Anda di halaman 1dari 239

PENGANTAR ILMU HUKUM

Program Studi Hukum


Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran
Pengantar Ilmu Hukum dalam arti luas bermaksud
mempelajari dasar-dasar hukum di dalam
mengantarkan mahasiswa yang ingin mempelajari
hukum.
Dalam mempelajari Pengantar Ilmu Hukum akan
pelajari juga tentang Ilmu Pengetahuan, Hukum,
dan Bekerjanya Hukum itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa
keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada
mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam
terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior
(Donsu, 2017).Pengetahuan atau knowledge adalah
hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan
terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan.
Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan
seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra
pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2014).
Definisi Ilmu :
: Suatu pengetahuan baik naturalmaupun sosial yang
telah terorganisisr serta tersusunsecara sistemik
menurut kaidah umum yang berlaku.
: Sebagai pengetahuan logis danmempunyai bukti
empiris.
Hukum adalah peraturan yang bermuatan norma
dan sanksi yang dibuat untuk mengatur tingkah
laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan.
Ilmu hukum adalah suatu pengetahuan yang
objeknya adalah hukum dan khususnya
mengajarkan perihal hukum dalam segala bentuk
dan penerapannya, ilmu hukum sebagai kaidah,
ilmu hukum sebagi ilmu pengertian dan ilmu
hukum sebagai ilmu kenyataan. Ilmu hukum itu
sendiri adalah peraturan-peraturan yang berlaku di
masyarakat, bersifat mengatur dan memaksa.
- Pengantar Ilmu Hukum yaitu bidang studi
hukum yang merupakan pengantar untuk
ilmu pengetahuan hukum.
- Ilmu Pengetahuan Hukum ini berusaha
menjelaskan tentang keadaan inti dan
maksud tujuan dari bagian-bagian penting
dari Hukum serta pertalian antara
berbagai bagian tersebut dengan ilmu
pengetahuan.
Ilmu Hukum sebagai Ilmu
Menurut B. Arief Sidharta, ilmu menyandang dua
makna, yakni sebagai produk dan sebagai proses.
Sebagai produk, ilmu adalah pengetahuan yang sudah
terkaji kebenarannya dalam bidang tertentu dan
tersusun dalam suatu sisitem. Sedang sebagai proses,
ilmu menunjukkan pada kegiatan akal budi manusia
untuk memperoleh pengetahuan di bidang tertentu
secara sistematis
Filsafat Hukum
Pengantar Ilmu Hukum

Sosiologi Hukum

Hukum Privat Hukum Publik


Ilmu adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Arab
yakni “Ilm”, Inggeris “Science”, Belanda “Wetenschap”,
Jerman “wissenschaf”

 yang berarti sebagai suatu proses berfikir yang terjadi di


dalam otak/diri manusia setelah melihat, memperhatikan,
membandingkan, menganalisa berbagai fenomena alam
semesta yang terjadi dilingkungan hidupnya.
Barda Nawawi mendeskripsikan bahwa ilmu itu
sebagai deskripsi data pengalaman secara lengkap dan
dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam
rumusan yang sesederhana mungkin. Ilmu juga selalu
di mulai dari sesuatu yang konkrit atau sesuatu yang
dapat diamati dan bersifat individual atau khusus.
Selanjutnya dengan kemampuan berpikir yang dapat
melampaui batas waktu, ruang dan statistika, ilmu
dapat sampai pada sesuatu yang abstrak dan bersifat
umum. Oleh karena itu, demi keobyektifan ilmu
orang harus bekerja dengan cara-cara ilmiah.
Mengenai syarat-syarat bahwa sesuatu dapat
dikatakan ilmu apabila;

Ilmu harus mempunyai obyek kajian


Ilmu harus mempunyai metode
Ilmu harus sistematis
Ilmu harus bersifat universal dan berlaku umum
Pengantar Ilmu Hukum memberikan
pandangan mengenai
Memberikan suatu pandangan umum secara
ringkas mengenai seluruh Ilmu Pengetahuan
Hukum,
Memberikan suatu pandangan mengenai
kedudukan Ilmu Hukum disamping ilmu-ilmu
yang lain, dan
Menjelaskan mengenai pengertian-pengertian
dasar asas dan penggolongan cabang-cabang
hukum.
Tujuan dan Kegunaan dari Pengantar Ilmu Hukum :
Pengantar Ilmu Hukum memiliki tujuan
untuk menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud
tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta
pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu
pengetahuan hukum.
kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-
bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya
Menurut penggolongan materi hukum dapat
dibagi menjadi :
Menurut jenisnya Hukum dapat dibagi menjadi :
1. Hukum Privat : hukum yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan orang lain, dengan
menitik beratkan pada kepentingan perorangan
contoh Hukum Perdata, Hukum Dagang
2. Hukum Publik : hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau
hubungan antara negara dengan warganegaranya.
Contoh : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Pidana, Hukum Internasional
Secara formil PIH memberikan suatu pandangan
umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu
pengetahuan hukum, mengenai kedudukan ilmu
hukum disamping ilmu-ilmu yang lain.
PIH merupakan pengantar untuk
mempelajari hukum
 Tidak menunjuk pada suatu sistem hukum
tertentu.
 Mempelajari tentang tujuan hukum.
 Mempelajari tentang pengertian hak dan
kewajiban.
 Mempelajari tentang pengertian-pengertian
dalam hukum.
 Mempelajari tentang sumber-sumber hukum.
 Mempelajari tentang aneka sistem hukum yang
ada dalam masyarakat.
Jurisprudence
• Ilmu hukum dalam bahasa Inggris di kenal dengan
Jurisprudence. Kata itu berasal dari dua kata latin
yakni iuris yg artinya hukum dan prudentia yg
artinya kebijaksanaan atau pengetahuan.
• Ilmu hukum (jurisprudence) secara luas sebagai
sesuatu yg bersifat teoritis tentang hukum dan
mempunyai pengertian suatu metode kajian tentang
hukum secara umum.
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi
pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari
berbagai bidang hukum.
Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi
memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis
besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar
ilmu hukum juga berfungsi menumbuhkan sikap adil dan
membangkitkan minat untuk denagan penuh
kesungguhan mempelajari hukum.
Ruang lingkup Ilmu Hukum
Ilmu Hukum mencakup dan membicarakan segala
hal yang berhubungan dengan hukum. Karena
luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu hukum, ada
orang yang pendapat bahwa “batas-batasnya tidak
bisa ditentukan”.
Ilmu Hukum tidak mempersoallan suatu tatanan
hukum tertentu yang berlaku di suatu negara (ius
constitutum).
Tujuan mempelajari hukum
Mempelajari asas-asas yang pokok dari hukum.
Mempelajari sistem formal dari hukum.
Mempelajari konsepsi-konsepsi hukum dan arti
fungsionalnya dalam masyarakat.
Mempelajari kepentingan-kepentingan sosial apa saja
yang dilindungi oleh hukum.
Tujuan mempelajari hukum
Ingin mengetahui tentang apa sesungguhnya hukum
itu, dari mana dia datang/muncul, apa yang
dilakukannya dan dengan cara-cara/sarana-sarana
apa ia melakukan hal itu.
Mempelajari tentang apakah keadilan itu dan
bagaimana ia diwujudkan melalui hukum.
Mempelajari tentang perkembangan hukum (apakah
sejak dari dulu hukum itu sama dengan yang kita
kenal sekarang)
Tujuan mempelajari hukum
Mempelajari pemikiran-pemikiran orang mengenai
hukum sepanjang masa.
Mempelajari bagaimana sesungguhnya kedudukan
hukum itu dalam masyarakat. Kerterkaitan hukum
dengan sub-sub sistem lain dalam masyarkat.
Bagaimanakah sifat-sifat atau karakteristik ilmu
hukum itu?
Hukum mulai ada dalam suatu
pergaulan
Roma terdampar di
suatu PulauR , Kemudian hadirlah
dapat Irama
menyesuaikan Maka terjadilah
dengan kondisi perubahan
pulau tersebut

-Bergaul, bertemu
-Kepentingan, konflik kepentingan
-Hukum mengikat.
Hukum bekerja dalam kehidupan
Masyarakat

ROMA dan IRAMA berselisih

Nakoda
penyelesaian
Masyarakat --------Manusia
Kepastian Hukum

Kepentingan –
kepentingan
manusia

Kepentingan yang selalu


bertabrakan

Hukum harus
menyelesaikan
kepentingan yang
bertabrakan
Kepastian Hukum itu merupakan Keadilan dijadikan pedoman bagi
elemen supaya hukum dapat jalan kebenaran isi hukum

Hukum dapat
menyelenggarakan
tugasnya dengan
baik serta dapat
mencapai
maksudnya
AJARAN SOCRATES TERKAIT PENTINGNYA TAAT
HUKUM
Socrates merupakan filosof Yunani Kuno, merupakan
guru plato, Ajarannya tentang hukum sangat
menginspirasi bagi para ahli hukum.
Menurut Socrates, negara harus memiliki aturan
tentang pengelolaan negara dan aturan itulah yang
disebut hukum
Hukum menurut Socrates harus hadir untuk menjadi
pijakan objektif dalam mencapai kebajikan dan
keadilan.
Tujuan Hukum menurut Socrates untuk mencapai
Kebajikan dan Keadilan
Hukum dibuat untuk kebahagiaan (eudaimonia)
Menurut Socrates hukum dibentuk atas landasan
hakikat dan fungsi kemanusiaan. Hukum dapat
menertibkan umat jika hukum berada dalam upayanya
untuk memfungsikan hakikat dan fungsi
kemanusiaan.
Hukum tidak boleh dibuat untuk melanggengkan
kekuasaan, apapun alasannya. Hukum juga tidak
dimaksudkan untuk membiarkan orang yang merasa
dirinya kuat melakukan eksploitasi terhadap rakyat.
Hukum tidak boleh mengabdi kepada perasaan
subjektif , walaupun itu dari kelompok lemah. Hukum
harus selalu di tengah, menjembatani kepentingan
Upper structure and Low structure.
Konsep Socrates yang menjunjung tinggi keutamaan
kebenaran dan kebijaksanaan (primum et summum
bonum) walaupun mengakhiri hidup socrates, akan
tetapi bersamanya tersemai dengan baik suatu konsep
bahwa hukum butuh kebajikan. Untuk mengetahui
kebajikan hanya dapat dilakukan jika mampu
melakukan kebaikan. Kejahatan dan kekeliruan lahir
karena lemahnya pengetahuan.
Tujuan Hukum
Pada dasarnya sifat manusia ialah ingin didahulukan
kepentingannya, dengan merugikan kepentingan
sesama, masing-masing manusia selamanya berusaha
supaya kebutuhan-kebutuhannya dipenuhi sebanyak-
banyaknya. Atas sifat dasar manusia tersebut berbalik
arah dengan sifat dari hukum itu sendiri. Hukum
menghendaki perlakukan yang sama untuk semua
orang.
Atas dari Persamaan hak ini lah kemudian Hukum
berusaha untuk memberikan keadilan . Keadilan inilah
yang memerangi sifat manusia diatas yang hanya
mementingkan diri sendiri.
Hukum mencari jalan untuk memecahkan persoalan
yakni dengan mempertimbangkan seteliti-telitinya
kedua jenis kepentingan yang bertentangan itu
sehingga terdapat keseimbangan.
Jadi hukum itu menunjukkan usahanya pada
penyelesaian masalah tadi dengan cara adil, ialah
suatu penyelesaian yang mengadakan keseimbangan .
Keseimbangan dalam arti hak yang memang
sebenarnya dapat diberikan kepada manusia yang
mempunyai kepentingan tersebut
Keseimbangan dapat juga berarti minimal dalam
pemberian hak yang patut diterima sehingga
hakekatnya tidak dapat memberi kepuasan.
Menjalankan Keadilan harus berbarengan dengan
Kepastian Hukum. Menurut Utrecht, kepastian
hukum mengandung dua pengertian, yaitu
pertama adanya aturan yang bersifat mengikat
membuat individu mengetahui perbuatan apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan,
kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya
aturan yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahu apa saja yang boleh dibebankan
atau dilakukan oleh Negara terhadap individu
Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi
pencari keadilan terhdap tindakan sewenang-wenang
dari aparat penegak hukum yang terkadang
selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai
penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian
hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan
kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian
hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus
diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau
salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum.
Beberapa tujuan hukum menurut para
ahli :
Menurut Sudikno Mertokusumo, Tujuan Hukum
adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, dengan menciptakan ketertiban dan
keseimbangan .
menurut Soerjono Soekanto yaitu untuk
kedamaian hidup antarpribadi yang meliputi
ketertiban ekstern antarpribadi dan ketenangan
intern pribadi. Konsepsi perdamaian berarti tidak
ada gangguan ketertiban dan juga tidak ada
kekangan terhadap kebasan (maksudnya, ada
ketentraman atau ketenangan pribadi).
Fungsi Hukum Menurut Ahli
Fungsi Hukum menurut Soerjono Soekanto, Di
Indonesia fungsi hukum di dalam pembangunan
sebagai sarana pembangunan masyarakat. Hal ini
berdasarkan pada anggapan bahwa ketertiban dalam
pembangunan merupakan sesuatu yang dianggap
penting dan sangat diperlukan. Sebagai tata kaedah,
fungsi hukum yaitu untuk menyalurkan arah kegiatan
warga masyarakat ke tujuan yang dikehendaki oleh
perubahan tersebut. Sudah tentu bahwa fungsi
hukum di atas seharusnya dilakukan, di samping
fungsi hukum sebagai pengendalian sosial.
fungsi-fungsi hukum sebagai berikut :
(1) Fungsi hukum untuk memberikan pedoman atau
pengarahan pada warga masyarakat untuk
berperilaku.
(2) Fungsi hukum sebagai pengawas atau pengendali
sosial (social control).
(3) Fungsi hukum yaitu sebagai penyelesaian
sengketa (dispute settlement).
(4) Fungs hukum ialah sebagai rekayasa sosial (social
engineering).
Definisi Hukum :

