PERADILAN MILITER
Disusun Oleh;
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat T
aufik hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana semoga Makalah ini dapat dipergunaka
n sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memaha
mi materi tentang PERADILAN MILITER
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PERADILAN MILITER...................................................................................3
B. KONSEP DASAR TENTANG PERADILAN MILITER DI TINGKAT PERTAMA...........................3
C. KONSEP DASAR TENTANG PENGADILAN MILITER DI TINGKAT TINGGI/BANDING............6
D. SYARAT-SYARAT HAKIM DAN TUGAS WEWENANG SERTA PENGANGKALAN DAN PEMEB
ERHENTIAN HAKIM DI PENGADILAN MILITER......................................................................9
E. KONSEP DASAR TENTANG PEMITRA JURUSITA DAN KEPANITRAAN DAN KECENGKRAYAT
AN DI PENGADILAN MILITER..............................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yan
g teramat penting.Bagaimana pun baiknya segala peraturan hukum yang dicipt
akan di dalam suatu negara, guna menjamin keselamatan masyarakat yang me
nuju kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan itu tak akan
memberikan faedah, apabila tidak ada suatu tahapan (instansi),yang harus me
mberikan isi dan kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum, yang diletakkan dida
lam undang-undang dan peraturan hukum lainnya. Karena itu harus ada pihak
yang dengan keputusannya atas dasar undang- undang dapat memaksa orang
mentaati segala peraturan negara, dan menjadi forum dimana penduduk dapat
mencari keadilan serta penyelesaian persoalan-persoalan tentang hak dan kew
ajibannya masing- masing menurut hukum.Pada tanggal 15 Oktober 1997 tela
h diundangkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Milit
er, undang-undang tersebut secara substansial mengatur tentang susunan dan k
ekuasaan Pengadilan dan Oditurat, Hukum Acara Pidana Militer dan Hukum
Tata UsahaMiliter.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perdilan militer
2. Konsep dasar tentang Peradilan Militer di tingkat Pertama
3. Konsep Dasar Tentang Pengadilan Militer di tingkat Tinggi/banding
4. Syarat-syarat Hakim dan Tugas wewenang serta pengangkalan dan pe
meberhentian hakim di pengadilan militer
5. Konsep Dasar Tentang Pemitra jurusita dan Kepanitraan dan kecengkr
ayatan di pengadilan militer
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang peradilan militer di tingkat pe
rtama.
2. Untuk mengetahui konsep dasar tentang pengadilan militer di tingkat t
inggi/banding.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat hakim dan tugas wewenang serta peng
angkatan dan pemberhentian hakim di pengadilan militer.
4. Untuk mengetahui tingkat dasar tentang pemitra jurusita dan kepanitra
an dan kecengkrayatan di pengadilan militer
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
n militer, pengadilan militer tinggi, pengadilan militer utama, dan pengadilan
militer pertempuran. Kedudukan pengadilan militer utama ada di buku kota ne
gara Indonesia dan memiliki daerah hukum seluruhwilayah Indonesia. Peradil
an militer mempunyai wewenang memeriksa dan memutus perkara pidana ter
hadap kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer.Kekuas
aan pengadilan militer dalam menanggapi sebuah pelanggaran pidana dibedak
an sebagai berikut;3
1) Kekuasaan pengadilan militer memeriksa dan memutus pada tingkat p
ertama perkara pidana yang terdakwanya adalah:
a) Prajurit yang berpangkat kapten ke bawah.
b) Yang berdasar undang-undang dipersamakan dengan prajurit.
c) Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dip
ersamakan atau dianggapsebagai prajurit berdasarkan UU kepa
ngkatan kapten ke bawah.
d) Seorang yang tidak termasuk yang dipersamakan dengan prajur
it atau anggota suatu golonganatau jawatan atau badan yang tid
ak dipersamakan atau tidak dianggap sebagai prajurit berdasark
an UU yang harus diadili oleh pengadilan militer.
2) Kekuasaan pengadilan militer tinggi pada tingkat pertama berwenang
untuk
1) Memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya ada
lah:Prajurit atau salah satu prajurit yang berpangkat mayor ke a
tas;
a) Seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana y
ang berdasarkan UU dipersamakandengan prajurit atau
anggota suatu golongan atau jawatan atau yang dipersa
makan UU yangterdakwanya atau salah satu terdakwan
3
Hersoebeno. Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Militer. Jakarta: Perguruan Tinggi
Hukum Militer, 1994.
4
ya termasuk tingkat kepangkatan mayor ke atas.
b) Terdakwanya seorang yang atas keputusan panglima de
ngan persetujuan Menteri Kehakimanharus diadili oleh
suatu pengadilan dalam lingkungan peradilan militer da
lam hal ini oleh pengadilan militer tinggi.
c) Memeriksa dan memutus serta menyelesaikan sengketa
tata usaha militer.
d) Pada tingkat banding; memeriksa dan memutus perkara
pidana yang telah diputuskan oleh pengadilan militer da
lam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
e) Pada tingkat pertama dan terakhir, memutus sengketa k
ewenangan mengadili antara pengadilan militer dalam d
aerah hukumnya.
2) Kekuasaan pengadilan militer utama Pada tingkat banding
1. memeriksa dan memutuskan perkara pidana yang telah
diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan militer tin
ggi yang dimintakan banding, dan sengketa tata usaham
iliter yang pada tingkat pertama telah diputus oleh peng
adilan militer tinggi yang dimintakan banding.
2. Pada tingkat pertama dan terakhir mengenai berikut.
a) Sengketa mengenai wewenang mengadili antara:
a. Pengadilan militer yang berkedudukan d
i daerah hukum pengadilan militer yang
berlainan;
b. Pengadilan militer tinggi.
c. Pengadilan militer tinggi dan pengadilan
militer
3) Kekuasaan pengadilan militer pertempuran memiliki kekuasaa
n untuk memeriksa danmemutus pada tingkat pertama dan tera
5
khir perkara pidana yang dilakukan oleh:
b) Prajurit atau yang berdasarkan UU dipersamaka
n dengan prajurit.
c) Anggota suatu golongan atau jawatan atau bada
n atau yang dipersamakan ataudianggap sebagai
prajurit berdasarkan UU.
d) Seseorang yang tidak t ermasuk golongan terseb
ut, tetapi atas keputusan panglima dengan perset
ujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh sua
tu pengadilan dalam lingkungan peradilan milite
r
e) Peradilan Militer adalah peradilan yang mengad
ili anggota-anggota atau TNI yang meliputiangk
atan darat, angkatan laut dan angkatan udara. A
nggota kepolisian sekarang ini tidak tunduk pad
a peradilan militer tetapi pada peradilan umum.
6
Usaha Militer.Memeriksa dan memutus pada tingkat ba
nding perkara pidana yang diputus Pengadilan Militerdi
daerah hukumnya.
2) Memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenan
gan mengadili antaraPengadilan Militer di daerah hukumnya.
7
us sengketa kewenangan mengadili perkara pidanadiajukan secara tert
ulis oleh Penuntut Umum atau Terdakwa disertai pendapat dan alasann
yasebagaimana pasal 58 Undang-Undang No. 5 tahun 2004 tentang Pe
rubahan Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agun
g Apabila yang mengajukan sengketa kewenangan mengadili tersebut
Penuntut Umum maka permohonan tersebut diajukan ke Mahkamah A
gung dan salinannya dikirimkan ke Jaksa Agung, para Ketua Pengadil
an dan Penuntut Umum pada Kejaksaan lain serta kepada Terdakwase
bagaimana pasal 59 ayat (1) Undang-Undang No. 5 tahun 2004 tentan
g Perubahan Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung. Apabila permohonan tersebut diajukanoleh Terdakwa maka di
ajukan melalui Penuntut Umum yang bersangkutan untuk diteruskan k
eMahkamah Agung.Di samping tugas dan kewenangan yang dimiliki,
Pengadilan Militer Utama juga harus :
1. Melakukan pengawasan terhadap :
a) Penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan Pengadilan M
iliter, Pengadilan MiliterTinggi, dan Pengadilan Militer Pertem
puran di daerah masing-masing.
b) Tingkah laku dan perbuatan para hakim dalam menjalankan tu
gasnya.
2. Meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis pera
dilan dari PengadilanMiliter, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadila
n Militer Pertempuran.
3. Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kep
ada Pengadilan Militer,Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Mili
ter Pertempuran.
4. Pengawasan dan kewenangan Pengadilan Militer Utama tidak mengur
angi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
5. Meneruskan perkara yang dimohonkan Peninjauan Kembali dan grasi
8
kepada MahkamahAgung.
4
Kasdiyanto. Pemeriksaan In Absentia dalam Perkara Desersi di Lingkungan Peradilan Militer.Jak
arta: Sekolah Tinggi Hukum Militer, 1999
9
d) paling rendah berpangkat Letnan Kolonel dan berijazah Sarjan
a Hukum.
e) berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; danf. ber
wibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
5
Soegiri dkk. 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Republik Indonesia. Jakarta:In
dra Jaya, 1976.
10
Prajurit.
c) anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau ya
ng dipersamakan atau dianggapsebagai Prajurit berdasa
rkan undang-undang.
d) seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, hur
uf b, dan huruf c tetapi atas keputusanPanglima dengan
persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu
Pengadilan dalamlingkungan peradilan militer.
2) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata.
3) Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pida
na yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugika
n sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang me
njadi dasar dakwaan,,dan sekaligus memutus kedua perkara ter
sebut dalam satu putusan.
11
la Negara atas usul Panglima berdasarkan persetujuan Ketua Mahkama
h Agung.Sebelum memangku jabatannya, Hakim wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurutagamanya sebagai berikut:"Saya bersumpah
/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jab
atan sayaini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nam
a atau cara apapun juga, tidakmemberikan atau menjanjikan barang ses
uatu kepada siapapun juga"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, unt
uk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak se
kali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun ju
gasesuatu janji atau pemberian"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya
akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Panc
asila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945,
dansegala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negar
a Republik Indonesia"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantias
a akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, saksama, dan denga
n tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalammelaksanaka
n kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti selayaknya
bagi seorangHakim Militer/Hakim Militer Tinggi/Hakim Militer Utam
a yang berbudi baik dan jujur dalammenegakkan hukum dan keadilan.6
12
residen selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdasarkan persetuj
uanKetua Mahkamah Agung.
1) .Hakim diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena
a. alih jabatan
b. permintaan sendiri
c. sakit jasmani atau rohani terus-menerus
d. menjalani masa pension.
e. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.
13
Hakim serta tata cara pembelaandiri sebagaimana dimaksu
d pada ayat (2) ditetapkan oleh Panglima sesudah mendeng
ar pertimbangan Kepala Pengadilan Militer Utama.Hakim s
ebelum diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana di
maksud dalam Pasal 25 dapatdiberhentikan sementara dari j
abatannya.Apabila terhadap seorang Hakim ada perintah pe
nangkapan dan yang diikuti dengan penahanan,dengan send
irinya Hakim tersebut diberhentikan sementara dari jabatan
nya.Ketentuan mengenai tata cara pemberhentian sebagaim
ana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25,dan Pasal 26 diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
7
Soekanto, Soerjono. Pengantar Sejarah Hukum. Bandung: Alumni, 1983
14
1. Panitera dan Jurusita wajib melayani masyarakat pencari keadilan den
gan pelayanan yang prima yaitu dengan sopan, teliti, dan sungguhsung
guh serta tidak membeda-bedakan berdasarkanstatus sosial, golongan
dan menjaga serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat pencarikea
dilan.
2. Panitera dan Jurusita dilarang memberikan kesan memihak kepada sal
ah satu pihak yang berperkara atau kuasanya termasuk Penuntut Umu
m dan saksi seolah-olah berada dalam posisiistimewa.
3. Panitera dilarang membocorkan hasil musyawarah/konsep putusan kep
ada siapapun.
4. Panitera harus menjaga kewibawaan dalam persidangan.
5. Jurusita dilarang mewakilkan kepada siapapun penyampaian relaas pa
nggilan maupun pemberitahuan.
6. Jurusita dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap sopan dan santu
n serta tidak melakukan perbuatan tercela..
Sikap Panitera Dan Jurusita Dalam Persidangan
1. Panitera wajib berpakaian rapi dan duduk dengan sopan dalam mengik
uti sidang pemeriksaan perkara.
2. Panitera wajib adil dan tidak membeda-bedakan para pihak dalam me
manggil ke dalam ruang persidangan.
3. Panitera dilarang mengaktifkan hand phone/telepon selular selama per
sidangan berlangsung.
4. Panitera dilarang mengantuk/tidur selama persidangan berlangsung.
5. Panitera dan Jurusita dilarang menjadi penasehat hukum baik langsung
atau tidak langsungkecuali diatur dalam Undang-Undang
15
an atau Majelis Hakim.
2. Panitera dilarang membawa berkas perkara keluar kantor kecuali atas i
zin Ketua majelis.
3. Panitera dan Jurusita dilarang memasuki tempat perjudian, tempat min
uman yangmemabukkan dan tempat prostitusi kecuali dalam melaksan
akan tugas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem peradilan pada Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Ta
hun 2009 pasal 18 Tentang Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah ma
hkamah agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usa
ha Negara dan oleh sebuah mahkamah konstitusi. Hal ini dikarenakan setiap
peradilan mempunyai subjek dan objek tersendiri dalam memeriksa, mengadil
i dan memutus suatu perkara.
Dalam Pasal 5 undang-undang No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Mi
liter,peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkung
an ngkatan bersenjata atau militer untuk menegakkan hukum dan keadilan de
ngan memperhatikan penyelenggara pertahanan dan keamanan negara. Jadi,Pe
radilan Militer merupakan peradilan khusus dimana kekhususannya terletak p
ada subjek hukum yaitu militer.Karena militer merupakan komunitas khusus y
ang terikat pada disiplin dan moril yang prima sehingga selalu siap untuk ditu
16
gaskan
B. Saran
Demi terselenggaranya pelaksanaan tugas pokok pengadilan militer ya
ng lebih baik di masa yang akan datang agar segera dibentuk organisasi dan pr
osedur bagi Pengadilan Militer dibawahMahkamah Agung sehingga oganisasi
Pengadilan Militer dapat melaksanakan tugas pokoknyasebagai badan peradila
n pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan TNI dengan lebih baikdan o
ptimal dimasa yang akan dating
DAFTAR PUSTAKA
17
Salam, Faisal. Peradilan Militer Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 1
994.
18