0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas pelanggaran HAM berat dalam perspektif hukum pidana internasional. Ia menjelaskan bahwa pelanggaran HAM berat termasuk kejahatan internasional sesuai dengan konvensi internasional. Dokumen juga membandingkan ketentuan UU Pengadilan HAM Indonesia dengan Statuta Roma untuk menunjukkan kesamaan yurisdiksinya terhadap pelanggaran HAM berat.
Deskripsi Asli:
Pelanggaran ham perspektif hukum Pidana internasional
Dokumen tersebut membahas pelanggaran HAM berat dalam perspektif hukum pidana internasional. Ia menjelaskan bahwa pelanggaran HAM berat termasuk kejahatan internasional sesuai dengan konvensi internasional. Dokumen juga membandingkan ketentuan UU Pengadilan HAM Indonesia dengan Statuta Roma untuk menunjukkan kesamaan yurisdiksinya terhadap pelanggaran HAM berat.
Dokumen tersebut membahas pelanggaran HAM berat dalam perspektif hukum pidana internasional. Ia menjelaskan bahwa pelanggaran HAM berat termasuk kejahatan internasional sesuai dengan konvensi internasional. Dokumen juga membandingkan ketentuan UU Pengadilan HAM Indonesia dengan Statuta Roma untuk menunjukkan kesamaan yurisdiksinya terhadap pelanggaran HAM berat.
Dosen FADLI ANDI NATSIF ISTILAH PELANGGARAN HAM BERAT
• Kejahatan yang dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM berat terdapat dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM (UUPHAM). • Dalam Pasal 7 UUPHAM menyebutkan kategori pelanggaran HAM yang Berat meliputi: Kejahatan genosida kejahatan terhadap kemanusiaan. PELANGGARAN HAM BERAT SEBAGAI KEJAHATAN INTERNASIONAL
• Pelanggaran HAM berat juga di kategorikan sebagai
kejahatan internasional. • Istilah kejahatan internasional dikembangkan oleh pakar hukum internasional. Diawali dengan istilah hukum pidana internasional (international criminal law atau international strafprocessrecht). • Pertumbuhan hukum pidana internasional sebagai disiplin hukum berasal dari dua sumber, yaitu: pertama, berasal dari perkembangan kebiasaan hukum internasional (custom) kedua, berasal dari perjanjian-perjanjian internasional (treaties). PELANGGARAN HAM BERAT SEBAGAI KEJAHATAN INTERNASIONAL
• Jika dikaitkan dengan karakterisitik kejahatan
internasional, yg telah diuraikan dlm materi sebelumnya, seperti yg dikemukakan oleh Bassiouni dan Bryan A Garner tentang jenis-jenis kejahatan yang telah dicantumkan dalam konvensi internasional dapat dikategorikan sebagai kejahatan yang berdimensi internasional, maka jenis-jenis pelanggaran HAM berat yang diatur dalam UUPHAM termasuk sebagai kejahatan internasional. PELANGGARAN HAM BERAT SEBAGAI KEJAHATAN INTERNASIONAL
• Dalam konteks Indonesia, kejahatan internasional inilah yang
diistilahkan sebagai pelanggaran HAM berat yang terdiri dari dua jenis yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan genosida sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM (UUPHAM). • Pada hakikatnya substansi UUPHAM memang mengadopsi sebagian ketentuan Statuta Roma 1998 (perjanjian atau institusi hukum internasional). • Dalam Statuta Roma 1998 mengatur tentang jenis-jenis kejahatan internasional yang berada dalam yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional, dua diantara yg diadopsi dlm UUPHAM selain Kejahatan Perang dan Aggresor PELANGGARAN HAM BERAT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
Analisis perspektif hukum pidana internasional terhadap kasus
pelanggaran HAM berat di Indonesia, dgn menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan substansi materi hukum dan pendekatan mekanisme penyelesian hukum. • Pertama, pendekatan substansi materi hukum yang membahas hakikat kejahatan yang menjadi kategori Pelanggaran HAM berat juga termasuk kejahatan yang telah diatur dalam instrumen internasional, yaitu Statuta Roma. • Substansi atau materi kejahatan yang menjadi yurisdiksi dari Statuta Roma, jika dihubungkan dengan UU Pengadilan HAM, maka dapat dikatakan antara Statuta Roma dengan UU Pengadilan HAM memiliki kesamaan yurisdiksi terhadap sebuah kejahatan (Ratione Materiae). PELANGGARAN HAM BERAT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
• Kedua, Pendekatan mekanisme penyelesaian hukum.
Mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM berat, dapat dilakukan melalui Mahkamah Pidana Internasional, jika pengadilan nasional ada faktor ketidakmauan (unwillingness) atau ketidakmampuan (inability). Ukuran ketidakmauan terdapat Pasal 17 ayat (2) Statuta Roma, yang intinya mengatakan kasus dlm yurisdiksi negara, tetapi negara tersebut tidak bersedia atau benar-benar tidak dapat melakukan penyelidikan atau penuntutan. Kemudian juga kalau negara tersebut tidak bersedia atau tidak mampu untuk benar-benar melakukan penuntutan. Kalau ukuran inability (ketidakmampuan) disebutkan dalam Pasal 17 ayat (3) Statuta Roma, yaitu apabila Mahkamah Pidana Internasional mempertimbangkan telah terjadi kegagalan secara menyeluruh atau substansial atau ketiadaan/ketidaksediaan sistem peradilan nasional untuk menemukan tersangka atau bukti-bukti dan kesaksian atau tidak mampu untuk menyelenggarakan proses peradilan. PELANGGARAN HAM BERAT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
• Pendekatan mekanisme penyelesaiaan ini juga tidak
terlepas dari pendekatan pertama yang membahas tentang ada kesamaan materi antara UU Pengadilan HAM dan Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional. • Pendekatan pertama (melihat materi atau substansi kejahatan yang diatur) inilah yang menjadi landasan bahwa penyelesaian kasusnya selain melalui mekanisme hukum nasional juga dapat melalui mekanisme internasional (internationally authorized). • Apalagi kalau mekanisme hukum nasional tidak dapat berjalan secara optimal sehingga tidak fair, oleh Bassiouni mengatakan bahwa apabila impunitas hendak dihindari, maka penghukuman pelaku kejahatan serius atau pelanggaran HAM harus ditempuh melalui mekanisme pertanggungjawaban (accountability mechanism) institusi internasional (international prosecutions) PELANGGARAN HAM BERAT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
• Berdasarkan ini pula, maka Bassiouni mengatakan
bahwa hukum pidana internasional adalah perpaduan antara dua disiplin hukum yang berbeda tetapi saling melengkapi yaitu: aspek-aspek pidana dari hukum internasional dan aspek-aspek internasional dari hukum pidana. • Makna hukum pidana internasional inilah sangat relevan dengan keberadaan pelanggaran HAM berat yang diatur dalam UU Pengadilan HAM dan Statuta Mahkamah Pidana Internasional yang juga mengatur kejahatan HAM, yaitu “the most serious crimes of concern to the international community”. PELANGGARAN HAM BERAT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
• Selain itu UU Pengadilan HAM juga mengadopsi
mekanisme penyelesaian kasus yang dicontohkan oleh Pengadilan Internasional lain yang khusus mengadili kasus-kasus kejahatan kemanusiaan, seperti Mahkamah Nuremberg, Mahkamah Tribunal untuk Yugoslavia (ITCY), dan Mahkamah Tribunal untuk Rwanda (ITCR). • Mekanisme tersebut jelas tercantum dalam Pasal 43 UU Pengadilan HAM terkait dengan aturan yang mengeyampingkan asas non retroaktif, melalui mekanisme pembentukan Pengadilan HAM ad hoc.