Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

UAS HUKUM DAN HAM

NAMA : PETRUS TALAUD


NIM : 12174201200032
1. apaitu Kejahatan terhadap Kemanusiaan Dan Kejahatan Perang yang merupakan
pelanggran brat dalam Hukum Humaniter

- Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah suatu gabungan kata yang


mengungkapkan makna konsep atau keadaan yang mengandung norma. Kejahatan
terhadap kemanusiaan merupakan kejahatan atau tindak pidana internasional yang
termasuk dalam yurisdiksi bahkan dalam Statuta Roma ditegaskan sebagai salah
satu kejahatan paling serius. Sehingga crimes against humanity merupakan jenis
tindak pidana, itu jelas dan mutlak. Tidak bisa dianggap sekadar pendapat atau
semacamnya. Jika Istilah kejahatan terhadap kemanusiaan menjadi suatu istilah
yang lumrah dan sembarangan disampaikan dengan topeng sebuah
pendapat, sekali lagi itu sebuah kesalahan yang lucu dan berulang, tentu tidak baik.
Kejahatan terhadap kemanusiaan juga terdapat dalam perundang-undangan
Indonesia. Meski belum meratifikasi Statuta Roma, Indonesia mengatur kejahatan
terhadap kemanusiaan. Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, kejahatan terhadap kemanusiaan dengan
tegas dinyatakan sebagai pelanggaran HAM berat serta dibahas dalam Pasal 9 yang
memuat 10 perbuatan.
-
Melalui penjelasan dalam International Criminal Law karya Douglas Guilfoyle yang
menerangkan penuntutan pertama atas kejahatan terhadap kemanusiaan terjadi
sebelum Pengadilan Militer Internasional Nuremberg 1945. Pada 24 Mei
1915, Perancis, Inggris dan Rusia melakukan deklarasi bersama dalam mengutuk
tindakan Turki terhadap etnik Armenia selama perang dunia pertama yang menjadi
potret atas sebuah inspirasi yang jelas untuk menyebut sekaligus memasukkan
suatu kejahatan pertama kali dengan istilah crimes against civilization and
humanity. Kemudian hal itu diakomodir dalam Perjanjian London 1945 yang memuat
kejahatan-kejahatan jenis tertentu yang lazim disebut sebagai kejahatan menurut
hukum internasional yang terdiri dari kejahatan perang , kejahatan terhadap
kedamaian/perdamaian , serta kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi
menjelang dan selama Perang Dunia II .
-
Kejahatan terhadap kemanusiaan kemudian mulai berkembang dengan signifikan
sebagai konsep tersendiri dalam hukum pidana internasional sejak masa Mahkamah
Militer Nuremberg 1945. Setelah itu gagasan tentang kejahatan terhadap
kemanusiaan juga dapat ditemukan dalam berbagai dokumen hukum seperti Control
Council Law No. 10, Statuta ICTY 1993, Statuta ICTR 1994 dan Statuta Roma 1998.
Statuta Roma 1998 yang menjadi dasar berdirinya Mahkamah Pidana Internasional
merupakan akhir perjalanan panjang dari kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai
sebuah pengaturan yang permanen dengan sifatnya yang universal. Statuta Roma
1998 adalah pencapaian masyarakat internasional dengan cita international justice
yang dilahirkan dari suatu konferensi diplomatik 120 negara, yang berlangsung di
Roma pada tanggal 15-17 Juli 1998 . Berbagai tahapan mulai dari rancangan
naskah statuta yang telah berhasil disiapkan oleh Komisi Hukum Internasional sedari
1994 dengan dasar amanat Majelis Umum PBB , pembentukan komisi ad hoc oleh
Majelis Umum PBB yang bertugas untuk meninjau aspek-aspek
substantif, administratif dan prosedural dari rancangan ILC, pembentukan Komisi
Persiapan oleh Majelis Umum PBB yang menindak lanjuti hasil dari Komisi Ad
hoc, dengan membahas secara lebih mendalam dalam kurun waktu 1996-1997 dan
berhasil merampungkan tugasnya pada April 1998 hingga menghasilkan naskah
final dan autentik tentang Statuta Roma yang hingga kini digunakan.
-
Selanjutnya untuk lebih memahami kejahatan terhadap kemanusian, dapat ditelaah
melalui ketentuan yang termaktub dengan jelas pada Pasal 7 Statuta Roma yang
memuat 11 perbuatan yang digolongkan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Perbuatan tak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara sengaja menyebabkan
penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau mental atau kesehatan fisik.
Akan tetapi, uraian pasal ini tidak bisa hanya dilihat dan kemudian memuntahkan
tafsir yang mentah. Memahami hukum bukan hanya sekadar membunyikan
pasal. Butuh kecermatan yang tidak biasa. Perlu dicermati chapeau elements of
crimes against humanity yang dirinci dengan jelas dan tegas dalam 44 halaman
Elements of Crimes International Criminal Court sehingga dapat menentukan sifat
yang membedakan suatu perbuatan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan atau
perbuatan biasa.
Kemungkinan kita akan penasaran dengan Pasal 7 huruf Statuta Roma karena
uraiannya. Sehingga berikut adalah 5 elements of crimes Pasal 7 huruf : 1. Pelaku
melakukan penderitaan besar, atau cedera serius pada tubuh atau kesehatan
mental atau fisik, melalui tindakan yang tidak manusiawi; 2. Tindakan tersebut
bersifat serupa dengan tindakan lain yang disebutkan dalam pasal 7 , Statuta;
3. Pelaku menyadari keadaan faktual yang membentuk karakter tindakan tersebut;
4. Perilaku tersebut dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematis yang diarahkan terhadap penduduk sipil; 5. Pelaku tahu bahwa tindakan
itu adalah bagian dari atau dimaksudkan tindakan itu untuk menjadi bagian dari
serangan yang meluas atau sistematis yang diarahkan terhadap penduduk sipil.
-
Berikutnya merujuk pada uraian Guénaél Mettraux – Prof. Guénaël Mettraux adalah
ahli terkemuka, konsultan di berbagai pengadilan kriminal internasional, sebagai
Judge of the Kosovo Specialist Chambers, penasihat berbagai negara, NGOs/LSM
dan organisasi internasional termasuk PBB dan juga anggota Panel Tinjauan Hak
Asasi Manusia Uni Eropa – dalam International Crimes and the Ad hoc Tribunals
tentang Chapeau Elements of Crimes against Humanity yang dijelaskan dengan baik
bahwa hal yang membedakan kejahatan terhadap kemanusiaan dari kejahatan biasa
adalah persyaratan bahwa kejahatan tersebut harus dilakukan dalam konteks
serangan yang luas atau sistematis terhadap penduduk sipil. Persyaratan ini, yang
merupakan persyaratan umum kejahatan terhadap kemanusiaan, harus dilihat
secara keseluruhan dan menetapkan konteks yang diperlukan di mana tindakan
para pelaku/terdakwa harus dituliskan. Dapat dibagi menjadi lima sub-elemen:
serangan; ada hubungan atau hubungan antara tindakan terdakwa dan serangan;
serangan diarahkan terhadap populasi sipil; serangannya meluas atau sistematis;
dan pelaku memiliki kondisi pikiran yang sesuai atau mens rea.
-
2. apakah negara tidak meratifikasi suatu perjanjian Intrnasional ketika terjadi suatu
masalah atau isu ham dan dapat di laporkan ke dewan HAM PBB

