Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Hukum Pidana Internasional (HPI) khususnya dalam kaitannya dengan


hukum pidana dan hukum internasional

Jawab:

Hukum pidana internasional pada dasarnya, prihatin dengan hal-hal yang secara umum dapat
digambarkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius 1. Hukum pidana
internasional tidak hanya dapat mengadili individu yang berasal dari negara yang sudah
meratifikasi Statuta Roma (State Parties) serta mengakui yuridiksi International Criminal
Court, akan tetapi semua individu termasuk yang berasal dari bukan negara pihak (non state
parties) sepanjang kejahatan yang dilakukan terjadi di wilayah negara yang menjadi pihak
dari International Criminal Court atau negara peratifikasi Statuta Roma 2.

2. Alasan yang menjadi dasar lahirnya HPI, disertai contoh kasusnya.

Jawab:

lahirnya hukum pidana internasional adalah semenjak Perjanjian Westphalia tahun 1648,
dimana melalui perjanjian tersebut mulai diakuinya negara-negara kewilayahan, dan
diakuinya prinsip- prinsip kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan derajat negara-negara serta
hak menentukan nasib sendiri dari negara-negara, yang kemudian berkembang menjadi hak-
hak dan kewajiban asasi negara-negara ; sehingga pelanggaran oleh suatu negara atas hak-hak
asasi negara lainnya adalah merupakan tindakan criminal 3.

Contoh Kasus:

Kejahatan Perang Israel Terhadap Palestina 4.

3. hubungan HPI, Hukum HAM, dan Hukum Humaniter Internasional.

Penegakan Hukum Humaniter lnternasional (HHl) dan Hukum Hak Asasi Manusia
lnternasional (HAMI) harus dilaksanakan berdasarkan prinsip efektivitas. Prinsip ini
menentukan bahwa negara wajib untuk mengakui, mengatur, menghormati, memajukan dan
melindungi HHI dan HAMI diseluruh sendi-sendi penyelenggaraan negara. Pelaksanaan
prinsip ini dapat diukur dari dua indikator yaitu pembentukan dan pelaksanaan instrumen
hukum dan kelembagaan HAM baik dibidang eksekutif, legislatif dan judikatif. Di lndonesia,
prinsip ini diatur dan diakui keberadaanya dalam Pasal 71 Undang-Undang Nomor 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manuasia dan juga dalam Undang-Undang Nomor 59 tahun 1958
tentang ratifikasi lndonesia terhadap KonvensiKonvensi Jenewa 1949.

1
William A. Schabas, An Introduction to the International Criminal Court (New York: Cambridge University
Press, 2011).
2
Diajeng Wulan Christiani, ‘“Jurisdiksi International Criminal Court Terhadap Warga Negara Non-Pihak
Statuta Roma Dan Dampaknya Bagi Indonesia’, Jurnal Ilmu Hukum, 2015.
3
K Prasetyo, ‘Penerapan Kaidah-Kaidah Hukum Pidana Internasional Dalam Masyarakat Internasional’, Justice
Pro: Jurnal Ilmu Hukum, 4.1 (2018), 60–66 <http://ojs.uniyos.ac.id/index.php/jp/article/view/165>.
4
Eka Yudha Saputra, ‘PM Netanyahu Diyakini Masuk Daftar Terdakwa Kejahatan Perang ICC’,
Dunia.Tempo.Co, 2020 <https://dunia.tempo.co/read/1366580/pm-netanyahu-diyakini-masuk-daftar-terdakwa-
kejahatan-perang-icc>.
Hukum pidana internasional sebagai cabang ilmu baru dalam sejarah
perkembangannya tidak terlepas dan bahkan berkaitan erat dengan sejarah perkembangan
Hak Asasi Manusia (HAM). Keterkaitan erat tersebut dapat digambarkan sebagai dua saudara
kembar, memiliki ketergantungan yang kuat (interdependency), sinergis, dan
berkesinambungan. Ketiga sifat saudara kembar tersebut dapat dicontohkan dengan
terbentuknya jenis kejahatan baru dalam dimensi internasional (genosida,kejahatan
kemanusiaan, kejahatan perang dan agresi) yang kemudian melahirkan proses hukum acara
dan pembentukan peradilannya (ICC) di mana keseluruhannya membentuk suatu proses ilmu
baru yang disebut hukum pidana internasional.

Keterkaitan hukum hak asasi manusia dalam pandangan Ignatieff dan perkembangan
hukum pidana internasional jelas memberikan cakrawala baru bahwa, tindak pidana (ordinary
crimes) atau pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights)
bukan saja harus bersifat tindakan manusia secara aktif (abuse and oppression) melainkan
dapat berupa tindakan manusia yang bersifat pasif seperti halnya contoh, kemiskinan,
sebagaimana disebutkan oleh Ignatieff.

Hubungan erat disiplin ilmu hukum pidana internasional dan hukum HAM akan
selalu terjalin dan berkembang sejajar dan akan selalu mendominasi percaturan dan
kompleksitas hubungan internasional untuk masa lima dan sepuluh tahun kedepan.
Perkembangan pembentukan ius consitutendum dalam kedua bidang hukum tersebut
merupakan tuntutan zaman dan tidak dapat dielakkan.Ius constitutum yang tengah berjalan
saat ini tidak dapat lagi secara optimal digunakan untuk menganalisis dan menemukan solusi
hukum yang tepat untuk mencegah dan mengatasi peristiwa Pelanggaran HAM yang berat
termasuk sengketa yurisdiksi dua atau lebih negara terhadap satu objek hukum yang sama
yakni kejahatan lintas batas territorial.

Penegakan hukum HHI secara lebih khusus menentukan bahwa semua pihak wajib
melaksanakan ketentuan yang ada didalamnya sehingga kewajiban ini menjadi suatu
kewajiban internasional (internationat obligation) bagi semua pihak. Pihak disini adalah
semua subyek hukum hukum internasional, yaitu negara, individu, organisasi internasional
baik organisasi ineternasional publik maupun privat dan kesatuankeasatuan atau kelompok
yang diakui oleh hukum internasional, seperti belligerent dan pergerakan nasional. Akan
tetapi, ada pendapat hukum yang menyatakan bahwa yang bisa menjadi anggota Konvensi
Jenewa hanyalah negara, maka negara sajalah yang memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakannya. Pada perkembangan saat sekarang banyak pendapat hukum yang
menyatakan bahwa selain negara, (organisasi internasional dan Lembaga swadaya
internasional/LSM), harus dan dapat pula melaksanakan kewajiban seperti yang disyaratkan
oleh Konvensi Jenewa, termasuk juga oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.

Pelanggaran berat Hukum Humaniter lnternasional (HHl) adalah bagian dari


kejahatan perang dalam artian yang luas (artian rni mancakup kejahatan perang dalam arti
sempit, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida). Kejahatan perang adalah pelangaran-
pelanggaran serius terhadap hukum perang, baik yang berasal dari konvensi-konvensi
internasional ataupun dari kebiasaan, yang dilakukan dalam situasi pertikaian bersenjata
dimana pertanggungiawaban pidana berlaku sesuai dengan yang ditentukan dalam aturan-
aturan tersebut. Pengakuan internasional terhadap arti dan makna kejahatan perang dalam
konteks ini diberikan oleh Komisi Hukum lnternasional pada tahun 195032 Komisi tersebut
ditugaskan oleh Majelis Umum perserikatan Bangsa Bangsa berdasarkan Resolusi Nomor
177 (ll) tahun 1950 untuk memformulasikan dan mengkodifikasikan prinsip-prinsip dari
Mahkamah Nuremberg bagi perkembangan hukum lnternasionar, terutama hukum pidana
internasional.

4. Satu kasus internasioal dimana HPI dapat berlaku, dan alasannya

Jawab:

Invansi Rusia terhadap Ukraina

Invansi yang telah dilakukan rusian terhadap ukraina pada tanggal 24 februari 2022 termasuk
dalam kejahatan perang dimana indakan Rusia merupakan pelanggaran serius terhadap
sejumlah aturan hukum internasional kontemporer lainnya seperti hukum humaniter
internasional dan HAM internasional, termasuk juga moralitas internasional. Tindakan yang
diambil oleh Rusia bertentangan dengan prinsip dan ketentuan yang terdapat di dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat (2), Pasal 2 ayat (3), dan
Pasal 2 ayat (4) yang semuanya secara eksplisit mengakui kedaulatan sebagai hal utama
dalam hubungan internasional. Selain itu juga menyerukan pemeliharaan perdamaian dan
keamanan internasional melalui pembatasan penggunaan kekerasan bersenjata terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara mana pun. Tidak hanya itu, tindakan
Rusia juga merupakan pelanggaran serius terhadap sejumlah aturan hukum internasional
kontemporer lainnya seperti hukum humaniter internasional dan HAM internasional,
termasuk juga moralitas internasional. Lebih jauh lagi dalam hukum internasional, tindakan
Rusia terhadap Ukraina di Krimea pada 2014 dan apa yang dilakukannya pada saat ini telah
dapat dikualifikasikan sebagai tindakan agresi (act of aggression), baik dalam arti teknis
maupun substantif.

Referensi:

Christiani, Diajeng Wulan, ‘“Jurisdiksi International Criminal Court Terhadap Warga Negara
Non-Pihak Statuta Roma Dan Dampaknya Bagi Indonesia’, Jurnal Ilmu Hukum, 2015
Prasetyo, K, ‘Penerapan Kaidah-Kaidah Hukum Pidana Internasional Dalam Masyarakat
Internasional’, Justice Pro: Jurnal Ilmu Hukum, 4.1 (2018), 60–66
<http://ojs.uniyos.ac.id/index.php/jp/article/view/165>
Saputra, Eka Yudha, ‘PM Netanyahu Diyakini Masuk Daftar Terdakwa Kejahatan Perang
ICC’, Dunia.Tempo.Co, 2020 <https://dunia.tempo.co/read/1366580/pm-netanyahu-
diyakini-masuk-daftar-terdakwa-kejahatan-perang-icc>
Schabas, William A., An Introduction to the International Criminal Court (New York:
Cambridge University Press, 2011)

Anda mungkin juga menyukai