atau memberi contoh
pelaksanaan ajaran yang disampaikan melalui Al-Quran, oleh karena
itu kebenaran tentang perilaku Rasulullah SAW merupakan syariat
3. Ro’yu
Sebagai sumber Hukum Islam ke III adalah RO’YU atau akal.
Dasar Ro’yu sebagai sumber Hukum Islam ke III yaitu:
1) Dalam Al-Qur’an, berlainan dari Kitab Suci apapun terdapat
lebih dari 50 anjuran tentang berfikir dan mempergunakan akal.
2) Hadist Nabi, tentang pengutusan MUADZ BIN JABAL sebagai
Gubernur YAMAN, dimana sebelum berangkat ia telah diuji
oleh Rosulullah dan terjadilah suatu dialog:
- Tanya Nabi : Dengan apa kau mengatakan hukum?
- Jawab Muadz : Dengan Kitab Allah!
- Tanya Nabi : Kalau kamu tidak mendapatkan di
sana?
- Jawab Muadz : Dengan Sunah Rasulullah!
- Tanya Nabi : Kalau kamu tidak dapati disana?
- Jawab Muadz : Saya akan berijtihad dengan Ro’yu
(Akal)
Sabda Nabi : “segala puji bagi Allah yang telah
memberikan petunjuk kepada utusan Rosulnya untuk
mendapatkan hal yang disukai oleh Allah dan Rosulnya.” (HR.
Akhmad, Abu Daud, Turmudzi).
Berdasarkan Hadist yang termasyhur tersebut dan didorong
banyaknya problem baru karena bertambah luasnya wilayah Islam,
BAB VII
KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA
BAB VIII
PENGADILAN AGAMA DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM