Skripsi:
Oleh:
RONI ENRE
NIM: 10400119068
SAMPUL
Daftar Pustaka
i
DRAFT PROPOSAL
NIM : 10400119068
BAB I
PENDAHULUAN
1
pentingnya suatu peraturan hukum ialah karena hubungannya yang sistematis
dengan peraturan-peraturan hukum lain. Hukum merupakan sistem berarti hukum
itu merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh terdiri dari bagian-
bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan kata lain,
sistem hukum adalah kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai
interaksi sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut.1
1
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 2.
2
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu
negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang, dengan disertai ancaman atau
sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut dan menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang atau
dijatuhi pidana sebagaimana telah diancam, serta menentukan dengan cara
bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang
disangka telah melanggar larangan tersebut.2
2
Mukhlis, Tarmizi, Ainal Hadi, Hukum Pidana,( Banda Aceh: Syiah Kuala Univercity
Press, 2018), h. 5.
3
Lilik Mulvaldi, Hukum Acara Pidana, Suatu Tinjaun Khusus Surat Dakwaan Eksepsi,
dan Putusan Peradilan,( Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), h. 1.
3
kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Dalam proses persidangan, salah satu alat bukti yang selalu ada atau bahkan
hampir selalu ada dan sangat diperlukan dalam setiap perkara pidana adalah
keterangan saksi. Betapa urgensinya saksi dalam perkara pidana dapat diketahui
dari banyaknya perkara besar yang terpaksa “mangkrak” atau tidak terselesaikan
dalam tahap penyidikan, dead-end, maupun yang kemudian membebaskan
4
terdakwah dari jeratan Penuntut Umum karena kurangnya alat bukti (keterangan)
saksi. Selain keterangan saksi, keterangan ahli sangat berpengaruh penting dalam
proses persidangan dalam tindak pidana.
Persidangan tindak pidana tidak lepas dari kehadiran alat bukti yang sah.
Alat bukti yang sah sendiri berperan untuk mencari kebenaran materil atau
kebenaran yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Untuk mencari
kebenaran materil dalam persidangan tindak pidana di perlukan beberapa tahapan.
Dalam agenda sidang pembuktian adalah salah satu tahapan dimana pada saat itu
mencerminkan peristiwa yang terjadi berdasarkan alat bukti yang dihadirkan di
persidangan pengadilan oleh jaksa penunut umum atau penasehat hukum . Pada
tahap ini hakim dapat melihat dari alat bukti yang dihadapkannya dan hakim berhak
menilai dari keterangan dan barang bukti. Pasal 180 KUHAP ayat (1) menerangkan
bahwa “dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul
di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan”. Pasal 180 ayat (1)
dapat dimaknai dalam posisi keterangan ahli yang dihadirkan dalam persidangan
yang diminta oleh hakim, maka hakim memiliki keyakinan akan sebuah perkara
membutuhkan keterangan ahli untuk memberikan keterangan sesuai dengan
keilmuan, pengalaman dan yang diketahuinya terkait profesi yang dijalani seorang
ahli. Dalam hal ini hakim menyakini bahwa kehadiran seorng ahli dapat membantu
5
hakim dalam memberikan keterangan terkait suatu perkara sehingga perkara yang
dihadapkan dalam persidangan dapat terselesaikan.
2. Deskripsi Fokus
a. Pembuktian
6
Pembuktian adalah suatu upaya untuk mencari atau menyatakan kebenaran
dihadapan hakim atau dalam proses persidangan. Pembuktian dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana di jelaskan dan diterangkan bahwa Hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.
b. Keterangan Ahli
Peradilan tindak pidana adalah penerapan atau studi hukum tentang perilaku
criminal. Peradilan tindak pidana tidak terfokus pada satu subjek saja yakni
pengadilan (hakim) tetapi ada beberapa subjek yang terlibat didalamnya yang
berperan dalam suatu tindak pidana yang dilakukan. Seperti kepolisian, penasehat
hukum, penuntut umum, dan Hakim (lembaga pengadilan).
C. Rumusan Masalah
7
2. Bagaimana Pelaksanaan atau Penerapan Pembuktian Keterangan Ahli
dalam Berbagai Kasus Pidana di Pengadilan Negeri Maros?
D. Kajian Pustaka
8
pengaturan alat bukti yang sah dan pembuktian namun lebih difokuskan
kepada ahli hukum pidana atau akademisi.
4. Jurnal karya Sofia Biloro dengan judul KEKUATAN ALAT BUKTI
KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN PERKARA
PIDANA MENURUT KUHAP Lex Crimen Vol. VII/No. 1 /Jan-
Mar/2018. Dalam penelitiannya dia lebih menekankan pada Undang-
Undang atau KUHAP. Dan lebih mengkaji kedalam undang-undang
5. Jurnal yang dibuat oleh Anna Riyana dan Oktavia Dwi Tanjung S dengan
judul jurnal PEMBUKTIAN DAKWAAN BERDASARKAN
KETERANGAN AHLI DALAM PERKARA MENGEDARKAN
UANG RUPIAH PALSU Jurnal Verstek Vol.3 No.2 tahun 2015. Jurnal ini
juga mengkaji persoalan keterangan ahli namun lebih menjerumus kepada
ahli yang dimana berpendapat terhada dakwaan yang telah diajukan
penuntut umum.
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penulisan Skripsi ini adalah untuk memberikan jawaban atas
rumusan masalah yang ditulis oleh penulis antara lain sebagai berikut.
Adapun manfaat dari pada penulisan dan penelitian skripsi ini antara lain
sebagai berikut.
9
a. Manfaat praktis yaitu memberikan informasi akan saksi ahli sebagai salah satu
komponen yang penting ketika dalam melakukan persidangan karena mampu
mempengaruhi putusan hakim dalam persidangan
b. menambah wawasan serta menjadi rujukan di bidang pengetahuan ilmu hukum.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Pembuktian
Kata pembuktian berasal dari kata dasar bukti. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata pembuktian berarti proses, cara, perbuatan membuktikan.
Atau pembuktian adalah usaha menunjukkan benar atau salahnya si terdakwah
dalam persidangan pengadilan 4. Pengertian pembuktian sangat beragam, setiap ahli
dapat mendefinisikan terkait pembuktian tergantung dari cara mereka memandang
atau melihat pembuktian. Menurut Sudikno Mertokusumo disebut dalam arti
yuridis yaitu memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeiksa
perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa
yang diajukan5. Sedangkan menurut Subekti menyatakan bahwa membuktikan
adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang
dikemukakan dalam suatu persengketaan 6. Dari beberapa difinisi diatasa dapat
disimpulkan bahwa pembuktian adalah suatu proses menjelaskan dalil-dalil yang
4
2 Arti Kata Pembuktian di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (lektur.id) diakses
pada tanggal 19 februari 2022.
5
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,( Liberty, Yogyakarta), hlm.
35.
6
Subekti, Hukum Pembuktian,( Jakarta, Pradnya Paramitha,2001), hlm. 1.
10
dikemukakan para pihak terkait suatu perkara, sehingga hakim dapat mengambil
kesimpulan siapa yang salah dan siapa yang benar.
2. Alat Bukti
7
Facrul Rozi, Sistem Pembuktian dalam Proses Persidangan Pada Perkara tindak Pidana,
(Yuridis Unaja :Program Studi ilmu hukum Uiniversitas Adiwangsa Jambi, 2018), hlm.20.
8
Rahman Amin, Hukum Pembuktian dalam perkara pidana dan perdata, (deepublish,
2020, Yogyakarta), hlm.17.
11
Ranomiharjo, bahwa alat-alat bukti (yang sah) adalah alat-alat yang ada
hubungannya dengan suatu tindak pidana, di mana alat-alat tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim
kebenaran adanaya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwah.9
Menurut sistem HIR, dalam acara perdata/pidana hakim terikat pada alat-alat bukti
yang sah, yang berarti bahwa hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan
alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja. 10
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwah
Untuk lebih jelasnya terkait alat bukti yang sah akan dijelaskan satu persatu
menurut pasal 184 ayat (1) KUHAP, sebagai berikut:
a. Keterangan Saksi
9
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar), (Yogyakarta, Rangkang
education, 2013), hlm.243.
10
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar), hlm.249.
12
Untuk keterangan saksi supaya dapat dipakai menjadi alat bukti yang sah,
maka harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
1) Syarat formil
Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap sah, apabila diberikan
memenuhi syarat formil, yaitu saksi memberikan keterangan di bawah
sumpah, sehingga keterangan saksi yang tidak disumpah hanya boleh
dipergunkan sebagai penambahan penyaksian yang sah lainnya.
2) Syarat materil
Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja tidak dapat dianggap sah
sebagai alat pembuktian (unus testis nulus testis) karena tidak memenuhi
syarat material, akan tetapi keterangan seseorang atau satu orang saksi,
adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu unsur kejahatan yang
dituduhkan11.
b. Keterangan ahli
11
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar), hlm.251.
12
Rahman Amin, Hukum Pembuktian dalam perkara pidana dan perdata, Hlm.260.
13
mungkin. Namun hakim tidak diwajibkan untuk menuruti pendapat ahli jika
pendapat ahli berlawanan dengan keyakinannya. 13
Sesuai ketentuan pasal 229 ayat (1) dan (2) KUHAP, saksi ahli yang telah
hadir memenuhi panggilan dalam rangka memberikan keterangan disemua tingkat
pemeriksaan, berhak mendapatkan uang pengganti biaya menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan pejabat yang melakukan pemanggilan
wajib memberitahukan kepada saksi ahli tentang haknya untuk mendapatkan biaya
penggantian yang dimaksud. 15
c. Surat
13
Auria Patria Dilaga, Pengaruh Alat Bukti Keterangan Ahli Terhadap Keyakinan Hakim
dalam Putusan Tindak Pidana Korupsi, Universitas Negeri Semarang,2013, Hlm.27.
14
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar),Hlm.263-264.
15
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar),Hlm. 270.
14
Menurut pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada pasal 18 ayat (1)
huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah: berita
acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oelh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu; surat yang dibuat oleh pejabat
megenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. 16
Sedangkan Sudikno Mertokusumo, bahwa alat bukti tertulis atau surat adalah segala
sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan
isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai
pembuktian.17
Nilai kekuatan pembuktian surat dari segi formal sebagai alat bukti yang
sempurna, dari aspek materil mempunyai kekuatan yang mengikat, dan hakim
bebas untuk melakukan penilaian atas substansi surat tersebut, dengan asas
keyakinan hakim, dan asas batas minimum pembuktian. Alat bukti surat
sebagaimana yang ditentukan menurut pasal 187, bukanlah alat bukti yang
mengingat tetapi bernilai sebagai pembuktian bersifat bebas. Sebagai bagian dari
alat bukti dalam pembuktian, maka perkembangan alat bukti surat ini, berkembang
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan diterimannya
beberapa alat bukti surat elektronik, email, sms dan sebagainnya.
d. Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP, Bahwa yang dimaksud dengan alat bukti
petunjuk adalah: Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak
16
Muhammad Fadhil Laksono, Kekuatan hukum Saksi Ahli dalam Proses Pembuktian
Perkara Pidana,( Universitas Muahammadiyah Magelang, 2017), Hlm.61
17
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar), Hlm.283.
15
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunnya.
1) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari:
a) Keterangan saksi
b) Surat
c) Keterangan terdakwah
2) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap
keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah
ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan
berdasarkan nuraninnya.
e. Keterangan terdakwah
Menurut Pasal 189 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengn alat bukti
petunjuk adalah:
16
keterangan terdakwah satu dengan terdakwah lainnya tidak boleh dijadikan alat
bukti bagi terdakwah lainnya.
Dalam hal keterangan terdakwah saja di dalam sidang, tidak cukup untuk
membuktikan, bahwa terdakwah telah bersalah melakukan suatu tindak pidana,
tanpa didukung oleh alat bukti-bukti lainnya. 19
Berkenaan dengan hal tersebut bahwa keterangan ahli pada pasal 306 ayat
(1) H.I.R diberikan ketentuan bahwa “berita orang ahli yang diangkat karena
jabatan ntuk menyatakan pertimbangan dan pendapatnya tentang keadaan suatu
perkara, hanya boleh dipakai untuk memberikan keterangan kepada hakim”. 20
18
Alfitrah, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di
Indonesia, (Jakarta, Raih Asa Sukses, 2014), Hlm. 110.
19
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar), Hlm.285.
20
Alfitrah, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di
Indonesia, Hlm. 93.
17
Keterangan ahli mempunyai kewajiban datang dipersidangan,
mengucapkan sumpah dan memberikan keterangan menurut pengetahuan dalam
bidang keahliannya. Hal itu diterangkan oleh seorang ahli adalah merupakan
kesimpulan-kesimpulan dari suatu keadaan yang diketahui sesuai dengan
keahliannya. Atau dengan kata lain merupakan penilian atau penghargaan terhadap
sesuatu keadaan.
21
Syaiful Bakhri, Sistem Peradilan Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan
Teori dan Teori Peradilan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Hlm.124.
22
Syaiful Bakhri, Hukum Pembuktian dalam Praktik Peradilan Pidana, (Yogyakarta, Total
Media), Hlm. 63.
18
hipotesis atau peryataan yang bersifat umum. Ahli pun tidak diperbolehkan
memberikan penilaian terhadap salah atau tidaknya terdakwah berdasarkan fakta
persidangan yang ditanyakan kepadannya.
Dari sudut dan tujuan keterangan ahli inilah ditinjau makna keterangan
sebagai alat bukti. Manfaat yang dituju oleh pemeriksaan keterangan ahli guna
kepentingan pembuktian. Kalua hakim, penutut umum atau terdakwah tidak
memahami arti dan tujuan keterangan ahli, hal itu bisa menimbulkan kekacauan
dalam pemeriksaan. Seandainya hakim kurang memahami pengertian tentang
sesuatu keadaan, dan penjelasan hanya dapat diberikan cukup terang tidak perlu
diminta keahlian khusus. Bila mana perkaranya sudah cukup terang tidak perlu
diminta keterangan ahli, karena bertentangan dengan tujua pemeriksaan keterangan
ahli ditinjau dari segi pembuktian. Untuk apa membuang waktu dan merepotkan
meminta keterangan ahli, jika dari hasil pemeriksaan alat bukti lain, kesalahan
terdakwah sudah cukup terang terbukti? Akan tetapi sebaliknya. Kenapa sidang
pengadilan tidak segera meminta keterangan ahli, jika seandainya mejelis hakim
yang memeriksa perkara itu gelap dan samar tentang sesuatu keadaan yang
memerlukan pemecahan oleh seorang ahli. Hakim pada dasarnya bukan manusia
generalis, yang serba tau. 23
23
M,Yahya Harahap, Pembahsan dan penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Edisi kedua, (Jakarta, Sinar Grafika, 2000),
Hlm.299.44
19
khusus untuk memberikan keterangan, tujuannya adalah untuk meringankan hukum
dan menguntungkan terdakwa.24
Saksi ahli juga mempunyai hak yang diatur dalam KUHAP yaitu antara lain
sebagai berikut:
1) Dipanggil sebagai saksi oleh penyidik dengan surat panggilan yang sah serta
berhak diberitahukan alasan pemanggilan tersebut (pasal 112 ayat (1)
KUHAP
2) Berhak untuk dilakukan pemeriksaan di tempat kediamannya jika memang
saksi dapat memberikan alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat
datang kepada penyidik (pasal 113 KUHAP)
3) Berhak memberikan keterangan tanpa tekanan dari siapapun atau dalam
bentuk apapun (pasal 117 ayat (1) KUHAP)
4) Saksi berhak menolak menandatangani berita acara yang memuat
keterangannya dengan memberikan alasan yang kuat (pasal 118 KUHAP)
5) Berhak untuk tidak diajukan pertanyaan yang menjerat kepada saksi (pasal
116 KUHAP)
24
Saksi Ahli Hukum Pidana: Fungsi, Syarat, dan Kewajibannya dalam Persidangan
(voi.id) (diakses tanggal 13 april 2023)
20
6) Berhak atas juru Bahasa, jika saksi tidak paham Bahasa Indonesia (pasal
177 ayat (1) KUHAP)
7) Berhak atas seorang penerjemah jika saksi tersebut bisu dan/ atau tuli serta
tidak dapat menulis Pasal 178 ayat (1) KUHAP)
Peradilan berasal dari kata adil yang artinya segala sesuatu mengenai
perkara pengadilan dalam lingkup negara Indonesia. 25 Indonesia dalam hal ini dapat
dikatakan menempatkan hukum sebagai aturan main dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sehingga hukum merupakan suatu ketetapa dan suatu keharusan yang
bersifat memaksa. Penegakkan hukum di Indonesia tidak terlepas dari sistem
peradilan yang ada.
25
Patawari, Sistem Peradilan Di indonesia, (Universitas Indonesia, 2019)
26
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, Hlm.60.
21
Dalam pidana dikenal beberapa asas yang berlaku yaitu sebagai berikut:
a. Asas Legalitas yaitu asas yang tercantum dalam pasal 1 ayat (1) KUHP “tiada
suatu perbuatan yang dapat di pidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
dalam perundang-undangan dengan yang telah ada sebelum perbuatan
dilakukan.
b. Asas teritorial yaitu asas yang memberlakukan KUHP bagi semua orang yang
melakukan perbuatan pidana diwilayah Indonesia.
c. Asas tidak ada hukuman tanpa kesalahan. 27
d. Dan masih banyak asas-asas lainnya.
Criminal Justice Sistem atau sistem peradilan pidana yang saat ini adalah
melibatkan 4 unsur atau komponen yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan
27
Op.Cit, Rahman Syamsuddin, Hlm.61.
28
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia ( Melihat dan Penegakan
Hukum dalam Batas-Batas Toleransi),
22
lembaga permasyarakatan. Komponen ini sesuai dengan peraturan yang berlaku
terkait pelaksaan keempat komponen penegakkan hukum.
a. Kepolisian
Kepolisian sendiri sesuai dengan tugas pokoknya mengacu pada pasal 13
UU nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian negara republik Indonesia bahwa
tugas pokok dari pihak kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepda masyarakat. Sebelum berlakunya KUHAP bahwa
penyidik dilakukan oleh kejaksaan dan pihak kepolisian hanya penyidik
pembantu dari kejaksaan namun setelah berlakunya KUHAP kepolisian
akhirnya mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan selain
kejaksaan.
b. Kejaksaan
Kejaksaan sendiri di atur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia. Kejaksaan sendiri dalam mempunyai peran
pemulihan aset negara dan dalam bidang intelejen negara.
c. Pengadilan
Lembaga pengadilan sendiri diatur dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Tugas pengadilan sendiri adalah
menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara yang dijuakan kepada
pengadilan.
d. Lembaga Permasyarakatan
Lembaga permasyarakatan yang dikenal dengan istilah Lapas diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan. Lembaga
permasyarakatan disini adalah sebagai tempay untuk melakukan pemidanaan
terhadap narapidana.
Selain dari pada sistem yang berlaku dalam peradilan tindak pidana terdapat
lagi satu lembaga yang berada diluar 4 komponen namun berperan tidak kalah
23
pentingnya dikenal dengan penasehat hukum atau pengacara. Pengacara sendiri
adalah orang yang diberikan wewenang dan mempunyai izin untuk memberikan
jasa hukum kepada kliennya. Pengacara atau advokat mempunyai peran untuk
membela hak-hak dari pada terdakwah dalam persidangan tindak pidana serta
memberikan jaza bantuan hukum.
Sistem peradilan tindak pidana Indonesia sendiri adalah sistem yang saling
terhubung satu sama lain dan mempunyai tahapan-tahapan yang tersusun secara
sistematis. Peranan dari pada setiap lembaga ada pada tupoksi tugasnya. Yang
dimulai dari piahk kepolisian selaku yang diberikan wewenang untuk melakukan
penyidikan dan penyelidikan. Kejaksaan sebagai lembaga yang memeriksa serta
memberikan tuntutan atas kesalahan dari pada tersangka. Pengadilan sebagai
tempat dilaksanakannya proses pemeriksaan dan pemutusan perkara yang diajukan.
Serta lembaga permasyarakatan sebagai tempat berlakunya saksi yang telah
diputuskan oleh pengadilan.
Pada prinsipnya Al-Qur’an sebagai wahyu Allah itu kemudian turun sebagai
petunjuk bagi ummat Islam. Di dalam Al-Qur’an dianjurkan dan diseruhkan untuk
berbuat adil di dalam persaksian baik itu saudara, kawan, ataupun orang lain. Dalam
Q.S An-Nisa’4:135
24
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.29
Perintah Allah SWT agar senangtiasa untuk berlaku adil dalam bersaksi dan
mengucapkan sesuatu hal dengan sebenar-benarnya. Karena sesungguhnya
persaksian kita selaku hamba akan selalu diketahui oleh Allah SWT. Menegakkan
keadilan adalah salah satu hal yang sangat penting. Oleh karena itu keadilan dan
kebenran harus seang tiasa berbanding lurus beriringan agar apa yang ada di dunia
ini itu kemudian tidak menjadi kacau atau memperburuk keadaan.
Keadilan adalah Mizan Ilahi dimuka bumi untuk membela yang lemah
jangan disewenang-wenangi oleh yang kuat. Untuk mempertahankan yang jujur
jungu. dicurangi oleh si pendusta. Untuk menegakkan yang benar jangan dianiaya
oleh yang batil. Dengan keadilanlah dibenarkan yang benar dan disalahkan yang
salah. Dengan keadilan dapat ditangkis serangan penyerang dengan tidak semena-
mena, dan dia diancam oleh Tuhan. Dengan keadilannya masyarakat manusia ini
diatur jadi baik. wahai Anak Adam Kaya atau miskin pun, namun Aku lebih
penting. Aku lebih penting dari kekayaan atau kemiskinan. Aku tak akan dapat
dipengaruhi oleh kekayaan si kaya, ataupun kemiskinan. Sebab itu maka kekayaan
atau kemiskinan janganlah menghambat kamu untuk menyaksikan kebenaran dan
keadilan” Sebab itu janganlah kamu ikuti hawa nafsu, Janganlah karena menuruti
hawa nafsu kamu sampai berpaling dari kebenaran, sehingga keadilan itu tidak jadi
kamu tegakkan. “Karena jika kamu putar-putar atau kamu berpaling”.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur,an dan Terjemahan, (Bandung, Algensido).
25
melindunginya dengan perbuatan yang curang. Kecurangan itu dengan sendirinya
akan habis, sebab hakikatnya tidak ada.
Terjemahan:
30
Departemen Agama RI, Al-Qur,an dan Terjemahan, (Bandung, Algensido).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan yang mana diketahui
bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu pengumpulan data yang dilakukan
secara objektif kemudian menganalisis data.atau dapat dikatakan bahwa penelitian
lapangan adalah penelitian yang cenderung memiliki sifat deskriptif yang dilakukan
melalui proses analisa.
2. Lokasi Penelitian
27
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari data asli penelitian dan data
tambahan yang diperoleh oleh peneliti antara lain sebagai berikut.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari narasumber
sesuai dengan judul penelitian atau dalam hal ini adalah data yang
diperoleh langsung dari Pengadilan Negeri Kelas I A Maros.
2. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh secara tidak langsung yakni
melalui media perantara yang dihasilkan oleh lembaga lain yang bukan
merupakan pengelolahnya tetapi dapat digunakan dalam penelitian ini.
Data sekunder terdiri dari beberapa sifat, yaitu diantaranya:
a. Data sekunder bersifat primer, yaitu semua data yang diutamakan seperti
Undang-Undang.
b. Data sekunder bersifat literasi, yaitu data yang diperoleh dari Buku, Hasil
Penelitian, Skripsi, ataupun Jurnal yang berkaitan dengan Keterangan Ahli
c. Data Sekunder bersifat tersier, yaitu data yang sikapnya sebagai pelengkap,
seperti data yang diperoleh dari website tertentu dalam hal ini digunakan oleh
peneliti terkait Keterangan Ahli
1. Observasi
28
Observasi adalah kegiatan berupa pengamatan untuk mendapatkan data
primer yang di inginkan. Observasi dilakukan dengan menggunakan teknik analisa
secara langsung dengan objek yang diteliti.
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Pengolahan data adalah kegiatan yang sangat penting guna mendapat hasil
yang sangat memuaskan dari tujuan penelitian. Pengolahan data merupakan
kegiatan analisis data atau proses pengubahan data yang diperoleh menjadi sebuah
informasi untuk mudah diterima. Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk
menyederhanakan hasil pengumpulan data untuk muda untuk dibaca dan di pahami.
29
Analisis deskripsi yang digunakan untuk mengambarkan bagaimana
kekuatan pembuktian keterangan ahli dalam persidangan tindak pidana.
30
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Skripsi
Dilaga, Auria Patria. Pengaruh Alat Bukti Keterangan Ahli Terhadap Keyakinan
Hakim dalam Putusan Tindak Pidana Korupsi. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. 2013.
Website
Saksi Ahli Hukum Pidana: Fungsi, Syarat, dan Kewajibannya dalam Persidangan
(voi.id) (diakses tanggal 13 april 2023)