- Tidak

- Alasannya : bawah dalam sebuah pelaporan ada beberapa mekanisme salah


satunya yaitu Treaty based mechanisme yaitu mekanisme pengaduan yang dibentuk
berdasarkan perjanjian atau konvensi HAM internasional. Seperti diketahui
perjanjian internasional mengikat negara-negara dan berlaku ketika sejumlah negara
yang menandatanganinya telah meratifikasi perjanjian tersebut. Negara yang telah
meratifikasikannya – kemudian disebut sebagai Negara Pihak, dianggap telah terikat
secara legal pada perjanjian tersebut. Demikian dengan perjanjian-perjanjian hak
asasi manusia. Seperti hukum perjanjian internasional lainnya, Negara berwenang
mengesampingkan satu atau beberapa aturan dari kesepakatan yang ditanda-
tangani atau diratifikasi. Tindakan reservasi ini bisa dilakukan terhadap substansi
perjanjian maupun institusi yang dibentuk bersamaan dengan perjanjian itu dengan
tujuan memantau pelaksaan perjanjian

3. Perkembangan HAM dalam pandemic Covid 19

- Amnesty
Perkembanagan HAM dalam Covid 19 berdampak pada beberapa HAM,
International Indonesia mencatat setidaknya ada empat hak asasi
manusia yang terdampak akibat pandemi global ini.

Anda mungkin juga menyukai