Menurut E.Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam


Hukum Indonesia
- Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap
petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari
pemerintah masyarakat itu-
Pengertian hukum menurut A. Ridwan Halim dalam
bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia
menguraikan :
Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis, yang pada dasarnya
berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang
harus ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Pengertian hukum menurut pendapat para
ahli hukum :
E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum
indonesia :
”Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap
petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari
pemerintah masyarakat itu.”
A. Ridwan Halim dalam bukunya pengantar tata
hukum indonesia dalam menguraikan :
”Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada
dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan
yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat.”
Sunaryati Hartono, dalam bukunya capita selecta
perbandingan hukum, mengatakan :
”Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi
seseorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur
berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain,
hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam
hidup bermasyarakat.”
E. Meyers, dalam bukunya De Algemene begrippen
van het Burgerlijk Recht,
:”Hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah
laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi
pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan
tugasnya.”
Aliran Sosiologis
Roscoe Pound, memaknai hukum dari dua sudut
pandang, yakni:
1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan
antara manusia dengan individu lainnya, dan tingkah
laku para individu yang mempengaruhi individu
lainnya, atau tata sosial, atau tataekonomi).
2. Hukum dalam arti selaku kumpulan dasar-dasar
kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan
tindakan administratif (harapan-harapan atau
tuntutan-tuntutan oleh manusia sebagai individu
ataupun kelompok-kelompok manusia yang
mempengaruhi hubungan mereka atau menentukan
tingkah laku mereka).
Hukum bagi Rescoe Pound adalah sebagai “Realitas
Sosial” dan negara didirikan demi kepentingan umum
& hukum adalah sarana utamanya.
Aliran Realis
Holmes: The prophecies of what the court will do…
are what I mean by the law (apa yang diramalkan
akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang saya
artikan sebagai hukum).
Llewellyn: What officials do about disputes is the law
it self (apa yang diputuskan oleh seorang hakim
tentang suatu persengketaan, adalah hukum itu
sendiri).
Salmond: Hukum dimungkinkan untuk didefinisikan
sebagai kumpulan asas-asas yang diakui dan
diterapkan oleh negara di dalam peradilan. Dengan
perkataan lain, hukum terdiri dari aturan-aturan yang
diakui dan dilaksanakan pada pengadilan
Aliran Antropologi
Schapera: Law is any rule of conduct likely to be
enforced by the courts (hukum adalah setiap aturan
tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan).
Gluckman: Law is the whole reservoir of rules on
which judges draw for their decisions (hukum adalah
keseluruhan gudang-aturan di atas mana para hakim
mendasarkan putusannya).
Aliran Historis
Karl von Savigny: All law is originally formed by
custom and popular feeling, that is, by silently
operating forces. Law is rooted in a people’s history:
the roots are fed by the consciousness, the faith and
the customs of the people (Keseluruhan hukum
sungguh-sungguh terbentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian
kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada
sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh
kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga negara.
Aliran Hukum Alam
Aristoteles: Hukum adalah sesuatu yang berbeda
daripada sekedar mengatur dan mengekspressikan
bentuk dari konstitusi; hukum berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di
pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
pelanggar.
Thomas Aquinas: Hukum adalah suatu aturan atau
ukuran dari tindakan-tindakan, dalam hal mana
manusia dirangsang untuk bertindak atau dikekang
untuk tidak bertindak.
Jhon Locke: Hukum adalah sesuatu yang ditentukan
oleh warga masyarakat pada umumnya tentang
tindakan-tindakan mereka, untuk menilai/mengadili
mana yang merupakan perbuatan yang jujur dan
mana yang merupakan perbuatan yang curang.
Emmanuel Kant: Hukum adalah keseluruhan kondisi-
kondisi dimana terjadi kombinasi antara keinginan-
keinginan pribadi seseorang dengan keinginan-
keinginan pribadi orang lain, sesuai dengan hukum-
hukum tentang kemerdekaan
Aliran Positivis
John Austin: Hukum adalah seperangkat perintah, baik
langsung ataupun tidak langsung, dari pihak yang berkuasa
kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya merupakan
otoritas tertinggi.
Blackstone: Hukum adalah suatu aturan tindakan-tindakan
yang ditentukan oleh orang-orang yang berkuasa bagi orang-
orang yang dikuasi, untuk ditaati.
Hans Kelsen: Hukum adalah suatu perintah memaksa
terhadap tingkah laku manusia… Hukum adalah kaidah-kaidah
primer yang menetapkan sanksi-sanksi.
hukum dalam arti ketentuan penguasa. ( undang-
undang, kuputusan hakim dan lain-lain).
Di sini hukum adalah perangkat-perangkat peraturan
tertulis yang dibuat oleh pemerintah, melalui badan-
badan yang berwenang membentuk berbagai
peraturan tertulis seperti berturut –turut; undang –
undang dasar ,undang-undang, keputusan presiden,
peraturan pemerintah, keputusan menteri-menteri
dan peraturan-peraturan daerah.
Termasuk dalam bentuk hukum yang merupakan
ketentuan penguasa adalah keputusan-keputusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum atau
jurisprudensi sebagai sumber hukum tertulis pula
yang mempunyai kekuatan sebagai hukum.
Hukum dalam arti para penegak hukum
Hukum yang mengandung peraturan-peraturan
tersebut tidak saja menjadi kertas-kertas yang tidak
dapat ditegakkan, akan tetapi harus ada aparat yang
menjadi penegak hukum. Fungsi dari aparat penegak
hukum ini adalah bagaimana upayanya melalui
kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya untuk
dapat melaksanakan paksaan terhadap siapa saja yang
melakukan kesalahan. Aparat penegak hukum di
Indonesia adalah Hakim, Jaksa, dan Polisi/ABRI.
Hukum dalam arti sistem kaedah.
Hukum merupakan suatu sistem kaidah. Sistem
adalah suatu pemikiran bulat yang didalamnya terdiri
dari bagian-bagian yang saling berhubungan dengan
serasi dan saling mengisi serta tidak saling
bertentangan satu sama lain. Kebulatan pemikiran ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Kaidah atau norma adalah ketentuan-ketentuan
tentang baik buruknya perilaku manusia ditengah
pergaulan hidupnya dengan menentukan perangkat-
perangkat atau penggal-penggal aturan yang bersifat
perintag dan anjuran serta larangan-larangan.
Bahwa dapat dijelaskan hukum sebagai sistem
kaidah sebagai berikut :
Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem
kaidah-kaidah hukum secara hirarkis.
Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat
disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :
 Kaidah-kaidah individual dari badan-badan pelaksana

hukum terutama pengadilan.


 Kaidah-kaidah umum di dalam undang-undang hukum

atau hukum kebiasaan.


 Kaidah-kaidah konstitusi
Ketiganya dinamakan kaidah-kaidah positif. Di
atas konstitusi adalah tempat kaidah dasar
hipotetis yang lebih tinggi dan bukan merupakan
kaidah yang dihasilkan oleh pemikiran juridis.
Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat
yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh
kaidah-kaidah yang termasuk golongan tingkat yang
lebih tinggi.
Bahwa dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang
harus diperhatikan, yaitu:
kepastian hukum, Teori Gustav Radbruch
kemanfaatan dan
keadilan.
Ketiga unsur tersebut harus ada kompromi, harus mendapat
perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam
praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara
proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa
kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi
terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, terlalu ketat
mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil.
kepastian hukum itu berarti
a. Tepat penerapan hukumnya
Dalam suatu kasus/perkara hukum wajib
menerapkan aturan yang sesuai dan masih berlaku
(sebagai hukum positif)
b. Tepat subjeknya dan objeknya
Tidak diperbolehkan adanya salah pelaku
(subjek) salah pihak (dalam kasus/perkara
keperdataan) dan tidak boleh kekeliruan barang
bukti dan objek perkara
c. Tepat ancaman hukumannya
Tidak boleh salah dalam memutuskan ancaman
hukuman
Keadilan
Keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan
pengadilan
Kesamaan hak disini tidak dapat diukur dari besarnya atau
banyaknya hukuman akan tetapi kesamaan hak dalam
perlakuan hukum. Keadilan akan sangat terkait dengan
kepastian hukum.
Kemanfaatan Hukum
Berarti Penjatuhan Hukum harus bermanfaat baik pada
pelaku juga kepada masyarakat.
Penjatuhan Hukum tidak boleh dilakukan semena-mena
karena Hukum bukan sebagai alat kekuasaan.
Teori Tujuan Hukum
Gustav Radbruch seorang Ilmuwan dari Jerman
menyatakan adanya Teori Tujuan Hukum. Tujuan
Hukum menurut Gustav Radbruch yaitu :
Mewujudkan ketertiban dalam kehidupan masyarakat
dengan beralaskan :
- Keadilan
- Kepastian Hukum
- Kemanfaatan
- Keadilan merupakan perwujudan dari keselarasan
Hak dan Kewajiban. Hukum harus bermuara kepada
keadilan karena keadilan adalah wujud penyelesaian
dari fungsi yang diemban oleh Hukum.
- Tanpa keadilan, Hukum akan terperosok kepada
arogansi dan tindakan kesewenang-wenangan dari
mayoritas kepada kaum minoritas atau yang dikuasai
dan tidak akan ada penghormatan kepada Hukum,
sedemikian sentralnya aspek keadilan pada hukum ini
maka Gustav Radbruch sampai menyatakan Hukum
adalah kehendak demi untuk keadilan .
Kemanfaatan merupakan elemen yang menunjukkan
apakah hukum itu berdaya guna dan efektif bagi
kehidupan masyarakat
Nilai kemanfaatan dalam hukum ini menunjukkan
hukum sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan
dan untuk mencegah penderitaan atau kejahatan.
Aliran Utilitas (Jeremy Benthan)
bahwa negara dan hukum semata-mata ada
hanyauntuk manfaat sejati, yaitu kebahagiaan
mayoritas rakyat.
Kepastian Hukum merupakan kepastian undang-
undangan dan peraturannya, segala macam cara ,
metode dan lain sebagainya harus berdasarkan
Undang-Undang atau peraturan
Didalam kepastian hukum mutlak ada hukum yang
berlaku (Hukum Tertulis) Hukum tertulis ditulis oleh
lembaga yang berwenang, mempunyai sanksi yang
tegas,sah dengan sendirinya ditandai dengan
diumumkannya di Lembaran Negara.
Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya
bisa dijawab secara normatif bukan sosiologis.
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika
suatuperaturan dibuat dan diundangkan secara pasti
karena mengatur secara jelas dan logis.
Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan
(multi-tafsir) dan
logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma
dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma.
Konflik norma yang ditimbulkadariketidakpastian
aturan dapat menimbulkan distorsi dan reduksi
Diantara Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian
Hukum idealnya memang harus selaras dan saling
terikat satu sama lain, namun adakalanya ketiga nilai
tersebut terjadi ketegangan. Karena masing masing
mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lain
Menurut Radbruch, jika terjadiketegangan antara
nilai-nilai dasar tersebut, kita harus menggunakan
dasar atau asas prioritas dimana prioritas pertama
selalu jatuh pada nilai keadilan, baru nilai
kegunaan atau kemanfaatan dan terakhir kepastian
hukum.
Ini menunjukkan bahwa Radbruch menempatkan nilai
keadilan lebih utama daripada nilai
kemanfaatan dan nilai kepastian hukum dan
menempatkan nilai kepastian di bawah nilai
kemanfaatan.
Pendapat Radbruch diatas sesuai dengan yang terjadi
di Indonesia di mana dalam Putusan Hakim wajib
menyebut demi keadilan akan tetapi adakalanya
memang Ketegangan tersebut muncul pada saat
hukum tersebut diterapkan dalam proses
persidangandi pengadilan maka ketiga nilai dasar
hukum ini diprioritaskan sesuai dengan kasus yang
dihadapai.
BAB 2 : Disiplin Hukum

Disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau


gejala-gejala yang dihadapi. Disiplin dapat dibedakan
antara : (1) disiplin analitis ( yang menganalisis,
memahami serta menjelaskan) dan (2) disiplin
prespektif (yang menentukan apakah yang seyogyanya
atau seharusnya dilakukan).
Sebagai sistem ajaran, disiplin hukum merupakan sistim
ajaran yang : (1) menentukan apakah yang seyogyanya
atau seharusnya dilakukan (prespektif) maupun (2) yang
senyatanya dilakukan (deskriptif) di dalam hidup.
Disiplin Hukum mencakup: (1) ilmu-ilmu hukum, (2)
politik hukum dan (3) filsafat hukum.
Ilmu Hukum
Sebagai kumpulan ilmu pengetahuan, ilmu hukum
mencakup:
1. Ilmu tentang kaidah.
2. Ilmu tetang Pengertian dalam hukum.
3. Ilmu tentang kenyataan hukum.
Kaidah Hukum dan kaidah-kaidah
yang lain.
Kaidah aspek hidup pribadi terdiri dari:
 Kaidah Kepercayaan;
 Kaidah Kesusilaan.
 Kaidah Kesopanan/Sopan santun;
 Kaidah Hukum
Kaidah juga dapat dikatakan sebagai aturan yang
mengatur prilaku manusia dan perilaku sebagai
kehidupan bermasyarakat. Secara umum kaidah
dibedakan atau dua hal yaitu kaidah etika atau kaidah
hukum.
 Kaidah etika merupakan kaidah yang meliputi norma
susila, norma agama dan norma kesopanan.
Pada dasarnya kaidah etika datang dari diri dalam
manusia itu sendiri dan adanya ajaran.
Kaidah Kepercayan
Kaidah kepercayaan ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri.

Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran


kepercayaan atau agama yang diyakini sebagai
parintah Tuhan.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah ini akan


memperoleh sanksi dari Tuhan
Kaidah Kesusilan
Kaidah Kesusilaan ditujukan kepada manusia agar
mempunyai ahlak yang baik.

Sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia


sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan
kepada sikap lahir, tetapi sikap batin manusi juga.

Pelanggan terhadap kaidah ini menimbulkan rasa


penyesalan dalam hati nurani, rasa malu, takut,
merasa bersalah sebagai sanksi atau reaksi
terhadap pelanggaran kaidah kesusilan.
Kaidah Kesopan/Sopan Satun
Kaidah Kesopan ditujukan kepada sikap lahir
pelakunya demi “kesedapan” hidup antar pribadi.
Kaidah ini mementingkan yang lahir atau formal
dan tidak semata-mata sikap batin .

Kaidah ini membebani manusia dengan kewajiban.


Sanksi diberikan oleh masyarakat, dan bersifat
tidak resmi. Yang memaksakan kepada kita adalah
kekuasaan di luar kita (heteronom).
Kaidah Hukum
Kaidah hukum melindungi lebih lanjut
kepentingan-kepentingan manusia yang telah
memperoleh perlindungan dari ketiga kaedah
lainnya dan melindungi kepentingan-
kepentingan yang belum mendapat perlindungan
dari ketiga kaedah tadi.
Kaidah hukum ditujukan pada tindakan konkrit,
bukan untuk penyempurnaan manusia,
melainkan untuk ketertiban masyarakat.
Kaidah Hukum
Isi kaidah hukum ditujukan pada sikap lahir manusia.
Kaidah hukum mengutamakan perbuatan lahir, apa
yang dibatin/difikirkan tidak menjadi urusan hukum.
Seorang tidak dapat dihukum karena apa yang ada
dalam fikiran/batinnya (cogitationis poenam nemo
patitut).
Pada hakekatnya hukum itu tidak mempersoalkan
sikap batin manusia.
Kaidah Hukum
Hukum tidak memberi pedoman tentang bagaimana
seharusnya batin manusia itu.
Setelah terjadi suatu perbuatan lahir yang relevan
bagi hukum, kemudian hukum mencampuri sikap
batin manusia (misal, ada/tidaknya kesengajaan,
perencanaan, itikad baik).
Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia
(heteronom).
Kaidah hukum mrpkn ketentuan atau pedoman
tentang apa yang seyogya atau seharusnya dilakukan.
Kaidah hukum berisi kenyataan normatif : dan berisi
kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit:.
Dalam hukum yang penting bukanlah apa yang
terjadi, tetapi perbuatan apa yang terjadi.
FILSAFAT HUKUM
Filsafat Hukum merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari pertanyaan-pertanyaan mendasar dari
hukum.
Bahwa supaya hukum yang dibangun dan dibentuk
memiliki landasan yang kokoh untuk jangka panjang
dan tidak akan dipertentangkan dengan pemahaman
filsafat barat dan timur, pengetahuan tentang filsafat
hukum barat yang masih mendominasi pengetahuan,
filsafat hukum Indonesia seharusnya diselaraskan
dengan filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara RI.
Filsafat Hukum dapat dihadapkan kepada Ilmu
Hukum Positif, oleh karenanya Filsafat Hukum hanya
berurusan dengan suatu tata hukum, peraturan-
peraturan, yang berlaku pada saat ini.
Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang
sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu
hukum. Hal ini karena filsafat hukum merupakan
landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu
negara,
Landasan filsafat negara sangat menentukan
bagaimana pola pengaturan peraturan perundang-
undangan di negara yang bersangkutan, apakah
negara itu berpaham liberalis, sosialis maupun
Pancasialis.
Pancasila sebagai philosophische gronslag bangsa
Indonesia merupakan dasar dari filsafat hukum
Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar dari hukum
dan praktek hukum di Indonesia. perenungan dan
perumusan nilai-nilai filsafat hukum juga mencakup
penyerasian nilai-nilai,
misalnya penyerasian antara ketertiban dengan
ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan,
dan antara kelanggengan dengan pembaharuan.
Dapat judga dikatakan bahwa filsafat hukum adalah
cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat
hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan
mengapa orang harus tunduk kepada hukum.
Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah
umum abstrak tersebut,
filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret
mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika)
dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga
hukum. Kajian tentang filsafat hukum merupakan
studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif
dalam ilmu hukum.
Ruang lingkup Filsafat Hukum antara lain :
1. Hubungan hukum dengan kekuasaan.
2. Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya.
3. Apa sebab negara berhak menghukum orang.
4. Apa sebab orang mentaati hukum.
5. Pertanggungjwaban.
6. Hak
7. Kontrak.
8. Peran hukum sebagai pembaharuan masyarakat.
9. Hukum sebagai sosial kontrol dalam mas yarakat
Manfaat mempelajari filsafat hukum
1 Dapat menjelaskan secara praktis peran hukum dalam
pembangunan.
2 Untuk pengembangan wawasan pengetahuan dan
pemahaman hukum, baik dalam bentuk pendekatan
normatif maupun sosiologis.
3. Untuk menempatkan hukum dalam tempat dan
perspektif yang tepat sebagai bagian dari usaha
manusia menjadikan dunia ini suatu tempat yang
pantas didiaminya.
Politik Hukum
Politik hukum adalah disiplin hukum yang
mengkhususkan pada tindakan untuk
merencanakan dan mencapai cita cita melalui
cara cara yang hendak dicapai untuk
mewujudkan tujuan hukum dalam masyarakat.
Suatu Kajian hukum yang mencoba untuk
memberikan gambaran yang lebih luas
terhadap eksistensi sistem hukum.
Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum

Berfungsi secara efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam


tindakan aktual sehari-hari.
Bagian yang substansial dari politik hukum ini terletak di

bidang mengenai teknik-teknik perundang-undangan.

Sehingga Politik Hukum berarti menetapkan tujuan dan isi


peraturan perundang-undangan . (pengertian politik
hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja).
Teknik perundang-undangan bertujuan membuat atau
menghasilkan peraturan perundang-undangan yang
baik. Suatu peraturan perundang-undangan yang baik
dapat dilihat dari berbagai segi
a. Ketetapan struktur, ketetapan pertimbangan,
ketetapan dasar hukum, ketetapan bahasa
(peristilahan), ketetapan pemakaian huruf dan tanda
Kesesuaian sosiologis menggambarkan bahwa
peraturan perundang-undangan yang dibuat sesuai
dengan kebutuhan, tuntutan, dan perkembangan
masyarakat.
B. Kesesuaian isi dengan dasar yuridis, sosiologis dan
filosofis. Kesesuaian yuridis menunjukkan adanya
kewenangan, kesesuaian bentuk dan jenis
peraturan perundang-undangan, diikuti cara-cara
tertentu, tidak ada pertentangan antara peraturan
perundang-undangan yang satu dengan yang lain,
dan tidak bertentangan dengan asas-asas hukum
umum yang belaku.
Kesesuaian filosofis menggambarkan bahwa
peraturan perundang-undangan dibuat dalam rangka
mewujudkan, melaksanakan, atau memelihara cita
hukum yang menjadi patokan hidup bermasyarakat
C. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat
dilaksanakan (applicable) dan menjamin kepastian.
Suatu peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan daya dukung baik lingkungan
pemerintahan yang akan melaksanaan maupun
masyarakat tempat peraturan perundang-undangan
itu akan berlaku.
1. Politik hukum merespons cita hukum dan
meng-upayakan hukum dapat diwujudkan
sebagai kenyataan sehingga hukum benar-
benar memiliki sifat yang lebih adil.
2. Politik hukum melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi “Law in the books
“ menjadi “ Law in the actions
politik hukum ini bertujuan menggambarkan
hukum dalam konteks yang lebih luas, dimana
hukum dilihat sebagai bagian dari sub-sistem
sosial.
Hukum sebagai alat yang mengatur tatanan
sosial sehingga tata tertib dan ketentraman di
dalam suatu masyarakat dapat dipelihara.
Politik hukum merupakan suatu metode untuk
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
sistem hukum, oleh karena itu politik hukum akan sangat
tergantung pada lingkungan tempat hukum itu sendiri.
Simbiosis Hukum dan Politik
Hukum : Berintikan moral/etik yang
didasarkan akal dan nurani untuk memberikan
kualifikasi keseimbangan beban hak dan
kewajiban
bagi subyek-subyeknya.
Politik : Berintikan kepentingan dan tujuan
yang hendak dicapai oleh para pelakunya
(aktornya) dengan segala dinamikanya

Kekuasaan

institusional Politik Hukum HUKUM

konflik
WILAYAH KERJA POLITIK HUKUM
Bahwa wilayah kerja politik hukum dapat meliputi
pula berlakunya hukum itu sendiri.
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi
dalam 3 bagian yaitu :

