DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Cassese,
hukum
pidana
internasional
adalah
aturan-aturan
Bhatara, Ibnu Reza, International Criminal Court: Suatu Analisis Mengenai Order Dalam Hubungan
Internasional, Program Studi Ilmu Politik, Pascasarjana, Universitas Indonesia 2002, hlm. 49.
terhadap
kemanusiaan,
kejahatan
perang,
kejahatan
yang
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/11/13/LN/mbm.20061113.LN122248.id.html,
diakses pada tanggal 26 November 2014 pukul 21:38.
3
http://www.pusham.uii.ac.id/berkacapadatokyodannuremberg.pdf, diakses pada tanggal 26
November 2014
4
Command responsibility merupakan bentuk pertanggung jawaban seorang pemimpin atas tindak
kejahatan yang dilakukan oleh anak buahnya, baik pemimpin militer maupun sipil.
B.
Rudi M. Rizki, Jurnal Hukum Humaniter Vol.1, No.2 April 2006, Beberapa Catatan Tentang
Pengadilan Pidana Internasional AD HOC Untuk Yugoslavia dan Rwanda Serta Penerapan Prinsip
Tanggung Jawab Negara Dalam Pelanggaran Berat HAM, Pusat Studi Hukum Humaniter dan Hak
Asasi Manusia (terAs), Fakultas Hukum Universitas Trisakti, hlm. 383.
Tindak pidana yang dilakukan di dalam wilayah suatu negara peserta Statuta
dengan tidak melihat kewarganegaraan dari pelaku kejahatan.
Tindak pidana yang dilakukan dalam wilayah suatu negara, atas dasar
pelimpahan perkara oleh DK PBB.
Warga negara dari negara anggota yang melakukan tindak pidana sesuai
dengan pasal 12 ayat 2b.
Warga negara dari negara bukan anggota yang telah menerima Jurisdiksi
Pengadilan berdasarkan pernyataan ad hoc sesuai dengan pasal 12 ayat 3.
Pengadilan Pidana Internasional juga memiliki jurisdiksi pada setiap warga negara
dari negara pihak yang didakwa sebgai pelaku kejahatan internasional, sesui
pengaturan dalam pasal 12 ayat 2 huruf b Statuta Roma, kemudian pengadilan juga
bisa menuntut warga negara dari bukan negara pihak yang mengakui yurisdiksi dari
Statuta Roma dan yurisdiksi ini mengikuti keputusan dari Dewan Keamanan PBB.
Kembali pada keputusan sebelumnya yang terdapat dalam piagam Nuremberg dan
konvensi jenewa tahun 1948, Statuta menyatakan setiap aturan nasional maupun
internasional yang memberikan immunitas/kekebalan atau dengan kata lain
memberikan perlindungan dari penuntutan pidan tidak memiliki efek terhadap
pengadilan pidana internasional. Secara umum ada 2 bentuk utama imunitas: pertama,
dibeberapa negara melalui konstitusi dan/atau undang-undang memberikan kepala
negara dan dalam kasus lain perangakat pemerintahan atau perwakilan terpilih
memiliki imunitas dari penuntutan; kedua, dalam hukum kebiasaan internasional dan
perjanjian internasional, kepala negara, menteri luar negari, dan diplomat tidak bisa
dituntut oleh pengadilan dari negara lain. Statuta Roma juga menyatakan bahwa
pengadilan pidana internasional juga tidak memiliki turisdiksi terhadap orang yang
masih berumur dibawah 18 tahun saat waktu pelanggaran dilakukan.
10
Op.Cit, William A. Schabas, An Introduction To The International Criminal Court Second edition, hlm
69-82