Anda di halaman 1dari 12

Volume 1 Issue 2, November 2018, Page.

75-86
PA LREV |JOURNAL OF LAW PAMULANG
ISSN : 2622-8408 – E-ISSN 2622-8616
L A W REVIE W

PENYELESAIAN KASUS HUKUM DI LINGKUNGAN PENGADILAN MILITER


DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN
OLEH ANGGOTA TNI

Rinaldi Chandra
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
tamanyasmin98@gmail.com

ABSTRACT

The scientific method is carried out through careful and complete investigation of all the
evidence that can be obtained about a particular problem so that a solution can be obtained
for that problem. The research method is a scientific activity, which is based on certain
methods, systematic, and thinking, which aims to study one or several legal phenomena, by
analyzing them. The author uses this type of dexirptif research because the writer wants to
obtain a clear picture and provide accurate data regarding the settlement of fraud cases
committed by members of the TNI. Article 9 of Law No. 31 of 1997 concerning Military
Courts, assembled with Articles 1 and 2 of the Military Criminal Law Act (KUHPM), the
Military Courts adjudicate crimes based on their subjects, namely soldiers (military) or the
equivalent.

Keywords: Law, Technology, Online Tranfortation

ABSTRAK
Metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan dengan seksama dan lengkap, terhadap
semua bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga
dapat diperoleh suatu pemecahan bagi permasalahan itu. Metode penelitian merupakan
suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu,
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum, dengan jalan
menganalisanya. Penulis menggunakan jenis penelitian deksirptif ini karena penulis ingin
memperoleh gambaran yang jelas dan memberikan data yang akurat tentang penyelesaian
perkara tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh anggota TNI. Pasal 9 Undang-Undang
No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, diakitkan dengan Pasal 1 dan 2 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), maka Peradilan Militer mengadili tindak pidana
didasarkan pada subyeknya, yaitu prajurit (militer) atau yang dipersamakan.

Kata Kunci: Military Criminal (Tindak pidana yang dilakukan oleh militer), Soldier
(military)

75
PENDAHULUAN
Undang- Undang menyebutkan Tentara Nasional Indonesia. Bentuk
bahwa Indonesia adalah negara hukum. penyimpangan itu antara lain pelanggaran
Hal tersebut berarti bahwa negara Hak asasi manusia, pelanggaran hukum
Indonesia dalam menjalankan kehidupan disiplin dan tindak pidana. Setiap tindak
berbangsa dan bernegara harus sesuai pidana yang dilakukan oleh anggota
dengan aturan hukum yang berlaku. Tentara Negara Indonesia pada umumnya
Negara Indonesia juga menjamin setiap diselesaikan di Peradilan Militer kecuali
warga negara bersamaan kedudukannya oleh perwira penyerah perkara
di dalam hukum dan pemerintahan berpendapat bahwa tindak pidana
dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tersebut diselesaikan melalui hukum
tercantum dalam pasal 27 ayat (1) UUD disiplin.
1945 amandemen keempat. Dengan Salah satu Tindak pidana yang
demikian sudah sewajarnya penegakan cukup banyak dilakukan oleh anggota
keadilan berdasarkan hukum Tentara Nasional Indonesia adalah tindak
dilaksanakan oleh setiap warga negara, pidana penipuan. Tindak pidana penipuan
setiap penyelenggara Negara, setiap yang dilakukan oleh anggota Tentara
lembaga kemasyarakatan termasuk Nasional Indonesia tentu tidak saja
kalangan militer. berkaitan perjalanan, kartu keamanan
Penegakan hukum di Indonesia atau surat cuti orang lain sebagaimana
sebagai wujud dari penyelenggaraan yang diatur dalam Pasal 92 KUHP, tetapi
kekuasaan kehakiman sebagaimana diatur juga bentuk-bentuk lain yang tidak diatur
dalam Undang-undang No. 4 tahun 2004 dalam KUHPT seperti penipuan membuat
dilaksanakan di empat lingkungan surat keterangan belum menikah, surat-
peradilan yaitu lingkungan peradilan surat berharga. Tindak pidana penipuan
umum, lingkungan peradilan agama, yang dilakukan oleh anggota tentara
lingkungan peradilan tata usaha negara nasional Indonesia yang bertujuan
dan peradilan militer sesuai kewenangan mencari keuntungan pribadi atau
absolutnya. golongan tertentu ini tentu saja merugikan
Dalam Undang-undang No: 48 bangsa dan negara. Untuk itu hukum
tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan harus dapat menertibkan setiap tindak
Pokok Kekuasaan Kehakiman ditetapkan pidana termasuk tindak pidana penipuan
bahwa salah satu penyelenggara dengan cara memalsukan surat yang
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh dilakukan oleh anggota Tentara Nasional
pengadilan dalam lingkungan peradilan Indonesia demi terwujudnya masyarakat
militer, termasuk susunan serta acaranya Indonesian yang adil dan makmur.
diatur dalam Undang–undang tersendiri. “Era reformasi yang menuntut
Eksistensi pengadilan di lingkungan transparansi, kebebasan, demokratisasi
peradilan militer juga dimuat dalam Pasal dan persamaan hak, berimbas kepada
24 ayat (2) UUD 1945 amandemen penyelenggaraan peradilan. Prinsip
keempat yang berbunyi kekuasaan equality before the law menghendaki
kehakiman dilakukan oleh sebuah tidak ada warga negara yang mendapat
Mahkamah Agung dan badan peradilan previelege apalagi dalam bidang
dibawahnya dalam lingkungan peradilan peradilan. Oleh karena itu tuntutan
militer, lingkungan peradilan agama, bahwa militer yang melakukan tindak
lingkungan peradilan tata usaha negara, pidana umum diadili di peradilan umum
lingkungan peradilan umum dan terus bergaung dan puncaknya adalah
mahkamah konstitusi. dikeluarkannya TAP MPRI RI Nomor:
Tentara Nasional Indonesia (TNI) VI/2000 dan TAP MPR RI Nomor:
adalah bagian dari bangsa Indonesia yang VIII/2000 Jo Undang-undang Nomor: 34
bertanggung jawab dalam menjaga tahun 2004 yang menegaskan bahwa
pertahanan keamanan negara.. Dalam anggota militer yang melakukan kejahatan
melaksanakan tanggung jawabnya umum di bawa ke pengadilan sipil.
tersebut tentu saja ada kemungkinan Sedangkan Undang-undang Nomor 31
penyimpangan yang dilakukan anggota tahun 1997 tentang Peradilan Militer

76
mengatakan tindak pidana yang dilakukan ini karena penulis ingin memperoleh
anggota militer baik tindak pidana umum gambaran yang jelas dan memberikan
sebagaimana diatur dalam KUHP dan data yang akurat tentang penyelesaian
perundang-undangan pidana lainnya, juga perkara tindak pidana penipuan yang
tindak pidana militer sebagaimana dilakukan oleh anggota TNI.
terdapat dalam KUHPM semuanya diadili
di peradilan militer”. PERMASALAHAN
Secara yuridis eksistensi peradilan Untuk mengurangi permasalahan
militer dimuat dalam “Pasal 24 ayat (2) ini, maka pembaharuan hukum harus
UUD 1945 amandemen keempat yang diarahkan kepada pembangunan sistem
berbunyi : kekuasaan kehakiman hukum, yang meliputi struktur hukum,
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung substansi hukum dan budaya hukum.
dan badan peradilan yang berada Pembangunan struktur hukum dalam hal
dibawahnya dalam lingkungan peradilan ini kelembagaan hukum harus diarahkan
umum, peradilan agama, lingkungan kepada terbentuknya satu lembaga hukum
peradilan militer, lingkungan peradilan yaitu peradilan yang independen
tata usaha negara dan oleh sebuah (Independence of Judiciary). Sebuah
Mahkamah Konstitusi”. peradilah harus bebas dari pengaruh,
Peradilan militer merupakan direktiva, dan intervensi dari siapapun.
peradilan khusus baik obyek maupun Dan ini tercermin dari adanya kebebasan
subyeknya yaitu golongan rakyat tertentu hakim dalam mengadili perkara pidana,
(prajurit TNI atau yang dipersamakan). kebebasan hakim tidak mungkin terjadi
Kemudian pasal 1 dan 2 KUHPM apabila masih terikat rantai komando atau
mengatakan penerapan KUHP ke dalam adanya hubungan yang sub ordinasi.
KUHPM dan orang-orang yang tunduk Pembangunan substansi hukum harus
kepada peradilan militer yang melakukan diarahkan kepada pembentukan suatu
tindak pidana dan tidak tercantum dalam undang-undang yang komprehensif,
KUHPM diterapkan KUHP. dalam hal ini perubahan undang-undang
Ketetapan MPR RI Nomor peradilan harus diikuti dengan perubahan
VII/2000 khususnya Pasal 3 ayat (4) dalam hukum materil, hukum formil dan
huruf a berbunyi: ”Prajurit TNI tunduk hukum pelaksanaann pidana. Sinkronisasi
kepada kekuasaan peradilan umum dalam perlu dilakukan sebelum terbentuknya
hal pelanggaran pidana umum. Kemudian undang-undang peradilan pidana militer
UU Perubahan Undang-undang Nomor 31 yang baru yaitu UUD 1945, Undang-
tahun 1997 tentang peradilan militer undang kekuasaan kehakiman, Undang-
menghendaki bahwa tindak pidana yang undang Mahkamah Agung dan Undang-
dilakukan oleh prajurit TNI diadili di undang pemasyarakatan.
peradilan umum.” Menentukan perbuatan mana yang
dikategorikan sebagai tindak pidana
METODE PENELITIAN umum oleh seorang prajurit TNI,
Penelitian adalah suatu metode pertama-tama bisa dilihat dalam KUHP
ilmiah yang dilakukan melalui
penyelidikan dengan seksama dan dan perundang-undangan lainnya.
lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang Pelanggaran terhadap ketentuan ini harus
dapat diperoleh mengenai suatu diadili di peradilan umum. Sedangkan
permasalahan tertentu sehingga dapat perbuatan yang menyangkut kehormatan
diperoleh suatu pemecahan bagi korps dan pelanggaran ketentuan pidana
permasalahan itu. Metode penelitian umum yang luar biasa misalnya genocide,
merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang
pelanggaran terhadap hukum perang di
didasarkan pada metode, sistematika, dan
pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk peradilan Militer. Memilah-milah mana
mempelajari satu atau beberapa gejala yang merupakan pelanggaran terhadap
hukum, dengan jalan menganalisanya hukum pidana umum dan mana
(Dimyati, 2004 : 57) Penulis pelanggaran yang hanya bisa dilakukan
menggunakan jenis penelitian deksirptif oleh seorang militer merupakan persoalan

77
utama yang harus terlebih dahulu apabila ditinjau dari sudut justiabel,
dibicarakan/dilakukan dalam hal ini militer (dan yang
dipersamakan) maka Hukum Pidana
PEMBAHASAN Militer adalah salah satu hukum pidana
Walaupun sebagai warga negara yang secara khusus berlaku bagi militer
Republik Indonesia, Tentara bukanlah (dan yang dipersamakan) disamping
golongan tersendiri karena tiap anggota berlakunya hukum pidana lainnya.
TNI merupakan bagian dari masyarakat Hukum pidana militer memuat peraturan-
biasa, namun yang membedakan adalah peraturan yang menyimpang dari
adanya kewajiban TNI sebagai inti dari ketentuan-ketentuan yang telah diatur
pembelaan dan pertahanan negara. Maka dalam hukum pidana umum dan hanya
diperlukan suatu pemeliharaan ketertiban berlaku juga bagi golongan khusus
yang lebih disiplin dalam organisasinya, (militer) atau orang-orang karena
sehingga seolah-olah merupakan golongan peraturan ditundukkan padanya.“Siapa –
tersendiri dalam rangka melaksanakan siapa saja yang diberlakukan hukum
tugas pokoknya yang sangat besar pidana tentara diatur dalam Pasal 46, 47
tersebut. Oleh karena itu bagi golongan ayat (1), 49 ayat 92) dan pasal 50 Kitab
militer diperlukan suatu hukum khusus Undang-undang Hukum Pidana Militer”
dan peradilan yang terpisah dari Peradilan Dengan adanya hukum pidana
Umum. Kekhususan itu adalah bahwa militer, bukan berarti anggota militer yang
masyarakat tentara itu adalah melakukan tindak pidana tidak dapat
pengkhususan daripada masyarakat diberlakuan hukum pidana umum. Bagi
umum (Salam, 1996 : 11). Hukum pidana militer dapat berlaku baik hukum pidana
militer sebagai bagian dari hukum militer umum maupun hukum pidana militer,
merupakan hukum khusus, karena dilihat seperti diatur dalam Pasal 1 KUHPM :
dari pengertiannya untuk membedakan
dengan hukum pidana umum dan hukum “Pada waktu memakai kitab
acara pidana umum yang berlaku untuk undang-undang ini berlaku aturan
setiap orang. –turan pidana umum, termasuk
Hukum pidana militer ditinjau dari bab ke sembilan dari buku
pertama, kecuali aturan yang
arti materiil dan formal adalah bagian dari menyimpang yang ditetapkan oleh
hukum positif, yang berlaku bagi justiabel undang-undang”
militer, yang menentukan dasar-dasar dan
peraturan-peraturan tentang tindakan- Diperlukan hukum khusus bagi
tindakan yang merupakan larangan dan anggota militer, karena untuk pelanggaran
keharusan serta terhadap pelanggarannya tindak pidana tertentu, apabila
diancam dengan pidana, yang diberlakukan hukum pidana umum,
menentukan dalam hal apa dan bilamana dirasakan ancaman hukumannya terlalu
pelanggar dapat dipertanggungjawabkan ringan. Misalnya tindak pidana pencurian
atas tindakannya dan yang menentukan yang dilakukan oleh anggota militer di
juga cara penuntutan, penjatuhan pidana dalam kesatrian atau asrama militer.
dan pelaksanaan pidana, demi tercapainya Sedangkan untuk perbuatan-perbuatan
ketertiban hukum. yang hanya dapat dilakukan oleh militer
Dari pengertian di atas mengenai saja, seperti desersi, menolak perintah
hukum pidana militer dapat dijelaskan dinas, dan sebagainya, tidak diberlakukan
bahwa pengertian tersebut didasarkan hukum pidana umum. Apabila hal-hal
kepada terhadap siapa hukum pidana tersebut dimasukkan ke dalam KUHP,
tersebut berlaku. Dengan kata lain, akan membuat KUHP sukar dipergunakan