- Ius Constitutum
- Ius Contituendum
- Hukum Asasi
IUS CONSTITUTUM
Hukum positif yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah
tertentu
IUS CONTITUENDUM
Hukum yang masih dalam rancangan atau hukum yang
belum ditetapkan sehingga belum berlaku
HUKUM ASASI
Merupakan bentuk hukum yang melindungi hak hak
manusia
Pengertian-Pengertian Dasar dalam
Ilmu Hukum
Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut
hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki)
hak dan kewajiban. Subjek Hukum ini berupa :
Manusia : setiap orang yang mempunyai kedudukan
yang sama. Golongan manusia yang tidak dapat
menjadi subjek hukum adalah :
- Anak
-Orang Dewasa yang berada dibawah pengampuan :
Karena : Gila, Pemabuk dan Pemboros
Badan Hukum : suatu perkumpulan atau lembaga yang
dibuat oleh Hukum dan mempunyai tujuan tertentu.
Objek Hukum
Objek Hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat
bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam
suatu perbuatan hukum
Perbuatan Hukum adalah setiap perbuatan atau
tindakan subjek hukum yang mempunyai akibat
hukum dan akibat hukum itu memang dikehendaki
oleh Subjek Hukum misal : jual beli sewa menyewa
Akibat Hukum : hasil perbuatan atau akibat yang
diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum
atau perbuatan hukum dari subjek hukum.
Akibat hukum terdiri dari :
- Akibat Hukum berupa lahirnya, berubahnya, atau
lenyapnya suatu keadaaan hukum tertentu
- Akibat Hukum berupa sanksi yang tidak
dikehendaki oleh subjek hukum. Sanksi dari lapangan
hukum dibedakan :
Sanksi Hukum di bidang Hukum Pidana
Hukuman Pokok hukuman mati, penjara, kurungan
dan denda
Hukuman Tambahan : pencabutan hak hak tertentu
Sanksi Hukum di bidang Hukum Perdata
Perbuatan Melawan Hukum : perbuatan yang
mengakibatkan kerugian orang lain dari suatu
perbuatan hukum akan tetapi tidak diperjanjikan
Wanprestasi : kelalaian dan kesengajaan seseorang
tidak melakukan kewajibannya tepat waktu.
BAB 3
Batasan dan Pengertian Sistem Hukum
Hukum bertujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib dengan menciptakan ketertiban dan
keseimbangan.
Oleh karena Hukum bertujuan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi dalam persinggungan kehidupan sosial
masyarakat maka diperlukan sistem hukum yang akan
menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
Keberadaan sistem hukum tidak hanya diartikan sebagai
sarana untuk menertibkan masyarakat melainkan juga
sebagai sarana yang mampu untuk mengubah pola pikir dan
pola perilaku masyarakat
SISTEM HUKUM :
Sistem berarti suatu kesatuan atau kebulatan yang
terdiri atas bagian-bagian, di mana bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya saling berkaitan satu
sama lain, tidak boleh terjadi konflik, tidak boleh
terjadi overlapping (tumpang tindih) untuk tujuan hk
Sebagai suatu kebulatan, maka di dalamnya setiap
masalah selalu ada pemecahannya oleh sistem itu
sendiri, sebab seperti dikatakan tadi, sistem tidak
menghendaki adanya konflik dalam tubuhnya.
Sistem Hukum diharapkan mampu mengikuti setiap
dinamikan kehidupan sosial masyarakat.
Sistem menurut Sudikno Mertokusumo :
Kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri atas
bagian-bagian atau unsur-unsuryang satu sama lain
saling berhubungan dan kait-mengkait secara erat.
Untuk mencapai tujuan hukum dalam satu kesatuan,
diperlukan kesatuan sinergi antara unsur-unsur yang
terkandung di dalam sistem, seperti peraturan,
peradilan, pelaksana hukum, dan partisipasi warga
masyarakat.
Sistem menurut Nur Khalif Hazim, A.R Elham
berarti susunan, kesatuan dari bagian-bagian yang
saling bergantung.
Sistem Hukum menurut Lili Rasyidi dan IB Wyasa
Putra yaitu Suatu kesatuan sistem yang tersusun atas
integritas sebagai komponen sistem hukum, yang
masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat
dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait,
bergantung, mempengaruhi, bergerak dalam kesatuan
proses, yakni proses sistem hukum untuk
mewujudkan tujan hukum
Menurut Marwan Mas menjelaskan bahwa sistem hukum
adalah susunan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
sejumlah bagian yang dinamakan subsistem hukum, yang
secara bersama-sama mewujudkan kesatuan yang utuh.
Menurut Fuller (Satjipto Rahardjo 1986), hukum sebagai
suatu sistem, harus diletakkan 8 asaz (principle of
legality) :
- Sistem hukum mengandung peraturan-peraturan
- Peraturan harus diumumkan
- Peraturan harus disusun dalam rumusan yang mudah
dimengerti.
- Peraturan tidak boleh bertentangan satu sama lain
- Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang
melebihi apa yang dapat dilakukan.
- Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah
peraturan karena akan menyebabkan kehilangan orientasi.
- Harus ada kecocokan antara peraturan yang
diundangkan dengan pelaksanaan sehari hari
Sistem hukum bukan sekedar kumpulan peraturan
hukum, melainkan setiap peraturan itu saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, serta tidak boleh
terjadi konflik atau kontradiksi di dalamnya.
Untuk mengukuhkan pelaksanaan sistem hukum
maka harus ditunjang oleh unsur-unsur yang
mendukungnya, menurut Lawrence M.Friedman
terdapat unsur-unsur atau bagian dalam sistem
hukum dapat dibagi :
- Substansi (substansi hukum)
Yaitu hakikat dari isi yang dikandung dalam peraturan
perundang-undangan. Substansi mencakup semua
aturan hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis
seperti hukum materiil (hukum substantif), Hukum
Formil (Hukum Acara), dan Hukum Adat.
Hukum Materiil ialah hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan
dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah dan
larangan-larangan misal : hukum pidana, hukum
perdata, hukum dagang.
Hukum formil yaitu hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil
atau peraturan yang mengatur bagaimana cara-
caranya mengajukan suatu perkara ke muka
pengadilan pidana dan bagaimana caranya hakim
pidana memberikan putusan.
- Struktur (Struktur Hukum)
Yaitu Tingkatan atau susunan hukum, pelaksana hukum,
peradilan, lembaga-lembaga (pranata-pranata hukum)
dan pembuat hukum.
- Legal Culture (Budaya Hukum)
Yaitu bagian-bagian dari kultur/budaya pada umumnya,
kebiasaan-kebiasaan, opini warga masyarakat dan
pelaksana hukum, cara-cara bertindak dan berpikir
atau bersikap, baik yang berdimensi untuk
membelokkan kekuatan-kekuatan sosial menuju
hukum atau menjauhi hukum.
Kultur Hukum merupakan gambaran dari sikap dan
perilaku terhadap hukum, serta keseluruhan faktor-
faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum
memperoleh tempat yang sesuai dan dapat diterima
oleh warga masyarakat dalam kerangka budaya
masyarakat.
Budaya hukum merupakan pemikiran manusia dalam
usahanya mengatur kehidupannya. Pemikiran
tersebut berupa aturan-aturan yang dapat berbentuk
tertulis, ataupun tidak tertulis
Komponen sistem hukum menurut Lili Rasjidi dan I.B
Wyasa Putra yaitu sebagai berikut :
- Masyarakat hukum yaitu kelompok kesatuan hukum,
baik individu ataupun kelompok (masyarakat dalam suatu
negara atau masyarakat internasional)
- Budaya Hukum
- Filsafat Hukum
- Ilmu pengetahuan hukum
- Konsep Hukum : formulasi kebijaksanaan hukum yang
ditetapkan oleh suatu masyarakat hukum berisi
pembentukan, penetapan, pengembangan,pembangn
- Pembentukan hukum :bagian proses hukum yang
meliputi lembaga aparatur dan sarana pembentukan
hukum menurut konsep hukum yang telahditetapkan.
- Bentuk Hukum : hasil pembentukan hukum dapat
berupa peraturan perundang-undangan (dari legislatif)
dan keputusan hakim.
- Penerapan Hukum : kelanjutan dari proses
pembentukan hukum meliputi lembaga, aparatur,
prosedur penerapan hukum
- Evaluasi Hukum : proses pengujian kesesuaian antara
hukum yang berbentuk dengan konsep yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan pengujian kesesuaian antara
hasil penerapan hukum dengan Undang-Undang dan
tujuan hukum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
konsep ataupun dalam peraturan perundang-undangan.
Sebagai contoh yakni mengenai Keberadaan Sistem
Hukum Indonesia, maka dalam sistem hukum positifnya
terdiri atas subsistem hukum pidana, subsistem hukum
perdata, subsistem hukum Tata Negara, dll. Tentu saja
saling berbeda tetapi tetap dalam satu kesatuan yaitu
sistem Hukum Indonesia.
Tentang Sistem Hukum dapat
dipelajari dalam Stufenbau Teori
Hans Kelsen mengembangkan sebuah Teori Hukum
Murni ( General Theory of Law and State). Aliran
Teori Hukum Murni yang menitikberatkan pada inti
ajarannya mengenai hukum dapat dibuat dari
undang-undang.
Inti ajaran Teori Hukum Murni adalah :
Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan
adalah untuk mengurangi kekacauan dan
kemajemukan menjadi kesatuan
Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai
hukum yang berlaku, bukan mengenai hukum yang
seharusnya berlaku
Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan
ilmu alam
Konsepsi Hukum Murni Hans Kelsen tidak memberi
tempat berlakunya hukum alam, menghindari dari
soal penilaian dan juga tidak memberi tempat bagi
hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat, hanya memandang hukum sebagai Sollen
Yuridis yang terlepas dari Das Sein/ kenyataan sosial.
Orang mentaati hukum karena ia merasa wajib untuk
mentaatinya sebagai suatu kehendak negara. Hukum
itu tidak lain merupakan suatu kaedah ketertiban
yang menghendaki orang mentaatinya sebagaimana
seharusnya.
Selain ajaran Hukum Murni, Hans Kelsen
mengemukakan teori Hirearki Norma Hukum
(Stufenbau Theory - Stufenbau des Recht). Ajaran
Stufenbau berpendapat bahwa sistem hukum itu
merupakan suatu hirearki dari hukum. Pada hirearki
itu, suatu ketentuan hukum tertentu bersumber pada
ketentuan yang lebih tinggi. Dan ketentuan yang
tertinggi ini ialah Grundnorm atau norma dasar yang
bersifat hipotetis perbandingan teori. Ketentuan yang
lebih rendah merupakan kongkretisasi dari ketentuan
yang lebih tinggi.
Hans Nawiansky menyempurnakan Stufenbau Teori yang
dikembangkan oleh gurunya, Hans Kelsen. Hans Nawinsky
mengembangkan teori tersebut dan membuat Tata
Susunan Norma Hukum Negara (die Stufenordnung der
Rechtsnormen) dalam empat tingkatan:
1. Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara)
atau Grundnorm (menurut teori Kelsen)
2. Staatsgrundgezets (Aturan Dasar/Pokok Negara)
3. Formell Gezets (UU Formal)
4. Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana
dan Aturan Otonomi).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan
terdahulu, dapat dilihat bahwa Indonesia sudah
menerapkan Hirearki Norma Hukum (Stufenbau
Theory) yang dicetuskan Hans Kelsen dan
dikembangkan Hans Nawiasky. Penerapan Stufenbau
dimaksud dapat dilihat dari Undang-Undang No.12
tahun 2011 tentang tata susunan peraturan
perundang-undangan
UNDANG UNDANG DASAR 1945
KETETAPAN MPR RI
UNDANG-UNDANG/PERATURAN
PEMERINTAHAN PENGGANTI UNDANG UNDANG
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
PERATURAN DAERAH PROPINSI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Sistem Hukum di Dunia
ada 6 sistem hukum yang ada di dunia adalah:
1.Civil Law (Sistem Hukum Eropa Kontinental):
suatu sistem hukum sipil yang berdasarkan pada
Code Civil yang terkodifikasi. Hukum
diwujudkan dalam bentuk kodifikasi, disusun
secara sistematis.
Istilah kodifikasi berasal dari codifiecatie yaitu
suatu usaha untuk menyusun satu bagian dari
hukum secara lengkap dan merupakan satu
buku.
kodifikasi adalah pembukuan hukum dalam suatu
himpunan undang-undang dalam materi yang
sama. Contoh kodifikasi adalah hukum pidana dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hukum
perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, dan hukum dagang dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang
Sistem hukum ini berasal dari Hukum Romawi dan
banyak diterapkan oleh negara Eropa Kontinental dan
negara jajahannya.
Prinsip utama dari Civil Law yakni

