DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
RITA PERMATASARI
(1203030108)
SYAM MUHAMMAD HASBI (1203030120)
ULFA UMIL. F
(1203030124)
ZALFA VIOLINA ADDYSA (1203030134)
Puji dan Syukur penukis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia – Nya penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada wakyunya.
Makalah ini membahas Perkembangan Sistem dan Susunan Peradilan Militer dan Peradilan
Tata Usaha Negara. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak tantangan dan
hambatan akan tetapi akan tetapi dengan bantuan dengan berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan maklah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Perkembangan Sistem dan Susunan Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa adanya sarana yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi makalah
ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Peradilan Militer
2.2. Peradilan Militer Sebagai Pelaksana Kekuasaan
2.3. Peradilan Tata Usaha Negara
2.4. Perkembangan Sistem Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tiarsen Buaton, Peradilan Militer di Indonesia di Bawah Kekuasaan Makamah Agung dalam Demi Keadilan.
Antologi Hukum Pidana dan Sistem Peradilan Pidana, Editor Jufrina Rizal, Suhariyono AR (Jakarta : Pustaka
Kemang, 2016) Hal. 378
2
Pasal 5 Ayat (1) UU Peradilan Militer
Dalam norma-norma hukum militer penting dan mutlak untuk dipahami Hakim
Militer, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan UU Peradilan Militer ditentukan bahwa
hakim militer selain berpedoman pada asas-asas yang sebagaimana yang tercantum dalam
UU kekuasaan kehakiman, juga harus memperhatikan asas dan ciri-ciri tata kehidupan
militer.
Hukum Militer berkaitan erat dengan perang, dan secara historis peranglah yang
melahirkan angkatan bersenjata. Sejarah perang membuktikan bahwa angkatan bersenjata
yang baik organisasinya dan yang disiplinnya tinggi selalu unggul dalam pertempuran dengan
demikian dalam hukum militer terefleksi asas-asas perang, asas-asas porganisasi militer,
Asas-asas disiplin militer dan asas-asas hukum militer.3
Asas-asas Perang
Penelitian sejarah perang telah melahirkan sembilan asas perang yang sepanjang
sejarah membawa kemenangan apabila asas-asas itu diperhatikan dan yang membawa
kekalahan apabila asas-asas itu diabaikan atau dilangggar.
Kesembilan asas itu adalah :
1) The maintenance of the objective , artinya bahwa apapun yang terjadi harus selalu
diingat apa yang menjadi tujuan atau sasaran;
2) Offensive, artinya bahwa serangan merupakan faktor yang menentukan;
3) Mobility, artinya mobilitas atau kemampuan untuk secara cepat bergerak merupakan
faktor yang menentukan;
4) Surprise, artinya bahwa menghadapkan musuh kepada pendadakan atau keadaan yang
tidak diduganya, membuat musuh kebingungan dan kehilangan ketenangan;
5) Concentration atau memusatkan kekuatan yang sebesar mungkin di tempat dan pada
waktu tertentu merupakan faktor yang menentukan;
6) Co-operation atau kerjasama antara satuan-satuan merupakan suatu keharusan;
7) Economy of force atau penggunaan kekuatan secara efisien mungkin;
8) Security atau pengamanan pihak sendiri, pengamanan pangkalan, logistik dan
sebagainya, terhadap kemungkinan serangan musuh atau kemungkinan sabotase dan
subversi.
9) Simplicity atau kesederhanaan artinya semua rencana harus sedemikian rupa sehingga
dapat secara mudah dipahami dan diingat.
3
ASS Tambunan, Hukum Militer Indonesia, Suatu Pengantar (Jakarta : Pusat Studi Hukum Militer STHM,
2005) Hal. 50
1) Asas kesatuan komando yaitu yaitu bahwa dalam kehidupan militer dengan struktur
organisasinya, seorang komandan mempunyai kedudukan sentral dan bertanggung
jawab penuh terhadap kesatuan dan anak buahnya.
2) Asas hirarki atau struktur yang berjenjang, atas asas hubungan atasan-bawahan dan
asas komandan bertanggung jawab terhadap anak buahnya. Asas ini adalah
merupakan kelanjutan dari asas kesatuan komando. Dalam Tata kehidupan dan ciri-
ciri organisasi Angkatan Bersenjata, komandan berfungsi sebagai pimpinan, guru,
bapak, dan pelatih, sehingga seorang komandan harus bertanggung jawab penuh
terhadap kesatuan dan anak buahnya.
3) Asas kepentingan militer artinya untuk menyelenggarakan pertahanan dan keamanan
negara, kepentingan militer diutamakan melebihi daripada kepentingan golongan dan
perorangan. Namun, khusus dalam proses peradilan (penegakan hukum) bahwa
kepentingan militer selalu diseimbangkan dengan kepentingan hukum.
3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya reformasi peradilan militer merupakan semangat dari demokrasi yang
dijalankan dalam sistem pemerintahan Indonesia, dimana menurut ketentuan Undang-undang
Nomor 65 ayat 2 tentang Tentara Nasional Indonesia dan pasal 25 ayat 4Undang-Undang
Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman mengamanatkan bagi prajurit yang
melakukan tindak pidana militer tunduk pada peradilanmiliter, sedangkan bagi prajurit yang
melakukan tindak pidana umum tunduk pada peradilan umum .
Mekanisme peradilan militer yang dipraktekkan selama ini sesungguhnya telah
memadai, Pengadilan militer dibentuk untuk mengakomodasi kepentingan militer dan
keadilan di lingkungan militer, oleh karena itu tugas dan peran peradilan militer dikhususkan
untuk anggota militer yang melakukan tindak pidana umum dan tindak pidana militer.
Eksistensi peradilan militer di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah kemerdekaan
bangsa ini, dimana pada saat itu TNI (dulu disebut sebagai BKR) berjuang hingga titik darah
penghabisan untuk merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, sehingga dalam setiap tindak
pidana yang dilakukan oleh prajurit BKR pada saat itu baik tindak pidana umum maupun
tindak pidana militer, tetap diproses di pengadilan militer (dulu disebut sebagai pengadilan
militer. Hal tersebut adalah warisan dari sejarah berdirinya bangsa Indonesia yang
mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, sehingga
dalam segi kedudukan peradilan militernya pun berbeda dengan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, ASS. Hukum Disiplin Militer, Suatu Kerangka Teori (Jakarta: Pusat Studi Hukum Militer
STHM, 2005).
Sianturi, SR. Hukum Pidana Militer di Indonesia (Jakarta : Alumni AHM-PTHM,1985)
Soegiri SH, dkk. 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Republik Indonesia (Jakarta :
CV. Indra Djaya, 1976)
Indroharto, 1993, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Buku II),
Sinar Harapan, Jakarta.