78
karena terhadap ketentuan-ketentuan ini Apakah kejahatan yang terjadi itu
hanya tunduk sebagian kecil dari anggota bersifat umum atau militer
masyarakat, juga pengadilan yang berhak 3. Peranan dan jumlah pelaku
mengadili militer adalah peradilan Apakah jumlah pelaku tindak
tersendiri yaitu Pengadilan Militer (Yasin, pidana lebih banyak militer atau
1995 : 70-71). sebaliknya dan siapa yang lebih
Apabila ada seorang anggota TNI banyak berperan.
melakukan tindak pidana yang tidak Komposisi Hakim dalam hal
diatur dalam KUHPM tetapi diatur dalam menyidangkan perkara tersebut baik itu di
KUHP, maka ia dapat dikenai hukuman Pengadilan Militer atau di Pengadilan
sebagaimana yang diatur dalam KUHP. Negeri diadakan komposisi gabungan
Apabila seorang anggota TNI melakukan yang terdiri dari Hakim Militer dan Hakim
tindak pidana yang sama terdapat dalam sipil.
KUHPM dan juga diatur dalam KUHP Dapat diambil kesimpulan bahwa
maka yang digunakan adalah hukum yang berlaku bagi seorang militer (atau
pidana militer. Karena ini sesuai dengan justiabel peradilan militer) bukan saja
asas “Lex Specialis Derogate Legi hanya hukum pidana militer melainkan
Generalis“ yang artinya bahwa undnag- juga hukum pidana umum dan ketentuan
undang atau hukum yang bersifat khusus –ketentuan yang terdapat dalam hukum
mengesampingkan undang-undang atau pidana umum (yang pada dasarnya
hukum yang bersifat umum. Berhubung digunakan dalam hukum pidana militer
hukum pidana militer merupakan hukum dengan beberapa pengecualian). Oleh
yang khusus dari hukum pidana umum, karena itu, diperlukan penegak-penegak
maka yang diberlakukan adalah hukum hukum yang berkecimpung dalam badan-
pidana militer. Berhubung subjek dari badan peradilan militer harus menguasai
pelaku adalah anggota militer maka yang baik ilmu hukum pidana militer juga
berhak mengadili adalah Pengadilan harus menguasai hukum pidana umum
Militer oleh Hakim Militer. agar dapat menangani masalah hukum
Untuk tindak pidana tertentu secara adil.
seperti perkara koneksitas seorang militer Oditur dalam perkara ini
dapat diadili di Pengadilan Umum dan mengajukan tuntutan sebagai berikut :
sebaliknya seorang sipil dapat diadili di memohon agar pengadilan militer
pengadilan Miiter, sesuai dengan Pasal 3,4 menyatakan terdakwa terbukti bersalah
UU no, 5 tahun 1950 tentang Susunan dan melakukan tindak pidana pemalsuan surat
Kekuasaan Badan –badan Peradilan sebagaimana diatur dan diancam pidana
Militer, sebagai berikut : menurut Pasal 263 KUHP ayat (1) KUHP.
1. Titik berat kerugian Dengan mengingat Pasal 263 KUHP dan
Apabila titik berat kerugian yang Pasal 182 ayat (1) Undang-undang No 31
ditimbulkan dari tindak pidana Tahun 1997
yang terjadi lebih berat
kepentingan umum maka Pengadilan Militer Dalam Sistem
pengadilan umum yang Hukum Pidana Indonesia
menyidangkan, dan apabila Keberadaan hukum pidana khusus
sebaliknya kepentingan militer sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari
yang lebih berat maka Pengadilan kekhususan-kekhususan yang terdapat
Militer yang menyidangkan. dalam hukum pidana yang bersangkutan.
2. Sifat kejahatan Sudarto mengemukakan bahwa
kekhususan dari hukum pidana khusus

79
terletak pada adanya ketentuan-ketentuan Istilah- istilah tersebut adalah “peristiwa
yang menyimpang dari hukum pidana pidana” yang digunakan dalam Undang-
umum yang menyangkut sekelompok Undang Dasar Sementara Tahun 1950,
orang atau perbuatan-perbuatan tertentu “perbuatan pidana” yang digunakan dalam
(Sudarto, 2006 : 61). Kekhususan dari Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1951,
hukum pidana militer tidak dapat “perbuatan-perbuatan yang dapat
disangkal dan tampak jelas, karena dihukum” yang digunakan dalam Undang-
berlaku bagi golongan orang-orang Undang Darurat Nomor 2 Tahun 1951 dan
tertentu, yaitu militer. “tindak pidana” yang telah digunakan
Pandangan yang sama dalam peraturan perundang-undangan di
dikemukakan oleh Loebby Loqman bahwa Indonesia dewasa ini, seperti Undang-
kekhususan dari hukum pidana khusus Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1955,
terletak pada pengaturan perbuatan yang Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999,
hanya dilakukan oleh orang-orang Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003,
tertentu, misalnya hukum pidana militer Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007,
yang berlaku bagi militer. Selain itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
hukum pidana khusus dapat dimaknai dan sebagainya.
pula sebagai hukum pidana yang Menurut Sudarto, “pemakaian
mengatur suatu tindak pidana yang istilah yang berbeda-beda di atas
mempunyai sifat khusus. Bertolak dari sebaiknya tidak perlu dipersoalkan,
pengertian hukum pidana umum dan sepanjang mengetahui isi dari pengertian
hukum pidana khusus di atas, apabila istilah tersebut. Tindak pidana merupakan
dilihat dari subyek berlakunya hukum suatu pengertian dasar dalam hukum
pidana, maka hukum pidana umum dalam pidana. Tindak pidana adalah suatu
dapat diberikan pengertian sebagai pengertian yuridis yang berbeda dengan
hukum pidana yang dibuat oleh istilah “perbuatan jahat” atau “kejahatan”
pembentuk undang-undang dan yang dapat diartikan secara yuridis atau
diberlakukan secara umum kepada semua kriminologis. Pengertian tindak pidana
warga negara, termasuk militer. Dengan sendiri tidak terdapat kesatuan pendapat
demikian, hukum pidana umum ini di antara para sarjana. Namun demikian,
memiliki ruang pandangan mengenai pengertian tindak
Dalam hukum pidana umum pidana tersebut dapat dibedakan menjadi
(KUHP dan peraturan perundang- pandangan monistis dan pandangan
undangan pidana lain di luar KUHP) dualistis. Aliran dualistis memisahkan
maupun hukum pidana militer (KUHPM) pengertian tindak pidana dan
pada dasarnya diatur dan dirumuskan pertanggungjawaban pidana, sedangkan
perbuatan-perbuatan tertentu yang aliran monistis tidak memisahkan
dilarang dan diancam dengan sanksi keduanya” (Sudarto, Hukum Pidana I,
berupa pidana. Perbuatan-perbuatan yang 1990 : 39-40).
demikian itu sering dikenal dengan istilah Moeljatno lebih sependapat
“perbuatan pidana” atau “tindak pidana”. menggunakan istilah perbuatan pidana
Istilah tindak pidana sebenarnya dan memberikan pengertian perbuatan
merupakan pengganti atau terjemahan pidana sebagai perbuatan yang dilarang
dari kata “strafbaar feit” dalam bahasa oleh suatu aturan hukum dan disertai
Belanda. Dalam peraturan perundang- dengan ancaman (sanksi) yang berupa
undangan di Indonesia dijumpai pula pidana tertentu, bagi barang siapa
istilah-istilah lain yang dimaksudkan melanggar larangan tersebut. Dengan kata
sebagai terjemahan dari “strafbaar feit”. lain, perbuatan pidana adalah perbuatan

80
yang oleh suatu aturan hukum dilarang sendiri, juga akan mengganggu
dan diancam dengan pidana. Larangan kepentingan masyarakat umum. Sebab
tersebut ditujukan terhadap perbuatan kepentingan TNI itu pada hakikatnya
(suatu keadaan atau kejadian yang juga adalah kepentingan masyarakat
ditimbulkan oleh kelakuan orang), umum Anggota militer yang melakukan
sedangkan ancaman pidananya ditujukan tindak pidana berlaku ketentuan-
terhadap orang yang melakukan ketentuan Hukum Pidana Umum,
perbuatan. namun bagi militer terdapat ketentuan-
Bertolak dari pengertian singkat ketentuan yang menyimpang dari
tindak pidana atau perbuatan pidana ini ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam
dapat dikemukakan bahwa tindak pidana KUHP yang khusus diberlakukan bagi
yang diatur dan dirumuskan dalam militer. Ketentuan-ketentuan yang
hukum pidana umum (KUHP maupun khusus itu diatur di dalam Kitab
peraturan perundang-undangan pidana Undang-Undang Hukum Pidana Militer
lain di luar KUHP) dapat disebut sebagai (KUHPM) yang hal tersebut merupakan
“tindak pidana umum”, sedangkan tindak penambahan dari aturan-aturan yang
pidana yang diatur dan dirumuskan dalam telah diatur di dalam KUHP.
hukum pidana militer (KUHPM) dapat Tekad Prajurit Tentara Nasional
disebut dengan “tindak pidana militer”. Indonesia untuk mempertahankan Negara
Apabila berpedoman pada pengertian Kesatuan Republik Indonesia,
hukum pidana umum sebagai hukum mengamalkan serta melestarikan
pidana yang dibuat oleh pembentuk Pancasila dan Undang-Undang Dasar
undang-undang dan diberlakukan kepada 1945 diwujudkan dalam Sapta Marga dan
setiap orang pada umumnya, maka hukum Sumpah Prajurit. Disiplin prajurit mutlak
pidana umum di Indonesia dapat harus ditegakan demi tumbuh dan
mencakup ruang lingkup yang cukup luas. berkembangnya Tentara Nasional
Hal tersebut disebabkan karena hukum Indonesia dalam mengemban dan
pidana umum dapat ditemukan mengamalkan tugas yang telah
pengaturannya dalam Kitab Undang- dipercayakan oleh bangsa dan negara
Undang Hukum kepadanya. Oleh karena itu, sudah
Pidana (KUHP) maupun peraturan menjadi kewajiban setiap prajurit untuk
perundang-undangan pidana lain di luar menegakan disiplin. Penegakan disiplin
KUHP. Meskipun peraturan perundang- dikalangan prajurit, harus dilaksanakan
undangan pidana di luar KUHP mengatur oleh setiap anggota tanpa melihat pangkat
tindak pidana tertentu, namun dapat serta kedudukan. Upaya penegakan
dikategorikan sebagai hukum pidana disiplin di dalam tata kehidupan Tentara
umum, karena peraturan perundang- Nasional Indonesia memerlukan suatu
undangan pidana tersebut berlaku bagi tatanan disiplin prajurit berupa Undang-
semua warga negara, baik sipil maupun Undang No: 25 tahun 2014 tentang
militer. Hukum Disiplin Prajurit. Hal ini
Dengan diterapkannya asas unity of didasarkan, karena untuk pelanggaran
command di bidang hukum, maka tindak pidana tertentu, ancaman
kemungkinan terjadinya bentrokan adalah hukumannya dirasakan terlalu ringan
sangat kecil sekali. Hal ini terlihat kalau hanya berlaku hukum pidana
bilamana terjadi suatu tindak pidana yang umum.Tindak pidana militer pada
dilakukan oleh seorang anggota militer umumnya dalam Kitab Undang-Undang
dan suatu kesatuan, maka disamping Hukum Pidana Militer dibagi menjadi dua
mengganggu kepentingan TNI itu bagian yaitu:

81
1) Tindak pidana militer murni tersebut tidak boleh mengurangi
adalah tindakan-tindakan kebebasan hakim dalam memeriksa dan
terlarang atau diharuskan yang memutus perkara. Pengadilan dalam
pada prinsipnya hanya mungkin peradilan militer terdiri dari :
dilanggar oleh seorang militer, 1. Pengadilan Militer.
karena keadaannya yang bersifat Memeriksa dan memutus pada
khusus atau karena suatu tingkat pertama, terdakwa
kepentingan militer menghendaki merupakan prajurit berpangkat
tindakan tersebut ditentukan kapten kebawah diatur dalam
sebagai tindak pidana. Pasal 9 UU No 31 tahun 1997 yang
2) Tindak pidana militer campuran harus diadili pengadilan militer.
adalah tindakan-tindakan 2. Pengadilan Militer Tinggi.
terlarang atau diharuskan yang Pengadilan ini juga memeriksa dan
pada pokoknya sudah ditentukan memutus pada tingkat pertama,
dalam perundangxii undangan terdakwa yang berpangkat mayor
lain, akan tetapi diatur lagi dalam ke atas dan menyelesaikan
Kitab Undang-Undang Hukum sengketa tata usaha militer, juga
Pidana Militer karena adanya memeriksa dan memutus tingkat
sesuatu keadaan yang khas militer banding dari pengadilan militer
atau karena adanya sesuatu sifat dalam daerah hukumnya.
yang lain, sehingga diperlukan 3. Pengadilan Militer Utama.
ancaman pidana yang lebih berat Memeriksa dan memutus pada
bahkan mungkin lebih berat dari tingkat banding perkara pidana
ancaman pidana pada kejahatan terdakwa yang berpangkat mayor
semula dengan pemberatan ke atas dan tata usaha militer yang
tersebut. diputus pengadilan militer tinggi.
Untuk menyelesaikan setiap tindak Pengadilan ini juga memutus
pidana militer yang terjadi jelas perbedaan pendapat antara
diperlukan juga hukum acara pidana Perpera dan oditur mengenai
militer yang akan memuat mengenai diajukan atau tidak perlunya suatu
proses pemeriksaan suatu perkara pidana perkara pada lingkungan peradilan
militer di dalam suatu pengadilan. Dalam umum atau peradilan militer
Undang-undang No.31 Tahun 1997 4. Pengadilan Militer Pertempuran.
tentang Peradilan Militer, dikemukakan Memeriksa dan memutus pada
mengenai kewenangan peradilan militer tingkat pertama dan terakhir
untuk menyelesaikan perkara pidana yang perkara pidana yang dilakukan
dilakukan oleh anggota Tentara Nasional terdakwa di daerah pertempuran.
Indonesia.Peradilan Militer selain itu juga Dengan keberadaan Peradilan
dapat mengadili tuntutan ganti rugi dan militer di Indonesia, diharapkan
sengketa tata usaha di lingkungan militer. dapat meminimalisir pelanggaran
Pengadilan dalam lingkungan disiplin oleh anggota Tentara
peradilan militer merupakan badan Nasional Indonesia. Peradilan
pelaksana kekuasaan kehakiman bukan hanya menjadi upaya
dilingkungan militer dan berpuncak pada represif, namun juga sebagai upaya
mahkamah agung sebagai pengadilan preventif untuk mencegah adanya
tertinggi. Pengadilan ini secara pelanggaran disiplin atau tindak
organisatoris dan administrasif berada pidana yang dilakukan oleh
dibawah pembinaan panglima. Pembinaan anggota militer.

82
Dalam peradilan militer, oditur penipuan, dengan hukuman penjara
sebagai penuntut umum memiliki selama-lamanya empat tahun”.
kewajiban untuk membuktikan tindak Pasal 65 ayat (2), bahwa "prajurit
pidana yang dilakukan oleh anggota tunduk kepada kekuasaan peradilan
militer.Pembuktian dalam peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum
militer maka harus mendasarkan pada pidana militer dan tunduk pada
alat bukti yang sah yang diatur dalam kekuasaan peradilan umum dalam hal
Pasal 172 Undang-Undang 31 Tahun 1997 pelanggaran hukum pidana umum yang
tentang Peradilan Militer. Tindak pidana diatur dengan Undang-undang." Meski
insubordinasi merupakan tindak pidana begitu sejauh ini militer tetap diadili di
berupa perlawanan dari bawahan peradilan militer, apapun masalahnya.
terhadap atasan yang lebih tinggi Penyebabnya adalah tersedianya celah
pangkatnya. Tindak pidana Insubordinasi pada Pasal 74 aturan yang sama.
ini biasanya dilakukan akibat dari reaksi Dalam ayat (1) pasal tersebut
bawahan tersebut terhadap perlakuan tertulis, "ketentuan sebagaimana
atasan kepadanya, sehingga sangat dimaksud dalam pasal 65 berlaku pada
bersifat spontan sekali dan jarang ditemui saat Undang-undang tentang peradilan
alat bukti. Adapun alat bukti yang ada militer yang baru diberlakukan."
biasanya hanya keterangan saksi, Sementara ayat (2) tertulis "Selama
sedangkan saksi dalam tindak pidana Undang-undang peradilan militer yang
militer merupakan anggota militer yang baru belum dibentuk, tetap tunduk pada
berada dalam suatu kesatuan yang pada ketentuan Undang-undang Nomor 31
dasarnya menjunjung tinggi Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
kesetiakawanan Berdasarkan undang-undang
nomor 6 tahun 1950 peranan komandan
Tindak Pidana Penipuan selaku Ankum tidak banyak berperan,
Pertanggungjawaban militer dari dapat saja seorang tersangka sudah
pengertian umum merupakan suatu dijatuhi hukuman oleh pengadilan tanpa
bentuk pertanggung jawaban seseorang sepengetahuan dari Ankum yang
atas tindakan yang dilakukan yang bersangkutan. Ankum akan kehilangan
memiliki unsur melawan hukum, anak buahnya yang dihukum tanpa
sedangkan untuk pertanggungjawaban sepengetahuannya, hal ini akan
dalam pidana adalah suatu bentuk mempengaruhi mobilitas dari suatu
pemidanaan seorang pelaku delik dengan kesatuan.
arti apakah seorang tersangka dapat Dengan sistem ini wewenang
dipertanggungjawabkan atas satu delik Ankum sebagai penanggung jawab
atau tidak pidana. daripada kesatuannya merasa dilampaui
Penipuan menurut KUHP terdapat dan akan menimbulkan salah pengertian
dalam pasal 378 yakni “barang siapa antara komandan selaku penanggung
dengan maksud hendak menguntungkan jawab keamanan dan ketertiban disatu
diri sendiri atau orang lain dengan pihak dengan Oditur yang
melawan hak, baik dengan memakai nama bertanggungjawab menegakkan hukum di
palsu atau keadaan palsu, baik dengan lain pihak. Untuk menjaga jangan sampai
akal dan tipu muslihat, maupun dengan terjadi bentrokan antara Oditur dan
karangan perkataan-perkataan bohong, komandan maka dalam perkembangannya
membujuk orang supaya memberikan melihat kondisi dan kebutuhan peradilan
sesuatu barang, membuat utang atau militer itu sendiri, lahirlah undang-
menghapuskan piutang, dihukum karena undang nomor 29 tahun 1954 tentanng

83
pertahanan Negara Republik Indonesia Hal ini menyempurnakan prinsip
yang dalam pasal 35 menyebutkan unity of command sejajar dengan
“Angkatan Perang mempunyai peradilan kehendak Undang-Undang nomor 29
tersendiri dan komandan mempunyai hak tahun 1954, pada 19 September 1961
penyerah perkara”. lahirlah Surat Keputusan Bersama KASAD
Sebagai realisasi dari isi pasal 35 dan Menteri Jaksa Agung Nomor
itu kemudian lahirlah undang-undang MK/KPTS-189/9/1961 dimana Menteri
nomor 1 Drt tahun 1958 mengenai Hukum Jaksa Agung mengalihkan wewenang,
Acara Pidana Tentara yang merubah kekuasaan dan tanggung jawabnya yang
undang-undang nomor 6 tahun 1950. berhubungan dengan kejaksaan tentara.
dengan adanya undang-undang tersebut Sesuai Pasal 9 Undang-Undang No. 31
maka Ankum harus ikut menentukan Tahun 1997 tentang Peradilan Militer,
nasib anak buahnya dalam rangka diakitkan dengan Pasal 1 dan 2 Kitab
penyelesaian kasus pidana dan membatasi Undang-Undang Hukum Pidana Militer
ikut campur pihak lain di dalam (KUHPM), maka Peradilan Militer
kesatuannya. mengadili tindak pidana didasarkan pada
Dengan berlakunya undang-undang subyeknya, yaitu prajurit (militer) atau
nomor 1 Drt tahun 1958, wewenang yang dipersamakan. Dengan kata lain,
Oditur berpindah ketangan komandan. selama ia militer, dan melakukan tindak
Berpindahnya wewenang sebagai pidana apa saja, baik tindak pidana militer
pengusut, penuntut dan penyerah perkara (murni), seperti desersi, insubordinasi,
kepada komandan, maka fungsi jaksa dan lain-lain juga tindak pidana umum,
tentara dikurangi yang tadinya bersifat seperti perampokan, pemerkosaan,
aktif menjadi pasif. Karena situasi politik pembunuhan, atau pencurian, dan lain-
semakin stabil, maka kehidupan militer lain maupun tindak pidana khusus, seperti
semakin mantap hingga terpikir untuk penyalahgunaan psikotropika/shabu-
mengadakan penggantian terhadap tenaga shabu, narkotika, korupsi, dan lain-lain
Hakim dan Jaksa Tentara yang masih diadili di peradilan militer yang tidak ada
dirangkap Hakim dan Jaksa Pengadilan kaitannya sama sekali dengan tugas-
Negeri dengan tenaga Militer yang aktif tugas/jabatan kemiliteran.
ahli hukum. Untuk mendapatkan tenaga Meskipun bukan prajurit atau yang
ahli hukum dikalangan militer maka pada dipersamakan dengan prajurit melakukan
tahun 1952 didirikan Akademi Hukum tindak pidana, dan tindak pidana tersebut
Militer dan Perguruan Tinggi Hukum merugikan kepentingan militer serta
Militer. dilakukan semata-mata dengan militer
Setelah didapatkan tenaga aktif (perkara koneksitas) dapat diadili di
yang berpendidikan hukum, mulai tahun peradilan militer. Apabila orang sipil (di
1961 diadakan penggantian terhadap luar PNS TNI) dapat diadili oleh peradilan
tenaga-tenaga Hakim, Jaksa Tentara dari militer, maka PNS TNI yang melakukan
Pengadilan Negeri dengan tenaga-tenaga tindak pidana yang merugikan TNI
aktif tersebut. Penggantian tenaga tersedia seharusnya dapat diadili oleh peradilan
didasarkan dari instruksi Menteri Jaksa militer. Sebagaimana ketentuan yang
Agung No. 157/MDJAG/1961/SI tanggal 11 mengatur tentang koneksitas, maka titik
April 1961 yang menginstruksikan kepada berat diadilinya seseorang warga sipil
semua jaksa tentara Pengadilan Negeri (civilian) di peradilan militer, karena
menyerahkan tugas rangkapan mereka unsur (kerugian) militer melebihi unsur
kepada tenaga-tenaga Jaksa Tentara yang sipil, sebagaimana Penjelasan Pasal 22
berasal dari ABRI.

84
Undang-undang Nomor : 14 Tahun 1970, selama-lamanya empat tahun. Peradilan
sebagai berikut : Militer menjadi suatu wadah dalam
Penyertaan pada suatu delik militer yang penertiban berkelanjutan yang terdapat
murni oleh seorang bukan militer dan dalam ruang lingkup militer, sehingga
perkara penyertaan, di mana unsur militer satuan pertahanan bukanlah sipil yang
melebihi unsur sipil misalnya, dapat sama dalam konteks lembaga
dijadikan landasan untuk menetapkan peradilannya.
Pengadilan lain dari pada Pengadilan
Umum, ialah Pengadilan Militer untuk Saran
mengadili perkara-perkara demikian. Seharusnya dimana dalam
Dengan demikian, selama akibat tindak pengimplementasiannya harus sesuai
pidana tersebut dapat dibuktikan Pasal 9 Undang-Undang No. 31 Tahun
merugikan kepentingan militer, misalnya 1997 tentang Peradilan Militer, diakitkan
pencurian senjata/amunisi di gudang dengan Pasal 1 dan 2 Kitab Undang-
senjata, membunuh caraka untuk Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM),
memperoleh data/informasi militer, maka Peradilan Militer mengadili tindak
membakar gedung arsip/dokumen militer, pidana didasarkan pada subyeknya, yaitu
dan lain-lain, maka pelaku akan diadili di prajurit (militer) atau yang dipersamakan.
Peradilan Militer. Dengan kata lain, selama ia militer, dan
melakukan tindak pidana apa saja, baik
PENUTUP tindak pidana militer (murni), seperti
Kesimpulan desersi, insubordinasi, dan lain-lain juga
Dari uraian diatas bahwa secara tindak pidana umum, seperti perampokan,
tegas dan jelas terkait dengan pemerkosaan, pembunuhan, atau
Pertanggungjawaban militer dari pencurian, dan lain-lain. Peradilan militer
pengertian umum merupakan suatu harus juga dibuat dengan penuh standard
bentuk pertanggung jawaban seseorang transparansi dan independensi layaknya
atas tindakan yang dilakukan yang lembaga peradilan pada umumnya,
memiliki unsur melawan hukum, mengingat bahwa peradilan militerpun
sedangkan untuk pertanggungjawaban harus tunduk dan patuh kepada suatu
dalam pidana adalah suatu bentuk pengaturan yang tertuang dalam lembaga
pemidanaan seorang pelaku delik dengan peradilan tertinggi yaitu Mahkamah
arti apakah seorang tersangka dapat Agung dalam proses hierarki atas
dipertanggungjawabkan atas satu delik strukturisasi yang tercantum pada proses,
atau tidak pidna, sehubungan dengan tata cara serta implementasi.
tindak pidana penipuan maka sebagai
landasan hukumnya menggunakan hukum DAFTAR PUSTAKA
KUHP pasal 378 yakni barang siapa
dengan maksud hendak menguntungkan Khudzalifah Dimyati, Kelik Wardiono,
diri sendiri atau orang lain dengan Metode Penelitian Hukum,
melawan hak, baik dengan memakai nama Surakarta: Fakultas Hukum
palsu atau keadaan palsu, baik dengan Universitas Muhammadiyah
akal dan tipu muslihat, maupun dengan Surakarta, 2004
karangan perkataan-perkataan bohong,
membujuk orang supaya memberikan Moch, Faisal Salam, Hukum Acara
sesuatu barang, membuat utang atau Pidana Militer Di Indonesia,
menghapuskan piutang, dihukum karena Mandar Maju, Bandung, 1996
penipuan, dengan hukuman penjara

85
Sukemi. H.M Ysin, “Pemecatan Dari Sudarto,Hukum Pidana I, Yayasan
Dinas Militer Bagi Seorang Sudarto, Semarang, 1990
Prajurit Akibat Dari Putusan
Hakim”, Majalah Yudhagama, 21
(maret, 1995)

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana,


Alumni, Bandung,2006

Loebby Loqman, Delik Politik di


Indonesia, Ind-Hill-Co., Jakarta,
1993

86

Anda mungkin juga menyukai