hukum mempunyai sifat mengikat karena diwujudkan


dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-
undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi
atau kompilasi tertentu.
Pertumbuhan negara yang berkedaulatan (sovereignty), maka
sumber hukum adalah:
“UU” yang dibuat legislatif
“peraturan” yang dibuat eksekutif
“kebiasaan” yang hidup di masyarakat
Res ajudicata (putusan hakim hanya mengikat kepada
para pihak yang berperkara
2. Common Law: Sistem hukum yang berdasarkan
kebiasaan, atau berdasarkan judge made law. Dalam
sistem hukum ini, Hakim membuat keputusan terhadap
suatu sengketa dan dapat berlaku sebagai hukum. Undang-
undang tetap ada, dan dalam pelaksanaannya, lebih
mengutamakan putusan Hakim. Sistem hukum ini
digunakan di Inggris, A.S.
Sumber utama: Putusan hakim/peradilan (judicial
decisions) / yurisprudensi
kebiasaan, peraturan tertulis (UU) dan peraturan
administrasi Ket.:Sumber hukum tidak tersusun secara
sistematik dalam hirarki tertentu
Sistem hukum mulai berkembang di Inggris pada
abad XI yang sering disebut sistem “Unwritten Law”
(tidak tertulis). Walaupun disebut sebagai unwritten
law, hal ini tidak sepenuhnya benar. Alasannya adalah
di dalam sistem hukum ini dikenal pula adanya
sumbersumber hukum yang tertulis (statutes).
Stare decisis / the doctrine of precedent (dalam
memutuskan suatu perkara hakim harus
mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang
sudah ada dalam putusan hakim yang lain dari
perkara sejenis sebelumnya (preceden)
Peranan hakim sangat besar dalam membentuk tata
kehidupan masyarakat
• Didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-
keputusan hakim yang kemudian diikuti oleh hakim-
hakim lainnya.
• Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris,
Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada kecuali
Propinsi Quebec dan Amerika Serikat (walaupun
negara bagian Lousiana mempergunakan sistem
hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa
Kontinental).
Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain
juga menerapkan sistem hukum Anglo Saxon
Campuran, yakni menerapkan sebagian besar sistem
hukum Anglo Saxon, namun juga menerapkan hukum
adat dan hukum agama. Beberapa negara tersebut
diantaranya adalah Pakistan, India, dan Nigeria
Sistem Hukum Adat
Dari Bahasa Belanda “Adat Recht” (Snouck Hurgronje)
Makna luas: hukum adat dan adat tidak dapat dipisahkan,
hanya dapat dibedakan dari sanksi / akibat hukum
Sistem hukum adat bersumber pada peraturan-peraturan
hukum tidak tertulis yang tumbuh berkembang dan
dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
Sistem hukum yang didasarkan pada norma dan aturan
adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah tertentu
• di Indonesia sistem hukum adat dibagi dalam tiga
kelompok.
• a. Hukum adat mengenai tata negara (tata
susunan rakyat). Hukum adat ini mengatur
tentang susunan dari dan ketertiban dalam
persekutuan-persekutuan hukum (rechtsgemens
chappen) serta susunan dan lingkungan kerja alat-
alat perlengkapan, jabatan-jabatannya dan
pejabatnya.
• b. Hukum adat mengenai warga (hukum warga)
• 1. hukum pertalian sanak (perkawinan, waris) ;
• 2. hukum tanah (hak ulayat tanah, transaksi-transaksi
tanah) ;
• 3. hukum perhutangan (hak-hak atasan, transaksi-
transaksi tentang benda
• selain tanah dan jasa).
• c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana), memuat
peraturan-peraturan tentang pelbagai delik dan reaksi
masyarakat terhadap pelanggaran hukum pidana itu.
3. Islamic Law:
Awalnya Timur tengah, kemudian menyebar pada
negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika secara
individual atau kelompok
sistem hukum yang berdasarkan Hukum Islam,
dengan bersumber pada Al Qur’an dan Hadist.
Digunakan di negara yang menggunakan Hukum
Islam sebagai dasar negara.
Sumber Hukum
Al Qur’an (kitab suci bagi umat Islam yang
diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
dengan perantaraan malaikat jibril)
As Sunnah/ Al Hadits (segala perkataan, perbuatan
nabi Muhammad)
Ijtihad / Ar Ra’yu (akal pikiran manusia dalam
menemukan hukuk, baik dengan metode ijma, qiyas,
marsalih mursalah, urf, dll)
Ruang Lingkup Sistem Hukum Islam.
Ibadat (hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, sholat, puasa, zakat, haji)
Muamalat (dalam arti luas, adalah hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama makhluk)
Privat
 Muamalat (dalam arti sempit, yaitu hukum ekonomi)
 Munakahat (hukum perkawinan)

 Wirasah (hukum waris)

Publik
 Jinayat (hukum pidana)
 Hukum Tata negara

 Hukum Perang
Socialist Law: sistem hukum yang digunakan di negara
sosialis.
Sistem hukum sosialis berasal dari hukum Uni Soviet
yang dikembangkan sejak 1917, dimana pada tahun ini
terjadi Revolusi Oktober yang mengakhiri
pemerintahan kerajaan rusia. Hukum ini mengalami
penyebaran melalui politik demokrasi rakyat ke
Negara-negara di Eropa dan Asia.
Pokok sistem hukum sosialis adalah hukum yang
dijiwai ajaran Marxis-Lenimisme yang dianut oleh
para pakar hukum di Uni Soviet serta ajaran
meterialisme dan teori evolusi dimana dikatakan
bahwa materi merupakan satu-satunya benda nyata di
dunia
Menurut hukum sosialis, hukum merupakan suatu
alat untuk menekan kelas tertindas yaitu kepentingan
dan ketidakadilan. Hukum yang adil berarti
menyerukan suatu ideologi.
Fungsi hukum sosialis bukan untuk mengekspresikan
konsep keadilan tertentu, tetapi mengorganisasi
kekuatan-kekuatan ekonomi bangsa dan
mentranformasikan tingkah laku dan sikap warga
Negara.
Negara-negara yang menganut sistem hukum sosialis
ini hanya mengenal konsep hukum publik sedangkan
hukum privat tidak ada3. Sistem hukum sosialis yang
berbasis doktrin komunis mengabaikan prinsip-
prinsip keadilan moral.
Doktrin hukum sosialis berbasis pada doktrin
marxisme mengajarkan bahwa hukum sebenarnya
adalah suatu struktur yang melayani kepentingan-
kepentingan ekonomi, dan hukum adalah alat
kebijaksanaan bagi mereka yang memerintah
Sub Sahara Africa Law: sistem hukum yang
digunakan di negara Afrika, sebelah selatan
Gurun Sahara.
Far East Law: sistem hukum timur jauh yang
merupakan perpaduan antara Civil Law, Common
Law, Islamic Law, menyesuaikan kondisi
masyarakat.
SUMBER HUKUM

