Anda di halaman 1dari 10

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH PENGATAR ILMU HUKUM


Semester 1I (Dua) Jurusan HTN (Siyasah) A dan B dan C
Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Dosen : Ridwan Eko Prasetyo, SHI, MH

Nama : Zalfa Violina Addysa


NIM : 1203030134
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Kelas/Jurusan : C/Hukum Tatanegara (Siyasah)

Pilih 5 Soal dari 7 Soal di Bawah ini.

Soal :
1. Jelaskan pengertian, tujuan dan kegunaan serta kedudukan dan fungsi ilmu hukum menurut
para ahli hukum! kemudian berikan pendapat saudara secara pribadi tentang manfaat penting
dari mempelajari dan memahami Ilmu Hukum!
2. Apa yang dimaksud dengan Sumber Hukum? sebutkan dan jelaskan pula macam-macam
Sumber Hukum yang dijadikan acuan/rujukan bagi hukum yang berlaku di Indonesia saat ini
!
3. Bagaimana hubungan manusia, masyarakat dan hukum? Dan apa yang saudara ketahui tentang
kaidah agama, kesusilaan dan hukum? Jelasakan dan berikan contohnya.
4. Dalam mempelajari Ilmu Hukum dikenal macam-macam Aliran/Madzhab hukum. Sebutkan
minimal 3 (tiga) dari 5 (lima) aliran atau madzhab-madzhab hukum yang dikenal! Jelaskan
pula definisi dan pemahaman yang dikemukakan oleh aliran tersebut !
5. Apa yang dimaksud dengan penafisran dan penemuan hukum? Sebutkan macam-macam
penafsiran dalam hukum? Bagaimana kaiatanya dengan asas legalitas?
6. Apa yang dimaksud dengan system hukum? Sebutkan system hukum yang berkembang di
dunia? Jelaskan!! Bagaimana kaitannya dengan system hukum yang ada di Indonesia?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
 Subjek Hukum;
 Objek Hukum;
 Tujuan Hukum.

Keterangan :
a. Jawaban dari setiap mahasiswa di kumpulkan di koordinir oleh kosma, dikirim dalam
satu file, yang isinya berupa jawaban dari setiap mahasiswa yang mengambil dan
Mengikuti mata kuliah PIH,
b. Jawaban di kirim lewat email : ridwan.eko.prasetyo@ gmail.com dan Via WA
c. Jawaban di kumpulkan maksimal tanggal 30 Juni 2021 Pukul 24.00 WIB
d. Tugas kelompok di kumpulkan di kosma di satu file dalam bentuk soft copy
dikumpulkan berbarengan dengan pengumpulan jawaban UAS
Jawab :

1. Pengertian ilmu hukum menurut para ahli hukum


Menurut Immanuel Kant adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari orang untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, dengan mengikuti peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
Karl Max menjelaskan bahwa Hukum adalah cerminan dari hubungan hukum ekonomis
suatu masyarakat di dalam suatu tahap perkembangan tertentu.
Motesquieu adalah gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah, dan faktor lain dari tatanan masyarakat. Untuk itu hukum suatu negara harus
dibandingkan dengan hukum negara lain.
Robert Saidman berpendapat bahwa hukum tidak dapat di transfer begitu saja dari dari
suatu masyarakat ke masyarakat lain yang memiliki kultur, karena belum tentu hukum dari suatu
negara maju cocok diterapkan dinegara lain.
Tujuan Ilmu Hukum
Tujuannya adalah seseorang yang ingin mengetahui seluruh peraturan yang mengatur tata
kehidupan negara dan masyarakat Indonesia. Lebih jauh lagi, orang tersebut ingin mengetahui
dasar rangka hukum positif Indonesia, tentang perbuatan-perbuatan mana yang melanggar hukum
dan mana yang menaati hukum, serta ingin mengetahui kedudukan, hak, dan kewajibannya dalam
masyarakat.
Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan.
Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada kepastian hukum
dan kemanfaatan. Apeldoorn mengatakan tujuan hukum adalah untuk mengatur tata tertib
masyarakat secara damai dan adil. Menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum
adalah untuk dapat mencapai kedamaian hidup manusia yang didalamnya mencakup ketertiban
eksternal antarpribadi serta ketenangan pada internal pribadi.

Kegunaan ilmu hukum ialah sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah
hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa
kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu
mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah
hukum besar perannya dalam hal tersebut.
Kedudukan ilmu hukum dalam jajaran dunia keilmuan, apakah ia termasuk ilmu normatif
ataukah termasuk dalam ilmu-ilmu sosial atau ilmu empiris baik yang bersifat monodisipliner
ataukah interdisipliner, atau juga mencakup baik ilmu yang bersifat normatif dan sekaligus
empiris, sehingga merupakan ilmu yang unik yang mempunyai dua wajah. Dari kedudukan hukum
ini tentunya bertujuan untuk memberikan suatu keadilan, kepastian dan kegunaan atau
kemanfaatan terhadap subjek hukum. Menurut Salim dan Erlis mengenai kedudukan hukum
menyampaikan bahwa masyarakat yang dianggap sebagai organisme tubuh manusia yang masing
mempunyai kedudukan dan fungsinya. Hukum dikonsepsikan sebagai pola harmonisasi hubungan
antara “anggota tubuh” masyarakat agara berjalan baik dan seimbang. Bahwa utamanya
kedudukan hukum itu menyangkut status dan peran terhadap subjek hukum yang memiliki hak
dan kewajiban, apabila subjek hukum dipandang dari statusnya maka menyangkut mengenai posisi
dan kedudukan si subjek hukum tersebut dan apabila dipandang dari perannya maka menyangkut
perbuatan apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan si subjek hukum dalam
kedudukannya.
Fungsi ilmu hukum menurut para ahli hukum Friedmann dan Rescoe Pound
sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto (1986), menyebutkan fungsi hukum salah satunya
ialah sebagai saran pengendali sosial (social control) yaitu sistem hukum menerapkan aturan-
aturan mengenai perilaku yang benar atau pantas. Menurut Soedjono Dirdjosisworo (1994)
fungsi adalah penertiban, pengaturan dan penyelesaian pertikaian.
Manfaat penting dari mempelajari dan memahami Ilmu Hukum, Ilmu Hukum itu
sendiri memiliki tujuan dan kegunaan untuk menjelaskan tentang keadaan, inti, dan maksud
tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum. Jadi dengan kita mempelajari ilmu hukum kita
dapat mengenal lebih dalam apa itu hukum di lingkungan sekitar kita dan bagaimana caranya
kita menerapkan sebuah hukum yang adil di dalam kehidupan kita sehari-hari contohnya. Dengan
mempelajari ilmu hukum juga memberikan manfaat penting bagi sejumlah masyarakat mulai dari
kaum menengah sampai kaum bawah agar kita memperlakukan mereka secara adil tanpa adanya
membeda-bedakan satu sama lain.

2. Sumber hukum merupakan segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata.
Macam-macam sumber hukum itu dapat ditinjau dari segi Material dan segi Formal:

Sumber-sumber Hukum dari segi material, dapat ditinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya
dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan sebagainya.
Material berarti isi/kandungan dalam arti bahwa sumber itu sebagai sumber bahan
(mentah) untuk mengenal hukum atau sumber bahan untuk membentuk aturan hukum. Bahan-
bahan mentah dalam arti bahwa bahan itu bukan suatu peraturan suatu hukum itu sendiri. Ia masih
bahan mentah perlu diolah lebih lanjut. Misalkan bahan mentah masakan rendang terdiri dari
merica, bawang, gula, garam, daging, dan sebagainya. Setelah diolah barulah jadi rendang yang
siap dimakan. Wujud bahan mentah sumber hukum materal tersebut, yaitu:
a. Sumber hukum materiel kesejarahan (historis).
b. Sumber hukum materiel kemasyarakatan (sosiologis).
c. Sumber hukum materiel kefilsafatan (filosofis).
Sumber hukum materiel, seperti pembahasan di atas, merupakan bahan bahan mentah dari
hukum. Adapun kalau Sumber Hukum Formal, sumber itu sudah berupa hasil olahan bahan
mentah (sumber hukum materiel) tersebut. Dengan kata lain sumber hukum formil adalah atur-an
hukum itu sendiri. Apeldoorn menyebut sumber hukum formal itu sebagai causaefficiens dengan
pengertian sumber hukum itu adalah sebab langsung berlangsungnya berlakunya hukum. Sumber-
Sumber Hukum Formal antara lain:
a) Undang-undang (statute);
b) Kebiasaan (costum);
c) Keputusan-keputusan Hakim (jurisprudensi);
d) Traktat (treaty);
e) Pendapat Sarjana Hukum (doktrin).
Sumber hukum tersebut menjadi acuan bagi Indonesia pada saat ini dalam menghadapi
perkembangan kehidupan ketatanegaraannya yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Acuan
tersebut membuat sumber hukum itu sendiri menjadi sumber hukum yang bisa menjadi acuan di
berbagai masa yang akan datang, sebab perkembangan zaman yang begitu pesat sehingga juga
mempengaruhi perkembangan kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Negara Indonesia memang
harus mempersiapkan mental-mental masyarakatnya dalam menghadapi perkembangan kehidupan
ketatanegaraan. Indonesia sendiri haruslah melakukan pemerataan kepada masyarakatnya
mengenai ilmu pengetahuan tentang garis besar ruang lingkup ilmu pengetahuan Hukum, dan
senantiasa mengakrabkan masyarakatnya dengan pengetahuan Ilmu Hukum.

3. Hubungan manusia, masyarakat dan hukum,


Manusia dengan Masyarakat, manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan)
mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang. Artinya bahwa manusia
itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia
lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama
lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
Masyarakat dengan Hukum, dimana ada masyarakat disitu pasti ada hukum. Hukum ada
sejak masyarakat ada. Bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu
sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan,
adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat. Bagaimana corak dan warna hukum yang
dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutan untuk
menentukan sendiri. Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu
sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut
masyarakat hukum.
Hukum dengan Manusia, setiap tingkah laku dari manusia baik disadari maupun tidak
disadari sebenarnya ada hukum yang mengatur manusia tersebut.
Manusia dengan Hukum, adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam
ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada
masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat
sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum. Sesungguhnya manusia itu sulit untuk
berhubungan erat dengan hukum yang adil dan merata. Sehingga meskipun manusia tidak dapat
dipisahkan dari hukum, tetapi manusia dapat merubah aturan-aturan tersebut sesuai dengan
keinginan asalkan manusia tersebut mempunyai harta dan kekuasaan.
Hukum dengan Masyarakat, hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak
mungkin dapat diceraipisahkan antara satu sama lain, mengingat bahwa dasar hubungan tersebut
terletak dalam kenyataan-kenyataan.
Masyarakat dengan Manusia, masyarakat adalah tatanan sosial yang terbentuk oleh
manusia.
Kaidah agama adalah sebagai peraturan hidup yang oleh para pemeluknya dianggap
sebagai perintah dari Tuhan, atau dapat dikatakan bahwa kaidah agama berpangkal pada
kepercayaan kepada Tuhan. Kaidah agama berisi perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-
anjuran, yang memberi tuntutan hidup kepada manusia. Sebagai contoh kaidah agama islam
dibidang hukum perkawinan dan hukum waris, oleh pemerintah Indonesia dilembagakan menjadi
kaidah hukum yang sudah diberlakukan secara positif di Indonesia. Bahkan penyelesaian
sengketanya pun memiliki peradilan khusus, yakni peradilan agama.
Kaidah kesusilaan menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. (1986 : 7) adalah
kaidah yang berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi
manusia. Sebagai contoh, Mencuri itu adalah perbuatan yang dilarang. Kaidah kesusilaan itu dituruti
oleh manusia, bukan karena manusia tadi yang takut pada sanksi berdosa pada tuhan akan tetapi
kata batinnya sendiri yang menganggap perbuatan itu tidak patut untuk dilakukan.
Kaidah hukum adalah sebagai peraturan hidup yang sengaja dibuat atau yang tumbuh dari
pergaulan hidup dan selanjutnya dipositifkan secara resmi oleh penguasa masyarakat atau penguasa
negara. Kaidah hukum diharapkan dapat melindungi dan memenuhi segala kepentingan hidup
manusia dalam hidup bermasyarakat. Menurut Gustav Radbruch (1961 : 12) membedakan kaidah
atas :

 Kaidah alam yang merupakan kaidah yang menyatakan tentang apa yang pasti akan terjadi.
Contohnya : semua manusia pasti akan meninggal.
 Kaidah kesusilaan merupakan kaidah yang menyatakan tentang sesuatu yang seharusnya
terjadi. Contoh : manusia seharusnya tidak membunuh.

4. Madzhab-madzhab hukum yang dikenal


Aliran hukum adalah ditentukan oleh masa dan waktu yang sehingga oleh para ahli
hukum membuat penafsiran hukum berdasarkan waktu dan tempat. Sehingga pada saat ini para
ahli hukum selalu mengkaji hukum itu. Dalam kajian filsafat hukum, dikenal beberapa aliran
tentang hukum diantaranya:
1) Mazhab hukum alam merupakan ajaran hukum yang menitik beratkan pada rasio atau akal
yang melihat keadilan sebagi suatu hal yang mutlak. Penganut ajaran atau mazhab hukum alam
antara lain Plato, Aristoteles, Aquino, Hugo De Groot dan lain-lain. Para pemikir terdahulu,
umumnya menerima suatu hukum yaitu hukum alam atau hukum kodrat. Berbeda dengan
hukum positif sebagaimana diterima oleh orang dewasa ini, hukum alam yang diterima sebagai
hukum tersebut bersifat tidak tertulis.
2) Madzhab Hukum Positif/ Positivisme, menurut Hans Kelsen yang diikuti Lili Rasyidi
merupakan suatu teori tentang hukum yang senyatanya dan tidak mempersoalkan senyatanya
itu, yakni apakah senyatanya itu adil atau tidak adil. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hukum
positif merupakan kebalikan dari hukum alam. Sebab, mazhab ini mengidentikkan hukum
dengan undang-undang. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang.
3) Madzhab Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang menempatkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum, dalam hal ini yang dimaksud dengan kemanfaatan adalah
kebahagiaan (happiness). Adil tidaknya suatu hukum ditentukan dari apakah hukum tersebut
mampu memberikan kebahagiaan yang dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin individu di
dalam suatu masyarakat atau yang sering dikenal dengan istilah the greatest happiness for the
greatest number of people. Beberapa tokoh penganut Aliran Utilitarianisme antara lain Jeremy
Bentham, John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering.

5. Subjek Hukum, adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/wewenang untuk melakukan
perbuatan hukum atau kata lain segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan
kewajiban pada umumnya subjek hukum adalah manusia dan badan hukum. Hubungan hukum
adalah hubungan antara 2 subjek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disuatu pihak
berhadap-hadapan dengan hak dan kewajiban pihak lain. Kalau dirampas haknya dinamakan
kematian perdata. Undang-undang melarang adanya kematian perdata. Pasal 15 UUDS 1950
ayat 2 bunyinya: “ Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan hukuman kematian perdata atau
kehilangan semua hak-haknya”. Dalam dunia hukum, subjek hukum dapat diartikan sebagai
pembawa hak, yakni manusia dan badan hukum. Contoh: Hak menagih piutang, Hak untuk
mengatur ganti rugi, Hak berbicara dan berpendapat.
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum. Dapat dijadikan
permasalahan hukum dan dapat dikuasai oleh subjek hukum. Objek hukum pada umumnya dalah
benda. 3 syarat objek hukum yaitu:

a) Berguna bagi subjek hukum


b) Dapat menjadi permasalahan
c) Dapat dikuasai.
Contoh: udara berguna dan diperjual belikan tidak? Tidak.
Tujuan Hukum, untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam perhubungan antara
anggota masyarakat, diperlukan aturan-aturan hukum yang diadakan atas kehendak dan keinsyafan
tiap-tiap anggota masyarakat itu. Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa
anggota masyarakat untuk patuh mentaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap
perhubungan dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum bertujuan menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas
keadilan dari masyarak itu. Tujuannya antara lain:
a. Menciptakan tatanan masyarakat yang tertib.
b. Menciptakan keseimbangan dan ketertiban.
c. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat diharapkan keputusan manusia akan
terlindungi. Dalam mencapai tujuannya hukum bertugas membagi hak dan kewajiban membagi hak
dan kewajiban antar perorangan dalam masyarakat membagi wewenang dan mengatur memecahkan
masalah hukum serta memelihara masalah hukum.
d. Pendapat para sarjana lainnya. Tujuan hukum adalah untuk kedamaian, keadilan, dan untuk
kebaikan, dan untuk kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai