DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 2:
5. ARDI
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada setiap manusia dimanapun, ia
berada tanpa perbedaan ras, ideologi, serta agama atau kepercayaan yang dimilikinya. Oleh
sebab itu, munculnya konsep HAM dianggap sebagai suatu isu penting dunia yang harus
diperhatikan bersamaan dengan perkembangan kesadaran manusia akan pentingnya mengakui,
menghormati, dan mewujudkan manusia yang berdaulat dan utuh.
Hak asasi manusia termuat dalam UUD NRI 1945 pasal 28A-28J menjelaskan perihal
hak asasi manusia. Inilah yang juga menjadi dasar dalam membuat aturan yakni UU No. 26
Tahun 200 tentang pengadilan HAM.
Kejahatan kemanusiaan ini diatur dalam Statuta Roma dan diadopsi dalam Undang-
Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Menurut UU tersebut dan juga sebagaimana diatur dalam pasal 7 Statuta Roma, definisi
kejahatan terhadap kemanusiaan ialah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil. Selain itu, kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan salah
satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal
Court (ICC).
Kejahatan kemanusiaan merupakan istilah yang berbeda dengan jenis kejahatan yang
terdapat dalam KUHP. Meskipun pada hakikatnya jenis kejahatan yang terdapat dalam KUHP
juga merupakan tindak pidana terhadap manusia, namun tidak dapat dikategorikan sebagai
kejahatan yang memiliki dimensi HAM. Oleh karena itu dalam KUHP tidak mengenal istilah
kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pasal 7 dalam UU pengadilan HAM menyebutkan 2 jenis pelanggaran HAM yang
dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat yaitu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Kejahatan ini sekilas mirip karena sama sama jenis kejahatan kepada
kemanusiaan. Namun kejahatan genosida lebih kepada kejahatan yang korbannya banyak
(massal) sedangkan kejahatan terhadap kemanusiaan korbannya lebih kepada korbannya yang
individua tau selaku penduduk sipil. Disebutkan juga bahwa yang berpotensi melakukan
pelanggaran HAM ini adalah apparat penegak hukum.
Yang dimaksud dengan kejahatan kemanusiaan yang disebutkan dalam pasal 7 statuta
roma meliputi hal-hal berikut ini.
a) Pembunuhan
b) Pemusnahan
c) Perbudakan
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e) Perampasan kemerdakaan
f) Penyiksaan
g) Perkosaan
h) Perbudakan seksual
i) Pelacuran secara paksa
j) Pemaksaan kehamilan pemandulan
k) Penganiayaan terhadap kelompok tertentu
l) Penghilangan orang secara paksa
Perlu diperjelas lagi bahwa dalam kejahatan yang disebutkan diatas lebih menitip beratkan
pada hal-hal yang diistilakan senagai gender. Gender bukan menyangkup persoalan
perempuan saja tapi gender menyangkup persoalan laki-laki.
Sumber hukum kejahatan terhadap kemanusiaan adalah diatur dalam statute roma yang
kemudian diadopsi kedalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.
Proses Penegakkannya
Berdasarkan hal ini ,kalau perintah yang diberikan kepada pelaku itu ada perintah untuk
melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan perintah itu di kategorikan sebagai perintah yang
nyata melawan hukum,sehingga ketikan di lakukan oleh seorang bawahan ,ia tidak dapat
melepaskan diri dari tanggung jawabnya pidananya dengan alasan apapun.
Berdasarkan sisi pidana yang dapat di ancam ,statuta roma 1998 menganut gagasan yang
sama seperti statuta ICTY,yakni dalam hal tidak dikenalkanya pidana mati( death penalty)
sebagai pidana yang di jatuhkan terhadap pelaku kejahatan internasional
Dalam piagam mahkamah nurnberg ,statuta ICTY juga mengancam pidana bukan hanya
terhadap kemanusiaan,melainkan juga memuat ancaman pidana bagi mereka yang
merencanakan,mendorong,memerintahkan,membantu,serta mendukung perencanaan persiapan
dan pelaksanaan terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan namun berbeda dengan piagam
mahkamah nuhnberg mengenai pidana mati sebagai pidana maksimal pelaku kejahatan terhadap
kemanusiaan ,statu ICTY tidak mengenal pidana mati, maksimal pidana yang dapat di jatuhkan
terhadap pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan hanyala pidana seumur hidup ( life
imperisoment)