Sebelum membahas sumber-sumber hukum, ada


baiknya memahami terlebih dahulu tiga dasar
kekuatan berlakunya hukum (peraturan perundang-
undangan), yaitu kekuatan berlaku yuridis, sosiologis,
dan filosofis. Ketiganya merupakan syarat berlakunya
suatu perundang-undangan yang diharapkan
memberikan dampak positif bagi pencapaian
efektiivitas hukum itu sendiri.
Bagir Manan (1992:14-17)menguraikan maksud dari ketiga kekuatan
pemberlakuan peraturan perundang-undangan dalam masyarakat, yaitu
sebagai berikut :
1. Dasar kekuatan berlaku yuridis (juridisce gelding) pada prinsipnya
menunjukkan :
 Keharusan adaya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan,
dalam arti harus dibuat oleh Badan atau pejabat yang berwenang.
 Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-
undangan dengan materi yang diatur, terutama kalau diperintahkan oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau sederajat;
 Keharusan mengikuti tata cara tertentu seperti pengundangan
(pengumuman) setiap undang-undang harus dalam lembaran negara atau
peraturan daerah harus mendapat persetujuan dari legislatif.
 Keharusan bahwa tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi tingkatannya.
2. Dasar kekuatan berlaku sosiologis mencerminkan kenyataan penerimaan
dalam masyarakat. Menurut Soekanto dan Purbacaraka (1989:91-92), bahwa
landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya suatu kaidah hukum,
didasarkan pada dua teori, yaitu :
 Teori kekuasaan bahwa secara sosiologis kaidah hukum berlaku karena
paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh masyarakat.
 Teori pengakuan bahwa kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan dari
masyarakat tempat hukum itu berlaku : Hukum Perancis, Hukum Romawi
 Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal
kepada Peraturan Hukum (penguasa, masyarakat)
 Sebagai sumber dari kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen,
undang-undang, lontar, batu tulis, dsb
 Sebagai sumber terjadinya hukum : sumber yang menimbulkan hukum.
3. Dasar kekuatan berlaku filosofis, menyangkut
pandangan mengenai inti atau hakikat dari kaidah
hukum itu, yaitu apa yang menjadi cita hukum
adalah apa yang mereka harapkan dari hukum
misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban,
kesejahteraan dan sebagainya.
Menurut Utrecht arti sumber hukum adalah perasaan
atau keyakinan hokum individu dan masyarakat
(public opinion) yang menjadi determinan materil
membentuk hukum (material determinan van de) dan
menentukan isi hukum.
Faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum
adalah
1. Faktor Idiil, yaitu faktor yang berdasarkan kepada cita-
cita masyarakat akan keadilan
2. Faktor sosial masyarakat, antara lain :
Struktur ekonomi
Kebiasaan- kebiasaan
Tata hukum negara lain
Agama dan kesusilaan
Kesadaran hukum
Ada 2 Sumber Hukum
Sumber hukum Formil
Adalah sumber hukum yang dirumuskan
peraturannya dalam suatu bentuk yaitu mengkaji
kepada prosedur atau proses pembentukan, dan
lahiriah dari hukum yang bersangkutan sehingga
karena bentuknya itulah menyebabkan hukum
berlaku umum, mengikat, dan ditaati, yang dapat
berbentuk tertulis maupun tidak tertulis.
Supaya dapat menjadi peraturan yang berlaku
(hukum positif) dalam pergaulan masyarakat maka
harus harus di beri bentuk tertentu. Bentuk atau
kenyataan-kenyataan di mana kita dapat menemukan
hukum yang berlaku (hukum positif) di sebut
sumber hukum formil.
Sumber hukum formil atau bentuk-bentuk hukum
positif adalah
Undang-Undang
Menurut Prof. Mr. T. J. Buys ada dua macam
pengertian undang-undang yakni:
Undang-undang dalam arti materil yaitu setiap
peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah yang
isinya mengikat umum atau bisa juga di sebut
peraturan/regeling.
Contoh : UU materil di Indonesia berdasarkan UU
No. 10 Tahun 2004 dapat berbentuk:
UUD
Ketetapan MPR
UU
Perpu
Peraturan pemerintah
Peraturan presiden
Peraturan Daerah
Undang-undang dalam arti formil yaitu setiap
keputusan pemerintah yang merupakan undang-
undang karena cara pembuatannya.
Contoh menurut pasal 5 ayat 1 UUD 1945 ialah
peraturan di buat oleh Presiden dan DPR.
Letak perbedaan antara undang- undang formal
dengan undang- undang materil yaitu terletak pada
sudut tinjauannya.
Undang- undang dalam arti materil dilihat dari sudut
isinya yang mengikat umum, sedangkan
Undang- undang dalam arti formal dilihat dari segi
pembuatan dan pembentukannya.
Suatu undang- undang dinyatakan berlaku dan mengikat
apabila telah memenuhi syarat tertentu yang mutlak
diperlukan. Persyaratan tersebut yaitu:
1. setiap undang- undang yang telah selesai disusun
harus diundangkan;
2. pejabat yang mengundangkan adalah Menteri
Sekretaris Negara;
3. tempat mengundangkannya adalah dalam
Lembaran Negara
4. mulai berlakunya suatu undang- undang biasanya
disebutkan dalam undang- undang tersebut
Suatu undang- undang tidak berlaku lagi jika:
1. Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh
undang- undang itu sudah tidak berlaku;
2. Keadaan atau hal yang mana undang- undang itu
diadakan sudah tidak ada lagi;
3. Undang- undang itu dengan tegas dicabut oleh
instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi;
4. Telah diadakan undang- undang yang baru yang
isinya bertentangan dengan undang- undang yang dulu
berlaku.
Dalam mempelajari keberlakuan Undang-Undang di
suatu negara maka harus didasarkan pada adanya asas
hukum tertentu. Sebelum membahas lebih lanjut
perlu dibahas terlebih dahulu masalah asas hukum
dan pengertiannya
Asas Hukum adalah :
Pendapat Bellefroid : Asas Hukum adalah Norma
dasar yang dijabarkan dalam hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan
yang lebih umum.(pengendapan hukum positif dalam
suatu masyarakat)
Pendapat van Eikema Hommes : Asas Hukum adalah
sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk
bagi hukum yang berlaku. Pembentukan Hukum
perlu berorientasi pada asas hukum tersebut
(asas hukum adalah dasar-dasar petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif) bukan norma-norma hukum yang
konkret.
Pendapar Van der Velden. Asas Hukum adalah tipe putusan yang
dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai situasi atau
digunakan sebagai pedoman berperilaku. Asas Hukum didasarkan
atas nilai atau lebih yang menentukan situasi yang bernilai yang
harus direalisasi.
Pendapat Scholten. Asas Hukum adalah kecenderungan yang
disyarakat oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum,
merupakan sifar-sifat umum dengen segala keterbatasannya
sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak
harus ada.
Asas-asas Hukum Menurut Theo Huijbers ada 3 macam,
yaitu berikut :
Asas asas hukum objektif yang bersifat moral. Prinsip-
prinsip itu telah ada pada para pemikir zaman klasik dan
abad pertengahan.
Asas asas hukum objektif yang bersifat rasional yaitu
prinsip-prinsip yang termasuk pengertian hukum dan
aturan hidup bersama yang rasional. Prinsip ini juga telah
diterima sejak dahulu tetapi baru diungkapkan secara nyata
sejak mulainya zaman modern yakni sejak timbulnya
negara-negara nasional dan hukum yang dibuat oleh kaum
yuris secara profesional.
Asas asas hukum subjektif yang bersifat moral
maupun rasional, yakni hak-hak yang ada pada
manusia dan yang menjadi titik tolak
pembentukan hukum. Perkembangan hukum
paling tampak pada bidang ini.
Selanjutnya asas hukum menurut Sudikno
Mertokusumo dibagi menjadi 2 yaitu :
Asas Hukum Umum ialah asas hukum yang
berhubungan seluruh bidang hukum seperti asas
restitutio in integrum (pengembalian kepada keadaan
semula), asas lex posteriori derogat legi priori
(undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undang-undang terdahulu, sejauh
undang-undang itu mengatur objek yang sama).
Asas Hukum Khusus berfungsi dalam bidang yang
lebih sempit seperti dalam bidang hukum perdata,
hukum pidana dan sebagainya yang sering
merupakan penjabaran dari asas hukum umum,
seperti asas pacta sunt servanda (perjanjian yang
sudah disepakati berlaku sebagai Undang-undang
bagi para pihak yang bersangkutan), asas
presumption of innocence ( asas praduga tidak
bersalah sebelum ada keputusan hakim yang tetap
Dari pengertian asas hukum diatas maka dapat
disimpulkan bahwa asas hukum adalah dasar-dasar
umum yang terkandung dalam peraturan hukum dan
dasar-dasar umum tersebut merupakan sesuatu yang
mengandung nilai-nilai etis, serta jiwa dari norma
hukum, norma hukum penjabaran secara konkret dari
asas hukum.
Perbedaan antara asas dan norma :
Asas
1.pemikiran umum dan abstrak.
2.suatu ide atau konsep
3.tidak mempunyai sanksi
Norma
1.peraturan yang riil
2.penjabaran dari ide tersebut
3.mempunyai sanksi
Suatu Undang-Undang akan berlaku didasarkan pada
asas asas tertentu yaitu
Undang-Undang tidak berlaku surut : Undang-
Undang hanya berlaku terhadap peristiwa yang
disebutkan dalam Undang-Undang tersebut dan
terjadinya setelah Undang-Undang itu dinyatakan
berlaku
Undang-Undang yang lebih rendah derajatnya tidak
boleh bertentangan dengan Undang-Undang Yang lebih
Tinggi
Lex Posteriori derogat legi priori : Undang-undang
yang berlaku kemudian membatalkan Undang-undag
yang berlaku terdahulu
Lex Superior derogat Legi inferiori : Undang-undang
yang lebih tinggi derajatnya membatalkan undang-
undang yang mempunyai derajat lebih rendah
Lex Specialist Derogat Legi Generalis : Undang-
Undang khusus mengesampingkan Undang-Undang
yang bersifat umum.
Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat.
Hukum Kebiasaan adalah kebiasaan, yakni perbuatan
menurut garis tingkah laku yang tetap (habitual). Akan
tetapi tidak semua kebiasaan menjadi hukum
kebiasaan. Suatu kebiasaan menjadi hukum Kebiasaan
apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
Syarat bersifat materil artinya perbuatan itu harus di
lakukan secara tetap
Syarat psikologis artinya adanya keyakinan pada
masyarakat bahwa perbuatan itu harus di lakukan
karena telah merupakan suatu kewajiban hukum.
Jadi adanya kebiasaan itu telah mempunyai sanksi hukum
Menurut J.B Daliyo kebiasaan adalah perbuatan manusia
mengenai hal-hal tertentu yang dilakukan berulang-ulang
Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa kebiasaan dapat
menjadi hukum diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
Syarat materiil adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap
dan berlangsung lama
Syarat intelektual adanya kebiasaan itu harus menimbulkan
keyakinan umum perbuatan itu merupakan perbuatan hukum
Adanya akibat hukum apabila hukum kebiasaan itu dilanggar.
Apabila terjadi konflik antara hukum kebiasaan dengan Undang-
Undang, penyelesaiannya adalah jika Undang-Undang itu
bersifat pelengkap maka hukum kebiasaan mengesampingkan
Undang-Undang, Akan tetapi apabila Undang Undang itu berisi
ketentuan yang bersifat memaksa dan bertentangan dengan
kebiasaan, maka Undang-Undang mengalahkan hukum
kebiasaan
Hukum kebiasaan sebagai hukum tidak tertulis ada juga hukum
yang hidup dalam masyarakat (living law) pada umumnya adalah
sinonim dari istilah atau sebutan hukum adat. Menurut R
Soepomo, hukum adat adalah hukum nonstatutair yang sebagian
besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum Islam.

Yurisprudensi adalah Hukum yang termuat dalam putusan
hakim dan di jadikan pedoman oleh hakim-hakim yang
lain atau hukum hakim (judgemade law)
Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang formil,
keputusan hakim Yurisprudensi ini berasal dari kata
“jurisprudential” (bahasa latin), yang berarti pengetahuan
hukum. Dan dalam bahasa inggris “Jurisprudence” berarti
teori ilmu hukum. Sedangkan pendapat ahli hukum ialah,
Yurisprudensi dapat diartikan sebagai keputusan hakim
terdahulu yang diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh
hakim kemudian mengenai masalah yang sama atau
serupa.
Oleh karena dapat menjadi panutan maka Yurisprudensi
juga dapat menjadi pedoman ketika ada suatu perkara
atau persoalan yang tidak pasti aturan perundang-
undangannya, maka hakim tidak boleh menolak apabila
diminta memutuskan perkara, dengan alasan karena
belum ada aturan hukumnya, akan tetapi justru hakim
diminta untuk menemukan hukumnya, sebab hakim
dianggap mengetahui hukum dapat mengambil keputusan
berdasarkan ilmu pengetahuannya sendiri dan
keyakinannya sendiri. Asas hukum yang berlaku adalah
curia ius novit, artinya hakim dianggap mengetahui
hukum
 Kemudian apabila tidak ada peraturan hukum tertulis, hakim harus
mencari peraturan hukum yang tidak tertulis, kebiasaan-kebiasaan
yang hidup dalam masyarakat. Hakim harus aktif menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.
 Yurisprudensi suatu produk yudikatif yang isinya berupa kaidah atau
peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang bersangkutan.
Keputusan Hakim mendasarkan atas permasalahan subyek-subyek
hukum yang melakukan perbuatan hukum sehingga tidak secara
umum mengikat pihak diluar perkara tersebut. Jadi hakim
menghasilkan hukum yang berlakunya terbatas pada subyek hukum
yang terlibat. Putusan Hakim dapat berlaku bilamana sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Adapun seorang hakim mempergunakan putusan hakim lain,
disebabkan oleh pertimbangan yakni :
 Pertimbangan Psikologis : karena keputusan hakim mempunyai
kekuasaan atau kekuatan hukum terutama keputusan dari Pengadilan
yang lebih tinggi. Keputusan seorang hakim lebih tinggi diikuti karena
hakim tersebut adalah pengawasan atas pekerjaan hakim di
bawahnya.
 Pendapat yang sama, yakni diantara keputusan hakim itu ada yang
disebut standard arrest, standard arrest adalah keputusan hakim
secara tegas menjelaskan suatu persoalan yang menimbulkan keragu-
raguan. Dengan kata lain sependapat dengan apa yang telah
diputuskan oleh hakim lainnya.
 Ada 2 asas yang dikenal dalam hakim mengikuti putusan hakim lain yakni
:
1. Asas precedent (stare decisis) dianut oleh negara-negara anglo saxon
(Inggris Amerika) artinya hakim terikat dan tidak boleh menyimpang dari
keputusan yang lebih dahulu dari hakim yang lebih tinggi atau sederajat
tingkatannya. Menurut R.Soeroso asas precedent ini didasarkan atas
 Bahwa penerapan dari peraturan yang sama pada perkara-perkara yang
sama menghasilkan perlakuan yang sama, bagi siapa saja/ yang
datang/menghadap pada pengadilan.
 Bahwa mengikuti precedent secara konsisten dapat menyumbangkan
pendapatnya dalam masalah di kemudian hari.
 Bahwa pemakaian putusan yang lebih dahulu (sebelumnya)
menunjukkan adanya kewajiban untuk menghormati kebijaksanaan dan
pengalaman dari pengadilan pada generasi sebelumnya
2. Asas Bebas
Asas bebas yang dianut oleh negara-negara
Kontinental (Belanda, Jerman, Prancis, Italia), asas ini
berpendapat bahwa hakim tidak terkat pada
keputusan hakim terdahulu (sebelumnya) pada
tingkatan sejajar maupun hakim yang lebih tinggi
Traktat adalah perjanjian yang di adakan antara dua
Negara atau lebih. Traktat memuat hukum yang
berlaku dalam wilayah Negara yang bersangkutan,
oleh karena itu traktat pun merupakan sumber
hukum formil suatu negara
Macam-macam traktat ialah
Traktat bilateral yaitu perjanjian di adakan antara dua
Negara contoh perjanjian perbatasan antar negara
Traktat multilateral ialah perjanjian yang di adakan
antara lebih dari dua Negara contoh ASEAN,

Traktat kolektif (terbuka) ialah perjanjian antara


lebih dari dua Negara dan kemudian terbuka bagi
Negara-negara lainnya untuk mengikatkan diri dalam
perjanjian itu. Contoh PBB
 Perjanjian Internasional dibagi menjadi 2 yaitu :
 Treaty
 Pengesahannya harus mendapat persetujuan dari Legislatif/Parlemen
dan Presiden. Treaty mengandung materi sebagai berikut :
 Masalah-masalah politik atau masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi haluan politik luar negeri seperti dengan perjanjian
persahabatan, persekutuan, dan perubahan wilayah
 Ikatan yang sedemikian rupa sifatnya sehingga mempengaruhi haluan
politik luar negeri negara yang terjadi. Ikatan tersebut dicantumkan
dalam perjanjian, misal kerjasama ekonomi, pinjaman dll
 Permasalahan yang menurut UndangUndang Dasar harus diatur
dengan Undang-Undang misal kewarganegaraan, dll
agreement
merupakan perjanjian internasional yang sifat tidak
sampai mempengaruhi haluan politik, pengesahannya
oleh presiden. misal kerjasama pengiriman pelajar ke
negara lain, kerjasama pemberangkatan haji dengan
pemerintah Saudi dll
 Tahapan pembuatan traktat yakni :
 Tahap penetapan (sluiting) yakni penetapan isi perjanjian oleh utusan
atau delegasi dari pihak-pihak yang bersangkutan (konsep)
 Tahap persetujuan masing-masing parlemen dari pihak yang
bersangkutan
 Tahap ratifikasi (pengesahan). Setelah ratifikasi, perjanjian berlaku di
wilayah negara yang bersangkutan. Perjanjian yang telah diratifikasi
kemudian diundangkan dalam lembaran negara. Pengundangan ini
hanya merupakan tindakan formal saja, dan bukan syarat untuk
berlakunya perjanjian. Perjanjian telah mulai berlaku setelah
ratifikasi.
 Tahap penukaran piagam perjanjian. Perbuatan ini juga disebut
pengumuman
Doktrin adalah suatu ajaran dari seorang ahli hukum.
Seorang ahli yakni seorang yang oleh Dunia
Internasional sudah diakui keahliannya dalam
lapangan hukum.
Menurut R.Soeroso, Doktrin adalah pendapat para
Sarjana Hukum yang terkemuka yang besar
pengaruhnya terhadap hakim, dalam mengambil
keputusannya.
Contoh Doktrin.
Doktrin mazhab sejarah dan kebudayaan yang
dipelopori oleh Friedrich Karl Von Savigny (1779-
1861), Seorang Jerman berpendapat bahwa hukum
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum
masyarakat (volkgeist). Semua hukum berasal dari
adat istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal dari
pembentuk Undang-Undang.
Doktrin aliran utilitarianisme yang dipelopori oleh
Jeremy Benthan (1748-1832), berpendapat bahwa
manusia bertindak untuk memperbanyak
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Setiap
kejahatan harus disertai dengan hukuman yang sesuai
dengan kejahatan tersebut dan hendaknya
penderitaan yang dijatuhkan tidak lebih dari apa yang
diperlukan untuk mencegah terjadinya kejahatan.
Pembentuk hukum harus membentuk hukum yang
adil bagi segenap warga masyarakat secara individual.
Doktrin aliran socialogical jurisprudence yang
dipelopori oleh Eugen Ehrlich (1826-1922), seorang
Austria berpendapat bahwa hukum positif hanya akan
efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat. Pusat perkembangan dari hukum
bukanlah terletak pada badan legsilatif, keputusan
badan yudikatif ataupun ilmu hukum, tetapi justru
terletak di dalam masyarakat itu sendiri.
Doktrin aliran realisme hukum yang diprakasai oleh
Karl Llewellyn (1893-1962), Jerome Frank (1889-1957),
Justice Oliver Wendell Holmes (1841-1935), ketiga
orang berkebangsaan Amerika itu berpendapat bahwa
para Hakim tidak hanya menemukan hukum, tetapi
bahkan membentuk hukum.
Ajaran-ajaran Imam Syafi’i yang digunakan hakim di
Indonesia pada Pengadilan Agama dalam putusannya.
 Dalam Hukum Internasional, doktrin diakui sebagai sumber Hukum,
Hal mana dapat dilihat pada pasal 38 ayat (1) Piagam Mahkamah
Internasioanal (Statute of the Internasional Court Of Justice)
menyatakan bahwa dalam mengadili perkara-perkara yang diajukan
kepadanya. Mahkamah Internasional akan mempergunakan :
 Perjanjian-perjanjian internasional (internasional convention)
 Kebiasaan-kebiasaan internasional (internasional custom)
 Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang
beradab (the general principle of law recognised by civilised nations)
 Keputusan pengadilan (judicial decisions) dan
 Ajaran sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara sebagai
sumber tambahan bagi menetapkan kaidah hukum (the teaching of the
most highly qualified publicist of the various nations, as subsidiary
means for the determination of rules of law)
Sumber Hukum Materiil (welbron) atau sumber isi
hukum adalah tenaga pendorong yang menentukan
corak daripada isi hukum atau sesuatu yang tercermin
dalam isi hukum. Sumber hukum materil
menentukan ukuran; isi apakah yang yang harus di
penuhi agar sesuatu bisa disebut hukum serta mampu
mempunyai kekuatan mengikat (harus ditaati)
sebagai hukum. Sumber hukum dalam arti materiil
merupakan kaidah penuntun bagi perumusan kaidah
atau norma yang tercakup dalam sumber hukum
formal.
Ilmu Hukum sebagai Ilmu Kaidah
Ilmu : kesatuan pengetahuan yang terorganisir
Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang
terikat oleh faktor ruang, waktu, dunia, yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh pancaindera manusia.
Dalam ilmu sebagai pendekatan tersebut diatas
menitikberatkan pada metode ilmu yang digunakan
Metode merupakan keseluruhan prosedur rasional
untuk mencapai tujuan
Metode digunakan untuk mengarahkan bagaimana
objek ilmu itu dapat diuji dan dapat dikaji untuk
menjadi suatu ilmu pengetahuan .
Ciri-ciri pokok ilmu :
1. Bahwa ilmu itu bersifat rasional,
2. Bahwa ilmu itu bersifat empiris
3. Bahwa ilmu itu bersifat umum
4. Bahwa ilmu itu bersifat akumulatif
Ilmu itu Rasional
Sifat ilmu yang rasional yaitu : suatu sifat kegiatan berpikir
yang ditunjukkan kepada Logika formal.
Manusia diberikan kemampuan untuk berfikir secara
rasional, konsepsional, dan dapat berfikir sekarang lampau
dan masa datang.
Kemampuan manusia dalam menggunakan pikiran dan
menggunakan sarana yang ada pada dirinya tersebut dapat
memberikan arti bagi setiap objek disekitarnya dan tingkah
laku manusia itu sendiri.
Kemampuan manusia tersebut berujud sebagai kenyataan
kultural, sedangkan potensi intelektual berujud budaya
rokhaniah misal religi, filsafat dan ilmu pengetahuan .
Berfikir secara rasional pada manusia ditimbulkan
karena sifat ekonomis dan daya yang ada padanya.
Manusia dapat berfikir secara rasional untuk adaptasi
dan penyesuaian terhadap lingkungan alam dan
sosialnya.
Manusia berfikir secara rasional dapat digunakan
pada dalam dunia empiris dan non empiris akan
tetapi karena disini berbicara ilmu maka diterapkan
pada dunia empiris saja.
Ilmu bersifat empiris
Ilmu bersifat empiris dikarenakan Ilmu harus dapat
diperiksa dan diverifikasi oleh manusia.
Empiris merupakan kenyataan yang didapat melalui
penelitian, observasi, ataupun eksperimen (dapat
diverifikasi)
Dengan kata lain sifat empirisnya ilmu tersebut harus
mendasarkan pada kaidah-kaidah logika formal dan
kausalitas.
Bahwa Ilmu terdiri dari dua unsur besar yakni fakta
dan teori
Mengapa ilmu bersifat empiris karena dalam Ilmu
ada Fakta dan Teori
Fakta sebagai observasi empiris yang dapat
diverifikasikan.
Teori berfungsi menetapkan hubungan yang terdapat
diantara fakta-fakta itu.
Untuk menjadi ilmu, fakta harus disusun secara
sistematis, dihubungkan, diinterpretasikan.
Fakta dan teori sangat erat hubungannya krn
mempunyai hubungan fungsional
Ilmu bersifat Umum
Mengandung arti bahwa kebenaran-kebenaran yang
dihasilkan oleh ilmu itu dapat diverifikasi secara
ilmiah oleh peninjau yang mempunyai hak dan
kemampuan untuk melakukan itu.
Kebenaran dalam ilmu sifatnya tidak rahasia dan
tidak dirahasiakan karena mempunyai nilai sosial,
dan dapat diuji sebanyak-banyak oleh ahli yang
kompeten.
Adanya publikasi atau adanya pengenalan agar dapat
diketahui sebanyak mungkin ahli.
Ilmu bersifat akumulatif
Ilmu merupakan salah satu unsur dari kebudayaan.
Manusia mempunyai akal pikiran sehingga
mempunyai kemampuan untuk menganalisa,
kemampuan untuk melihat, dan berbahasa
menyebabkan manusia dapat berbudaya.
Kebudayaan dapat dikatakan sebagai keseluruhan
yang dipelajari oleh manusia.
Kemampuan manusia ini dilakukan terus menerus
tiada hentinya sesuai dengan keadaan atau lingkungan
sekitar. Kebudayaan manusia ini yang demikian ini
Kemudian Membentuk suatu perdaban.
Kebudayaan dan peradaban itu dikumpulkan,
dipelajari, dan diajarkan dari generasi ke generasi.
Pembelajaran tersebut ada yang ditambah, diubah,
dan dilepaskan sesuai dengan kebutuhan dan ukuran
yang berlaku.
Ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan
manusia oleh karena kemampuan intelektual manusia
yang dilakukan secara terus menerus sehingga
mampu memiliki kekayaan ilmu.
Ilmu bersifat akumulatif karena ilmu merupakan
kelanjutan dari ilmu-ilmu yang telah dikembangkan
sebelum-sebelumnya.
Dan dalam perkembangannya ilmu-ilmu tersebut
selalu diuji kebenarannya. Pengujian tersebut
berguna untuk perkembangan ilmu ilmu tersebut
dengan kenyataan sosial yang berkembang di
masyarakat oleh karenanya Ilmu selalu bertambah
atau pun ada yang ditinggalkan.
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang
berarti knowledge.
 Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah
diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis,
konsisten dan konheren.
 Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan
tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari
kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta
konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa
diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan
setepat-tepatnya.
Metode Ilmu Pengetahuan
Metode adalah keseluruhan cara atau prosedur rasional
untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode Ilmu adalah suatu prosedur berpikir teratur
yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh
konklusi-konklusi ilmiah berdasarkan atas postulat
(Dalil atau pendapat) dan preposisi (pernyataan)
ilmiah tertentu
Metode digunakan sebagai suatu cara sistematis yang
digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Pernyataan Masalah
Permasalahan dalam suatu penelitian sangat penting
untuk menunjang tujuan penelitian.
Permasalahan dapat ditarik dari gagasan atau ide-ide
dalam suatu penelitian.
Permasalahan dapat didahului dengan penjajagan di
lapangan tempat penelitian akan dilakukan yaitu
dengan mengadakan hubungan dan pembicaraan.
Perumusan Hipotesa
Proses awal penelitian, peneliti dihadapkan pada suatu
masalah dan harus dipecahkan masalah tersebut.
Melalui penyusunan alternatif penyelesaian kemudian
mencari informasi dan bukti-bukti untuk menyatakan
bahwa pemecahan masalah itu benar
Dalam hal ini peneliti diuji untuk menjawab
penelitiannya secara logis dan ilmiah. Jawaban
pemecahan yang diusulkan inilah yang disebut sebagai
Hipotesa.
Hipotesis yang pada awalnya hanya berupa dugaan,
setelah dapat dibuktikan dengan data yang diperoleh
dan diuji dengan teori yang relevan maka diperoleh
tesa (kebenaran)
Itulah sebab Hipotesis yang mempunyai makna yaitu
Hipo artinya dibawah atau sementara dan tesis
artinya kebenaran sehingga hipotesa merupakan
dugaan atau teori yang kebenarannya belum tentu
benar.
Hipotesa yang baik adalah merupakan pernyataan
yang sekaligus membatasi diri mengenai ruang
lingkup masalah sehingga dari hipotesa itu dapat
dibatasi pula pengumpulan-pengumpulan data yang
relevan.
Suatu Hipotesa dapat disusun dengan jelas dan
terang apabila permasalahan yang diketengahkan juga
jelas dan terang
Elaborasi menurut Abdul Mu’ti yang mengutip
pendapat Anderson yaitu : suatu proses dimana
informasi yang baru diterima dan dikaitkan
sedemikian rupa dengan pengetahuan atau informasi
lama yang tersimpan dalam Long-term Memory.
Dengan Elaborasi pengetahuan lama yang telah
tersimpan dalam memori dapat dikembangkan
menjadi pengetahuan baru, dimodifikasi atau diralat.
Metode deduktif dapat dijelaskan cara berfikir yang
menerapkan hal-hal yang umum kemudian di
hubungkan kepada hal-hal yang khusus untuk
menjelaskan suatu kesimpulan.

Metode deduktif digunakan dalam sebuah teori


kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta.
Elaborasi deduktif hipotesa.
Mengumpulkan data-data atau fakta-fakta kemudian
diuji dengan teori menghasilkan hipotesa. Hipotesa
masih bersifat sementara sehingga untuk menguji
hipotesa itu perlu dilakukan elaborasi deduktif.
Elaborasi deduktif terhadap hipotesa harus sampai
kepada hal yang khusus
Elaborasi deduktif ini dalam sampai kepada hal yang
khusus maka dapat digunakan ilmu ilmu lain
Tes dan verifikasi terhadap hipotesa
Bahwa tes dan verifikasi ini merupakan wujud dari
terapan atas hipotesa.
Tes dan verifikasi adalah sangat penting untuk
dilakukan krn untuk mengetahui apakah hipotesa
tersebut dapat ditindak lanjuti atau ditinggalkan.
Sikap Ilmiah
Merupakan sikap dari para ilmuwan yang harus
dimiliki sebagai perwujudan niat.
1. Objektifitas berhubungan dengan menguasai emosi
2. Sikap serba relatif, perkembangan ilmu.
3. Sikap Skeptif, seorang ilmuwan harus teliti.
4. Kesabaran Intelektual
5. Kesederhanaan
Ilmu Hukum sebagai Ilmu
Kaidah
Ilmu pengetahuan kaidah yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari kaidah-kaidah atau norma, yang antara
lain menelaah proses terjadinya kaidah atau
pengkaidahan.
Kaidah yaitu ketentuan-ketentuan tentang baik
buruknya perilaku manusia ditengah pergaulan
hidupnya dengan menentukan perangkat atau
penggalan aturan yang bersifat perintah dan anjuran
serta larangan.
Kaidah hukum harus dinyatakan dalam bentuk lahiriah
Kaidah sosial :
Kaidah Susila
Peraturan yang hidup berasal dari hati nurani
manusia.
Kaidah Kesopanan
Ketentuan hidup yang lahir dari pergaulan dalam
masyarakat
Kaidah Agama
Norma yang berpangkal dari ajaran, ketentuan dan
kepercayaan dari Tuhan.
Kaidah Hukum
Kaidah yang mempunyai sifat memaksa. Sifat
tersebut nampak pada :
Sanksi dari Penguasa
Sifat Peraturan yang berlaku bagi siapa saja
Kaidah Hukum dititikberatkan kepada sifat lahir
manusia karena adanya sanksi atas perbuatan lahiriah
atau perbuatan konkret
Hubungan antara kaidah hukum dan kaidah agama
Kaidah agama menunjang tercapainya kaidah hukum
karena ketaatan kepada Tuhan menjadikan manusia
mempunyai sikap bathin yang baik
Jika manusia melanggar kaidah agama maka sudah
pasti kaidah hukum dilanggar
Hubungan Kaidah Hukum dengan kaidah kesusilaan
Kaidah kesusilaan menitikberatkan kepada sikap
yang berasal dari hati nurani manusia sendiri sebagai
mahluk yang bermoral.
Kalau suara hati dari setiap manusia menghendaki
agar selalu berbuat baik maka dalam pergaulan
masyarakat tersebut tidak menimbulkan perbuatan
tercela.
Kaidah Hukum memberikan sanksi atas pelanggaran
manusia, dan sanksi yang diberikan itu dapat
Memperbaiki sikap batin manusia, sehingga fungsi
sanksi itu tidak hanya sebagai hukuman akan tetapi
juga sebagai upaya untuk memperbaiki hati nurani
manusia.
Bilamana seseorang keluar dari lembaga
pemasyarakatan menjadi baik maka fungsi kaidah
hukum tercapai dan akhirnya kaidah kesusilaanpun
tercapai pula.
Kedua kaidah ini saling melengkapi
Hubungan antara Kaidah Hukum dengan Kaidah
Kesopanan
Jika manusia mengetahui cara hidup yang sopan
menghormati orang lain, maka suatu masyarakat
akan tertib dan dinamis.
Manusia yang tidak mengetahui atau tidak mau tau
akan kaidah kesopanan maka hidupnya tidak dapat
melebur dengan masyarakat sekitar. Manusia itu akan
hidup terkucil. Dan tanpa disadari manusia itu akan
melanggar kaidah hukum
Tujuan Hukum dengan nilai
dalam Hukum
 Tujuan Hukum
 Keadilan dan kepastian
 Kemanfaatan

 Nilai nilai dasar yang dikehendaki oleh masyarakat


akan keberadaan hukum

Keadilan dan kepastian juga kemanfaatan berjalannya


tergantung berbagai aspek antara lain dari sistem
hukum suatu negara, dan politik hukum suatu negara.
Kebebasan dan ketertiban
Kebebasan dalam arti individu tidak terkekang
Karena individu dan individu lain sama-sama
mempunyai kebebasan sehingga kebebasan yang
dimiliki setiap individu ada batasannya.
Batasan itu sebenarnya untuk tidak mengganggu
kebebasan individu lain, yang mana manfaatnya
untuk individu sendiri juga dengan kata lain
kebebasannya itu terarah.
Dengan kebebasan yang terarah akan menciptakan
ketertiban.
Kepentingan pribadi dan kepentingan antar
pribadi
Manusia hidup pasti mempunyai kepentingan.
Kepentingan itu dapat bersifat pribadi atau antar pribadi
Dalam seorang bermaksud memenuhi
kepentinganpribadinya, manusia tersebut berusaha
mencapainya tanpa ada benturan dengan manusia lain.
Namun tidak demikian dengan kepentingan antar
pribadi, kepentingan antar pribadi dapat bertemu dan
berbenturan karena masing-masing pribadi minta
didahulukan kepentingannya.
Kesebandingan hukum dan
kepastian Hukum
Dalam bekerjanya hukum, Hukum berusaha untuk
menelaah, menganalisa, dan mencermati persoalan
persoalan antara pihak-pihak dan membina
kebijaksanaan yang dapat mencerminkan keadilan.
Hukum disini untuk membandingkan antara dua
keadaan yang harus diputuskan.
Disinilah ada kesebandingan hukum artinya, hukum
atau aturan yang dibawa sebagai pengentasan
permasalahan tersebut disebandingkan dengan
persoalan yang lain.
Bahwa kesebandingan inilah yang harus ada
pedoman untuk membatasinya
Batasannya itu adalah terkait dengan aturan-aturan
mana yang memecahkan permasalahan
Tidak boleh memutuskan dengan mengatakan tidak
ada aturan hukumnya, maka bilamana ada
kesebandingan hukum tetap harus mendasarkan
kepada aturan-aturan yang benar dan tepat dalam
memecahkan persoalan
Di lain hal juga dalam pemecahan masalah harus
menggunakan dasar hukum yang tepat.
Pemecahan masalah yang tidak menggunakan dasar
hukum yang tepat tidak akan mewujudkan tujuan
hukum yakni keadilan kepastian hukum dan
kemanfaatan
Faktor yang demikian sangat penting karena hukum
harus mewujudkan pula tujuan hidup masyarakat.
Bahwa pemecahan masalah harus ada dasar hukum,
hal mana berguna untuk tujuan hukum pula.
Dengan demikian dalam kesebandingan hukum
harus ada batasnya yaitu menilai hukum atau aturan
mana yang lebih tepat untuk pemecahan masalah
Hal mana sebagai perwujudan nilai-nilai hukum
dalam masyarakat yaitu dapat terwujudnya keadaan
aman, tertib , adil .
Kepastian Hukum merupakan suatu keadaan dimana
menjamin terselenggaranya pelaksanaan hukum
dengan cara yang baik dan tepat guna dan merupakan
tujuan dari hukum itu sendiri.
Bahwa dengan hukum berdiri di tempat yang tepat
dalam bertemunya kepentingan yang berbeda dan
kepentingan kepentingan tersebut juga membawa
masing masing aturan menurut versinya maka Hukum
yang diputuskan itulah akan dapat membawa kepastian
hukum.

Bahwa penerapan hukum yang tepat ini juga dapat
berfungsi juga sebagai pembaruan hukum
Pembaruan hukum berguna karena hukum selalu
berkembang seiring dengan kemajuan peradaban
masyarakat karena hukum selalu melekat dalam
kehidupan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri dalam realita kehidupan
masyarakat, Kebendaaan merupakan bagian yang
dibutuhkan sehari hari oleh masyarakat.
Akan tetapi kebendaan juga ada pembatasan.
Pembatasan itu perlu untuk menjaga sifat
materialistis yang memupuk egoisme individu.
Individu lah yang berperan untuk membatasi sifat
kebendaan, dan melalui akhlak manusia itu sendirilah
kebendaan dapat dibatasi.
Pembatasan kebendaan dalam pengertian
keseimbangan dalam memperoleh kebendaan.
Maka dari itu perlu keseimbangan antara kebendaan
dan keahlakan .
Atas dasar akhlak yang tinggi dapat menghargai
keluhuran budi manusia sehingga saling menghargai
dan saling memahami akan tercipta di masyarakat.
Kelestarian dan Kebaruan
Individu dalam masyarakat selalu berusaha untuk
mewujudkan tujuan hidup. Individu dengan akhlak
dan pemikiran akan selalu mempertahankan
perwujudan tujuan hidup pada nilai tertentu
bilamana sudah tercapai.
Beberapa individu menilai kalau tujuan hidupnya
sudah tercapai akan merasa cukup akan tetapi
beberapa individu lain merasa belum cukup, hal ini
juga menjadikan suatu permasalahan.
Sikap statis yang mencegah usaha yang akan
mendorong kehidupan yang lebih maju inilah yang
harus dibenahi.
Manusia dalam kehidupannya sudah pasti akan terus
maju karena dianugerahi akal pikiran yang sudah
pasti akan terus menguji ilmu ilmu yang ada,
kemudian meninggalkan ilmu-ilmu yang sudah tidak
relevan untuk kemudian menemukan ilmu-ilmu baru.
Kemajuan peradaban manusia membawa kebaruan-
kebaruan
Menjaga kelestarian perlu akan tetapi tidak diikuti
sikap yang statis. Misal menjaga kelestarian
kebudayaan adat kuno sangat perlu akan tetapi harus
juga diikuti oleh perkembangan atau kemajuan hidup
masyarakat. Penerapan cara-cara kuno belum tentu
diterima oleh masyarakat baru.
Kebaruan disini didasarkan atas sikap manusia itu
sendiri dalam menjalani hidup. Melalui ilmu
pengetahuan manusia dapat hidup lebih maju.
Masyarakat harus maju oleh karena dapat membuka
kebaruan hidup asal tidak membawa ketimpangan
dan konflik
Antara kelestarian dan kebaruan hendaknya selaras.
Arti Hukum
Berbagai arti yang diberikan oleh masyarakat pada
hukum:
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni
pengetahuan yang disususn secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran
tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau
patokan sikap tindak atau perikelakuan yang
pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur
dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu dan tempat
tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-
pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum
(“law-enforcement officer”)
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil
proses diskresi yang menyangkut: “ ...decision making
not strictly governed by legal rules, but rather with a
significant element of personal judment.”
Diskresi adalah: “an authority confered by law to act
in certain conditions or situations in accordance with
an official’s or an official agency’s own considered
judment and conscience. It is an idea of morals,
belonging to the twilight zone between law and
morals.”
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu
proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur
pokok dari sistem kenegaraan. Artinya hukum
dianggap sebagai: “A command or prohibition
emanating from the authorized agency of the
state..., and backed up by the authority and
capacity to exercise force which is characteristic of
the state”. (Henry Pratt et.al. 1976). Dalam hal ini
hukum juga diartikan sebagai: “...the normative
live of a state and its citizens, such as legislation,
litigation, and adjudication.” (Donald Black, 1976).
8. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan
yang “teratur”. Yaitu perikelakuan yang diulang-ulang
dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk
mencapai kedamaian .
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari
konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap
baik dan buruk.
Hukum sebagai sistim kaidah
Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun
hierarki meliputi kaidah abstrak atau umum dan
kaedah hukum konkrit atau individuil.
Teori “stufenbau” Hans Kelsen
Konstitusi merupakan kaedah tertinggi dari tertib
nasional. Sahnya konstitusi bukanlah didasarkan
pada suatu kaedah hukum posifif, akan tetapi
didasarkan pada suatu kaedah yang dirumuskan
oleh pemikiran yuridis, yang menrupakan suatu
kaedah dasar yang hipotetis.
Ajaran Kelsen

Suatu tata kaidah hukum merupakan sistim kaidah-


kaidah hukum secara hierarkis .
Susunan kaidah-kaidah hukum yang
disederhanakan dari tingkat terbawah ke atas
adalah:
a. Kaidah-kaidah individuil dari badan-
badan pelaksana hukum, terutama pengadilan,
b. Kaidah-kaidah umum di dalam undang-
undang atau hukum kebiasaan,
c. Kaidah-kaidah konstitusi.
Responsi
Sebutkan Definisi dari Hukum
Bagaimana Penjelasana mengenai Bekerjanya Hukum
di Masyarakat
Sebutkan Fungsi Hukum
Jelaskan mengapa Civil Law, Common Law dan
Islamic Law dapat di terapkan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai