Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERADILAN MILITER

Untuk memenuhi tugas individu sistem peradilan di Indonesia

Dosen pengampu: Dr. Hj Asni, M,Ag, M.H.I

Disusun Oleh;

Andi Rahmat Hidayat 10100121075

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat T
aufik hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana semoga Makalah ini dapat dipergunaka
n sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memaha
mi materi tentang PERADILAN MILITER

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekur


angan baik pada teknis penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang dimilik
i penulis untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi pe
nyempurnaan makalah ini

Macanda, 14 Desember 2022

Andi Rahmat Hidayat

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PERADILAN MILITER...................................................................................3
B. KONSEP DASAR TENTANG PERADILAN MILITER DI TINGKAT PERTAMA...........................3
C. KONSEP DASAR TENTANG PENGADILAN MILITER DI TINGKAT TINGGI/BANDING............6
D. SYARAT-SYARAT HAKIM DAN TUGAS WEWENANG SERTA PENGANGKALAN DAN PEMEB
ERHENTIAN HAKIM DI PENGADILAN MILITER......................................................................9
E. KONSEP DASAR TENTANG PEMITRA JURUSITA DAN KEPANITRAAN DAN KECENGKRAYAT
AN DI PENGADILAN MILITER..............................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yan
g teramat penting.Bagaimana pun baiknya segala peraturan hukum yang dicipt
akan di dalam suatu negara, guna menjamin keselamatan masyarakat yang me
nuju kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan itu tak akan
memberikan faedah, apabila tidak ada suatu tahapan (instansi),yang harus me
mberikan isi dan kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum, yang diletakkan dida
lam undang-undang dan peraturan hukum lainnya. Karena itu harus ada pihak
yang dengan keputusannya atas dasar undang- undang dapat memaksa orang
mentaati segala peraturan negara, dan menjadi forum dimana penduduk dapat
mencari keadilan serta penyelesaian persoalan-persoalan tentang hak dan kew
ajibannya masing- masing menurut hukum.Pada tanggal 15 Oktober 1997 tela
h diundangkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Milit
er, undang-undang tersebut secara substansial mengatur tentang susunan dan k
ekuasaan Pengadilan dan Oditurat, Hukum Acara Pidana Militer dan Hukum
Tata UsahaMiliter.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perdilan militer
2. Konsep dasar tentang Peradilan Militer di tingkat Pertama
3. Konsep Dasar Tentang Pengadilan Militer di tingkat Tinggi/banding
4. Syarat-syarat Hakim dan Tugas wewenang serta pengangkalan dan pe
meberhentian hakim di pengadilan militer
5. Konsep Dasar Tentang Pemitra jurusita dan Kepanitraan dan kecengkr
ayatan di pengadilan militer

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang peradilan militer di tingkat pe
rtama.
2. Untuk mengetahui konsep dasar tentang pengadilan militer di tingkat t
inggi/banding.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat hakim dan tugas wewenang serta peng
angkatan dan pemberhentian hakim di pengadilan militer.
4. Untuk mengetahui tingkat dasar tentang pemitra jurusita dan kepanitra
an dan kecengkrayatan di pengadilan militer

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERADILAN MILITER


Sistem peradilan pada Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Ta
hun 2009 pasal 18 Tentang Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah ma
hkamah agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usa
ha Negara dan oleh sebuah mahkamah konstitusi. 1 Hal ini dikarenakan setiap
peradilan mempunyai subjek dan objek tersendiri dalam memeriksa, mengadil
i dan memutus suatu perkara.
Dalam Pasal 5 undang-undang No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Mi
liter,peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkung
an ngkatan bersenjata atau militer untuk menegakkan hukum dan keadilan den
gan memperhatikan penyelenggara pertahanan dan keamanan negara. Jadi,Per
adilan Militer merupakan peradilan khusus dimana kekhususannya terletak pa
da subjek hukum yaitu militer.Karena militer merupakan komunitas khusus ya
ng terikat pada disiplin dan moril yang prima sehingga selalu siap untuk ditug
askan.2

B. KONSEP DASAR TENTANG PERADILAN MILITER DI TINGKAT P


ERTAMA
Pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan TNI untuk menegakkan hu
kum dan keadilan dengan memerhatikan kepentingan penyelenggaraan pertah
anan dan keamanan negara. Hal itu dinyatakan dalam UU No. 31 Tahun 1997
tentangPeradilan Militer. Peradilan militer dilakukan di lingkungan pengadila
1
Uandang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Repu
blik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076)
2
Hade Miladianur Farah, " Dinamika peradilan militer diindonesia", jurnal hukum ekonomi syariah
7(2), 2020, h: 3

3
n militer, pengadilan militer tinggi, pengadilan militer utama, dan pengadilan
militer pertempuran. Kedudukan pengadilan militer utama ada di buku kota ne
gara Indonesia dan memiliki daerah hukum seluruhwilayah Indonesia. Peradil
an militer mempunyai wewenang memeriksa dan memutus perkara pidana ter
hadap kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer.Kekuas
aan pengadilan militer dalam menanggapi sebuah pelanggaran pidana dibedak
an sebagai berikut;3
1) Kekuasaan pengadilan militer memeriksa dan memutus pada tingkat p
ertama perkara pidana yang terdakwanya adalah:
a) Prajurit yang berpangkat kapten ke bawah.
b) Yang berdasar undang-undang dipersamakan dengan prajurit.
c) Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dip
ersamakan atau dianggapsebagai prajurit berdasarkan UU kepa
ngkatan kapten ke bawah.
d) Seorang yang tidak termasuk yang dipersamakan dengan prajur
it atau anggota suatu golonganatau jawatan atau badan yang tid
ak dipersamakan atau tidak dianggap sebagai prajurit berdasark
an UU yang harus diadili oleh pengadilan militer.
2) Kekuasaan pengadilan militer tinggi pada tingkat pertama berwenang
untuk
1) Memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya ada
lah:Prajurit atau salah satu prajurit yang berpangkat mayor ke a
tas;
a) Seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana y
ang berdasarkan UU dipersamakandengan prajurit atau
anggota suatu golongan atau jawatan atau yang dipersa
makan UU yangterdakwanya atau salah satu terdakwan

3
Hersoebeno. Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Militer. Jakarta: Perguruan Tinggi
Hukum Militer, 1994.

4
ya termasuk tingkat kepangkatan mayor ke atas.
b) Terdakwanya seorang yang atas keputusan panglima de
ngan persetujuan Menteri Kehakimanharus diadili oleh
suatu pengadilan dalam lingkungan peradilan militer da
lam hal ini oleh pengadilan militer tinggi.
c) Memeriksa dan memutus serta menyelesaikan sengketa
tata usaha militer.
d) Pada tingkat banding; memeriksa dan memutus perkara
pidana yang telah diputuskan oleh pengadilan militer da
lam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
e) Pada tingkat pertama dan terakhir, memutus sengketa k
ewenangan mengadili antara pengadilan militer dalam d
aerah hukumnya.
2) Kekuasaan pengadilan militer utama Pada tingkat banding
1. memeriksa dan memutuskan perkara pidana yang telah
diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan militer tin
ggi yang dimintakan banding, dan sengketa tata usaham
iliter yang pada tingkat pertama telah diputus oleh peng
adilan militer tinggi yang dimintakan banding.
2. Pada tingkat pertama dan terakhir mengenai berikut.
a) Sengketa mengenai wewenang mengadili antara:
a. Pengadilan militer yang berkedudukan d
i daerah hukum pengadilan militer yang
berlainan;
b. Pengadilan militer tinggi.
c. Pengadilan militer tinggi dan pengadilan
militer
3) Kekuasaan pengadilan militer pertempuran memiliki kekuasaa
n untuk memeriksa danmemutus pada tingkat pertama dan tera

5
khir perkara pidana yang dilakukan oleh:
b) Prajurit atau yang berdasarkan UU dipersamaka
n dengan prajurit.
c) Anggota suatu golongan atau jawatan atau bada
n atau yang dipersamakan ataudianggap sebagai
prajurit berdasarkan UU.
d) Seseorang yang tidak t ermasuk golongan terseb
ut, tetapi atas keputusan panglima dengan perset
ujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh sua
tu pengadilan dalam lingkungan peradilan milite
r
e) Peradilan Militer adalah peradilan yang mengad
ili anggota-anggota atau TNI yang meliputiangk
atan darat, angkatan laut dan angkatan udara. A
nggota kepolisian sekarang ini tidak tunduk pad
a peradilan militer tetapi pada peradilan umum.

C. KONSEP DASAR TENTANG PENGADILAN MILITER DI TINGKAT


TINGGI/BANDING
Pengadilan Militer bertugas memeriksa dan memutus pada tingkat pert
ama perkara pidana yangTerdakwanya berpangkat Kapten ke bawah dan keten
tuan pasal 9 angka 1 huruf b, c, dan d Undang-Undang No. 31 tahun 1997 tent
ang peradilan Militer.
1. Peradilan militer tinggi
Pengadilan Militer Tinggi mempunyai tugas dan kewenangan :
1) Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama :
a) Perkara pidana yang Terdakwanya berpangkat Mayor k
e atas dan ketentuan pasal 9 angka 1huruf d.
b) Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata

6
Usaha Militer.Memeriksa dan memutus pada tingkat ba
nding perkara pidana yang diputus Pengadilan Militerdi
daerah hukumnya.
2) Memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenan
gan mengadili antaraPengadilan Militer di daerah hukumnya.

2. Pengadilan Militer Utama.


Pengadilan Militer Utama mempunyai tugas dan kewenangan :
a) Memeriksa dan memutus pada tingkat banding baik perkara pi
dana maupun Tata UsahaMiliter yang diputus oleh Pengadilan
Militer Tinggi.
b) Memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa we
wenang mengadili :
a. Antar Pengadilan Militer yang berkedudukan di daerah huk
um Pengadilan Militer Tinggi yang berlainan.
b. Antar Pengadilan Militer Tinggi.
c. Antar Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan Militer.
c) Adanya 2 (dua) atau lebih pengadilan yang menyatakan dirinya
berwenang mengadili atas perkara yang sama
d) Apabila ada 2 (dua) atau lebih pengadilan yang menyatakan dir
inya tidak berwenangmengadili perkara yang sama.
e) Memutus perbedaan pendapat antara Perwira Penyerah perkara
dan Oditur Militer.
Hal yang berbeda pada ketentuan pasal 43 Undang-Undang No
31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer mengenai sengketa kewenang
an mengadili antar pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer. Ke
tentuan tersebut juga diatur dalam pasal 64 ayat (2) Undang-Undang N
o. 5 tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang No. 14 tahun 198
5 tentangMahkamah Agung.Permohonan untuk memeriksa dan memut

7
us sengketa kewenangan mengadili perkara pidanadiajukan secara tert
ulis oleh Penuntut Umum atau Terdakwa disertai pendapat dan alasann
yasebagaimana pasal 58 Undang-Undang No. 5 tahun 2004 tentang Pe
rubahan Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agun
g Apabila yang mengajukan sengketa kewenangan mengadili tersebut
Penuntut Umum maka permohonan tersebut diajukan ke Mahkamah A
gung dan salinannya dikirimkan ke Jaksa Agung, para Ketua Pengadil
an dan Penuntut Umum pada Kejaksaan lain serta kepada Terdakwase
bagaimana pasal 59 ayat (1) Undang-Undang No. 5 tahun 2004 tentan
g Perubahan Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung. Apabila permohonan tersebut diajukanoleh Terdakwa maka di
ajukan melalui Penuntut Umum yang bersangkutan untuk diteruskan k
eMahkamah Agung.Di samping tugas dan kewenangan yang dimiliki,
Pengadilan Militer Utama juga harus :
1. Melakukan pengawasan terhadap :
a) Penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan Pengadilan M
iliter, Pengadilan MiliterTinggi, dan Pengadilan Militer Pertem
puran di daerah masing-masing.
b) Tingkah laku dan perbuatan para hakim dalam menjalankan tu
gasnya.
2. Meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis pera
dilan dari PengadilanMiliter, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadila
n Militer Pertempuran.
3. Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kep
ada Pengadilan Militer,Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Mili
ter Pertempuran.
4. Pengawasan dan kewenangan Pengadilan Militer Utama tidak mengur
angi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
5. Meneruskan perkara yang dimohonkan Peninjauan Kembali dan grasi

8
kepada MahkamahAgung.

D. SYARAT-SYARAT HAKIM DAN TUGAS WEWENANG SERTA PEN


GANGKALAN DAN PEMEBERHENTIAN HAKIM DI PENGADILAN
MILITER

1. Syarat menjadi hakim peradilan militer


Syarat untuk menjadi hakim militer, militer tinggi dan militer u
tama pada intinya sama, namun yang membedakan adalah pangkat tere
ndah yang dijadikan sebagai standar minimumnya (UU no31 tahun 19
97: Bab II à pasal 18, 19, 20) Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Mi
liter, seorang Prajurit harus memenuhi syarat:4
a) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 19
45.
c) tidak terlibat partai atau organisasi terlarang.
d) paling rendah berpangkat Kapten dan berijazah Sarjana Huku
m.
e) berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum.
f) berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer Tinggi, seorang Praj


urit harus memenuhi syarat:
a) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 194
5.
c) tidak terlibat partai atau organisasi terlarang.

4
Kasdiyanto. Pemeriksaan In Absentia dalam Perkara Desersi di Lingkungan Peradilan Militer.Jak
arta: Sekolah Tinggi Hukum Militer, 1999

9
d) paling rendah berpangkat Letnan Kolonel dan berijazah Sarjan
a Hukum.
e) berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; danf. ber
wibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer Utama, seorang Praj


urit harus memenuhi syarat ;

a) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


b) setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 194
5.
c) tidak terlibat partai atau organisasi terlarang.
d) paling rendah berpangkat Kolonel dan berijazah Sarjana Huku
m.
e) berpengalaman sebagai Hakim Militer Tinggi atau sebagai Odit
ur Militer Tinggi.
f) berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

2. Tugas dan wewenang hakim peradilan militer


Hakim militer tinggi, hakim militer utama yang selanjutnya dis
ebut hakim adalah pejabat yang masing-masing melaksanakan kekuasa
an kehakiman pada pengadilan (UU no 31 th.1997: Bab I à pasal 9, da
n 10)Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang:5
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang p
ada waktu melakukan tindak pidana adalah:
a) Prajurit.
b) yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan

5
Soegiri dkk. 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Republik Indonesia. Jakarta:In
dra Jaya, 1976.

10
Prajurit.
c) anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau ya
ng dipersamakan atau dianggapsebagai Prajurit berdasa
rkan undang-undang.
d) seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, hur
uf b, dan huruf c tetapi atas keputusanPanglima dengan
persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu
Pengadilan dalamlingkungan peradilan militer.
2) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata.
3) Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pida
na yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugika
n sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang me
njadi dasar dakwaan,,dan sekaligus memutus kedua perkara ter
sebut dalam satu putusan.

Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer mengad


ili tindak pidana yang dilakukan oleh mereka sebagaimana dim
aksud dalam Pasal 9 angka 1 yang:
a. tempat kejadiannya berada di daerah hukumnya.
b. terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang berada di
daerah hukumnya

3. Pengangkatan hakim militer


Hakim militer tinggi, hakim militer utama diangkat dan diberh
entikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdas
arkan persetujuan Ketua MahkamahAgung (UU no. 31 thn.1997: Bab
II à pasal 21-22)Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal
19, dan Pasal 20 diangkat dandiberhentikan oleh Presiden selaku Kepa

11
la Negara atas usul Panglima berdasarkan persetujuan Ketua Mahkama
h Agung.Sebelum memangku jabatannya, Hakim wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurutagamanya sebagai berikut:"Saya bersumpah
/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jab
atan sayaini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nam
a atau cara apapun juga, tidakmemberikan atau menjanjikan barang ses
uatu kepada siapapun juga"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, unt
uk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak se
kali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun ju
gasesuatu janji atau pemberian"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya
akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Panc
asila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945,
dansegala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negar
a Republik Indonesia"."Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantias
a akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, saksama, dan denga
n tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalammelaksanaka
n kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti selayaknya
bagi seorangHakim Militer/Hakim Militer Tinggi/Hakim Militer Utam
a yang berbudi baik dan jujur dalammenegakkan hukum dan keadilan.6

4. Pemberhentian Hakim Peradilan Militer


Pemberhentian hakim dilakukan secara terhormat dan tidak ter
hormat, diberhentikan secarahormat karena diantaranya adalah alih jab
atan, atas permintaan sendiri dll. Sedangkan secaratidak terhormat dia
ntaranya karena melakukan perbuatan tercela, dipidana karena bersala
hmelakukan tindak pidana dll. hal ini dijelaskan dalam UU no. 31 th. 1
997 pasal 21, 24, 25, 26,27, dan 28)Hakim sebagaimana dimaksud dal
am Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 diangkat dan diberhentikan oleh P
6
Salam, Faisal. Peradilan Militer Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 1994.

12
residen selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdasarkan persetuj
uanKetua Mahkamah Agung.
1) .Hakim diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena
a. alih jabatan
b. permintaan sendiri
c. sakit jasmani atau rohani terus-menerus
d. menjalani masa pension.
e. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.

2) Hakim yang meninggal dunia dengan sendirinya diberhentikan


dengan hormat dari jabatannya.
a) Hakim diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya
karena:
a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana keja
hatan
b. melakukan perbuatan tercela.
c. terus-menerus melalaikan kewajiban dalam menjalanka
n tugas jabatannya.
d. melanggar sumpah atau janji jabatannya.
e. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasa
l 23.

b) Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat, dengan al


asan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e dilakukan sesudah yang bersangkutan
diberikesempatan secukupnya untuk membela diri di hadap
an Majelis Kehormatan Hakim.

c) Pembentukan susunan dan tata kerja Majelis Kehormatan

13
Hakim serta tata cara pembelaandiri sebagaimana dimaksu
d pada ayat (2) ditetapkan oleh Panglima sesudah mendeng
ar pertimbangan Kepala Pengadilan Militer Utama.Hakim s
ebelum diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana di
maksud dalam Pasal 25 dapatdiberhentikan sementara dari j
abatannya.Apabila terhadap seorang Hakim ada perintah pe
nangkapan dan yang diikuti dengan penahanan,dengan send
irinya Hakim tersebut diberhentikan sementara dari jabatan
nya.Ketentuan mengenai tata cara pemberhentian sebagaim
ana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25,dan Pasal 26 diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

E. KONSEP DASAR TENTANG PEMITRA JURUSITA DAN KEPANITR


AAN DAN KECENGKRAYATAN DI PENGADILAN MILITER
Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan Jurusita ialah aturan ter
tulis yang harus dipedomani oleh setiap Panitera dan Jurusita dalam melaksan
akan tugas peradilanYang dimaksud dengan Panitera ialah Panitera, Kepala P
anitera Militer, Wakil Panitera,Panitera muda dan Panitera Pengganti pada Ma
hkamah Agung RI dan Pengadilan tingkat banding dan Pengadilan tingkat per
tama dari 4 (empat) lingkungan peradilan dibawahMahkamah Agung RI yaitu
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negaradan Peradila
n Militer.7

Yang dimaksud dengan Jurusita adalah Jurusita dan Jurusita Pengganti


yang diangkat untukmelaksanakan tugas kejurusitaan pada Pengadilan tingkat
pertama dibawah Mahkamah AgungRI yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan A
gama dan Pengadilan Tata Usaha Negara.Sikap Panitera Dan Jurusita Dalam
Melaksanakan Tugas

7
Soekanto, Soerjono. Pengantar Sejarah Hukum. Bandung: Alumni, 1983

14
1. Panitera dan Jurusita wajib melayani masyarakat pencari keadilan den
gan pelayanan yang prima yaitu dengan sopan, teliti, dan sungguhsung
guh serta tidak membeda-bedakan berdasarkanstatus sosial, golongan
dan menjaga serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat pencarikea
dilan.
2. Panitera dan Jurusita dilarang memberikan kesan memihak kepada sal
ah satu pihak yang berperkara atau kuasanya termasuk Penuntut Umu
m dan saksi seolah-olah berada dalam posisiistimewa.
3. Panitera dilarang membocorkan hasil musyawarah/konsep putusan kep
ada siapapun.
4. Panitera harus menjaga kewibawaan dalam persidangan.
5. Jurusita dilarang mewakilkan kepada siapapun penyampaian relaas pa
nggilan maupun pemberitahuan.
6. Jurusita dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap sopan dan santu
n serta tidak melakukan perbuatan tercela..
Sikap Panitera Dan Jurusita Dalam Persidangan
1. Panitera wajib berpakaian rapi dan duduk dengan sopan dalam mengik
uti sidang pemeriksaan perkara.
2. Panitera wajib adil dan tidak membeda-bedakan para pihak dalam me
manggil ke dalam ruang persidangan.
3. Panitera dilarang mengaktifkan hand phone/telepon selular selama per
sidangan berlangsung.
4. Panitera dilarang mengantuk/tidur selama persidangan berlangsung.
5. Panitera dan Jurusita dilarang menjadi penasehat hukum baik langsung
atau tidak langsungkecuali diatur dalam Undang-Undang

Sikap Panitera Dan Jurusita Di Luar Persidangan


1. Panitera dan Jurusita dilarang menjadi penghubung dan memberikan a
kses antara pihak berperkara atau kuasanya dengan Pimpinan Pengadil

15
an atau Majelis Hakim.
2. Panitera dilarang membawa berkas perkara keluar kantor kecuali atas i
zin Ketua majelis.
3. Panitera dan Jurusita dilarang memasuki tempat perjudian, tempat min
uman yangmemabukkan dan tempat prostitusi kecuali dalam melaksan
akan tugas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem peradilan pada Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Ta
hun 2009 pasal 18 Tentang Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah ma
hkamah agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usa
ha Negara dan oleh sebuah mahkamah konstitusi. Hal ini dikarenakan setiap
peradilan mempunyai subjek dan objek tersendiri dalam memeriksa, mengadil
i dan memutus suatu perkara.
Dalam Pasal 5 undang-undang No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Mi
liter,peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkung
an ngkatan bersenjata atau militer untuk menegakkan hukum dan keadilan de
ngan memperhatikan penyelenggara pertahanan dan keamanan negara. Jadi,Pe
radilan Militer merupakan peradilan khusus dimana kekhususannya terletak p
ada subjek hukum yaitu militer.Karena militer merupakan komunitas khusus y
ang terikat pada disiplin dan moril yang prima sehingga selalu siap untuk ditu

16
gaskan

B. Saran
Demi terselenggaranya pelaksanaan tugas pokok pengadilan militer ya
ng lebih baik di masa yang akan datang agar segera dibentuk organisasi dan pr
osedur bagi Pengadilan Militer dibawahMahkamah Agung sehingga oganisasi
Pengadilan Militer dapat melaksanakan tugas pokoknyasebagai badan peradila
n pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan TNI dengan lebih baikdan o
ptimal dimasa yang akan dating

DAFTAR PUSTAKA

Uandang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakim


an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076)

Hade Miladianur Farah, " Dinamika peradilan militer diindonesia", jurn


al hukum ekonomi syariah 7(2), 2020, h: 3

Hersoebeno. “Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Milite


r. Jakarta: Perguruan TinggiHukum Militer, 1994.

Kasdiyanto. Pemeriksaan In Absentia dalam Perkara Desersi di Lingk


ungan Peradilan Militer.Jakarta: Sekolah Tinggi Hukum Militer, 1999.

Soegiri dkk. 30 Tahun Perkembangan Peradilan Militer di Negara Re


publik Indonesia. Jakarta:Indra Jaya, 1976.

17
Salam, Faisal. Peradilan Militer Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 1
994.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Sejarah Hukum. Bandung: Alumni, 19


83

18

Anda mungkin juga menyukai